Anda di halaman 1dari 6

II HARTA DAN KEPEMILIKAN DALAM ISLAM

1. Konsep Harta dalam Islam

Harta secara sederhana mengandung arti sesuatu yang dapat dimiliki. Ia termasuk
salah satu sendi bagi kehidupan manusia didunia, karena tanpa harta manusia tidak
dapat memenuhi kebutuhannya.Oleh karena itu Allah SWT menyuruh manusia
memperoleh, memiliki dan memanfaatkannya bagi kehidupan manusia dan Allah
SWT melarang berbuat sesuatu yang akan merusak dan meniadakan harta itu

Wahbah Zuhaily mengatakan bahwa secara etimologis al-maaal diartikan sebagai


segala sesuatu yang dapat mendatangkan ketenangan, kenyamanan dalam bentuk
materi/fisik maupun dalam bentuk manfaat, serrta dapat dimiliki oleh manusia secara
penuh dengan cara kasab.
Ulama Hanafiyah menegaskan bahwa al-maal adalah segala sesuatu yang mungkin
untuk dimiliki, disimpan dan dimanfaatkan
Pada umumnya kebanyakan ualam fiqh memaknai harta dengan seagala sesuatu yang
bernilai finansial atau berharga, serta dapat dijualbelikan, sehingga jika ada yang
menghilangkan atau merusaknya, harus dilakukan ganti rugi atau tanggungjawab. Jadi
segala sesuatu yang bernilai meterial, itulah harta, sementara manfaat dan atau hak,
menurut Hanafiyah tidak termasuk ke dalam harta. Meskipun demikian, ada juga
ulama yang berpendapat bahwa hak dan manfaat juga termasuk harta.

Jumhur ulama menegaskan, hak dan manfaat tetap termasuk harta, sebab masih ada
keungkinan untuk dapat dimiliki dan dikuasai, yaitu kepemilikan dan penguasaan
yang melekat pada benda yang bermanfaat tersebut.
Yang dimaksud manfaat adalah bernilai guna dan faedah, sehingga kepemilikan atas
suatu benda akan memberikan arti penting dan fungsi bagi pemiliknya.
Dengan demikian, secara esensial, seseorang memiliki barang atau benda karena
dalam benda tersebut terdapat unsur manfaat, sepanjang aspek manfaat tersebut masih
ada melekat, maka sepanjang itu pula benda akan digenggamnya dengan baik, dan
mungkin jika manfaatnya sudah tida ada, benda akan dipindahtangankan, atau bahkan
diuang dan dihilangkan.

Ada perbedaan pandangan di antara para ulama, dalam hal konsekuensi hukum yang
timbul akibat perbedaan cara pandang tentang hak dan manfaat ini.
Hanafiyah berpendapat bahwa orang yang melakukan ghashab/merampas barang
orang lain dalam waktu tertentu, kemudian barang tersebut ia kembalikan dengan
utuh, maka ia tidak berkewajiban untuk mengganti atau mengembalikan kualitas
barang seperti sedia kala. Sementara mayoritas ulama berpendapat, orang yang
meng-ghashab wajib mengganti nilai manfaat benda yang ia ghashab, benda tersebut
harus kembali utuh seperti sebelumnya.

2. Bentuk-Bentuk Harta
Harta dapat diklasifikasikan kepada beberapa bentuk yaitu;
a. Berdasarkan kebolehan memanfaatkannya harta dapat dibagi kepada :
Harta Mutaqawwim artinya halal untukdimanfaatkan dan Ghair Mutaqawwim yaitu
tidak halal untukdimanfaatkan
Perbedaan kedua bentuk harta ini membawa akibat:
1) Umat Islam tidak boleh menjadikan barang yang tidak halal (khamar, bangkai,
darah, babi dll) menjadi objek transaksi
2) Umat Islam bebas dari tuntutan ganti rugi bila mereka merusak atau melenyapkan
barang tidak halal tersebut

b. Berdasarkan jenisnya:

1) Harta tidak bergerak,seperti tanah, rumah


2) Harta bergerak seperti laptop, buku dll
Menurut ahli fikih akibat hukum yang ditimbulkan adalah;
1) Tetangga punya hak syuf’ah terhadap rumah yang akan dijual
2) Menurut ulama Hanafiyah harta yang boleh diwaqafkan hanya harta tidak
bergerak atau benda bergerak yg sulit dipisahkan dari harta tidak bergerak .
Namun Jumhur ulama membolehkankan waqaf harta bergerak atau tidak bergerak
3) Washy (Orang yang diberi wasiat) tidak boleh menjual harta tidak bergerak anak
anak yng masih kecil. Kl harta bergerak boleh

c. Berdasarkan Pemanfaatannya:

1) Harta al-Isti’mal, yaitu Pemanfaatannya tidak menghabiskan benda tersebut,


seperti lahan pertanian,rumah dan buku
2) Istihlaki adalah pemanfaatannya menghabiskan, sepeti sabun, pakaian dan
makanan.
3) Untuk akad istihlaki hanya bersifat tolong menolong
d. Berdasarkan ada atau tidaknya barang tersebut di pasaran

1) Harta mistli adalah harta yang ada padanannya atau persamaannya di pasar secara
utuh tanpa ada perbedaannya sama sekali. Ada empat jenis harta mistli ini, yaitu:
kategori al-makilaat (ditakar), al-mauzunaat (ditimbang), al-‘adadiyaat (dihitung),
al-dzira’iyyaat (diukur). Seperti beras,gandum,kapas dan besi
2) Sedangkan harta al-qimi adalah harta yang tidak terdapat padanannya di pasar,
namun setiap satuannya memiliki harga dan nilai yang berbeda. Seperti logam
mulia, pepohonan dll
Akibat hukumnya adalah:
1) Pada harta al-qimi tidak mungkin terjadi riba, karena harta tersebut tidak sama
2) Dalam suatu perserikatan harta al-qimi, masing-masing pihak tidak boleh
mengambil bagiannya bila salah satu pihak idak berada di tempat sedang dalam
harta almistli boleh
3) Apabila harta al-mistlidi rusak seseorang secara sengaja maka wajib diganti
dengan yang sejenis

e. Berdasarkan status harta yaitu:

1) Harta yang sudah dimiliki (Al-mal al-mamluk), baik secara pribadi atau badan
hukum
2) Harta yang tidak dimikiki seseorang (Al- mal al-mubah) seperti, binantang buruan
air, dan kayu di hutan belantara
3) Harta yang dilarang syara’ untukmemilikinya (Al- mal al-mahjur) seperti
waqafdan kepentingan umum

f. Berdasarkan bisa dibagi atau tidaknya


Bisa dibagi maksudnya kalau dibagi tidak menjadi rusak atau seperti membagi
harta waqaf, yang bisa megakibatkanrusaknya waqaf

g. Berdasarkan berkembang atau tidaknya


1) Melalui upaya manusia
2) Berdasarkan kehendak Allah seperti waqaf, hibah, wasiat dll

h. Beradasarkan pemiliknya
1) Pribadi, yaitu kehendak tergantung dengan pribadi
2) Masyarakat,sesuai kehendak syara’
3. Konsep Kepemilikan Harta dalam Islam

Yang memilikiharta secara mutlak adalah Allah SWT, yang menciptakan semua yang
ada di alam ini. Hal ini banyakdinyatakan Allah dalamAl-Qur’an di antaranya:
a. QS Ali Imran/3: 109 yang artinya:
Kepunyaan Allah apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi , dankepada-Nya
dikembalikan segala sesuatu
b. QS Al-Maidah/5: 17 yang artinya
Kepunyaan allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumidan apa yang ada
di antara keduanya. Ia menciptakan apa-apa yang Ia kehendaki.Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu
Dan semua yang dimilikiAllah dijadikan allah untuk manusia semuanya, sebagaimana
firman- Nya:
QS. Al-Baqarah/2: 29 yang artinya:
Dia Allah menjadikan untukmu seluruh apa yang ada di bumi....

Dan Allah menyuruh manusia mengambilmanfaatnya,firman-Nya pada;


QS Al-Baqarah/2: 168 yang artinya;
... wahai semua manusia makanlah dari apa yang ada di bumi dengan carahaklal dan
baik...

Untuk dapat memakan dan memanfaatkan apa yang terdapat di permukaan bumi,
allah menyuruh manusia berusaha untuk memperolehnya dengan bertebaran di muka
bumi. Hal ini dinyatalkan allah dalam firman-Nya
QS Al-Jumu’ah/62: 10 yang artinya:
...Maka apabila shalat telah dilakukan, bertebaranlah di permukaan bumi, carilah
karunia (kekayaan) Allah

Bila kekayaan itu telah diperoleh manusia, maka manusia berhak untuk memakan
dan memanfaatkannya ; selanjutnya manusiaberhak untuk memilikinya. Namun
pemilikan manusia terhadap harta yang diperoleh dari Allah melalui usahanya itu,
tidak dalam bentuk pemilikan mutlak, pemilik mutlak adalah Allah SWT
4. Cara-Cara Kepemilikan yang Diakui dalam Islam
Harta merupakan salah satu sendi dalam kehidupan manusia, maka Allah
memerintahkan manusia untuk memperolehnya dengan cara yang halal.
Adapun bentuk usaha dalam memperoleh harta yang menjadi karunia Allah untuk
dimiliki manusia dalam rangka menunjang kehidupannya. Secara garis besar ada dua
bentuk yaitu:
a. Memperolehnya secara langsung, sebelum dimiliki oleh siapapun. Bentuk yang
jelas dari mendapatkan harta baru sebelum menjadi miliksiapa pun adalah
menghidupkan atau menggarap tanah mati yang belum dimiliki yang disebut
dengan Ihya al-mawat
Ihya al-mawat adalah membuka tanah yang belum menjadi miliksiapapun,atau
telah pernah dimiliki namun telah ditinggalkan sampai terlantar dan tak terurus.
Siapa memperoleh tanah dalam bentuk demikian dia berhak memilikinya. Hal ini
sesuai dengan hadis dari Sais ibn Zuber menurut tiga perawi hadis yang artinya:

Siapa yang menghidupkan tanah mati,maka ia berhak memilikinya

Bila dihubungkan dengan kepemilikan mutlak harta oleh Allah SWT, ini berarti
Allah memberikan kesempatan kepada orang yang menghidupkan tanah mati itu
untuk memilikinya. Sedangkan harta yangtelah dimiliki kemudian ditinggalkan,
akan kembali kepada kepemilikan Allah yang kemudian diserahkan untuk
menguasainya kepada penggarap yang datang kemudian.
Menggarap tanah mati adalah termasuk usaha memperoleh harta dengan tangan
dan tenaga sendiri. Dan usaha ini termasuk usaha yang paling baik sebagaimana
sabda Nabi SAW dalam sebuah riwayat dari Rufa’ah ibn Rafi’ menurut riwayat
Al-Bazar dan disahkan oleh Al-Hakim yang artinya:

Bahwa Nabi SAW telah ditanya tentang usaha apa yang paling baik? Nabi
SAWmenjawab: Setiap usaha seseorang dengan tangan (tenaganya) dan jual beli
yang baik

b. Memperoleh harta yang telah dimiliki oleh seseorang melalui suatu transaksi
Bentuk ini ada dua cara:
1) Peralihan harta berlangsung dengan sendirinya atau disebut juga Ijbari, yang
siapapuntidak dapat merencanakan atau menolaknya seperti melaalui warisan
2) Peralihan harta berlangsung tidak dengan sendirinya, artinya peralihan harta
berlangsung atas kehendak dan keinginan sendiri, yang disebut Ikhtiyari, baik
melalui keinginan sepihak seperti hibah atau pemberian;maupun melalui
kehendakdan perjanjian timbal balik antara dua atau beberapapihaksepert jual
beli
Kedua cara memperoleh harta ini harus selalu dilakukan dengan prinsip halal dan baik
agar pemilikan kekayaan tersebut diredhai Allah SWT
Buku Sumber

1. Abdul Aziz Dahlan (ed), 1997, EsiklopediHukum Islam, Jakarta:PT Intermasa


2. Abdur Rahman Al-Jaziri, Fiqh ala Mazahibil Arbaah

3. Abdul Wahab Khalaf , Ilmu Ushul Fiqh, Al-Haramain


4. Amir Syarifudddin , 2003, Garis-Garis Besar Fikih, Jakarta:Prenadamedia
5. Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, 1973, Bandung: Dahlan
6. Muhammad Jawad Mughniyah, 2001, Fiqih Lima Mazhab, Jakarta: Lentera
7. Muhamad bin Ismail al-Kahlani, tth, Subulusssalam, Bandung: Dahlan
8. Wahfah Zuhaily, Fiqhu al-Islamy wa Adillatuhu (terjemahan

Anda mungkin juga menyukai