Firman Allah:
آمنوا باهلل ورسوله وأنفقوا مما جعلكم مستخلفين فيه فالذين آمنوا منكم وأنفقوا لهم
أجر كبير
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan
nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah
menjadikan kamu menguasainya.Maka orang-orang
yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang
besar. (QS. 57:7)
KEDUDUKAN HARTA MANUSIA
a. Harta sebagai kebutuhan dasar (ali-imran
14)
هو الذي جعل لكم األرض ذلوال فامشوا في مناكبها وكلوا من رزقه
وإليه النشور
Artinya:
Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu,
maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah
sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah
kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS. 67:15)
Pertama, memperoleh harta tersebut secara langsung
sebelum dimiliki oleh siapapun. Cara seperti ini sering
disebut dengan penguasaan harta bebas (ihrazu al-
mubahat). Salah satu bentuk yang jelas dari mendapatkan
bebas adalah menghidupkan (menggarap) tanah mati
yang belum dimilik atau ihya al-mawat. Hal ini sesuai
dengan hadits Nabi yang diriwayatkan dari Said bin Zubair
menurut tiga perawi hadits yang mengatakan:
“Barangsiapa yang menghidupkan tanah mati, maka ia
berhak memilikinya”.
Di samping itu juga harta bebas bisa diperoleh melalui
berburu hewan, mengumpulkan kayu dan rerumputan di
hutan rimba, dan menggali barang tambang yang berada
di perut bumi selama belum ada pihak yang
menguasainya, baik individu maupun negara.
Kedua: Memperoleh harta yang telah dimiliki oleh
seseorang melalui suatu transaksi atau akad. Bentuk
ini dipisahkan pada dua cara.
1. Peralihan harta berlangsung dengan sendirinya
atau disebut juga ijbari yang siapapun tidak dapat
merencanakan atau menolaknya seperti melalui
warisan.
2. Kedua peralihan harta berlangsung tidak dengan
sendirinya, dengan arti atas kehendak dan
keinginan sendiri, yang diebut ikhtiyari, baik
melalui kehendak sepihak seperti hibah atau
pemberian, maupun melalui kehendak dan
perjanjian timbal balik antara dua atau beberapa
pihak seperti jual beli.
LARANGAN MENCARI HARTA SAMPAI
MELUPAKAN ALLAH
Artinya:
• Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, (QS.
102:1). sampai kamu masuk ke dalam kubur. (QS.
102:2). Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui
(akibat perbuatanmu itu), (QS. 102:3)
يا أيها الذين آمنوا ال تلهكم أموالكم وال أوالدكم عن ذكر هللا ومن يفعل ذلك فأولئك هم
الخاسرون
• Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-
hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian
maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS. 63:9)
LARANGAN PENGGUNAAN HARTA
1. Israf (berlebih-lebihan)
2. Tabzir (pemborosan)
3. Ihtikar (penimbunan barang)
4. iddikhar (monopoli)
PEMBAGIAN HARTA
Dilihat dari segi kebolehan pemanfaatannya (harta
1. Mutaqawwim yaitu: harta yang diperoleh melalui
pekerjaan halal dan dibolehkan syara’ untuk
diambil manfaatnya seperti makanan halal yang
dibeli secara syar’i
2. Ghoiru mutaqawwim yaitu: harta yang dilarang
oleh syariat untuk diambil manfaatnya, baik
jenisnya, cara memperolehnya maupun cara
penggunaannya seperti; babi atau seperti sepatu
curian.)
Dilihat dari pemanfatannya (istihlak Haqiq /habis
pakai, istihlak buqui /tak habis pakai)
Dilihat dari segi ada atau tidak adanya harta sejenis
di pasaran
1. Al Mitsly: ada jenisnya dan persamaannya di
pasaran spt beras, gula dll, dibagi menjadi 4
macam: al makilaat (bisa ditakar), al mauzunaat
(bisa ditimbang), al adadiyat (bisa dihitung), al
dziroiyaat (dapat diukur dan memiliki
persamaan atas bagian-bagiannya, contoh kain)
2. Al Qiimy: harta yang tidak memiliki persamaan
di pasar, ataupun memiliki persamaan tetapi
terdapat perbedaan menurut adat antara
kesatuannya pada nilai guna barang dan
harganya, spt binatang, pohon, logam mulia
3. Mamluk: harta yang berada dibawah
kepemilikan, baik milik pemerintah, badan,
perseorangan maupun yayasan.
4. Mubah: harta yang pada asalnya bukan milik
seseorang spt air pd mata air, binatang buruan,
pohon di hutan serta buahnya.
5. Mahjur: harta yang telah dikhususkan untuk
kepentingan umum, seperti; jalan, masjid,
makam, barang wakaf, dll.
6. Al Ashl (harta pokok): harta yang dapat
menghasilkan keuntungan, spt; tanah,
pepohonan, hewan.
7. As Tsamr (harta hasil): harta yang
dihasilkan dari harta pokok, seperti uang
dari usaha sewa rumah, buah-buahan
dari pepohonan, susu dari sapi dan
kambing.
8. Harta khas adalah harta pribadi yang
tidak bercampur dg harta yg lain, yang
tidak dapat digunakan tanpa seijin
pemiliknya.
9. Harta ‘am adalah harta milik
umum/bersama.
Dilihat dari segi kepemilikannya
1. Harta yang dapat dikuasai (ikhraj)
2. Harta yang termasuk milik perorangan
3. Harta yang tidak milik perorangan tetapi
dapat menjadi milik perorangan, seperti
binatang buruan di hutan
4. Harta yang tidak dapat menjadi milik
perorangan seperti: sungai, jalan raya dll.
Mal ul qismah / harta yang bisa dibagi (seperti beras,
tepung dll) dan mal ghoirul qismah (piring, meja,
mesin dll).
Harta ‘Ain adalah harta yang berbentuk benda (fisik)
seperti rumah, kendaraan dll. Dibagi menjadi 2,
yaitu: ‘ain dzati qimah (benda yang memiliki bentuk
dan nilai), dan harta ‘ain ghayr dzati qimah, yaitu:
benda yang tidak dapat dipandang sebagai harta,
karena tidak memiliki harga seperti sebiji beras.
Harta Dayn, adalah sesuatu yang berada dalam
tanggung jawab, seperti uang yang berada dalam
tanggung jawab seseorang. Maka istilah utang
adalah dayn karena uang yang diberikan menjadi
tanggung jawab pengutang untuk
mengembalikannya
KESIMPULAN
Harta milik Allah
Maka Cara mendapatkannya harus sesuai dengan
kehendak Allah.
Ketika sudah mempunyai harta maka
penggunaannya pun sesuai dengan ketentuan Allah.
Ketika kita punya harta maka ada kewajibannya:
◦ Ada hak fakir miskin
◦ Ada tanggung jawab sosial
◦ Harta harus memberikan manfaat
Ingat Harta adalah ujian hidup..maka hati-hatilah,
tetapi juga sekaligus sebagi sarana ibadah..maka
pergunakanlah dengansebaik-baiknya.