Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

HADITS EKONOMI (HARTA)

Dosen Pengampu: Miftahur Rahman Hakim, SEI.,ME., Di Susun Oleh Kelompok


1: Asti Bintang Janur Ainun/2020050102046, Haerianti/2020050102031,Tri
Wijayanti/202050102004, Alfaijal Amrin/2020050102082 Mata Kuliah Hadits
Ekonomi
Jurusan Perbankan Syariah Kelas (A) Semester 4 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Islam Institut Agama Islam Negeri Kendari

A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Harta merupakan benda berharga yang dimiliki setiap insan.
Dengan harta itu, insan bisa memperoleh apapun yang dikendakinya. Harta
itu bisa berwujud ataupun benda tidak berwujud. Cara memperoleh harta
juga beragam. Dari cara yang halal misalnya bekerja keras sampai orang
yang menggunakan “jalan pintas”. Salah satu cara memperoleh harta itu
melalui jalur warisan. Tentunya cara ini wajib menggunakan mekanisme
aturan yang berlaku. Khususnya aturan Islam. Melalui banyak sekali
kondisi & ketentuan yang pada aturan Islam tadi dibutuhkan seorang
generasi penerus atau anak berdasarkan satu orang tua yang mati bisa
memperoleh harta peninggalan orang tuanya dengan tidak mendzalimi
atau merugikan orang lain. Untuk itu kita perlu mengetahui bagaimanakah
aturan kewarisan itu pada kepercayaan Islam & khususnya menjadi
warga islam Indonesia, maka kita pun perlu tau bagaimana fikih Islam
atau kompilasi hukum islam (KHI) mengaturnya.

1
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Harta
Harta Dalam Sistem Ekonomi Islam Harta disebut al-mal yang berasal dari
‫ميال‬-‫ل‬BB‫يمي‬-‫ل‬BB‫( م‬berarti condong, cenderung dan miring), dalam hal ini adalah
kecenderungan manusia untuk memiliki dan menguasai materi harta. Dan harta
yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dan diperoleh
manusia, baik berupa benda yang tampak seperti emas, perak, binatang,
tumbuh-tumbuhan, maupun yang tidak tampak, yakni manfaat semisal yang
berada pada kendaraan, pakaian, dan tempat tinggal. Dan sesuatu yang tidak
dikuasai manusia tidak bisa dikatakan harta menurut bahasa, seperti burung di
udara, ikan di lautan lepas, pohon di hutan, dan barang tambang yang di bumi.
Menurut bahasa secara umum pengertian mal itu adalah uang atau harta
sedangkan menurut istilah, adalah “semua benda yang berharga dan bersifat
materi dan beredar diantara manusia”.
Menurut ulama hanafiyah yang dikutip oleh Nasrun Haroen, al- mal
(harta) adalah: “semua yang diinginkan manusia dan bisa dihadirkan ketika
diperlukan, atau semua yang bisa dimiliki,disimpan, dan dimanfaatkan”.
Mengenai tentang harta Al-Qur’an juga memakai kata al- mal juga
menggunakan istilah al-khair. Jika didalamnya terkandung nilai latif (suci)
maka sebuah Harta dapat disebut khair karena ia didapatkan dengan jalan
terpuji. Hal ini didapatkan dalam Qs Al-Baqarah ayat 158 : artinya “Dan
barang siapa yang mengerjakan kebajikan dengan kerelaan hati, maka
sesungguhnya, maka mensyukuri kebaikan lagi maha mengetahui.”
Menurut Hanafiyah, harta itu bisa disimpan dengan demikian sesuatu yang
tidak bisa kita simpan tidak bisa disebut dengan harta. Menurut Hanafiyah,
harta itu bukan manfaat, namun manfaat termasuk milik,harta dan milik itu
dibedakan, Hanafiyah yang mana milik itu sesuatu yang bisa kita peroleh
dengan cara khusus sehingga tidak dapat kita campuri kegunaannya oleh orang
lain. Jadi yang dimaksud dengan harta menurut Hanafiyah hanyalah sesuatu
yang nyata atau terwujud (a’in).

2
“Jelaskanlah kepadaku tentang firman Allah Swt. Dan orang-orang yang
menyimpan emas dan perak”(QS.At-Taubah 9: 34. Ibn umar menjawab,
“barang siapa menyimpan harta dan belum mengeluarkan zakat dari harta
tersebut maka kerugianlah yang akan dia dapatkan
Sedangkan menurut T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy, harta itu adalah:
a. Nama-nama selain manusia yang diciptakan oleh Allah untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia, yang dapat disimpan dalam satu tempat dan
dikelola dengan usaha (tasharruf)
b. Sesuatu yang bisa dimiliki semua orang, termasuk semua dan sebagian
c. Hal-hal yang diperdagangkan secara legal
d. Sesuatu yang dapat dimiliki dan memiliki nilai (harga), seperti sebutir
beras dapat dimiliki oleh manusia, dapat digunakan, dapat disimpan, tetapi
sebutir beras bernilai menurut 'urf, maka sebutir beras beras bukanlah
harta.
e. Benda berwujud, yang tidak berwujud meskipun dapat digunakan, tidak
termasuk properti, seperti manfaat, karena manfaat tidak berwujud, tidak
termasuk properti.
f. Barang-barang yang dapat disimpan untuk jangka panjang atau pendek
dan dapat digunakan pada saat dibutuhkan.
Pengertian di atas dapat dipahami karena, para ulama masih
memiliki perbedaan pendapat tentang definisi harta, sehingga para ulama
berbeda pendapat tentang pembagian harta, karena mereka memiliki
definisi harta yang berbeda, seperti berikut ini.
Hasbi Ash-Shiddieqy menyebutkan bahwa harta adalah nama
selain manusia yang dapat dikelola, dimiliki, diperdagangkan dan
berharga, konsekuensi logis dari rumusan ini adalah:
1) Orang bukanlah aset, meskipun berwujud.
2) Babi bukanlah harta karun, karena babi dalam muslim diharamkan
untuk diperdagangkan
3) Sebutir beras bukanlah harta, karena menurut 'urf, sebutir beras tidak
memiliki nilai (harga).

3
Hanafiyyah mencontohkan bahwa harta itu berwujud dan dapat
disimpan, maka benda tidak berwujud yang tidak dapat disimpan tidak
termasuk harta seperti hak dan kepentingan.
Menurut al-Syathibi, harta adalah materi yang dapat dikuasai dan
memberikan nilai keuntungan. Imam Syafiy menjelaskan bahwa harta
adalah suatu benda berharga yang dapat digunakan sebagai alat tukar
dalam kegiatan jual beli.
Dalam Islam, harta pada hakikatnya adalah milik Allah SWT.
Adanya hak seseorang atas beberapa barang milik pribadi juga mencakup
kegiatan pemanfaatan dan pengembangan hak atas barang yang sudah
dimilikinya.
Menurut Fuqaha, harta tergantung pada dua unsur, yaitu unsur
'aniyah dan unsur urf. Unsur urf adalah bahwa harta itu berwujud ('ayan)
secara nyata. Kepentingan rumah yang dipelihara oleh orang tidak disebut
harta, tetapi termasuk milik atau hak.

2. Kedudukan Harta
Harta termasuk kedalam salah satu keperluan pokok insan dalam
kehidupan ini, ulama ushul fiqh dalam persoalan harta dimasukan ke dalam
salah satu al-dharuriyyat al-khamsah (lima keperluan pokok), yang terdiri
atas: agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Selain sebagai keperluan hidup yang pokok bagi insan, kedudukan
harta juga sebagai perhiasan kehidupan dunia, sebagai cobaan ( fitnah),
sarana untuk memenuhi kesenangan, dan juga sebagai sarana untuk
menghimpun bekal bagi kehidupan di akhirat.
Tentang harta sebagai perhiasan kehidupan dunia, Allah berfirman: dalam
surah Al-Kahfi: 46

Harta dan anak-anak adalah permata kehidupan di dunia. (Alkaf: 46)

Tentang harta sebagai cobaan, Allah berfirman: dalam surah At-


Taghaabun:15

4
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah ujian dan pahala
yang besar di sisi Allah.

Harta sebagai sarana untuk memenuhi kesenangan, Allah berfirman: dalam


surah Ali-Imran: 14

Jadikan indah menurut pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa


yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang
Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali
yang baik (surga).

Karena harta adalah sejenis titipan, maka orang tidak memiliki harta yang
mutlak, maka dalam hal harta ada hak orang lain, seperti zakat harta dan
sebagainya. Kedudukan harta selanjutnya adalah musuh, sebagaimana tercantum
dalam surat Al-Taghabun: 14.

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan


anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka hati-hati-lah kamu
tehadap mereka.

Harta sebagai sarana untuk menghimpun bekal menuju kehidupan akhirat,


Allah berfirman: Surat Al-Baqarah : 262.

Orang-orangyang menafkahkan hartanyadijalan Allah, kemudian mereka


tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut
pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di Sisi Tuhan mereka. Tidakada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

5
Hadits tentang harta

 Terkutuk orang yang menjadi hamba dinar dan terkutuk pula orang yang
menjadi hamba dirham (Riwayat al-Tirmidzi).
 Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin maslamah
dari malik dari abdurrahman bin abdullah bin abdurrahman bin abu
sha’sha’ah dari bapaknya dari abu sa’id al khudri bahwa dia
berkata, rasulullah ‫ﷺ‬ bersabda: “hampir saja terjadi (suatu zaman) harta
seorang muslim yang paling baik adalah kambing yang digembalakannya
di puncak gunung dan tempat-tempat terpencil, dia pergi menghindar
dengan membawa agamanya disebabkan takut terkena fitnah”. (HR
Bukhori no 18)
 Hadits Sahih Riwayat al-Bukhari: 71
Dari Abdullah ibn Mas’ud, dia berkata: Nabi ‫ﷺ‬ bersabda:
Tidak boleh mendengki kecuali terhadap dua hal:
(terhadap) seseorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta
tersebut di jalan kebenaran dan seseorang yang Allah
berikan hikmah lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya
(kepada orang lain).

 HR. Bukhori 1762


Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah telah menceritakan
kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Jami' dari Abu
Wa'il dari Hudzaifah radliallahu 'anhu berkata; "Pada suatu hari 'Umar
radliallahu 'anhu berkata: "Siapa yang masih hafal hadits dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam tentang masalah fitnah? Hudzaifah berkata:
"Aku mendengarnya saat Beliau bersabda: "Yaitu suatu fitnah seseorang
dalam keluarganya, harta, anak dan tetangganya. Namun fitnah itu akan
terhapus oleh shalat, shaum. shadaqah".

 Shahih Bukhari hadis nomor 1380


Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan
kepada kami Al Laits dari Yunus dari Az Zuhriy dari Salim
bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma berkata: Aku
mendengar ‘Umar berkata,: “Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam pernah
memberiku suatu pemberian lalu aku berkata kepada Beliau: “Berikanlah
kepada orang yang lebih faqir dariku”. Maka Beliau bersabda:“Ambillah.

6
Jika telah datang kepadamu dari harta ini sedangkan kamu bukan orang
yang akan menghambur-hamburkannya dan tidak pula meminta-mintanya,
maka ambillah. Selain dari itu maka janganlah kamu menuruti nafsumu”.
 Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami
Ibnu Abu Dza'bi telah menceritakan kepada kami Sa'id Al Maqbariy dari
Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Sungguh pasti akan datang suatu jaman pada manusia yang
ketika itu seseorang tidak peduli lagi tentang apa yang didapatnya apakah
dari barang halal ataukah haram".
 Shahih Bukhari hadis nomor 2673
Telah bercerita kepada kami Yahya binYusuf(1) telah mengabarkan
kepada kami Abu Bakar. Yaitu Ibnu ‘Ayyasy(2) dari Abu Hashin(3) dari
Abu Shalih(4) dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu(5) dari Nabi ‫ﷺ‬
bersabda: “Binasalah hamba dinar, dirham, kain tebal dan sutra.
 hadits'alaihi wa sallam tentang harta Nabi Muhammad Saw artinya : Dari
ayahnya, Mutharrif, dia berkata: (At-Takaatsur: 1) Dia berkata:
“Keturunan Adam berkata: milikku, milikku. Dia melanjutkan. “Hai anak
Adam, hartamu tidak lain hanyalah apa yang kamu makan lalu kamu
pakai, apa yang kamu pakai , atau apa yang kamu berikan lalu kamu
pakai.” [HR. Muslim] Artinya: Sesungguhnya setiap umat memiliki ujian,
dan ujian umatku adalah harta.

Pada hakikatnya, segala yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah.
Firman Allah:

Apa-apa yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah (Al-Baqarah:284)

Dan kepunyaan Allahlah kerajaan di langit, di bumi, dan di antara keduanya, dan
kepada Allahlah kembali segah sesuatu (Al-Maidah: 18)

7
Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara bumi
dan langit dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (Al-Baqarah-120).

3. Memperoleh harta dan pemanfaatannya


1. Memperoleh harta
Memperoleh harta dengan cara berusaha sebagaimana Allah telah
memerintahkan manusia agar berusaha mecari harta dan memilikinya yang mana
usaha dalam mencari sebuah harta dan memilikinya harus dengan cara yang
halal.
Allah berfirman dalam surah Al-Jumu’ah ayat 10:

Apabila telah ditunaikan sembahyang maka bertebaranlah kamu dimuka


bumi dan carilah karunia Allah.

Selanjutnya ketika manusia telah berusaha maka selanjutnya maka Allah


menyuruh kepada kita untuk memohon kepada Allah agar melimpahkan atau
memberikan karunianya itu dalam bentuk rezeki.
Firman Allah dalam surah An-Nisa:32

Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunianya. Sesungguhnya


Allah maha mengetahui segala sesuatu.

Kemudian setelah kita berusaha dengan sungguh-sungguh dan memohon


atau meminta kepada Allah maka Allah akan memberikan karunianya kepada
siapa yang dikendakinya.
Firman Allah dalam surah Al-Jumu’ah: 4

8
Demikianlah karunia Allah, diberikannya kepada siapa yang
dikehendakinya, dan Allah mempunyai karunia yang besar.

2. Pemanfaatan Harta
a. Digunakan untuk kepentingan kehidupan sendiri, sebagaimana
firman Allah dalam surah Al- Mursalat: 43

Dikatakan kepada mereka makan dan minumlah kamu dengan


enak karena apa yang telah kamu kerjakan

Pada ayat ini yang dimaksud semua kebutuhan hidup seperti pakaian dan
papan ( perumahan) bukan hanya makan dan minum saja. Sehingga Allah
menyuruh kita untuk menikmati hasil usaha dari apa yang telah kita kerjakan.
Namun ada beberapa hal yang dilarang dalam memanfaatkan hasil usaha yaitu:
1) Israf yaitu berlebih-lebihan dalam memanfaatkan sebuah harta
2) Tabdzir (boros), maksudnya jika tidak penting atau tidak perlu maka
jangan digunakan harta tersebut dengan kata lain jangan
menghambur-hamburkan harta.

4. Jenis dan Pembagian Harta


Menurut ahli fikih, harta dapat ditinjau dari beberapa segi. Harta terdiri
dari beberapa bagian, tiaptiap bagian memiliki ciri khusus dan hukumnya
tersendiri. Pembagian
harta ini adalah sebagai berikut:

a. Mâl Mutaqawwim dan Ghair Mutaaqawwim


Kedua harta tersebut, menurut pendapat Zuhaily (1989: 44 Juz IV),
dikonsepsikan sebagai berikut.
1) Mill Mutakawin adalah properti yang diperoleh oleh
Syariah, atau manusia melalui usaha dan usaha, dan
dilisensikan oleh Syariah untuk: .Makanan, pakaian, dll.

9
2) Mal ghairu mutaqawwim artinya harta yang belum
sepenuhnya berada di tangan manusia, seperti mutiara laut
dan minyak perut bumi. Atau, properti dapat digunakan
oleh Syariah hanya dalam keadaan darurat.
Terkadang mâl mulaqawwim diartikan sebagai Dzimah. Sebab, menurut
pengacara, keuntungan sebenarnya tidak dinilai sendiri, melainkan ada sewa guna
memenuhi kebutuhannya.

b. Mâl mitsli dan mal Qimi


Mal Mitsli dan Mal Qimi adalah objek yang memiliki kesamaan
dalam keputusan dalam arti bahwa mereka dapat berdiri secara berbeda tanpa
perbedaan yang dapat dievaluasi.
Pusat perbelanjaan Mitsuri dibedakan sebagai berikut.
1) Hal-hal yang dapat diukur atau ditimbang (al makilat),
seperti beras dan jagung.
2) Barang-barang yang dapat ditimbang seperti besi dan
tembaga (almauzunâl).
3) Terhitung dan serupa secara fisik (al'adadiyát), seperti
berbagai jenis produk industri seperti mobil dan perabot
rumah tangga.
4) Dapat diukur dan memiliki bagian (Arjirayat) yang sama
dengan kain atau kertas, tetapi jika ada perbedaan bagian
(Juz'), maka tergolong harta qimi seperti tanah.
5) Mal qimi merupakan objek yang tidak konsisten karena
tidak bisa berdiri atas nama orang lain tanpa pandang bulu.
Atau produk seperti sapi, kerbau, dan tanah yang tidak
sama dengan pasar tetapi memiliki nilai satuan yang
berbeda.
Dalam perjalanannya, Mal Mistli bisa menjadi Mal Qimi dan sebaliknya.
a) Jika Mal Mistli sulit ditemukan di pasaran, otomatis
akan menjadi Mal Qimi.

10
b) Jika Anda memiliki campuran dua jenis Mistri yang
berbeda, misalnya mod mobil B. Toyota dan
Honda, mobil tersebut akan menjadi Markimi.
c) Jika ada banyak ekuivalen Mal Qimi di pasaran,
mereka akan secara otomatis diubah menjadi Mal
Mistli.

c. Harta Istihlâki dan Harta Isti'mâli


Pengertian dari kedua pembagian harta dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Harta istihlâk ialah sesuatu yang tidak dapat diambil
kegunaan dan manfaatnya secara biasa, kecuali dengan
menghabiskannya.
2) Harta istihlâki terbagi dua, yaitu: ada yang istihlâk haqiqi
dan istihlâk huguqi.
a) Harta istihlâk haqiqi ialah suatu benda yang
menjadi harta yang secara jelas (nyata) zatnya habis
sekali digunakan. Misalnya, jika bahan bakar,
korek api, atau dibakar, aset dikonsumsi dalam
bentuk kayu.
b) Istihlâkhaqiqi adalah harta yang telah kehilangan
nilainya ketika digunakan, tetapi substansinya tetap
ada. Misalnya, uang yang digunakan untuk
membayar utang dianggap habis pada tahun,tetapi
uang itu masih utuh dan hanya properti yang
ditransfer. Sifat Isti'mâli dapat diulang dan
materinya tetap terjaga.
c) Harta Isti'mâli tidak hilang setelah digunakan,
tetapi dapat digunakan dalam waktu lama
tergantung apa itu, seperti taman, tempat tidur,
pakaian, sepatu, dll. Perbedaan antara kedua jenis
harta ini adalah bahwa harta Istihláki dikonsumsi

11
hanya sekali dan harta Isti'mâli tidak dikonsumsi
dalam sekali pakai.

d. harta Manqul dan Harta Ghair Manqul


Kajian terhadap kedua sifat ini, Zuhaily (1989: 46 Juz IV),
mengonseptualisasikannya sebagai berikut:
1) Hanafi meriwayatkan bahwa harta manusia adalah segala
sesuatu yang dapat dipindahkan atau dipindahkan dari
suatu tempat ke tempat lain, baik berupa fisik, seperti
emas, perak, perunggu, pakaian, atau kendaraan. Anda
dapat bergerak (manqul).
2) Harta ghair manqul / `iqar adalah tidak dapat dipindahkan
atau dibawa dari satu tempat ke tempat lain, seperti tanah
suatu bangunan (rumah atau pabrik). Peradaban positif
menggunakan istilah benda bergerak dan benda tetap.

e. Harta Ain dan Harta Dain


Pentingnya membagi dua kekayaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Harta ‘ain adalah harta berupa rumah, pakaian, beras,
mangga, mobil, dll. Harta benda Ein terbagi menjadi dua.
Pertama, harta ‘ain dzati qimah, yaitu suatu benda yang
berbentuk yang dianggap harta karena nilainya. Harta 'ain
dzati qimah meliputi:
2) Segala sesuatu yang dianggap milik dan dapat
disalahgunakan olehnya.
3) Hal-hal yang dianggap milik dan tidak dapat
disalahgunakan.
4) Hal-hal yang dianggap milik rekan senegaranya.
5) Properti yang tidak ada atau dianggap sulit ditemukan.

12
6) Barang-barang yang dianggap berharga dan bergerak.
Kapan
7) Apa yang dianggap sebagai harta yang berharga dan tidak
bisa menjadi dipindahkan (benda padat).Kedua, harta 'ain
ghair dzati qimah adalah benda yang tidak dapat dianggap
sebagai harta karena tidak ada harganya sebiji beras.
8) Harta dain adalah tanggung jawab Anda dan uang adalah
tanggung jawab Anda. Ulama Hanafi berpendapat bahwa
harta tidak dapat dibagi menjadi harta ‘ain dan Dain
karena harta menurut mazhab Hanafi berwujud dan yang
tidak berwujud tidak termasuk harta. Contohnya utang.

f. Harta Al-Aini dan Harta Al-Näfi' (Manfaat)


1) Harta benda tersebut adalah benda-benda yang bernilai
dan berwujud (materi) seperti rumah dan ternak.
2) Harta Nafi adalah a’radl yang tumbuh secara bertahap dari
waktu ke waktu."
Syafi'iyah dan Hanabalah memiliki perbedaan harta 'aini' dan 'nafi', dan
keuntungan yang dimaksud adalah pemilikan harta, sehingga laba tersebut
merupakan harta mutaqawwim (harta yang dapat digunakan).
Sebaliknya, madzhab Hanafi berpendapat bahwa keuntungan tidak
termasuk harta karena laba tidak dihitung sebagai harta karena laba tidak
berwujud dan tidak mungkin dipertahankan.

g. Harta Mamlůk, Mubäh dan Mahjůr


1) Harta mamlůk merupakan sesuatu yang masuk ke bawah
milik, baik milik perorangan juga milik badan hukum,
misalnya pemerintah & yayasan.
Harta mamluk (yg dimiliki) terbagi sebagai 2 macam, yaitu :
a) Harta perorangan (mustaqi[) yg berpautan menggunakan
hak, bukan pemilik, milsanya, tempat tinggal yg
dikontrakkan. Harta perorangan yg nir berpautan

13
menggunakan hak bukan pemilik, misalnya, seorang yg
memiliki sepasang sepatu bisa dipakai kapan saja.
b) Harta perkongsian( müsyárakah) antara 2 pemilik yg
berkaitan menggunakan hak yg bukan pemiliknya,
misalnya 2 orang yg berkongsi mempunyai sebuah
pabrik & 5 butir mobil, galat satu mobilnya disewakan
selama satu bulan pada orang Iain. Harta yg dimiliki
Oleh 2 orang yg nir berkaitan menggunakan hak bukan
pemiliknya, misalnya 2 orang yg berkongsi mempunyai
sebuah pabrik, pabfik tadi diurus bersama.
2) Harta mubäh merupakan sesuatu yg dalam asalnya bukan milik
seorang, misalnya air dalam mata air, hewan buruan darat,
laut, pohon-pohon pada hutan & butir buahannya. Tiap-tiap
insan boleh mempunyai harta mubah sinkron menggunakan
kesanggupannya, orang yg mengambilnya akan sebagai
pemiliknya sinkron menggunakan kaidah: ”Barangsiapa yg
mengeluarkan menurut harta mubah maka beliau sebagai
Pemiliknya”. Kaidah ini sinkron menggunakan sabda Nabi
saw.: `'Barangsiapa yg menghidupkan tanah (gersang) & hutan
milik seorang maka beliau yg paling berhak mempunyai”.
3) Harta mahjur, baik yang diwakafkan atau dicadangkan untuk
umum seperti jalan, masjid, kuburan, iainnya, dan lain-lain,
menurut syariat, tidak boleh dimiliki dan diberikan kepada
orang-orang Ian.

h. Harta yang Dapat Dibagi dan Harta Tidak Dapat Dibagi


1) Harta yang dapat dibagi (mal qabil li alqismah) adalah harta
seperti tepung beras dan iainnya yang tidak menimbulkan
kerugian atau kerusakan pada saat dipecah.

14
2) Harta yang tidak dapat dibagi (malghair qabil li al qismah)
adalah harta yang hilang atau rusak bila dibagi, seperti
gelas, kursi, meja, dan mesin.

i. Harta Pokok dan Harta Hasil


1) Harta pokok kemungkinan besar adalah properti
lainnya.
2) Harta hasil (tsamarah) adalah harta yang timbul dari
harta yang lain.
Pokok harta kadang-kadang disebut sebagai modal. Emas, emas, dll.
Contoh dari rejeki utama dan kekayaan produktif adalah bulu domba yang
diperoleh dari domba, domba sebagai kekayaan utama, kulit menjadi kekayaan
produktif, atau kerbau yang menganggap anak sebagai Zamara saat lahir, itu. to
disebut properti utama.

j. Harta Khas dan Harta 'Am


1) Harta khas adalah harta pribadi yang tidak ada
hubungannya dengan orang lain dan tidak dapat
digunakan tanpa persetujuan pemiliknya.
2) Harta ‘am adalah milik umum yang dapat digunakan
(bersama-sama)
Harta yang dapat dikendalikan (ikhraj) dapat dibagi menjadi dua bagian:
a) Aset, termasuk aset individu. Dan
b) Harta yang bukan milik siapapun
Ada dua jenis harta perseorangan yang termasuk meliputi:
 Harta yang mungkin milik pribadi tetapi tidak memiliki dasar
kepemilikan.contohnya hewan buruan di hutan, dan
 Harta benda yang mungkin menjadi milik pribadi dan sudah ada
sebagai hasil kepemilikan. Misalnya, seseorang menangkap ikan
sungai dengan memancing. Harta yang tidak dimiliki oleh individu
adalah aset yang tidak dapat dimiliki sendiri. Sungai, jalan, dll.

15
5. Manfaat dan Fungsi Harta
Harta diusahakan oleh masyarakat karena masyarakat
membutuhkan manfaat harta. Harta memiliki banyak fitur, baik kegunaan
dalam kebaikan maupun dalam keburukan. Di antara banyak fungsi
properti yang termasuk dalam adalah:
a. Ibadah membutuhkan alat-alat seperti berikut ini untuk membantu
melengkapi pelaksanaan ibadah khusus (mahdhah) B. Kain
penutup aurat saat shalat, perlengkapan haji, zakat, shadaka, hiba,
dll.
b. Kemiskinan cenderung mendekati kekafiran, maka untuk
meningkatkan keimanan kepada Allah, kepemilikan harta
ditakdirkan untuk meningkatkan keimanan kepada Allah.
c. Sebagaimana Allah berfirman, melanjutkan hidup dari satu zaman
ke zaman berikutnya. Oleh karena itu, “dan hendaklah mereka
takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah, dibelakang mereka yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan benar (An-Nisa: 9).
d. Harmoni (keseimbangan) antara kehidupan di dunia dan akhirat,
Rasulullah SAW. Berkata:
Tidak baik orang meninggalkan masalah dunia untuk masalah
akhirat dan meninggalkan masalah dunia untuk masalah
dunia,maka menyeimbangkan dua masalah dunia. Ada orang
yang mengalah pada (HR Al Bukhari).
e. Ilmu maju tanpa modal itu sulit, jadi tidak bisa kuliah tanpa biaya,
misalnya untuk mengembangkan dan memelihara ilmu.
f. Ada orang kaya dan orang miskin yang saling membutuhkan
untuk membangun masyarakat yang harmonis dan sejahtera.
g. Untuk mempererat silaturrahmi, misalnya Ciamis daerah Taman
yang berkembang, Bandung daerah berkembangnya kain, dan

16
Bandung yang membutuhkan Garend membeli produk-produk
masyarakat Ciamis, dan masyarakat Ciamis membutuhkan barang-
barang, orang Bandung membeli produk. Dengan cara ini, terjadi
interaksi dan komunikasi yang bersahabat untuk memenuhi
kebutuhan satu sama lain. Oleh karena itu, peredaran kekayaan
dianjurkan oleh Allah dalam Al-Qur'an:

Agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di
antaramu. (Al-Hasyr: 7).
Fungsi sosial harta antara lain adalah:
1) Untuk pemeliharaan manusia, hak milik manusia tidak boleh
ditunda seperti membayar upah karyawan,membayar zakat dll.,
tetapi harus dibayar untuk tidak ditunda. Fungsi ini dapat dilihat
dalam Qs Al baqarah ayat 177.
2) Membantu mempererat tali persaudaraan (ukhuwah), cinta sesama
manusia, antara aghniya' dan dhu'afa', sebagaimana dinyatakan
dalam Surat al-Ma'arij ayat 24-25.
3) Persempit jarak. Kita akan menciptakan masyarakat yang seimbang
dan sejahtera yang merasakan suka cita lahir dan batin, karena
berbuat baik, mengarah pada kebajikan, dan tersampaikan melalui
sabda bacaan Nabi. Keutamaan harta yang baik adalah bagi orang
yang baik (HR. Ahmad dan Thabarani). "
4) Ini berfungsi sebagai kekuatan pendorong dan kekuatan pendorong
untuk kerjasama dalam kehidupan dunia. Oleh karena itu,
kekayaan harus beredar dan berputar dalam masyarakat, bukan
disimpan atau disimpan, sebagaimana ditegaskan dalam ayat 34
Surat al-Taubah.
5) Menurut sabda Nabi dari Tirmidzi berfungsi sebagai modal
ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat untuk kemaslahatan
umum guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Jika uangnya
begitu manis, jika Anda membiarkannya, Anda tidak akan

17
meninggalkannya di sana, dan jika Anda membiarkannya, Anda
tidak dapat menemukannya di sana. Artinya: “Harta itu tentu indah
dan mempesona, dan yang menerimanya diberkati dengan hak-
haknya, tetapi kebanyakan orang tenggelam dalam kekayaan
dengan mengikuti hawa nafsunya, sehingga balasannya di hari
kiamat adalah neraka.”

Harta pokok berfungsi secara sosial dan juga dapat


digunakan untuk keuntungan pribadi. Ciri-ciri individu dari
kepemilikan adalah:
a) Untuk mensejahterakan diri eksklusif & keluarga. Seperti
tergambar pada hadits Nabi yg diriwayatkan sang Bukhari.
Artinya:“Jika seseorang muslim menaruh nafkah keluarganya
lantaran berharap pahala menurut Allah, maka nafkah yg
diberikan itu sebagai sedekah baginya.”
b) Berfungsi menjadi wahana buat beramal & beribadah pada
Allah.
c) Berfungsi buat mengatur kehidupan insan supaya sebagai insan
yg mengetahui nikmat Allah & mengetahui Bagaimana
memakai hartanya,
d) misalnya dijelaskan pada surah al-A`raf ayat 31.
e) Berfungsi menjadi batu ujian bagi pemiliknya. Allah ingin
mengetahui apakah insan menggunakan hartanya itu semakin
bertambah imannya atau semakin menjauh

6. Dorongan Manusia untuk Memiliki Harta


Memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki dorongan dan naluri
sosial yang kodrati. Di antara naluri tersebut adalah naluri properti, yang
mendorong orang untuk berbisnis, membangun, dan merasa memiliki.
Pengakuan keberadaan naluriah ini diungkapkan dalam banyak ungkapan
dalam Al-Qur'an, termasuk firman Allah:

18
"Dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang
halal dan yang bathil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan
kyang berlebihan". (QS.Al-Fajr 89: (19-20)

Disini, sikap Islam terhadap hak milik adalah sebagai berikut.


a. Mengakui keberadaannya dan menghormatinya.
b. Mengakui dan menghormati hak milik dan mengatur hak milik.
c. Islam mengakui dan menghormati hak milik, tidak seperti mazhab
kapitalis yang melepaskan kendali tanpa pamrih.
d. Penghormatan Islam terhadap hak milik tercermin dalam
penghormatannya terhadap hak milik, yang merupakan persyaratan hak
milik.
e. Penghormatan terhadap hak milik adalah sebagai berikut.
1) Syariah menganggap harta termasuk lima tujuan yang wajib
dijaga dan dipelihara Lima tujuan ini adalah: agama, jiwa,
akal, kehormatan, dan harta.
2) Syariah melarang orang melanggar ketentuan atas harta dengan
bentuk apa pun dari bentuk pelanggaran.
kata-kata Nabi. Dalam khotbah wada’-nya adalah sebagai berikut.
“Sesungguhnya sebelum bertemu dengan Tuhanmu, silsilahmu, hartamu, dan
kehormatanmu harus dihormati, sama terhormatnya denganmu hari ini bulan ini,
di negaramu, aku tahu, belum tahu (aku berkata kepadamu, ya Allah, dan kamu
akan menjadi saksi”. "Semua Muslim dilarang oleh kehormatan, kekayaan dan
garis keturunan mereka," kata hadits.
Hukum syariah tidak hanya memberikan peraturan dan nash yang sangat
umum, tetapi juga peraturan khusus untuk berbagai bentuk pelanggaran. Islam
melarang pengambilan harta orang secara tidak sah, sebagaimana Allah
berfirman:

19
"Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan bathil dan (janganlah) kamu membaca (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian dari pada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa. Padahal kamu mengetahui ". (QS.
Al-Baqarah [2]:188)

Selain melarang pencurian dan konsumsi harta yang sia-sia, Islam juga
melarang penggunaan paksa (ghasab) harta orang. Dalam firman Allah:

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.
dan Allah Maha Perkasa dan maha Biiaksana". (Al-Må'idah [5: 38)

Islam tidak hanya melarang pencurian dan pemborosan konsumsi properti,


tetapi juga eksploitasi kekerasan properti orang (Gasab). Penjahat Gasab telah
dikutuk dan dinyatakan tidak memiliki belas kasihan Tuhan. Rasulullah bersabda
tentang ini,"Barangsiapa yang mengghasab sejengkal tanah, kelak Allah
kalungkan tujuh bumi di hari kiamat".
Sabdanya pula: "Barangsiapa memotong harta seorang muslim tanpa hak, ia akan
menemui Allah Azza wajalla kelak sedang Allah murka terhadapnya".
Selanjutnya, Syariah mewajibkan properti ghasab untuk dikembalikan atau
diganti jika terjadi kerusakan. Jika subjek ghasab adalah tanah yang di atasnya
seseorang telah menanam atau membangun suatu bangunan, maka tanaman itu
harus dicabut dan bangunan itu dibongkar, dan tanah itu dikembalikan kepada
pemiliknya. Namun, hal tersebut tidak mengurangi hukuman ta'zir (diperkirakan
hukuman negara untuk pendidikan) yang harus dijatuhkan kepada pelaku ghasab.
Ketentuan Islam tentang hak milik meliputi dua aspek, yaitu sebagai berikut.
a) Ketidaktaatan terhadap harta dan sikap berlebihan terhadap harta untuk
mempengaruhi jiwa pemiliknya, sebagaimana Allah berfirman:

"Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena


Dia melihat dirinya cukup". (QS. Al-'Alaq (96): 6-7)
b) Kemiskinan dan pengaruh yang dapat menghancurkan satu dan banyak.
Kemiskinan menghilangkan sumber kemuliaan dan kekuatan dari jiwa

20
seseorang, membuatnya rela rendah hati, bahkan bisa mendorong dosa
kecil dan dosa besar. Oleh karena itu, Rasul Allah meminta perlindungan
dari kemiskinan dalam doanya: “Ya Allah, lindungilah aku dari kekafiran
dan kemiskinan”.
Terkait dengan kekafiran dan kemiskinan dalam shalat, bahaya
kemiskinan bagi hati seseorang dijelaskan dengan jelas. Inilah sebabnya mengapa
Islam memberikan hak milik dalam mengatasi kedua bahaya tersebut, di antaranya
sebagai berikut.
 Islam telah menetapkan norma nilai kelahiran yang benar. menjelaskan
 Kebajikan manusia didasarkan pada karakter dan perilaku mereka, bukan
kekayaan dan kekayaan mereka.
 bahwa umat Islam dititipi khalifah dan pejabat harta benda yang
kepentingannya hanya menanam dan mewakafkan harta, bukan
memelihara dan memonopolinya.
 Islam berfokus pada sumber daya yang dapat menghasilkan kekayaan,
membutuhkan sumber daya ini untuk menghasilkan sumber daya yang
baik, dan klan melarang sumber daya yang buruk.
 Islam mensyaratkan bahwa hak milik harus dialihkan kepada orang lain
selain pemiliknya, terutama hak untuk memberikan nafkah kepada istri
dan kerabat yang membutuhkan dan hak untuk membayar zakat.
 Islam memberlakukan sistem yang tertib (mu'malät) dalam bertransaksi
agar tidak salingmenganiaya.

C. Kesimpulan
1. Harta meliputi segala sesuatu yang digunakan manusia dalam
kehidupan sehari-hari(duniawi), seperti uang, tanah, kendaraan,
rumah, perhiasan, perabotan rumah tangga , hasil perkebnan,hasil
perikan-lautan, dan pakaian termasuk dalam kategori harta
2. Pemilikan harta dapat dilakukan dengan cara melalui usaha yang
halal ( Al-mulk 15)

21
3. Tidak boleh mencari harta sampai melupakan Allah (At-Takasur 1-
2, Al- Munafiqun 9)
4. Orang yang rugi adalah orang yang lalai terhadap hartanya
5. Kedudukan harta dalam islam yaitu sebagai kebutuhan dasar (Ali-
imran 14), sebagai perhiasan dunia (Al-kahfi:7) , sebagai amanah
(tanggung jawab), cobaan dan juga sebagai titipan yang diberikan
kepada manusia sehingga harta terbut harus digunakan dengan
sebaik-baiknya dan semestinya karena harta diberikan hanya untuk
menguji manusia yaitu ujian keimanan (Al-Anfal:28) dan juga
harta sebagai bekal ibadah ( At-Taubah:41, Ali-imran 133)
6. Cara memperoleh harta dengan yang halal dengan cara berusaha,
berdoa dan bertakkal kepada Allah Swt.
7. Jenis dan pembagian harta ada banyak dari mal mutaqawwim dang
hair muttaaqawwim sampai harta khas dan harta ‘Am.
8. Manfaat dan fungsi harta dibagi menjadi dua ada bermanfaat dari
segi ibadah dan juga segi istilah.
9. Dorongan manusia dalam memiliki harta salah satunya adalah
manusia itu cenderung ingin memiliki dan mengusai harta dan itu
merupakan naluri sosial yang kodrati.

22
DAFTAR PUSTAKA

Basrowi, B, and M. Zaki, ‘Manajemen Harta Dalam Islam Dari Perspektif


Hadits’, Jurnal Syarikah : Jurnal Ekonomi Islam, 6.2 (2020), 160
<https://doi.org/10.30997/jsei.v6i2.1833>
Iswandi, Andi, ‘MASLAHAT MEMELIHARA HARTA DALAM SISTEM
EKONOMI ISLAM’, SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 1.1 (2014)
<https://doi.org/10.15408/sjsbs.v1i1.1522>
Karim, Abdul, ‘Fungsi Harta Menurut Al- Qur’an’, Jurnal Al-Hikmah, XII
(2011), 62–75
Nawawi,Ismail. 2012. Fikih Muamalah. Bogor: Penerbit Ghalila Indonesia.

Suhendi, Hendi.2007.Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Rahman Ghazaly, Abdul, Ghufron Ihsan, dan Sapiudin Shidiq. 2012. Fiqh
Muamalah. Jakarta: Kencana.

Al-Ba’ly, Abdul Al-Hamid Mahmud.2006. Ekonomi Zakat: sebuah kajian


moneter dan keungan syariah.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Chaudhry, Muhammad Sharif.2012.Sistem Ekonomi Islam: prinsip


dasar(fundamental of Islamic economic system).Jakarta:Kencana.

Mardani.2014.Hukum Bisnis Syariah.Jakarta:Kencana.

Mardani.2013.Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah.Jakarta:Kencana.

23

Anda mungkin juga menyukai