Anda di halaman 1dari 3

Nama: Astrid Rahmayanti

Kelas; XIIMM1

A. Pengertian WARISAN
Menurut bahasa adalah berpindahnya sesuatu (baik itu materi atau non-materi) dari
orang yang satu ke orang yang lain. Waris ini mengakar pada kata Al-Irts atau pun
Al-Mirats.
Adapun menurut ISTILAH, pengertian waris adalah berpindahnya harta (hak dan
kewajiban) mereka yang sudah wafat kepada golongan yang disebut dengan ahli
waris yang merupakan kerabat atau karena adanya hubungan perkawinan sesuai
dengan aturan syariat islam.
B. Dzawil Furud (Ashabul Furud)
Furudlu menurut istilah fiqih mawarits, ialah saham yang sudah ditentukan jumlahnya
untuk warits pada harta peninggalan, baik dengan nash maupun dengan ijma’
Secara bebas, arti lugowi zawi al-furud adalah orang-orang yang mempunyai saham
(bagian) pasti. Secara istilahi zawi al-furud adalah ahli waris yang sahamnya telah
ditentukan secara terperinci (1/2,1/3,1/4, 1/5, atau 1/8  dari warisan ).
Ashabul furud ada dua macam:
1. Ashabul furudh sababiyyah
Yaitu ahli waris yang disebabkan oleh ikatan perkawinan. Yakni: Suami danIsteri
2. Ashabul furudh nasabiyyah
Yaitu ahli waris yang telah ditetapkan atas dasar nasab. Yakni:
a. Ayah
b. Ibu
c. Anak perempuan
d. Cucu perempuan dari garis laki-laki
e. Saudara perempuan sekandung
f. Saudara perempuan seayah
g. Saudara laki-laki seibu
h. Saudara perempuan seibu
i. Kakek shahih
j. Nenek shahih.
Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Yang mendapat dua pertiga (2/3)
a. Dua anak perempuan atau lebih, bila tidak ada anak laki-laki.
b. Dua anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki, bila anak
perempuan tidak ada.
c. Saudara perempuan sebapak, dua orang atau lebih.
2. Yang mendapat setengah (1/2)
a. Anak perempuan kalau dia sendiri
b. Anak perempuan dari anak laki-laki atau tidak ada anak
perempuan
c. Saudara perempuan seibu sebapak atau sebapak saja, kalau
saudara perempuansebapak seibu tidak ada, dan dia seorang
saja
d. Suami bila isteri tidak punya anak
3. Yang mendapat sepertiga (1/3)
a. Ibu, bila tidak ada anak atau cucu (anak dari anak laki-laki), dan
tidak ada pula dua orangsaudara
b. Dua orang saudara atau lebih dari saudara seibu.
4. Yang mendapat seperempat (1/4)
a. Suami, bila istri ada anak atau cucu
b. Isteri, bila suami tidak ada anak dan tidak ada cucu. Kalau isteri
lebih dari satu makadibagi rata.
5. Yang mendapat seperenam (1/6)
a. Ibu, bila beserta anak dari anak laki-laki atau dua orang saudara
atau lebih.
b. Bapak, bila jenazah mempunyai anak atau anak dari laki-laki.
c. Nenek yang shahih atau ibunya ibu/ibunya ayah.
d. Cucu perempuan dari anak laki-laki (seorang atau lebih) bila
bersama seorang anakperempuan. Bila anak perempuan lebih
dari satu maka cucu perempuan tidak mendapatharta warisan.
e. Kakek, bila bersama anak atau cucu dari anak laki-laki, dan bapak
tidak ada.
f. Saudara perempuan sebapak (seorang atau lebih), bila beserta
saudara perempuanseibu sebapak. Bila saudara seibu sebapak
lebih dari satu, maka saudara perempuansebapak tidak mendapat
warisan.
6. Yang mendapat seperdelapan (1/8)
a. Isteri (satu atau lebih), bila ada anak atau lebih.

C. Dzawil Arham
Dzawil Arham ialah orang-orang yang secara hukum memiliki kekerabatan dengan
orang yang meninggal, namun mereka bukanlah ahli waris.
Secara istilah mereka bukanlah termasuk orang-orang mendapat bagian waris
tertentu yang telah ditetapkan Al-Qur’an dan Hadits (ash-habul furud), dan juga tidak
termasuk pada golongan an ashabah.
Beberapa pendapat ulama mengenai masalah kewarisan dzawil arham antara lain :
1. Golongan pertama, orang yang menjadi keturunan si mati melalui jalur keturunan
ke bawah, mereka itu adalah :
 Cucu dari anak perempuan dan terus ke bawah, baik laki-laki atau
perempuan.
 Cicit dari cucu perempuan dari anak laki-laki dan terus ke bawah, baik
laki-laki atau perempuan.
2. Golongan kedua, orang yang menjadi asal keturunan si mati (jalur keturunan ke
atas). Mereka adalah :
 Kakek yang tidak shahih (tidak langsung) terus ke atas, seperti ayahnya
ibu dan kakeknya ibu.
 Nenek yang tidak shahih (tidak langsung) terus ke atas, seperti ibu dari
ayahnya ibu dan ibu dari ibunya ayah.
3. Golongan ketiga, orang yang dinasabkan kepada kedua orang tua si mati
(kerabat jalur samping). Mereka adalah :
 Anak-anak dari saudara perempuan sekandung/seayah/seibu, baik laki-
laki atau perempuan.
 Anak-anak perempuan dari saudara laki-laki sekandung/seayah/seibu
dan anak-anak keturunan mereka terus ke bawah.
 Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu, dan semua keturunannya
seperti : cucu laki-laki dari anak laki-laki saudara seibu, atau cucu
perempuan dari anak laki-laki saudara seibu.
4. Golongan keempat, orang yang dinasabkan kepada kedua kakek atau kedua
nenek orang yang mati, baik dari jihat ayah atau jihat ibu. Mereka adalah :
 Semua bibi dari pihak ayah orang yang mati (bibi
sekandung/seayah/seibu), juga paman-paman dari pihak ibu si mayat,
juga bibi dari pihak ibu si mayat dan semikian pula paman-pamannya ibu.
 Anak-anak bibi dari pihak ibu, dan anak-anak paman dari pihak ibu, dan
anak-anak paman ibu dari pihak bapaknya ibu, terus ke bawah.
 Bibi ayah si mati dari pihak ayahnya, baik sekandung/seayah/seibu,
paman-pamannya ibu dari bapaknya ibu, dan bibi-binya ibu dari bapaknya
ibu, juga khal dari ibu dan khalah dari ibu, baik sekandung/seayah.
 Anak-anak dari golongan tersebut (no. 3) dan terus ke bawah, seperti
anak laki-laki dari bibinya ayah dan anak perempuan dari bibinya ayah,
dan seterusnya.
 Paman kakek mayit dari pihak ibu, paman nenek mayit dari pihak bapak,
paman-paman dan bibi-bibi nenek dari pihak ibu dan bibinya kakek atau
nenek dari pihak ibu.
 Anak-anak mereka (no. 5) terus ke bawah.

Cara-cara kewarisan dzawil arham ini, rinciannya dianalogikan kepada jihad


ashabah, yaitu: Mereka yang pertama kali memperoleh bagian adalah anak turunan
(jihat bunuwah). Jika jihat ini tidak ada maka digantikan oleh orang tua si mati terus
ke atas (jihat ubuwah). Bila tidak ada maka digantikan oleh jihat ukhuwah. Bila juga
tidak ada barulah keturuna bibi dari ayah dan paman dari ibu (jihat umumah dan jhat
khalah). Dan bila tidak ada maka baru kemudian anak-anak mereka dan orang-orang
yang statusnya menggantikan mereka, seperti anak perempuan dari paman
sekandung/seayah.

Beberapa syarat kewarisan dzawil arham :

1. Harus tidak ada ashabul furud. Karena jika ada ashabul furud, maka ia
mengambil bagiannya sebagai ashabul furud dan sisanya diambil dengan jalan
rad.
2. Harus tidak ada orang yang mendapatkan bagian ashabah. Tetapi, bila ahli
warisnya itu hanya salah seorang suami atau isteri, maka salah satu dari
keduanya mengambil bagiannya sebagai ashabul furud. Sedangkan sisanya
diserahkan kepada dzawil arham, karena rad kepada salah seorang suami/isteri
dilaksanakan setelah kewarisan dzawil arham.

Anda mungkin juga menyukai