Anda di halaman 1dari 12

EKONOMI ISLAM

STUDI TENTANG HARTA


PRESENTED BY:

KELOMPOK 2
1. AHDA SABILA
DOSEN PENGAJAR
2. HERI SYAHPUTRA
Drs. Tarmizi Gadeng, SE., MM., M. Si
3. HARIS RENALDI
4. RISKI AMALIA

The Power of PowerPoint | thepopp.com 2


PENGERTIAN

Ekonomi Islam merupakan ilmu yang


mempelajari perilaku ekonomi manusia
EKONOMI
yang diatur berdasarkan aturan agama Islam
ISLAM
dan didasari dengan tauhid sebagaimana
dirangkum dalam rukun iman dan rukun
Islam.
Pengertian Harta

Harta merupakan segala kekayaan yang berwujud maupun tidak


berwujud. Dalam ilmu ekonomi harta juga disebut sebagai
aktiva.Harta dapat dihitung dalam nilai mata uang untuk
menentukan besaran dari nilai harta tersebut.

Nilai dari harta bisa diuangkan sesuai dengan harga dari harta tersebut.
Harta bisa berasal dari transaksi-transaksi pada masa lalu dan di masa
depan yang diharapkan dapat memberikan manfaat.
PENGERTIAN HARTA DALAM ISLAM

Harta (mal) dari segi bahasa disebut dengan al-mal yang berarti condong, cenderung dan m
iring al-mal diartikan sebagai segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pel
ihara baik dalam bentuk materi maupun dalam bentuk manfaat. Menurut Al-Qamus Al-M
uhit (hal:53) al-mal ialah sesuatu yang boleh dimiliki. Menurut Wahbah al-Zuhay harta
dari segi bahasa ialah setiap barang yang benar-benar dimiliki dan dikuasai oleh seseor
ang, baik dalam bentuk ‘ain ataupun manfaat. Contoh harta ‘ain adalah emas, perak, binata
ng, dan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan contoh harta manfaat adalah seperti menung
gang kendaraan, memakai pakaian dan mendiami rumah. Barang yang tidak dikuasai
oleh seseorang, tidak dinamakan harta dari segi bahasa. Umpamanya burung di udara, ika
n di dalam air, pohon di hutan dan galian di perut bumi
CIRI CIRI HARTA
Sesuatu yang kita miliki dan boleh diambil manfaat darinya seperti rumah, kereta,tanah dan
1
sebagainya.
Sesuatu benda yang belum kita miliki, tetapi berkemungkinan untuk memilikinya juga dianggap
2 sebagai harta. Karena Ia dapat dimiliki, seperti ikan di laut, burung di udara atau binatang di hutan
boleh dianggap sebagai harta.
Sesuatu yang tidak boleh dimiliki walaupun boleh dimanfaatkan seperti udara, cahaya dan
3
sebagainya, tidak dianggap sebagai harta.
Sesuatu yang tidak dapat dimanfaatkan dalam keadaan biasa seperti setitik air atau sebiji beras,
walaupun boleh dimiliki, tidak dianggap sebagai harta. Beras, sebagai contohnya adalah makanan
4 manusia yang mengenyangkan sebaliknya jika sebiji saja, beras tidak lagi sebagai sesuatu yang
memberi manfaat kepada manusia walaupun boleh disimpan dan dimiliki
Sesuatu yang dicegah oleh syara’ untuk dimanfaatkan oleh semua orang, tidak dianggap sebagai
5 harta walaupun benda itu dapat dimiliki dan dimanfaatkan oleh seseorang. Contoh seperti bangkai
yang dicegah oleh syara’ untuk dimanfaatkan.
Kedudukan dan Fungsi Harta
Harta tidak saja berkedudukan untuk mendekatkan diri kepada Allah tetapi harta juga berfungsi dalam
kehidupan ini. Antara fungsi harta tersebut adalah:
1. Harta merupakan amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah karena
memang tidak mampu mewujudkan harta dari tiada.

2. Harta berfungsi sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia boleh menikmatinya
dengan baik dan tidak berlebih-lebihan. Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk
memiliki, menguasai dan menikmati harta.

Hal ini sesuai dengan firman Allah (Q.S. Ali Imran:14) : “Dihiaskan kepada manusia, mencintai
syahwat (keinginan nafsu), seperti perempuan- perempuan, anak-anak dan harta benda yang
banyak dari emas, perak, kuda yang baik, binatang-binatang ternak dan tanam-tanaman.
Demikianlah kesukaan hidup dunia dan di sisi Allah tempat kembali yang sebaik-baiknya

(yaitu surga).
Kedudukan dan Fungsi Harta
3. Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut tentang cara mendapatkan dan memanf
a atkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak. Hal ini sesuai dengan firman Allah (Q.
S. Al- Anfal:28) : “Dan ketahuilah, bahwa harta dan anak-anakmu menjadi fitnah (ujian) dan ses
ungguhnya di sisi Allah pahala yang besar.”
4. Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-Nya dan melaksanakan muamalah d
i antara sesama manusia, melalui kegiatan zakat, infak dan sedekah. Hal ini sesuai dengan firman
Allah (Q.S. AT- Taubah:41) : “Keluarlah kamu (ke medan pertempuran) dengan berjalan kaki ata
u
berkendaraan dan berjuanglah dengan harta dan dirimu di jalan Allah.
Demikian itu lebih baik bagimu.”
5. Harta berfungsi juga untuk meneruskan kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya, seperti
yang tertulis dalam firman Allah (Q.S. An-Nisa’:9) : “Dan hendaklah mereka takut jika sekirany
a
PEMBAGIAN HARTA
Menurut Fuqaha, harta dapat ditinjau dari beberapa segi. Pembagiannya adalah sebagai berikut.
1. Mal Mutaqawwim dan ghair mutaqawwim, Harta mutaqawwim adalah sesuatu yang boleh diambil manfaatnya
menurut syara’. Yang termasuk didalamnya adalah semua harta yang baik jenisnya maupun cara memperoleh dan
penggunaannya. Harta ghairu mutaqawwim adalah sesuatu yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara’. Kadang
–kadang harta jenis ini diartikan dengan dzimah, yaitu mempunyai nilai, seperti pandangan fuqaha “ sesungguhnya manfa
at–manfaat itu tidak dinilai dengan sendirinya, tetapi ia dinilai dengan adanya akad sewa menyewa untuk memenuhi
keperluan.” Misalnya babi dan sepatu curian.

2. Mal Mitsli dan Mal Qimi, Harta Mitsli adalah benda – benda yang ada persamaan dalam kesatuan–kesatuannya, dalam
arti dapat berdiri sebagiannya ditempat yang lain, tanpa ada perbedaan yang perlu dinilai. Harta Qimi adalah benda–bend
a yang kurang kesatuan–kesatuannya, karena tidak dapat berdiri sebagian ditempat sebagian yang lainnya tanpa ada perbe
daan. Dengan kata lain, harta mitsli adalah harta yang jenisnya diperoleh dipasar, dan Qimi adalah harta yang jenisnya suli
t didapatkan dipasar, bisa diperoleh tapi jenisnya berbeda, kecuali dalam nilai harganya. Misalnya senjata api dari Rusia, d
i Indonesia disebut harta Qimi, sedangkan di Rusia disebut harta Mitsli.
PEMBAGIAN HARTA
3. Mal al-‘ain dan mal al naf’i, Harta a’in adalah benda yang memiliki nilai dan berbentuk(berwujud), misalnya rumah,
ternak, dan lainnya. Harta nafi’ adalah a’radl yang berangsur–angsur tumbuh menurut perkembangan masa, oleh karena it
u harta ini tidak berwujud dan tidak mungkin disimpan.
4. Harta Mamluk, Mubah, dan Mahjur, Harta mamluk adalah sesuatu yang masuk ke bawah milik, milik perorangan
maupun milik badan hukum, seperti pemerintah dan yayasan. Harta mubah adalah sesuatu yang pada asalnya bukan milik
seseorang, seperti air pada mata air, binatang buruan darat, laut, pohon – pohon dihutan dan buah – buahnya. Harta ma
hjur adalah sesuatu yang tidak dibolehkan dimiliki sendiri dan memberikan kepada orang lain menurut syari’at, adakala
nya benda itu benda wakaf ataupun benda yang dikhususkan untuk masyarakat umum, seperti jalan, kuburan, masjid, d
an lainnya.
5. Harta Manqul dan ghairu manqul, Harta Manqul adalah segala harta yang dapat dipindahkan (bergerak) dari satu
tempat ketempat lain. Misalnya emas, perak, kendaraan, pakaian, dan lainnya.Harta ghairu manqul adalah kebalikan dari
harta manqul, misalnya rumah, kebun, pabrik, sawah, dan lainnya.
KESIMPULAN

Dari paparan yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa harta adalah milik
Allah yang diamanahkan kepada manusia. Manusia dituntut untuk selalu

mempergunakan harta sesuai dengan tuntunan dan petunjuk pemiliknya yaitu Allah.
Harta tidak hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri,
tetapi juga untuk menunjukkan bahwa manusia tersebut wajib memperhatikan
sesamanya sehingga harta itu dapat berfungsi secara sosial.

“Pemilik mutlak dari segala sesuatu adalah Allah, dan manusia hanya dititipi, diuji dengan harta.”
ANY QUESTION?

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai