Anda di halaman 1dari 10

PEMBAHASAN

A. Pengertian Harta

Menurut etimologi, harta adalah sesuatu yang dibutuhkan dan diperoleh


manusia baik berupa benda yang tampa seperti emas, perak, binatang, tumbuh-
tumbuhan, maupun yang tidak tampak, yaitu manfaat seperti kendaraan, pakaian,
tempat tinggal.Dalam bahasa arab disebut dengan al-mal yang berarti condong,
cenderung, dan miring. Karena manusia cenderung ingin memiliki harta.

Harta menurut istilah, ada dua pendapat dari ahli fiqih:

1. Menurut Ulama Hanafiyah


“harta adalah segala sesuatu yang dapat diambil, disimpan, dan
dimanfaatkan.”
Dari definisi di atas, harta memiliki dua unsur:
a. Harta dapat dikuasai dan dipelihara, maka ilmu, kesehatan, kecerdasan,
udara, panas matahari bukanlah termasuk harta karena tidak dapat
disimpan dan dipelihara secara nyata.
b. Harta dimanfaatkan menurut kebiasaan, daging bangkai, makanan yang
basi tidak bisa dikatakan sebagai harta karena tidak bermanfaat. Dan
sesuatu yang dalam kebiasaan manusia tidak diperhitungkan seperti sebiji
gandung, setetes air, segenggam tanah, juga tidak termasuk harta.

2. Pendapat Jumhur Ulama Fiqih Selain Hanafiyah


Salah satu perbedaan dari definisi yang dikemukakan oleh ulama
Hanafiyah dan jumhur ulama adalah tentang benda yang tidak dapat diraba,
seperti manfaat. Ulama hanafiyah memandang bahwa manfaat termasuk
sesuatu yang dapat dimiliki, tetapi bukan harta. Adapun menurut ulama selain
Hanafiyah, manfaat termasuk harta sebab yang paling penting adalah
manfaatnya bukannya zatnya. Pendapat kedua inilah yang sering digunakan
kebanyakan manusia.
Ulama Hanafiyah, sebagaiman memandang manfaat, berpendapat bahwa
hak yang dikaitkan dengan harta pun tidak dikatakan harta sebab tidak
mungkin menyimpan dan memelihara zatnya. Selain itu, kalaupun hak milik
dan manfaat bisa didapatkan, hal itu tidak akan lama sebab sifatnya abstrak
(maknawi) dan akan hilang sedikit demi sedikit.
Ulama selain Hanafiyah berpendapat bahwa hak milik dan manfaat dapat
dipandang sebagai harta sebab dapat dikuasai dengan cara meenguasai
pokoknya. Selain itu, kemanfaatan adalah maksud dari harta. Jika tidak
memiliki manfaat, manusia tidak mungkin mencari dan mencintai harta.

1
B. Kedudukan Harta
1. Kedudukan Harta Dalam Al-Quran
a. Harta sebagai fitnah:

.‫ ٌر‬.‫ْج‬. ‫ َأ‬.ُ‫ ه‬.‫ َد‬..‫ ْن‬.‫ ِع‬.ُ ‫ هَّللا‬.‫ َو‬.ۚ .ٌ‫َة‬.‫ ن‬.‫ ْت‬.ِ‫ ف‬.‫ ْم‬.‫ ُك‬.‫ اَل ُد‬.‫و‬.ْ ‫ َأ‬.‫ َو‬.‫ ْم‬.‫ ُك‬.ُ‫ل‬.‫ ا‬.‫ َو‬..‫ َأ ْم‬.‫َ ا‬.‫َّم‬.‫ن‬.ِ‫إ‬
.‫ ٌم‬.‫ ي‬.‫ ِظ‬.‫ع‬
َ
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan
di sisi Allah-lah pahala yang besar” (At-taghabun : 15)

b. Harta sebagai perhiasan dunia:


ُ .‫َا‬.‫ي‬.ِ‫ق‬.‫َا‬.‫ ب‬.‫ ْل‬.‫ ا‬.‫ َو‬.ۖ .‫َا‬.‫ ي‬.‫ ْن‬.‫ ُّد‬...‫ل‬.‫ ا‬.‫ ِة‬.‫َا‬.‫َح ي‬. .‫ ْل‬.‫ ا‬.ُ‫َة‬.‫ن‬.‫ ي‬.‫َن ِز‬. .‫و‬....ُ‫َن‬.‫ ب‬.‫ ْل‬.‫ ا‬.‫ َو‬.‫ ُل‬.‫َ ا‬.‫ م‬.‫ ْل‬.‫ا‬
.‫ت‬
‫ اًل‬.‫ َأ َم‬.‫ ٌر‬.‫َخ ْي‬. .‫ َو‬.‫ًا‬.‫ب‬.‫ ا‬.‫َ َو‬.‫ ث‬.‫ك‬
َ .ِّ‫َر ب‬. .‫ َد‬.‫ ْن‬.‫ع‬.ِ .‫ ٌر‬.‫ ْي‬.‫ َخ‬.‫ت‬ .ُ .‫َح ا‬. .ِ‫ل‬.‫ ا‬.‫ص‬
َّ .‫ل‬.‫ا‬
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-
amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” (Al-Kahfi : 46)

c. Harta untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai kesenangan:

‫َن‬. .‫ي‬.ِ‫َن‬.‫ ب‬.‫ ْل‬.‫ ا‬.‫ َو‬.‫ ِء‬.‫ ا‬......‫س‬.


َ .ِّ‫ن‬.‫ل‬.‫َن ا‬. .‫ ِم‬.‫ت‬ ِ .‫ ا‬.‫َ َو‬.‫ ه‬......‫ش‬. َّ ‫ل‬.‫ ا‬.‫ب‬ .ُّ .‫ ُح‬.‫س‬ ِ .‫َّا‬.‫ن‬.‫ ل‬.ِ‫َن ل‬. .ِّ‫ ي‬.‫ُز‬
.‫ ِل‬..‫َخ ْي‬. .‫ ْل‬.‫ ا‬.‫ َو‬.‫ ِة‬. ‫ض‬. َّ .ِ‫ ف‬.‫ ْل‬.‫ ا‬.‫ َو‬.‫ب‬ِ َ.‫ ه‬.َّ‫ذ‬. ‫ل‬.‫َن ا‬. .‫ ِم‬.‫ ِة‬.‫َ َر‬.‫ ط‬.‫َ ْن‬.‫ ق‬.‫ ُم‬.‫ ْل‬.‫ ا‬.‫ ِر‬.‫ ي‬.‫ط‬ .ِ .‫َا‬.‫َن‬.‫ ق‬.‫ ْل‬.‫ ا‬.‫َو‬
.ِ‫ة‬.‫َا‬.‫ ي‬.‫ َح‬.‫ ْل‬.‫ ا‬.‫ع‬ ُ .‫َا‬.‫ ت‬.‫ َم‬.‫ك‬ َ ...ِ‫ ل‬.‫ َذ‬.ٰ .ۗ .‫ث‬ِ .‫ر‬.ْ َ.‫ ح‬.‫ ْل‬.‫ ا‬.‫ َو‬.‫م‬.ِ .‫َ ا‬.‫ ع‬.‫َأْل ْن‬.‫ ا‬.‫ َو‬.‫ ِة‬.‫ َم‬.‫ َّو‬..‫س‬. َ .‫ ُم‬.‫ ْل‬.‫ا‬
.ِ‫ب‬.‫ آ‬.‫ َم‬.‫ ْل‬.‫ ا‬.‫ن‬.ُ .‫ ْس‬.‫ ُح‬.ُ‫ ه‬.‫ َد‬.‫ ْن‬.‫ع‬.ِ .ُ ‫ هَّللا‬.‫ َو‬.ۖ .‫َا‬.‫ ي‬.‫ ْن‬.‫ ُّد‬.‫ل‬.‫ا‬
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).” (Ali Imran : 14)

d. Harta sebagai amanah (titipan):


“Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian
dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka
orang-orang yang beriman diantara kamu dan menafkahkan (sebagian)
hartanya mendapatkan pahala yang besar”. (QS. Al-Hadid : 7)

2. Kedudukan Harta Dalam Hadits


Kecelakan bagi penghamba pada harta:
“Celakalah orang yang menjadi hamba dinar (uang), orang yang menjadi
hamba dirha, orang yang menjadi hama to ga taua pakaian, jia diberi, ia

2
bangga, jika tidak diberi ia marah, mudah-mudahan ia celaka dan nerasa
sakit, jika dia kena suatu musibah dia tidak akan memperoleh jalan keluar”
(HR. Bukhari)

3. Anjuran Untuk Memiliki Harta Dan Giat Bekerja


Harta kekayaan tidak mugnkin datang sendiri, melainkan harus
dicapai dengan usaha atau ikhtiar. Ada beberapa dalil Al-Quran dan Hadits
yang mengisyaratkan umat islam untuk memiliki kekayaan dan giat dalam
berusaha suoaya memperoleh kehidupan yang layak, serta mampu
melaksanakan semua rukun islam yang hanya diwajibkan bagi umat islam
yang mempunyai harta atau kemampuan dari segi ekonomi.
Di antara dalil-dalil tersebut ialah:

.‫َا‬.‫ ه‬.ِ‫ ب‬.‫ ِك‬.‫َا‬.‫ ن‬.‫ َم‬.‫ ي‬.ِ‫ ف‬.‫ا‬.‫ و‬.‫ ُش‬.‫ ْم‬.‫َا‬.‫اًل ف‬.‫و‬.ُ‫ ل‬.‫ض َذ‬ َ. .‫ر‬.ْ ‫َأْل‬.‫ ا‬.‫ ُم‬.‫َ ُك‬.‫َل ل‬. .‫ َع‬.‫ َج‬.‫ ي‬.‫َّ ِذ‬.‫ل‬.‫َو ا‬. .ُ‫ه‬
.‫ ُر‬.‫ و‬.‫ ُش‬.ُّ‫ن‬.‫ل‬.‫ ا‬.‫ ِه‬.‫َ ْي‬.‫ ِإ ل‬.‫ َو‬.ۖ .‫ ِه‬.ِ‫ ق‬.‫ز‬.ْ .‫ ِر‬.‫ن‬.ْ .‫ ِم‬.‫ا‬.‫و‬.ُ‫ ل‬.‫ ُك‬.‫َو‬
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya
kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (Al-Mulk : 15)

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:


“Seseorang yang mengambil tali untuk mengikat kayu bakar, kemudian
memanggul dipundaknya untuk dijual kepada manusia, sehingga Allah
mencukupinya adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada manusia,
yang kemungkinan akan memberinya atau menolaknya”

C. Fungsi Harta
Fungsi harta bagi manusia sangat banyak. Harta dapat menunjang
kegiatan manusia baik dalam kegiatan yang baik maupun kagiatan yang buruk.
Oleh karena itu, manusia selalu berusaha untuk memiliki dan menguasainya
bahkan tak jarang memakai berbagai cara yang dilarang agama, atau ketetapan
hukum Negara.
Cara memperoleh harta biasanya akan berpengaruh terhadap fungsi harta
itu sendiri. Orang yang mencari harta dengan cara yang bathil atau haram, maka
otomatis ia akan memfungsikan harta tersebut untuk keperluan yang tidak
bermanfaat seperti mabuk, judi dan semisalnya. Kebalikannya, jika seseorang itu
mencari harta dengan cara yang halal dan benar, biasanya akan memfungsikan
harta itu untuk hal yang bermanfaat. Ketahuilah, bahwa seorang muslim tidak
haus akan harta dunia yang hanya sementara , ia sadar bahwa semua hanya titipan
yang semata-mata bisa Allah ambil kembali kapan saja, tidak kenal tempat dan
waktu. Bagi seorang muslim kuantitas harta bukanlah tujuan, melainkan kualitas
harta itu sendiri, bagaimana keberkahan dalam mencari dan mempergunakan harta

3
itu. Allah melebihkan dan mencupkan harta atas seseorang sesuai dengan rezeki
yang telah ditetapkan.

Di antara fungsi harta diantara lain:


1. Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (mahzhah),
sebab untuk ibadah diperlukan alat-alat seperti kain untuk menutup aurat dalam
pelaksaan salat, bekal untuk pelaksaa ibadah haji, berzakat, shadaqah, dll.
2. Untuk meningkatkan keimanan kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala, sebab
kefakiran cenderung mendekatkan diri kepada kekufuran sehingga pemilikan
harta dimaksudkan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah Subhaanahu
Wa Ta’ala
3. Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode ke periode berikutnya, firman
allah dalam surat An-Nisa ayat 9 :
Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang
benar”.
4. Untuk menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat.Nabi bersabda yang
artinya : “Bukanlah orang yang baik meninggalkan masalah dunia untuk
masalah akhirat. Dan yag meninggalkan masalah akhirat untuk urusan dunia,
sehingga seimbang antara keduanya. Karena masalah dunia adalah
menyampaikan manusia kepada masalah akhirat” (HR. Bukhari)

5. Untuk mengembangkan dan menegaskan ilmu-ilmu, akrena menuntut ilmu


tanpa modal akan terasa sulit. Misalnya seseorang tidak bisa kuliah bila tidak
memiliki biaya.
6. Untuk memutarkan peranan-peranan kehidupan yakni adanya pembantu dan
tuan. Adanya orang kaya dan orang miskin yang saling membutuhkan sehingga
tersusunlah masyarakat yang harmonis dan berkecukupan.
7. Untuk menumbuhkan silaturrahim, karena adanya perbedaa dan keperluan.
Misalnya dalam jual beli akan menumbulkan interaksi dan komunikasi
silaturrahim dalam rangka saling mencukupi kebutuhan.

D. Pembagian Harta
1. Harta Mutaqawwin dan Harta Ghair Mutaqawwin
a. Harta mutaqawwin ialah:sesuatu yang boleh diambil manfaatnya menurut
syara’. Harta yang termasuk mutaqawwim ialah semua harta yang baik,
dalam jenisnya maupun cara memperoleh dan penggunaanya.
Misalnya : kerbau halal dimakan oleh umat islam. Tetapi kerbau tersebut
disembelih tidak sah menurut syara’. Misalnya karena menyebut nama

4
selain Allah dalam penyembelihannya. Maka daging kerbau tidak dapat
dimanfaatkan karena cara penyembelihannya batal menurut syara’
b. Harta Ghair mutaqawwim ialah: sesuatu yang tidak boleh diambil
manfaatnya menurut syara’.Harta yang ghai rmutaqawwim ialah kebalikan
dari harta mutaqawwim yakni yang tidak boleh diambil manfaatnya. Baik
dari jenis nya, cara memperolehnya maupun cara penggunaannya.
Misalnya babi, karena haram dalam jenis nya. Sepatu yang diperoleh
dengan cara mencuri juga termasuk Ghair mutaqawwim. Uang yang
disumbangkan untuk mendanai terorisme, termasuk Ghair mutaqawwim
karena penggunaan harta itu.

2. Harta ‘Aqar dan Harta Manqul


a. ‘Iqaar,  yaitu harta yang tidak bisa dipindah dari satu tempat ke tempat
lainnya, seperti tanah dan bangunan.
b. Manquul (dipindahkan), adalah harta yang memungkinkan untuk dipindah,
ditransfer dari satu tempat ke tempat yang lainnya, baik bentuk fisiknya
berubah atau tidak, dengan adanya perpindahan tersebut. Contoh
harta manqul adalah uang, harta perdagangan, hewan, ataupun komoditas
lain yang dapat ditimbang atau diukur.
Pembedaan harta seperti ‘iqaar dan manquul, dapat mengakibatkan
beberapa konsekuensi hukum, antara lain:
o  Adanya hak syuf’ah, (hak istimewa yang dimiliki seseorang terhadap
rumah tetangganya yang akan dijual, agar rumah itu terlebih dahulu
ditawarkan kepadanya).
o  Harta yang boleh diwakafkan. Menurut ulama mazhab Hanafi, harta yang
boleh diwakafkan hanya benda tidak berpindah tempat atau benda yang
dapat dipindahkan yang sulit dipisahkan dari benda tidak berpindah.
Akan tetapi, jumhur ulama berpendirian bahwa kedua jenis harta ini bisa
diwakafkan.
o  Seorang wasi (orang yang diberi wasiat) yang berkewajiban memelihara
harta anak kecil (belum cakap bertindak hukum) tidak dibenarkan
menjual harta tidak berpindah milik anak tersebut, kecuali dalam hal-hal
yang sangat mendesak.
o  Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Abu Yusuf, gasab tidak mungkin
dilakukan pada harta tidak berpindah, karena harta tersebut tidak dapat
dipindahkan. Salah satu syarat gasab adalah barang yang digasab tersebut
dikuasai dan dipindahkan oleh orang yang menggasabnya. Disamping
itu, menurut mereka jika sekedar memanfaatkan benda tidak berpindah
tidak dinamakan gasab, karena manfaat tidak termasuk harta. Akan tetapi
jumhur ulama dan Muhammad bin Hasan asy-Syaibani berpendirian
bahwa gasab bisa terjadi pada benda yang dapat dipindahkan dan benda
tidak berpindah, karena bagi mereka manfaat tidak termasuk harta.

5
3. Harta Mitsli Dan Harta Qimi
a. Mitsli, adalah harta yang terdapat padanannya di pasaran, tanpa adanya
perbedaan atas bentuk fisik atau bagian-bagiannya, atau kasatuannya. Ada
yang berbentuk barang takaran, barang timbangan,barang bilangan, yang
masing-masing tidak memiliki perbedaan nilai. Contohnya seperti sembako,
kain, dan lain sebagainya.
Harta mitsli dapat dikategorikan menjadi empat bagian:
1) Al-makiilat (sesuatu yang dapat ditakar) seperti; gandum, terigu, beras.
2) Al-mauzunaat (sesuatu yang dapat ditimbang) seperti kapas, besi,
tembaga.
3) Al-‘adadiyaat (sesuatu yang dapat dihitung dan memiliki kemiripan
bentuk fisik) seperti; pisang, telor, apel, begitu juga dengan hasil-hasil
industri, seperti; mobil yang satu tipe, buku-buku baru, perabotan rumah,
dan lainnya.
4) Adz-dzira’iyaat (sesuatu yang dapat diukur dan memiliki persamaan atas
bagian-bagiannya) seperti; kain, kertas, tapi jika terdapat perbedaan atas
juz-nya (bagian), maka dikategorikan sebagai harta qimi, seperti tanah.
b. Qiimi, adalah harta yang tidak terdapat padanannya di pasaran, atau
terdapat padanannya, akan tetapi nilai tiap satuannya berbeda. Al-maal al-
qimi juga biasa disebut barang bernilai tinggi. Seperti domba, tanah, kayu,
dan lain-lainnya. Walaupun sama jika dilihat dari fisiknya, akan tetapi setiap
satu domba memiliki nilai yang berbeda antara satu dan lainnya. Juga
termasuk dalam harta qimi adalah durian, semangka yang memiliki kualitas
dan bentuk fisik yang berbeda.

4. Harta Istihlak Dan Harta Isti’mal


a. Harta istihlak ialah : sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaan dan
manfaatnya secara biasa. Kecuali dengan menghabiskannya.Harta istihlak
dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Harta istihlak haqiqi ialah suatu benda yang menjadi harta yang secara
jelas zat nya habis dalam sekali penggunaannya. Misalnya bensin, korek
api.
2) Harta istihlak huquqi ialah harta yang sudah habis nilainya bila
digunakan, tetapi zat nya masih ada. Misal nya batu batre (yang tidak
dapat di charge). Uang untuk bayar utang. Dipandang habis meskipun
uang tersebut masih utuh, hanya pindah kepemilikan.
b. Harta isti’mal ialah : sesuatu yang dapat digunakan berulang kali dan
materinya tetap terpelihara. Misal nya sepatu, pakaian,dll.

Perbedaan dari 2 harta ini ialah harta istihlak habis dalam sekali
pemakaian, sedangkan harta isti’mal tidak habis dalam satu kali pemakaian
dan bersifat jangka panjang (lama).

6
5. Harta mamluk, mubah dan mahjur
a. Harta mamluk ialah sesuatu yang milik seseorang maupun badan hukum
seperti yayasan dan pemerintah. Harta mamluk dibagi menjadi 2 yaitu harta
perorangan dan harta perkongsian.
1) Harta perorangan (mustaqil) berpautan dengan hak bukan pemilik.
Misalnya memakai rumah kontrakan.
2) Harta perkongsian (masyarakat) antara dua pemilik yang berkaitan
dengan hak yang bukan pemiliknya. Misalnya dua orang yang berkongsi
membuat sebuah pabrik rengginang, pabrik tersebut dimiliki dengan cara
menyewa selama 1 tahun. Kemudian hasil penjualan dibagi secara merata
antara 2 orang yang berkongsi.
b. Harta mubah ialah sesuatu yang asalnya bukan milik seseorang. Misalnya
binatang buruan, ikan yang didapat dengan cara memancing.Tiap-tiap
manusia boleh memiliki harta mubah sesuai dengan kesanggupannya, orang
yang mengambilnya akan menjadi pemiliknya.
c. Harta mahjur ialah : sesuatu yang tidak dibolehkan dimiliki sendiri dan
memberikan kepada orang lain menurut syari’at, adakalanya benda itu
berupa wakaf ataupun benda yang di khususkan untuk masyarakat umum.
Misalnya jalan raya, masjid, dll.

6. Harta ‘ain dan harta Dain


a. Harta ‘ain ialah harta yang berbentuk benda. Misalnya mobil, rumah, dll.
Harta ‘ain dibagi menjadi 2 yaitu harta ‘ain dzati qimah dan harta ‘ain ghair
dzati qimah.
1) Harta ‘ain dzati qimah adalah benda yang memiliki bentuk yang
dipandang sebagai harta karena memiliki nilai
2) Harta ‘ain ghair dzati qimah adalah benda yang tidak dapat dipandang
sebagai harta karena tidak memiliki harga. Misalnya sebiji beras.
b. Harta Dain ialah sesuatu yang berada dalam tanggung jawab. Seperti uang
yang berada dalam tanggung jawab seseorang.

7. Harta yang dapat dibagi dan harta yang tidak dapat dibagi
a. Harta yang dapat dibagi ialah harta yang tidak menimbulkan suatu kerugian
atau kerusakan apabila harta itu dibagi. Misalnya beras, air, tepung, dll.
b. Harta yang tidak dapat dibagi ialah harta yang menimbulkan suatu kerugian
atau kerusakan apabila harta tersebut dibagi. Misalnya mobil, motor, kursi.

8. Harta pokok dan harta hasil


a. Harta pokok ialah harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain.
b. Harta hasil ialah harta yang terjadi dari harta yang lain.

7
Harta pokok dapat disebut juga sebagai modal misalnya, uang, emas.
Sedangkan contoh harta pokok dan harta hasil ialah binatang yang beranak.
Maka binatang itu disebut sebagai harta pokok, sedangkan anak nya disebut
sebagai harta hasil.

9. Harta khas dan harta ‘am


a. Harta khas ialah harta pribadi, tidak bersekutu dengan yang lain, tidak boleh
diambil manfaatnya tanpa izin pemiliknya. Misalnya rumah.
b. Harta ‘am ialah harta milik umum (bersama) yang boleh diambil
manfaatnya. Misalnya jalan raya.

8
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada penghujung uraian kiranya kita perlu memberikan kesimpulan


bahwa Al-Qur’an sangat mengakui dan menghormati keberadaan dan urgensi
harta bagi kehidupan manusia. Al-Qur’an mengisyaratkan keharusan etos kerja
positif, agar manusia dapat menggali semua potensi kekayaan yang telah
disediakan Allah dan dapat mengolah serta mengembangkannya sehingga menjadi
harta yang berguna untuk memenuhi keperluan hidup, baik yang bersifat
individual maupun social. Al-Qur’an juga menggariskan bahwa pencarian dan
pemanfaatan harta itu tidak pernah lepas dari nilai-nilai moral yang telah
ditetapkan oleh Allah dan Rasulnya. Akhirnya, harta yang dianugerahkan kepada
manusia itu tidak hanya sekedar untuk dapat bertahan hidup, melainkan terfokus
pada tujuan untuk beribadah kepada pemilik mutlak, yaitu Allah Subhaanahu Wa
Ta’ala.

Arti kata harta dalam bahasa Arab ialah al-mal yang maknanya condong,


cenderung dan miring. Sedangkan menurut istilah syar’i harta diartikan sebagai
segala sesuatu yang dimanfaatkan pada sesuatu yang legal menurut hukum syara’,
seperti jual-beli (al-bay), pinjam-meminjam (‘ariyah), konsumsi dan hibah atau
pemberian.

Harta memiliki kedudukan dalam kehidupan manusia sebagaimana yang


terdapat dalam ayat-ayat Al-qur’an: harta sebagai amanah (titipan) dari allah
SWT, manusia hanyalah pemegang amanah (dalam surat Al-Hadid ayat 7), harta
sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia menikmatinya dengan baik
dan tidak berlebih-lebihan ( dalam surat Ali Imran ayat 14), harta sebagai ujian
keimanan (dalam surat At-Taghabun ayat 15).

Dalam harta pun ada beberapa pembagian harta menurut jenis, bentuk
dan pemanfa’atannya, diantaranya : . Pertama, menjelaskan harta dilihat dari segi
wujud atau bentuknya harta. Bentuk harta terbagi menjadi dua, yaitu
berupa‘ain (benda atau barang) dan manaafi’ (manfaat). kedua, berdasarkan boleh
tidaknya untuk memanfaatkan harta dibagi menjadi mutaqawwim dan ghairul
mutaqawwim. Sedangkan yang ketiga, harta dilihat dari sisi ada atau tidaknya
persamaan dari harta tersebut di pasaran, terbagi menjadi mitsli dan qiimi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Syafei, Rachmat. 2000. FIQIH MUAMALAH. Bandung: Pustaka Setia

Suhendi, Hendi. 2014. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers.

10

Anda mungkin juga menyukai