Anda di halaman 1dari 30

FIKIH MUAMALAH Kelompok 5

Analisis Komparasi Hak


Milik dalam Perspektif
Negara dan Fikih Muamalah
Anggota
lompok
Ke
Khoirul Majid Marisa Binta Hasan Fatiya Salma Nur Handani Luthfiah Faizah
042111433193 042111433106 042111433123 042111433118

Meryna Annisa Muhammad Imadudin Muhammad Ichsanul Aulia Muhammad Ghufron Airawan Haisyam
042111433108 042111433206 042111433183 042111433222 042111433158
Latar Belakang

Pada umumnya, manusia memiliki rasa ingin memiliki, eksklusifitas atas beberapa hal hak ini seperti sifat
alam bawah sadar yang dimiliki oleh manusia. Dalam islam, 'hak' memiliki arti secara etimologi yakni 'sesuatu
yang tetap' dan sedangkan dalam definisinya, terdapat dua pendapat ulama fikih yang menafsirkan hal ini.
Menurut Syaikh Ali Al Khafifi, hak adalah kemaslahatan yang diperoleh secara syara' dan sedangkan menurut
Mustafa Ahmad Az-Zarqa, bahwa hak adalah suatu keharusan yang padanya ditetapkan syara' suatu
kekuasaan atau taklif. Dari berbagai pengertian dan tafsiran para ulama fikih, dapat disimpulkan
bahwasannya hak milik merupakan hubungan antara manusia dan harta yang ditetapkan dan diakui oleh
syara'. Namun, pada saat ini literasi dan juga pemahaman mengenai hak milik dalam perspektif kacamata
fikih tentulah sangat kurang, mengingat stigma mayoritas masyarakat, ketika disebutkan mengenai ekonomi
syariah, yang terlintas dalam benak mereka hanyalah mengenai konsep riba.
Apa perbedaan secara garis
besar terkait hak milik dalam
aturan negara dengan hak milik

Rumusan kajian fiqih muamalah?

Masalah Apa tantangan dalam

penerapan hukum fikih

muamalah dalam bidang hak

milik di Indonesia?

Bagaimana efektivitas
penggunaan hak milik Islam di
Indonesia?
Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan secara garis besar terkait hak milik


dalam aturan negara dengan hak milik kajian fiqih muamalah
2. Untuk mengetahui tantangan penerapan hukum fikih muamalah
dalam bidang hak milik di Indonesia
3. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan hak milik Islam di
Indonesia.
Manfaat Penelitian

1. Mengetahui perbedaan secara garis besar terkait hak milik


dalam aturan negara dengan hak milik kajian fiqih muamalah
2. Mengetahui tantangan penerapan hukum fikih muamalah
dalam bidang hak milik di Indonesia
3. Mengetahui efektivitas penggunaan hak milik Islam di
Indonesia.
Metodologi

Pada penulisan paper ini yang berjudul “Analisis Komparasi Hak Milik
dalam Perspektif Negara dan Fikih Muamalah”, penulis menerapkan
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif berupa studi pustaka
terhadap jurnal atau artikel ilmiah terdahulu yang berhubungan dengan
permasalahan yang dibahas.
Metodologi

Namun, agar tinjauan pustaka menjadi metodologi penelitian yang


tepat, seperti halnya penelitian lainnya, penulis perlu menjalankan
langkah-langkah yang tepat untuk memastikan tinjauan tersebut
akurat, tepat, serta dapat dipercaya.
Kerangka Pemikiran
Tinjauan Pustaka

01. Pengertian
03. Sebab-sebab

Hak Milik Pemilikan

02. Pembagian Hak 04. Klasifikasi Milik


Pengertian Hak Milik

Menurut pengertian umum, hak adalah "Suatu ketentuan yang digunakan oleh syara' untuk
menetapkan suatu kekuasaan atau suatu beban hukum." sedangkan Milik dalam buku Pokok pokok
Fiqh Muamalah dan Hukum Kebendaan dalam Islam, didefinisikan sebagai berikut "Kekhususan
terdapat pemilik suatu barang menurut syara' untuk bertindak secara bebas bertujuan mengambil
manfaat selama tidak ada penghalang syar'i."Berdasarkan definisi milik tersebut, kiranya dapat
dibedakan antara hak dan milik, Dengan kata lain dapat dikatakan "tidak semua yang memiliki berhak
menggunakan dan tidak semua yang memiliki hak penggunaan dapat memiliki". Hak yang dijelaskan
di muka, adakalanya merupakan sulthah, adakalanya merupakan taklif.
Pembagian Hak Milik

