A. Pengertian Hak
Hak secara etimologi, berasal dari bahasa Arab yaitu haqqa, yahiqqu ,
haqqan yang memiliki arti yang berbeda- beda diantaranya berarti milik,
ketetapan dan kepastian. Ini terdapat dalam firman-Nya QS. surah al-Yasiin:
7
“Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap
kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.”
Hak merupakan suatu kewajiban bagi orang lain, dalil hak terdapat
dalam firman Allah Swt. QS. al-Baqarah: 241 berbunyi:
“kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh
suaminya) mut'ah menurut yang ma'ruf, sebagai suatu kewajiban bagi
orang-orang yang bertakwa.
C. Sumber Hak
1 ?
Mustafa Abu Zarqa, al- Madakhal al- Fiqh al- ‘Am, (Damaskus: Mathabati Fata al’
Arab, 1965), Jilid III, hlm. 10
17
Sumber hak adalah syara‘, yaitu Allah Swt. karena Allah Dia-lah
Syari’ ( Pembuat hukum). Oleh sebab itu, hak tersebut tidak bersumber dari
manusia atau alam. Adapun hak manusia dalam bentuk majazi karena dia
sudah diatur Allah.
E. Pembagian Hak
Berkenaan dengan pembagian hak, ini dapat dilihat dua sisi yakninya
dari sisi pemiliknya (subjeknya), dan segi objeknya.
a. Ditinjau dari segi subjeknya
Ditinjau dari pemiliknya, hak terbagi menjadi tiga bagian sebagai
berikut:
a. Hak Allah
Menurut Wahbah al-Zuhayliy hak Allah Swt. adalah:
َاْو ْحَتِق ْيُق الَّنْف ِع,َم ا ُقِص َد ِبِه الَّتَقُّر ُب اىل اِهلل تعال وَتْع ِظ ْيُم ُه َو ِاقَاَم ُة َش عَائِر ِد يِنِه َو ُه َو
3
َمْن َغِرْي اْخ ِتصاٍص ِبَأَح ٍد من النَّاٍس ِلْلعَاِمَل
“Hak Allah adalah suatu hak yang dimaksudkan untuk
mendekatkan dari kepada Allah swt, mengagungkannya, dan
menegakkan syi’ar agamanya, atau mewujudkan kemamfaatan
yang umum bagi semua umat manusia tanpa mengkhususkannya
untuk seseorang tertentu”
2?
Ibid., hlm. 10-12
3
Ibid., hlm.14
18
Menurut ulama Ushul Fiqh menjelaskan bahwa hak- hak Allah
ada delapan yaitu sebagai berikut:
1) Ibadah mahdah,
2) Ibadah yang mengadung aspek social seperti zakat fitrah
3) Mu’nah (aspek sosial) yang di dalamnya terkadung unsur qurbah
(ibadah), seperti ‘usyur
4) Mu’nah ( aspek sosial) yang di dalamnya terkandung unsur uqubah
( hukuman) seperti kharâj
5) Hak yang berdiri sendiri, tidak ada kaitanya dengan perjanjian
seperti tambang, dan rikaz ( harta karun)
6) Uqubah murni, seperti had zina, qadzaf, pencurian dan minuman
keras.
7) Uqubah qashirah ( hukuman terbatas), seperti pencabutan hak
waris dari orang yang membunuh orang yang diwarisinya.
8) hak-hak yang berkisar antara ibadah dan uqubah, seperti kifarat
sumpah.4
b. Hak Manusia
Menurut Wahbah al- Zuhayliy, hak manusia adalah:
َس َو اُء ك َاَن اَحلُّق عَامًّا كَاُحْلَّف اِظ على, َو ُه و مَا َيْق ُص ُد ِم ْن ُه مِح َاَي ُة َم ْص َلَح ِة الَّش ْخ ِص
َك ِر عَاَي ِة َح ِّق, َاْم َك اَن اَحلُّق خَاّص ًا.... َو ْحَتِق ْي ِق ْاَألْم ِن, الِّص َّح ِة واَألْو َالِد َو ْاَألْم وَاِل
.....5 َو َح ِّق اْلبَائِع يف الَّثَم ِن واْلُم ْش ِرَت ى يف اْلَم ِبْيِع,اْلَم اِلِك يف ِم ْلِكِه
Perbedaan hak manusia dengan hak Allah adalah hak manusia bisa
digugurkan oleh pemiliknya, sedangkan hak Allah tidak digugurkan.
4 ?
Muhammad al- Khudhari, Ushul Fiqh, (Beirut: Dar al- Fikr, 1969), hlm. 27- 29
5 ?
Wahbah al- Zuhayliy, Op.cit, hlm. 14
19
Pengguguran tersebut bisa berupa pemaafan atau perdamaian. Hak manusia
dapat dibagi menjadi dua bahagian:
1. Hak yang bisa digugurkan dan yang tidak bisa digugurkan ini
berupa:
a. Hak yang belum tetap, seperti hak khiyâr al-Rukyah pembeli sebelum
ia melihat obyek yang dibeli.
b. Hak yang dimiliki seseorang secara pasti atas dasar ketetapan syara’,
seperti ayah yang menggugurkan hak untuk perwalian anaknya.
c. Hak- hak yang apabila digugurkan berakibat kepada berubahnya
hukum- hukum syara’ seperti suami menggugurkan haknya untuk ruju
pada isterinya.
d. Hak- hak yang di dalamnya terdapat hak orang lain, seperti suami
menggugurkan hak iddah isterinya
2. Hak yang bisa diwarisi dan dan tidak bisa diwarisi
c. Hak Berserikat
Menurut Wahbah al- Zuhayliy, hak campuran atau hak
musytarak sebagai berikut:
َلِكْن ِامَّا أْن َيْغِلَب ِفْي ه َح ُّق, َح ُّق اِهلل و َح ُّق الَّش ْخ ِص: َو ُه َو اّلذي ْجَيَتِم ُع ِفْي ِه اَحْلَّقاِن
6
اِهلل تعال او َح ُّق الَّش ْخ ِص
“Hak campuran adalah suatu yang di dalamnya berkumpul hak:
hak Allah dan hak perorangan, akan tetapi adakalanya hak Allah
lebih dominan, dan adakalanya hak manusia lebih dominan.”
8 ?
Mustafa Abu Zarqa, Op.cit, hlm. 17-18
9 ?
Wahbah al- Zuhayliy, Op.cit, hlm. 19-20
21
ْبَق ى َحُمُّل ا ِّق ِعْنَد اْل َك اَّلِف ِا ِا ِل
ُم َحل هو الذي َال َيُتُر ُئ َاَثًر ب لَّتنَاُز َعْنُه َص ْلحًا او ْبَر اًء َبْل َي
.10 َبْع دِ الَّتنَاُز ِل كما كان قبل الَّتنَاُز ِل
“Suatu hak yang tidak dipengaruhi oleh tanazul (pelepasan), baik
dalam jalan perdamaian atau pembebasan, melainkan objek hak
tersebut pada mukallaf setelah tanazul, sebagaimana yang terjadi
sebelum tanazul”
Contohnya hak hutang dan hak khiyâr, bila hutang dibebaskan maka
tidak ada pengaruh dihati akibat dibebaskan hutang, sedangkan hak
ghayru mujarrad, yang didefinisikan oleh Wahbah al- Zuhayliy
adalah:
F. Pemeliharaan Hak
Para ulama fiqh menyatakan bahwa syari’at Islam telah menyatakan
bahwa setiap orang berhak untuk memelihara dan menjaga haknya dari
kesewenagan orang lain, baik yang menyangkut hak pidana, maupun yang
menyangkut hak perdata. Apabila harta seseorang dicuri pemilik harta dapat
menuntut secara pidana dan perdata. Secara pidana dengan hukuman potong
tangan, dan secara perdata menuntut agar hartanya dikembelikan, jika masih
utuh. Dan apabila harta tersebut telah habis, maka si pencuri wajib mengganti
dengan harga yang senilai.
23