Anda di halaman 1dari 3

Nama : Maulana Yogi Sudia

NIM : 2019310432

HARTA DALAM AL-QUR’AN


Pandangan Al-Quran terhaddap harta dan kegiatan ekonomi dapat diuraikan dalam lima hal:
pertama,pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini, termasuk harta benda,
adalah Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia hanya bersifat relative, sebatas untuk melaksanakan
amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuan Allah. Kedua, dari segi status harta
dalam pandangan islam ada empat hal: 1) Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah. 2) Harta sebgai
perhiasan hidup yang memungkinkan manusia manusia bias menikmatinya dengan baik dan tidak
berlebihan. 3) Harta sebagai ujian keimanan. 4) Harta sebagai bekal ibadah. Ketiga, perolehan harta
dapat dilakukan, antara lain melaluai usaha (a’mal) atau mata pencarian (ma’isyah) yang halal dan
sesuai dengan aturan Allah, secara sungguh-sungguh dan tidak boleh berputus asa. Keempat, dalam
mencari harta, dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melaluai cara-cara yang batil dan
merugikan, riba, perjudian, berjual beli barang yang haram, mencuri, merampok, goshob, tipu
menipu, suap menyuap, curang dalam takaran timbangan. Kelima, harta yang diperoleh digunahkan
dan diinfakkan secara berimbang, tidak kikir dan tidak boros, diutamakan kerabat, dan ketika
berinffak jangan diikuti dengan cela dan hinaan.

Dari sisi lain harta termasuk salah satu sendi kehidupan manusia di dunia ini, karena tanpa harta
khususnya makanan manusia tidak akan dapat bertahan hidup. Oleh karena itu, Al-Qur’an
memberikan pedoman tentang harta, pemilik harta, status harta, bagaimana cara memperolehnya, dan
cara memfungsikannya.

A. Pengertian Harta
Harta di dalam bahasa Arab disebut al-mal atau jamaknya al-amwal(Munawir, 1984). Harta (al-
mal) menurut kamus Al-Muhith tulisan Al Fairuz Abadi, adalah ma malaktahu min kulli syai (segala
sesuatu yang engkau punyai). Menurut istilah syar’i harta diartikan sebagai segala sesuatu yang
dimanfaatkan pada sesuatu yang legal menurut hukum syara’ (hukum Islam) seperti jual beli,
pinjaman, konsumsi dan hibah atau pemberian (An-Nabhani, 1990). Di dalam Al Quran, kata al mal
dengan berbagai bentuknya disebut 87 kali yang terdapat dalam 79 ayat dalam 38 surat. Berdasarkan
pengertian tersebut, harta meliputi segala sesuatu yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-
hari (duniawi), seperti uang, tanah, kendaraan, rumah, perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil
perkebunan, hasil perikan-lautan, dan pakaian termasuk dalam katagori al amwal. Islam sebagai
agama yang benar dan sempurna memandang harta tidak lebih dari sekedar anugerah Allah swt yang
dititipkan kepada manusia.

Salah satu perbedaan dari definisi yang dikemukakan oleh ulama Hanafiyah dan jumhur ulama
adalah tentang benda yang tidak dapat diraba, seperti manfaat. Ulama Hanafiyah memandang bahwa
manfaat termasuk sesuatu yang dapat dimiliki, tetapi bukan harta. Adapun menurut ulama selain
hanafiyah (jumhur),manfaat termasuk harta, sebab yang penting adalah manfaatnya dan bukan
zatnya.
B. Harta dalam Al-Qur’an
Kata mal dalam Al-Qur’an, disebut sebanyak 86 kali pada 76 ayat dalam 38 surat, suatu jumlah
yang cukup banyak menghiasi sepertiga surah-surah Al-Qur’an. Dari 86 kata mal berbentuk mufrad
dengan berbagai lafal, selanjutnya 61 kali dalam bentuk isim jama’ (amwal) dan jumlah ini belum
termasuk kata-kata yang semakna dengan mal, seperti rizq, qintar, mata’, dan kanz.16 Ada banyak
ungkapan yang disebutkan oleh Alquran dalam memaknai harta dan mendudukkan pada posisi yang
sebenarnya, hanya saja karena ayat-ayat tentang harta sangat banyak penulis tidak akan
menguraikan seluruh ayat-ayat terkait harta, penulis hanya akan menguraikan sebagian yang bisa
menjelaskan tentang kedudukan harta. Untuk menyempurnakan pembahasan tentang harta penulis
juga menguraikan hadis- hadis yang menyinggung masalah harta. Sebagaimana disinggung di atas
bahwa dalam Islam pemilik harta secara mutlak adalah Allah SWT. Harta diberikan kepada hamba-
Nya sebagai amanah yang harus dipegang dengan baik, sebagai perhiasan yang menambah
kebahagiaan dalam hidup, sebagai ujian keimanan, dan sebagai bekal ibadah.

