Anda di halaman 1dari 4

Nama : Akhmad Shofwan Annas

NIM : 2021122580
Prodi : PAI
Matkul : Fiqih

Resume Tentang Kepemilikan Dalam Islam

1. Definisi Kepemilikan

Kepemilikan menurut KBBI berarti kepunyaan; hak, sehingga


kepemilikan kemudian diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan
dengan milik baik berupa proses, perbuatan, dan cara memiliki (Tatty,
2005).

Dalam Islam kepemilikan dikenal dengan nama al‐milkiyah. Al‐


milkiyah secara etimologi berarti kepemilikan. Al‐milkiyah memiliki arti
yaitu sesuatu yang dimiliki dan dapat dimanfaatkan oleh seseorang, dan
pengertian lain al‐milk adalah pemilikian atas sesuatu (al‐mal atau harta
benda) dan kewenangan seseorang bertindak bebas terhadapnya. Ada
beberapa pengertian tentang kepemilikan diantaranya yang dikemukakan
oleh ulama fiqh antara lain seperti definisi Muhammad Musthafa al‐
Syalabi adalah keistimewaan atas suatu benda yang menghalangi pihak
lain bertindak atasnya dan memungkinkan pemiliknya melakukan
perbuatan secara langsung atasnya selama tidak ada halangan syara’.
Sedangkan definisi yang diungkapkan oleh ulama Wahbah al‐Zuhaily dan
Ahmad al‐Zarqa tentang kepemilikan yaitu sama‐sama menekankan hak
dalam mempergunakan kewenangan kepada pemiliknya kecuali terdapat
halangan hukum tertentu.

Kepemilikan merupakan penguasaan seseorang terhadap sesuatu


berupa barang atau harta, baik secara riil maupun secara hukum yang
memungkinkan pemilik melakukan tindakan hukum, seperti jual beli,
hibah, wakaf, dan sebagainya. Sehingga dengan kekuasaan ini orang lain
baik secara individu maupun lembaga terhalang untuk memanfaatkan
atau mempergunakan barang tersebut. Pada prinsipnya atas dasar
kepemilikan itu, seseorang mempunyai keistimewaan berupa kebebasan
dalam berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu kecuali ada halangan
tertentu yang diakui syara’

2. Prinsip Dasar Kepemilikan Dalam Islam

Dalam konsep Islam ada beberapa prinsip dasar tentang


kepemilikan, yaitu:

a. Kekayaan merupakan titipan, pemilik yang sebenarnya adalah Allah


Subhanahu Wa Ta’ala. Bahkan di dalam Al-Qur’an surah Ali-Imran : 189
dengan tegas menyatakan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala-lah pemilik
mutlak segala sesuatunya.

ِ ‫ت َوٱَأْل ْر‬
‫ض ۗ َوٱهَّلل ُ َعلَ ٰى ُك ِّل ش َْى ٍء قَ ِدي ٌر‬ ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬
َّ ‫َوهَّلِل ِ ُم ْل ُك ٱل‬

Artinya; Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; dan Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu

b. Harta yang di peroleh dapat menjadi penolong dalam


menyempurnakan kewajiban manusia sebagai khalifah di bumi dan juga
sarana untuk mendapatkan kesejahteraan dalam kehidupan sekarang
maupun kehidupan di hari kemudian. Sehingga dalam Islam, terjadi
pembatasan hak-hak bagi kepemilikan seseorang. Sebagaimana di dalam
Al-Qur’an surah Di antara contoh pembatasan tersebut
sebagaimana yang difirmankan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-
Qur’an surah An-Nisa: 5 ;

H۟ ُ‫م َوقُول‬Hُْ‫م فِيهَا َوٱ ْكسُوه‬Hُْ‫م ٱلَّتِى َج َع َل ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم قِ ٰيَ ًما َوٱرْ ُزقُوه‬Hُ ‫وا ٱل ُّسفَهَٓا َء َأ ْم ٰ َولَ ُك‬
‫وا لَهُ ْم قَوْ اًل َّم ْعرُوفًا‬ ۟ ُ‫َواَل تُْؤ ت‬

Artinya; Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum


sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan
pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang baik.

c. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah melimpahkan kekayaan kepada setiap


hamba-Nya untuk dipergunakan menunaikan kewajiban mereka seperti
shalat dan zakat. Umat manusia sebagai suatu kesatuan dari setiap
individu-individu manusia harus saling mengawasi proses kepemilikan
dan penguasaan harta kekayaan tersebut dalam bentuk adanya, rasa
persaudaraan, kebersamaan, saling membantu satu sama lain, sehingga
akan membentuk fondasi utama bagi pertalian ekonomi antar manusia.
Islam tidak memperbolehkan suatu perolehan dan peningkatan kekayaan
seseorang terwujud dengan merampas nilai-nilai kemanusiaan. Karena
kegunaan kekayaan tersebut adalah untuk menunjang dan
menyempurnakan kelangsungan hidup manusia.

d. Hak-hak kepemilikan dalam Islam dipandang sebagai sebuah ujian. Allah


Subhanahu Wa Ta’ala telah menetapkan aturan-aturan yang terkait hak-
hak kepemilikan, berupa terbatasnya kebebasan individu dan adanya
kewajiban untuk mentasharufkan kekayaan kepada orang-orang lain yang
berhak. Aspek adanya keterbatasan kepemilikan individu dan adanya
kepentingan sosial yaitu orang-orang yang membutuhkan dapat
menjadikan umat mendapatkan keberhasilan dalam hidup.

3. Klasifikasi Kepemilikan Dalam Islam

Kepemilikan dalam Islam diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu ;

a. Kepemilikan individu
b. Kepemilikan umum adalah izin al-syari’ kepada suatu
komunitas untuk bersama-sama memanfaatkan benda atau
barang.
c. Kepemilikan Negara

4. Sebab-Sebab Kepemilikan Dalam Islam

Sebab-sebab kepemilikan harta adalah sebab yang menjadikan seseorang


memiliki harta tersebut, yang sebelumnya tidak menjadi hak miliknya.
Sebab pemilikan harta itu telah dibatasi dengan batasan yang telah
dijelaskan oleh syara’. Menurut syari’at Islam setidaknya ada lima sebab
kepemilikan (asbab altamalluk), yaitu :

a. Bekerja (Al’amal)
b. Menghidupkan Tanah Mati (ihya’ almawaat)
c. Menggali kandungan bumi
d. Berburu
e. Makelar (sam sarah)
f. Syirkah
g. Ijarah
h. Waris
i. Kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup
j. Pemberian harta negara kepada rakyat
k. Harta yang diperoleh tanpa konpensasi harta dan tenaga

5. Berakhirnya Kepemilikan

Sebab berakhirnya kepemilikan menurut fuqaha, yaitu: pemilik


meninggal dunia, sehingga seluruh miliknya berpindah tangan kepada
ahli warisnya, harta yang dimiliki itu rusak atau hilang, habisnya masa
berlaku pemanfaatan atas sesuatu, barang yang dimanfaatkan rusak atau
hilang, dan orang yang memanfaatkan meninggal dunia .

Anda mungkin juga menyukai