Dalam pengertian umum, hak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu mal dan ghair mal. Hak mal adalah
“Sesuatu yang berpautan dengan harta, seperti kepemilikan benda-benda atau utang-utang.”Hak ghair
mal terbagi kepada dua bagian, yaitu hak syakhshi, dan hak 'aini. Hak syakhshi adalah "Suatu tuntutan
yang ditetapkan syara' dari seseorang terhadap orang lain." Hak 'aini ialah hak orang dewasa dengan
bendanya tanpa dibutuhkan orang kedua. Hak 'aini ada dua macam; ashli dan thab'i. Hak ‘aini ashli ialah
adanya wujud benda tertentu dan adanya shahub al-haq seperti hak milkiyah dan hak irtifaq. Hak 'aini
thab'i yaitu jaminan yang ditetapkan untuk seseorang yang menghutangkan uangnya atas yang
berhutang.

Adapun macam macam hak 'aini adalah sebagai berikut.


Macam-Macam Hak 'aini

Haq al-milkiyah Haq qarar

Haq al-intifa' Haq al-murur

Haq al-irtifaq Haq ta 'alli

Haq al-istihan Haq al-jiwar

Haq al-ihtibas Haq Syafah


Sebab-Sebab Kepemilikan

1 2 3 4
Ikraj al Mubahat, untuk harta
Ikraj al Mubahat, untuk Khalafiyah, yang dimaksud yang mubah (belum dimiliki oleh Tanah yang belum
harta yang mubah (belum dengan khalafiyah adalah: seseorang) atau: ‫المال الذي لويدخل‬ ada pemiliknya
dimiliki oleh seseorang) ‫ لول ل ائـل الحقوق‬di ‫" لك ال انع لكه‬Harta yang Tawallud kemudian
atau: ‫المال الذي لويدخل لك ال انع‬ "Bertempatnya seseorang min Mamluk, yaitu segala yang dimanfaatkan oleh
terjadi dari benda yang telah
‫" لكه‬Harta yang tidak atau sesuatu yang baru
dimiliki, menjadi hak bagi yang
seseorang, maka
termasuk dalam harta yang bertempat tempat yang memiliki benda tersebut. dan orang itu berhak
berharga (milik yang sah) lama, yang telah hilang termasuk dalam harta yang memiliki tanah itu.
dan tak ada penghalang berbagai macam haknya." berharga (milik yang sah) dan
tak ada penghalang syara' untuk
syara' untuk dimiliki."
dimiliki."
Klasifikasi Milik

Milik yang dibahas dalam fiqh muamalah secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Milk tam (sempurna)
b. Milk naqishah(tidak sempurna)
Dilihat dari segi mahal (tempat), milik dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Milk al 'ain atau disebut pula milk al raqabah
b. Milk al-manfaah
c. Milk al-dayn
Dari segi shurah (cara berpautan milik dengan yang dimiliki), milik dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Milk al-mutamayyiz
b. Milk al-syai' atau milk al-musya
Pembahasan dan
Analisis Pembahasan
Definisi Kepemilikan

Kepemilikan atau Milkiyah menurut bahasa berasal dari kata milkun artinya sesuatu yang berada dalam
kekuasaannya, sedang milkiyah menurut istilah adalah suatu harta atau barang yang secara hukum dapat dimiliki
oleh seseorang untuk dimanfaatkan dan dibenarkan untuk dipindahkan penguasaannya kepada orang lain.

‫ّٰل‬ ‫ٰل‬ ‫َل‬ ‫َاَفۤا‬ ‫َل‬ ‫ُا‬ ‫ّٰل ٰا‬ ‫َا َلْل َل َا‬ ‫ٰٓيَا‬
‫ُّيَه ا الَّنِبُّي ِاَّنٓا ْح َنا َك ْز َو اَجَك ا ِت ْٓي َتْي َت ُجْو َرُه َّن َوَم ا َم َكْت َيِم ْي ُنَك ِم َّم ٓا َء ُهّٰللا َع ْي َك َو َبٰن ِت َع ِّم َك َو َبٰن ِت َع ّٰم ِت َك َو َبٰن ِت َخاِلَك َو َبٰن ِت ٰخ ِت َك ا ِت ْي‬
‫َهاَجْر َن َم َع َۗك َو اْم َرَاًة ُّم ْؤ ِم َنًة ِاْن َّو َه َبْت َنْف َس َه ا ِللَّنِبِّي ِاْن َاَراَد الَّنِبُّي َاْن َّيْس َتْن ِكَحَه ا َخاِلَص ًة َّلَك ِم ْن ُد ْو ِن اْلُم ْؤ ِم ِنْي َۗن َق ْد َع ِلْم َنا َم ا َف َرْض َنا َع َلْي ِه ْم ِف ْٓي َاْز َو اِج ِه ْم َوَم ا‬
‫َم َلَكْت َاْيَم اُنُه ْم ِلَكْي اَل َيُكْو َن َع َلْي َك َحَرٌۗج َو َك اَن ُهّٰللا َغ ُف ْو ًرا َّرِح ْي ًم ا‬

"Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu yang telah kamu berikan maskawinnya
dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan
Allah untukmu." (QS. Al-Ahzab: 50)
Sedangkan dalam KBBI Kepemilikan mempunyai arti kepunyaan; hak, sehingga kepemilikan
kemudian diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan milik baik berupa proses, perbuatan,
dan cara memiliki (Tatty, 2005). Kemudian, definisi yang diungkapkan oleh ulama Wahbah al-
Zuhaily dan Ahmad al‐Zarqa tentang kepemilikan yaitu sama‐sama menekankan hak dalam
mempergunakan kewenangan kepada pemiliknya kecuali terdapat halangan hukum tertentu
(Ambok, 2011). Berdasarkan pemaparan yang ada mengenai definisi kepemilikan dapat diambil
kesimpulan. Kepemilikan adalah penguasaan seseorang terhadap suatu berupa barang atau harta,
baik secara rill maupun hukum yang membuat pemilik melakukan tindakan hukum, seperti jual beli
tanah, wakaf, hibah dan lain sebagainya.
Konsep Dasar Kepemilikan

Menurut ajaran islam, Allah swt adalah pemilik yang sesungguhnya dan mutlak atas alam semesta. Allah lah
yang memberikan manusia karunia dan rezeki yang tak terhitung jumlahnya.“ Kepunyaan Allah lah kerajaan di
langit dan di bumi dan apa yang ada di dalamnya, dan dia maha kuasa atas segala sesuatu” (Al Maidah : 120).
Ayat diatas menunjukan bahwa Allah adalah pemilik tunggal apa-apa yang ada di langit dan dibumi dan tidak
ada sekutu bagi Nya. Lantas Allah memberikan atau menitipkan kekuasaan bumi pada manusia, agar manusia
mengelola dan memakmurkannya. Oleh sebab itu kepemilikan mutlak atas harta tidak di akui dalam islam.
1. Manusia dengan kepemilikannya adalah pemegang amanah dan khalifah
2. Ikhtiyar dalam bentuk bekerja, bisnis atau usaha lain yang halal
3. Dalam kepemilikan pribadi ada hak-hak umum yang harus dipenuhi.
Pandangan Islam Terhadap Kepemilikan Dasar Kepemilikan

Islam mencakup sekumpulan prinsip dan doktrin yang memedomani dan mengatur hubungan seorang
muslim dengan Tuhan dan masyarakat. Dalam pandangan Islam, pemilik asal semua harta dengan
segala macamnya adalah Allah SWT karena Dialah Pencipta, Pengatur dan Pemilik segala yang ada di
alam semesta ini.
“Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang diantara keduanya. Dia menciptakan
apa yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Sedangkan manusia adalah
pihak yang mendapatkan kuasa dari Allah SWT untuk memiliki dan memanfaatkan harta terebut
“Berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah
telah menjadikan kamu menguasainya…”
Sebagai sebuah sistem tersendiri, ekonomi islam telah menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan mekanisme
perolehan kepemilikan, tata cara mengelola dan mengembangkan kepemilikan, serta cara mendistribusikan
kekayaan tersebut di tengah-tengah manusia secara detail melalui ketetapan hukum-hukumnya. Atas dasar itu,
maka hukum-hukum yang menyangkut masalah ekonomi islam, dibangun atas kaidah-kaidah umum ekonomi islam
yang meliputi tiga kaidah, yakni :
1. Kepemilikan (Al-Milkiyyah)
2. Mekanisme pengelolaan kekayaan (Kayfiyyah Al-Tasarruf fi Al-Mal) dan
3. Distribusi kekayaan di antara manusia (Al-Tawzi’ Al-Tharwah Bayna Al-Nas).
4. Semua yang ada di muka bumi adalah milik Allah swt
Sebab-sebab Kepemilikan dalam Islam

1. Ihrazul Mubahat : sebab timbul atau sifat memiliki atas benda oleh seseorang. Yang dimaksud dengan
mubah dengan ihrazul mubahat adalah harta yang tidak masuk ke dalam milik yang dihormati (milik
seorang yang sah) dan tidak ada pula suatu penghalang yang dibenarkan syarat dari memilikinya.
2. Khalafiyah : Yaitu bertempatnya seseorang atau sesutau yang baru bertempat di tempat yang lama, yang
telah hilang sebagai macam haknya. Khalafiyah ada dua macam, yaitu Khalafiyah Syakhsy’an Syakhsy dan
Khalafiyah Syai’an Syai’in
3. Al-’Uqud (Akad) : merupakan sebab terjadi kepemilikan. Akad ini lazim disebut dengan transaksi
pemindahan hak. Maksud akad dalam sistem kepemilikan, ada dua hal penting yang harus diperhatikan,
yaitu ‘Uqud jabariah dan Istilah untuk muslahat umum
4. At-Tawalhud mim Mamluk adalah segala yang terjadi dari benda yang telah dimiliki menjadi gak bagi
pemilik benda tersebut
Unsur-Unsur Kepemilikan Dalam Islam

1 2 3

Kepemilikan Individu / Kepemilikan Umum / Public Kepemilikan Negara / State


Private Property Property Property
Kecenderungan manusia Benda-benda yang Kepemilikan Negara adalah harta
terhadap kesenangan termasuk dalam kategori yang merupakan hak dari seluruh
adalah fitrah manusia, Allah kepemilikan umum adalah kaum muslim, sementara
menghiasi manusia benda-benda yang telah pengelolaannya menjadi
kecintaan terhadap dinyatakan oleh Asy-Syari’ wewenang negara. Negara berhak
wanita/laki-laki, anak- memang diperuntukan mengelolanya sesuai dengan
anak, dan harta benda. untuk suatu komunitas pandangan dan ijtihad.
Sebagaimana firman Allah masyarakat
dalam al quran surah Al-
Imran ayat 14.
Hikmah Kepemilikan dalam Islam

1. Manusia tidak boleh sembarangan memiliki harta, tanpa mengetahui aturan-aturan yang berlaku
yang telah disyariatkan islam.
2. Manusia akan mempunyai prinsip bahwa mencari harta itu harus dengan cara-cara yang baik,
benar, dan halal.
3. Memiliki harta bukan mutlak bagi manusia, tetapi merupakan suatu amanah (titipan) dari Allah swt
4. Menjaga diri untuk tidak terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan oleh syara’ dalam memiliki
harta.
5. Manusia akan hidup tenang dan tentram apabila dalam mencari dan memiliki harta itu dilakukan
dengan cara-cara yang baik, benar, dan halal, kemudian digunakan dan dimanfaatkan sesuai
dengan panduan (aturan-aturan) Allah swt.
Perbedaan antara Hak Milik dalam Aturan Negara
dengan Hak Milik Kajian Fiqih Muamalah

Hak Milik Aturan Negara Hak Milik Fikih Muamalah


Kepemilikan tertinggi berada di tangan individu Kepemilikan tertinggi berada di tangan pemerintahan
(Khalifah)

Pengelolaan harta tidak harus sesuai syariat islam dan Pengelolaan harta harus berdasarkan pada kerangka
asas iman pada Allah SWT. Tetapi berlandasan aturan etika spiritual dengan landasan pada asas iman dan
dan regulasi oleh pemerintahan. taqwa kepada Allah SWT.

Setiap individu diberikan kebebasan untuk mencari kekayaan Setiap individu diberikan kebebasan untuk mencari
sebanyak-banyaknya (kuantitas), dan kebebasan cara kekayaan sebanyak-banyaknya, namun dengan
memperolehnya. cara-cara yang telah ditentukan dalam syariat
Perbedaan antara Hak Milik dalam Aturan Negara
dengan Hak Milik Kajian Fiqih Muamalah

Hak Milik Aturan Negara Hak Milik Fikih Muamalah


Mengakui hak milik individu atau individualism Mengakui hak milik individu dan hak milik kolektif

Memberikan kebebasan untuk memiliki suatu barang Memberikan pembatasan untuk memiliki suatu barang
tanpa pembatasan kuantitas dan kualitas, cenderung tanpa pembatasan kuantitas dan kualitas, sehingga
menimbulkan kesenjangan sosial tidak menimbulkan kesenjangan sosial.
Tantangan Penerapan Hukum Fikih Muamalah

dalam Bidang Hak Milik di Indonesia

Hambatan eksternal berupa pihak-pihak yang memang sejak awal memiliki antipati terhadap
Islam dan Syariat Islam. Hambatan dari pihak-pihak yang sebetulnya tidak terlalu ideologis
kecuali bahwa mereka menolak penerapan syariat Islam karena akan mengekang kesenangan
mereka. Hambatan-hambatan bisa pula muncul dari pihak-pihak yang sudah sepakat dengan
syariat Islam dan penerapannya, akan tetapi memiliki strategi yang berbeda-beda. Hambatan
ini menjadi semakin signifikan apabila strategi-strategi tersebut saling berseberangan satu
sama lain.
Efektivitas Penggunaan Hak Milik Islam di

Indonesia

Saat ini penggunaan Hak milik secara Islam di Indonesia bisa dikatakan sudah efektif dan berjalan
dengan baik. Hak milik secara Islam di Indonesia telah lama diakui oleh negara dan telah
berkembang pula. Pada realita yang terjadi di lapangan sudah menunjukkan bahwa penggunaan
hak milik secara islam di Indonesia sudah sesuai dengan tujuan awal dan sesuai dengan hukum
islam yang berlandaskan al quran dan hadits.
Telah banyak suatu permasalahan atau pun suatu keputusan yang diselesaikan menggunakan hak
milik secara islam. Efektivitas ini meliputi aspek fungsi, tujuan, dan peraturan. Dalam penerapan hak
milik islam di Indonesia ini sudah memenuhi semua aspek efektivitas yang ada. Hal ini menunjukkan
bahwa penggunaan hak milik secara islam di Indonesia sudah sangat baik dan berkembang.
KESIMPULAN

Kepemilikan merupakan sesuatu yang berada dalam kekuasaannya, sedangkan milkiyah adalah suatu harta atau
barang yang secara hukum dapat dimiliki oleh seseorang untuk dimanfaatkan dan dibenarkan untuk dipindahkan
penguasaannya kepada orang lain. Menurut ajaran islam, Allah swt adalah pemilik yang sesungguhnya dan mutlak
atas alam semesta. Manusia dalam hal ini hanya dititipkan untuk sementara saja. Sehingga sewaktu-waktu dapat
diambil oleh Allah swt. Sebab-sebab Kepemilikan yang ditetapkan syarak, terdiri atas empat sebab yaitu Ihrazul
Mubahat, Khalafiyah, Al-’Uqud, At-Tawalhud mim Mamluk. Unsur-unsur kepemilikan dalam islam meliputi
kepemilikan individu atau private property, kepemilikan umum atau public property, dan kepemilikan negara atau
state property. Banyak hikmah yang kita gali apabila kita mengetahui cara kepemilikan menurut syariat islam, salah
satunya adalah Manusia akan hidup tenang dan tentram apabila dalam mencari dan memiliki harta itu dilakukan
dengan cara-cara yang baik, benar, dan halal, kemudian digunakan dan dimanfaatkan sesuai dengan panduan
(aturan-aturan) Allah swt.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai