A. Pengertian Harta
1
B. Kedudukan Harta
1. Kedudukan Harta Dalam Al-Quran
a. Harta sebagai fitnah:
. ٌر.ْج. َأ.ُ ه. َد.. ْن. ِع.ُ هَّللا. َو.ۚ .ٌَة. ن. ْت.ِ ف. ْم. ُك. اَل ُد.و.ْ َأ. َو. ْم. ُك.ُل. ا. َو.. َأ ْم.َ ا.َّم.ن.ِإ
. ٌم. ي. ِظ.ع
َ
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan
di sisi Allah-lah pahala yang besar” (At-taghabun : 15)
2
bangga, jika tidak diberi ia marah, mudah-mudahan ia celaka dan nerasa
sakit, jika dia kena suatu musibah dia tidak akan memperoleh jalan keluar”
(HR. Bukhari)
.َا. ه.ِ ب. ِك.َا. ن. َم. ي.ِ ف.ا. و. ُش. ْم.َا.اًل ف.و.ُ ل.ض َذ َ. .ر.ْ َأْل. ا. ُم.َ ُك.َل ل. . َع. َج. ي.َّ ِذ.ل.َو ا. .ُه
. ُر. و. ُش.ُّن.ل. ا. ِه.َ ْي. ِإ ل. َو.ۖ . ِه.ِ ق.ز.ْ . ِر.ن.ْ . ِم.ا.و.ُ ل. ُك.َو
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya
kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (Al-Mulk : 15)
C. Fungsi Harta
Fungsi harta bagi manusia sangat banyak. Harta dapat menunjang
kegiatan manusia baik dalam kegiatan yang baik maupun kagiatan yang buruk.
Oleh karena itu, manusia selalu berusaha untuk memiliki dan menguasainya
bahkan tak jarang memakai berbagai cara yang dilarang agama, atau ketetapan
hukum Negara.
Cara memperoleh harta biasanya akan berpengaruh terhadap fungsi harta
itu sendiri. Orang yang mencari harta dengan cara yang bathil atau haram, maka
otomatis ia akan memfungsikan harta tersebut untuk keperluan yang tidak
bermanfaat seperti mabuk, judi dan semisalnya. Kebalikannya, jika seseorang itu
mencari harta dengan cara yang halal dan benar, biasanya akan memfungsikan
harta itu untuk hal yang bermanfaat. Ketahuilah, bahwa seorang muslim tidak
haus akan harta dunia yang hanya sementara , ia sadar bahwa semua hanya titipan
yang semata-mata bisa Allah ambil kembali kapan saja, tidak kenal tempat dan
waktu. Bagi seorang muslim kuantitas harta bukanlah tujuan, melainkan kualitas
harta itu sendiri, bagaimana keberkahan dalam mencari dan mempergunakan harta
3
itu. Allah melebihkan dan mencupkan harta atas seseorang sesuai dengan rezeki
yang telah ditetapkan.
D. Pembagian Harta
1. Harta Mutaqawwin dan Harta Ghair Mutaqawwin
a. Harta mutaqawwin ialah:sesuatu yang boleh diambil manfaatnya menurut
syara’. Harta yang termasuk mutaqawwim ialah semua harta yang baik,
dalam jenisnya maupun cara memperoleh dan penggunaanya.
Misalnya : kerbau halal dimakan oleh umat islam. Tetapi kerbau tersebut
disembelih tidak sah menurut syara’. Misalnya karena menyebut nama
4
selain Allah dalam penyembelihannya. Maka daging kerbau tidak dapat
dimanfaatkan karena cara penyembelihannya batal menurut syara’
b. Harta Ghair mutaqawwim ialah: sesuatu yang tidak boleh diambil
manfaatnya menurut syara’.Harta yang ghai rmutaqawwim ialah kebalikan
dari harta mutaqawwim yakni yang tidak boleh diambil manfaatnya. Baik
dari jenis nya, cara memperolehnya maupun cara penggunaannya.
Misalnya babi, karena haram dalam jenis nya. Sepatu yang diperoleh
dengan cara mencuri juga termasuk Ghair mutaqawwim. Uang yang
disumbangkan untuk mendanai terorisme, termasuk Ghair mutaqawwim
karena penggunaan harta itu.
5
3. Harta Mitsli Dan Harta Qimi
a. Mitsli, adalah harta yang terdapat padanannya di pasaran, tanpa adanya
perbedaan atas bentuk fisik atau bagian-bagiannya, atau kasatuannya. Ada
yang berbentuk barang takaran, barang timbangan,barang bilangan, yang
masing-masing tidak memiliki perbedaan nilai. Contohnya seperti sembako,
kain, dan lain sebagainya.
Harta mitsli dapat dikategorikan menjadi empat bagian:
1) Al-makiilat (sesuatu yang dapat ditakar) seperti; gandum, terigu, beras.
2) Al-mauzunaat (sesuatu yang dapat ditimbang) seperti kapas, besi,
tembaga.
3) Al-‘adadiyaat (sesuatu yang dapat dihitung dan memiliki kemiripan
bentuk fisik) seperti; pisang, telor, apel, begitu juga dengan hasil-hasil
industri, seperti; mobil yang satu tipe, buku-buku baru, perabotan rumah,
dan lainnya.
4) Adz-dzira’iyaat (sesuatu yang dapat diukur dan memiliki persamaan atas
bagian-bagiannya) seperti; kain, kertas, tapi jika terdapat perbedaan atas
juz-nya (bagian), maka dikategorikan sebagai harta qimi, seperti tanah.
b. Qiimi, adalah harta yang tidak terdapat padanannya di pasaran, atau
terdapat padanannya, akan tetapi nilai tiap satuannya berbeda. Al-maal al-
qimi juga biasa disebut barang bernilai tinggi. Seperti domba, tanah, kayu,
dan lain-lainnya. Walaupun sama jika dilihat dari fisiknya, akan tetapi setiap
satu domba memiliki nilai yang berbeda antara satu dan lainnya. Juga
termasuk dalam harta qimi adalah durian, semangka yang memiliki kualitas
dan bentuk fisik yang berbeda.
Perbedaan dari 2 harta ini ialah harta istihlak habis dalam sekali
pemakaian, sedangkan harta isti’mal tidak habis dalam satu kali pemakaian
dan bersifat jangka panjang (lama).
6
5. Harta mamluk, mubah dan mahjur
a. Harta mamluk ialah sesuatu yang milik seseorang maupun badan hukum
seperti yayasan dan pemerintah. Harta mamluk dibagi menjadi 2 yaitu harta
perorangan dan harta perkongsian.
1) Harta perorangan (mustaqil) berpautan dengan hak bukan pemilik.
Misalnya memakai rumah kontrakan.
2) Harta perkongsian (masyarakat) antara dua pemilik yang berkaitan
dengan hak yang bukan pemiliknya. Misalnya dua orang yang berkongsi
membuat sebuah pabrik rengginang, pabrik tersebut dimiliki dengan cara
menyewa selama 1 tahun. Kemudian hasil penjualan dibagi secara merata
antara 2 orang yang berkongsi.
b. Harta mubah ialah sesuatu yang asalnya bukan milik seseorang. Misalnya
binatang buruan, ikan yang didapat dengan cara memancing.Tiap-tiap
manusia boleh memiliki harta mubah sesuai dengan kesanggupannya, orang
yang mengambilnya akan menjadi pemiliknya.
c. Harta mahjur ialah : sesuatu yang tidak dibolehkan dimiliki sendiri dan
memberikan kepada orang lain menurut syari’at, adakalanya benda itu
berupa wakaf ataupun benda yang di khususkan untuk masyarakat umum.
Misalnya jalan raya, masjid, dll.
7. Harta yang dapat dibagi dan harta yang tidak dapat dibagi
a. Harta yang dapat dibagi ialah harta yang tidak menimbulkan suatu kerugian
atau kerusakan apabila harta itu dibagi. Misalnya beras, air, tepung, dll.
b. Harta yang tidak dapat dibagi ialah harta yang menimbulkan suatu kerugian
atau kerusakan apabila harta tersebut dibagi. Misalnya mobil, motor, kursi.
7
Harta pokok dapat disebut juga sebagai modal misalnya, uang, emas.
Sedangkan contoh harta pokok dan harta hasil ialah binatang yang beranak.
Maka binatang itu disebut sebagai harta pokok, sedangkan anak nya disebut
sebagai harta hasil.
8
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam harta pun ada beberapa pembagian harta menurut jenis, bentuk
dan pemanfa’atannya, diantaranya : . Pertama, menjelaskan harta dilihat dari segi
wujud atau bentuknya harta. Bentuk harta terbagi menjadi dua, yaitu
berupa‘ain (benda atau barang) dan manaafi’ (manfaat). kedua, berdasarkan boleh
tidaknya untuk memanfaatkan harta dibagi menjadi mutaqawwim dan ghairul
mutaqawwim. Sedangkan yang ketiga, harta dilihat dari sisi ada atau tidaknya
persamaan dari harta tersebut di pasaran, terbagi menjadi mitsli dan qiimi.
9
DAFTAR PUSTAKA
10