C. Allah Hakikat Pemilik Harta


Yang memilki harta secara mutlak adalah Allah SWT, terulang sebanyak 18 kali yang tersebar
dalam berbagai surah, semuanya memberikan informasi dan ketegasan bahwa pemilik mutlak apa
yang ada di alam semesta ini hanya Allah SWT. Ayat yang berkaitan dengan hal tersebut, antara lain
Allah SWT menetapkan demikian sebagaimana firman-Nya dalam surah Ali Imran/ 3: 14: yang
artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa- apa yang diingini,
Yaitu: wanita-wanita, anak- anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat
kembali yang baik (surga).

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa harta adalah salah satu perhiasan hidup. Disebutkan
kekayaan dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. Ibarat sebuah perhiasan, jika digunakan
pada waktu dan tempat yang tidak sepatutnya, maka pasti terlihat jelek. Demikian pula dengan harta
ini. Karena itu Allah menegaskan bahwa hanya sesuatu yang lebih bermanfaat dan
membahagiakannya adalah amalan-amalan yang kekal lagi baik. Implikasi dari kedudukan harta
sebagai perhiasan adalah bahwa manusia tidak boleh terlena dengan hartanya. Seharusnya harta
tersebut tidak melalaikannya dalam melakukan amalan-amalan yang baik dan bermanfaat. Manusia
harus memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak sesama manusia berupa shalat, zakat, sedekah, haji,
umrah, bertasbih (mengucapkan) tahmid, tahlil dan takbir, membaca (Alquran), mencari ilmu yang
bermanfaat, melakukan amar ma’ruf nahi munkar, menjalin tali silaturahmi, berbakti kepada kedua
orang tua, melaksanakan hak-hak istri, budak-budak dan hewan- hewan serta seluruh jenis perbuatan
baik yang ditujukan kepada sesama manusia.

Alam semesta beserta isinya diciptakan sebagai sarana untuk kelangsungan hidup manusia.
Pengertian lafal khalaqa lakum menurut para ulama adalah segala apa yang ada di bumi pada
dasarnya dapat digunakan oleh manusia, kecuali jika ada dalil yang melarang. Hal ini sangat penting
dilakukan oleh manusia, karena bagi siapa saja yang diberi amanah harta di dunia, maka di akhirat
akan dimintai pertanggungjawaban, harta merupakan amanah yang harus dikelola dengan hati-hati,
dalam mencari dan menggunakannya harus benar, karena di hari kiamat akan diminta pertanggung
jawabannya. Jika salah dalam cara memperolehnya dan tidak benar dalam menggunakannya, maka
harta akan membuat manusia celaka di akhiratnya.18 Harta yang awalnya bertujuan membantu dan
mempermudah manusia dalam menjalani hidup di dunia, akan berakhir petaka jika salah dalam
pengelolaannya. Lebih lanjut Tarigan, membagi empat kelompok manusia dalam mengelola
hartanya, kelompok pertama yaitu mereka yang mendapatkan harta dengan cara yang halal dan
menggunakannya dengan cara yang halal; kelompok kedua yaitu, mereka mengumpulkan harta
dengan cara yang halal namun digunakan untuk sesuatu yang haram; kelompok ketiga, adalah
mereka yang mengumpulkan harta dari jalan haram dan menggunakannya untuk sesuatu yang haram;
dan kelompok keempat adalah mereka yang mengumpulkan harta dengan cara yang haram kemudian
menggunakannya untuk yang halal, demikian pula harta digunakan untuk sesuatu yang halal namun
disertai riya’. Menurut penulis, manusia dapat mendeteksi sejak dini, termasuk dalam kelompok
manakah dirinya, dan bisa memilih mau masuk ke dalam kelompok mana.

Dari ungkapan ayat dan hadis tersebut dapat dipahami bahwa pesan moral yang terkandung dari
kedua ayat dan hadis tersebut: pertama, sarana dan prasaranahidup ini (wasilah al-hayah)
diperuntukan untuk kesejahteraan dan kemakmuran manusia. Kedua, semua orang berhak untuk
mendapatkan fasilitas dan kemudahan tersebut. Ketiga, tidak boleh diskriminatif dalam pengelolaan
dalam memanfaatan sumber harta tersebut. Keempat, tidak boleh ada hak monopoli yang diberikan
kepadda individu, perorangan, suku, agama, dan golongan dalam mendapatkan dan mencari harta
dari sumberrnya, yaitu bumi dan segala saran dan prasarana yang ada di dalamnya. Kelima, sumber-
sumber harta berupa air, rumput, dana pi, pada hakikatnya adalah milik bersama dan semua orang
berhak untuk mendapatkannya.

Anda mungkin juga menyukai