Anda di halaman 1dari 23

HARTA DALAM ISLAM

SUUD FUADI, S.HI., M.EI


PENGERTIAN HARTA
 ‫ المال‬diambil dari kata ‫ يميل ميال‬,‫ مال‬yang berarti condong,
cenderung dan miring. Dikatakan condong,
cenderung dan miring karena secara tabi'at, manusia
cenderung ingin memiliki dan menguasai harta.
 Harta (al-mal) menurut kamus Al-Muhith adalah ma
malaktahu min kulli syai (segala sesuatu yang
engkau punyai). Menurut istilah syar’i harta diartikan
sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan pada
sesuatu yang legal menurut hukum syara’ (hukum
Islam) seperti jual beli, pinjaman, konsumsi dan
hibah atau pemberian (An-Nabhani, 1990).
PENGERTIAN HARTA
 Harta adalah segala sesuatu yang dapat diambil,
disimpan (dikuasai) dan dapat dimanfaatkan.
 Di dalam Al Quran, kata al mal dengan berbagai
bentuknya disebut 87 kali yang terdapat dalam
79 ayat dalam 38 surat. Berdasarkan pengertian
tersebut, harta meliputi segala sesuatu yang
digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari
(duniawi), seperti uang, tanah, kendaraan,
rumah, perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil
perkebunan, hasil perikanan-lautan, dan pakaian
termasuk dalam katagori al amwal.
HARTA MENURUH IMAM HANAFI
“Segala sesuatu yang naluri manusia cenderung
padanya dan dapat disimpan sampai batas waktu
yang diperlukan, baik yang berupa harta bergerak
maupun tidak bergerak”

Dalam pengertian diatas, ulama hanafiah


menentukan batasan harta pada term iddikhar
(dapat disimpan) yang mana manfaat tidak masuk di
dalamnya. Menurut Pandangan mereka manfaat
tidak
termasuk konsep harta, melainkan masuk kepada
konsep milkiyah.
Sedangkan harta menurut jumhur ulama mazhab
malikiyah, syafi’iyah, dan hanabilah adalah:
“Sesuatu yang naluri manusia memiliki
kecenderung kepadanya, dapat diserah terimakan
serta orang lain terhalang untuk
mempergunakannya”

Pengertian yang mereka kemukakan


mengisyaratkan pandangan mereka bahwa harta
tidak terbatas pada materi melainkan juga
manfaat
Implikasi dari perbedaan pendapat ulama Hanafi
dengan jumhur ulama yang muncul dari akibat
perbedaan pengertian terhadap harta ini adalah
perbedaan pendapat dari kasus sewa menyewa (al-
ijarah). Apabila seseorang menyewakan rumahnya
kepada orang lain dan kesepakatan sewa menyewa
telah disetujui kedua belah pihak, kemudian pemilik
rumah meninggal dunia maka dalam kasus seperti
ini, menurut ulama Hanafiyah, kontrak sewa rumah
itu dibatalkan, karena pemilik rumah telah wafat dan
rumah harus diserahkan kepada ahli warisnya,
karena manfaat (sewa rumah yang dikontrakkan)
tidak termasuk harta yang diwarisi.
Akan tetapi, jumhur ulama berpendirian
bahwa kontrak sewa menyewa berlangsung
terus sampai habis masa kontraknya,
sekalipun pemilik rumah telah wafat, karena
manfaat adalah harta yang boleh diwariskan
kepada ahli waris. Terhentinya akad sewa
menyewa hanya dengan jatuhnya tempo
penyewaan, bukan karena wafatnya pemilik
rumah
ALLAH SANG PEMILIK

Firman Allah:
‫آمنوا باهلل ورسوله وأنفقوا مما جعلكم مستخلفين فيه فالذين آمنوا منكم وأنفقوا لهم‬ 
‫أجر كبير‬
 Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan
nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah
menjadikan kamu menguasainya.Maka orang-orang
yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang
besar. (QS. 57:7)
KEDUDUKAN HARTA MANUSIA
a. Harta sebagai kebutuhan dasar (ali-imran
14)

‫ير ْال ُمقَ ْنطَ َر ِة ِم َن‬


ِ ‫ ْالقَنَا ِط‬.‫ين َو‬
َ ِ‫ت ِم َن النِّ َسا ِء َو ْالبَن‬ ِ ‫اس حُبُّ ال َّشهَ َوا‬ ِ َّ‫ ُزيِّ َن لِلن‬
‫ع ْال َحيَا ِة‬
ُ ‫ك َمتَا‬ ِ ْ‫ض ِة َو ْال َخ ْي ِل ْال ُم َس َّو َم ِة َواَأْل ْن َع ِام َو ْال َحر‬
َ ‫ث َذ ِل‬ َّ ِ‫ب َو ْالف‬
ِ َ‫ال َّذه‬
ِ ‫ال ُّد ْنيَا َوهَّللا ُ ِع ْن َدهُ ُحس ُْن ْال َمآ‬
‫ب‬
Artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-
wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
b. Harta sebagai perhiasan hidup (Al Kahfi: 7)
‫إنا جعلنا ما على األرض زينة لها لنبلوهم أيهم أحسن عمال‬
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang
ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami
menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik
perbuatannya.
‫‪c.‬‬ ‫)‪Harta sebagai ujian keimanan (Al Anfaal 28‬‬
‫واعلموا أنما أموالكم وأوالدكم فتنة وأن هللا عنده أجر عظيم‬
‫‪d. Harta sebagai bekal ibadah (At Taubah‬‬
‫)‪41,Ali Imran 133‬‬
‫انفروا خفافا وثقاال وجاهدوا بأموالكم وأنفسكم في سبيل هللا ذلكم خير لكم إن‬
‫كنتم تعلمون‬
CARA PEMILIKAN HARTA

‫هو الذي جعل لكم األرض ذلوال فامشوا في مناكبها وكلوا من رزقه‬
‫وإليه النشور‬
Artinya:
Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu,
maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah
sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah
kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS. 67:15)
Pertama, memperoleh harta tersebut secara langsung
sebelum dimiliki oleh siapapun. Cara seperti ini sering
disebut dengan penguasaan harta bebas (ihrazu al-
mubahat). Salah satu bentuk yang jelas dari mendapatkan
bebas adalah menghidupkan (menggarap) tanah mati
yang belum dimilik atau ihya al-mawat. Hal ini sesuai
dengan hadits Nabi yang diriwayatkan dari Said bin Zubair
menurut tiga perawi hadits yang mengatakan:
“Barangsiapa yang menghidupkan tanah mati, maka ia
berhak memilikinya”.
Di samping itu juga harta bebas bisa diperoleh melalui
berburu hewan, mengumpulkan kayu dan rerumputan di
hutan rimba, dan menggali barang tambang yang berada
di perut bumi selama belum ada pihak yang
menguasainya, baik individu maupun negara.
Kedua: Memperoleh harta yang telah dimiliki oleh
seseorang melalui suatu transaksi atau akad. Bentuk
ini dipisahkan pada dua cara.
1. Peralihan harta berlangsung dengan sendirinya
atau disebut juga ijbari yang siapapun tidak dapat
merencanakan atau menolaknya seperti melalui
warisan.
2. Kedua peralihan harta berlangsung tidak dengan
sendirinya, dengan arti atas kehendak dan
keinginan sendiri, yang diebut ikhtiyari, baik
melalui kehendak sepihak seperti hibah atau
pemberian, maupun melalui kehendak dan
perjanjian timbal balik antara dua atau beberapa
pihak seperti jual beli.
LARANGAN MENCARI HARTA SAMPAI
MELUPAKAN ALLAH
Artinya:
• Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, (QS.
102:1). sampai kamu masuk ke dalam kubur. (QS.
102:2). Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui
(akibat perbuatanmu itu), (QS. 102:3)
‫يا أيها الذين آمنوا ال تلهكم أموالكم وال أوالدكم عن ذكر هللا ومن يفعل ذلك فأولئك هم‬ 
‫الخاسرون‬
• Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-
hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian
maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS. 63:9)
LARANGAN PENGGUNAAN HARTA

1. Israf (berlebih-lebihan)
2. Tabzir (pemborosan)
3. Ihtikar (penimbunan barang)
4. iddikhar (monopoli)
PEMBAGIAN HARTA
 Dilihat dari segi kebolehan pemanfaatannya (harta
1. Mutaqawwim yaitu: harta yang diperoleh melalui
pekerjaan halal dan dibolehkan syara’ untuk
diambil manfaatnya seperti makanan halal yang
dibeli secara syar’i
2. Ghoiru mutaqawwim yaitu: harta yang dilarang
oleh syariat untuk diambil manfaatnya, baik
jenisnya, cara memperolehnya maupun cara
penggunaannya seperti; babi atau seperti sepatu
curian.)
 Dilihat dari pemanfatannya (istihlak Haqiq /habis
pakai, istihlak buqui /tak habis pakai)
 Dilihat dari segi ada atau tidak adanya harta sejenis
di pasaran
1. Al Mitsly: ada jenisnya dan persamaannya di
pasaran spt beras, gula dll, dibagi menjadi 4
macam: al makilaat (bisa ditakar), al mauzunaat
(bisa ditimbang), al adadiyat (bisa dihitung), al
dziroiyaat (dapat diukur dan memiliki
persamaan atas bagian-bagiannya, contoh kain)
2. Al Qiimy: harta yang tidak memiliki persamaan
di pasar, ataupun memiliki persamaan tetapi
terdapat perbedaan menurut adat antara
kesatuannya pada nilai guna barang dan
harganya, spt binatang, pohon, logam mulia
3. Mamluk: harta yang berada dibawah
kepemilikan, baik milik pemerintah, badan,
perseorangan maupun yayasan.
4. Mubah: harta yang pada asalnya bukan milik
seseorang spt air pd mata air, binatang buruan,
pohon di hutan serta buahnya.
5. Mahjur: harta yang telah dikhususkan untuk
kepentingan umum, seperti; jalan, masjid,
makam, barang wakaf, dll.
6. Al Ashl (harta pokok): harta yang dapat
menghasilkan keuntungan, spt; tanah,
pepohonan, hewan.
7. As Tsamr (harta hasil): harta yang
dihasilkan dari harta pokok, seperti uang
dari usaha sewa rumah, buah-buahan
dari pepohonan, susu dari sapi dan
kambing.
8. Harta khas adalah harta pribadi yang
tidak bercampur dg harta yg lain, yang
tidak dapat digunakan tanpa seijin
pemiliknya.
9. Harta ‘am adalah harta milik
umum/bersama.
 Dilihat dari segi kepemilikannya
1. Harta yang dapat dikuasai (ikhraj)
2. Harta yang termasuk milik perorangan
3. Harta yang tidak milik perorangan tetapi
dapat menjadi milik perorangan, seperti
binatang buruan di hutan
4. Harta yang tidak dapat menjadi milik
perorangan seperti: sungai, jalan raya dll.
 Mal ul qismah / harta yang bisa dibagi (seperti beras,
tepung dll) dan mal ghoirul qismah (piring, meja,
mesin dll).
 Harta ‘Ain adalah harta yang berbentuk benda (fisik)
seperti rumah, kendaraan dll. Dibagi menjadi 2,
yaitu: ‘ain dzati qimah (benda yang memiliki bentuk
dan nilai), dan harta ‘ain ghayr dzati qimah, yaitu:
benda yang tidak dapat dipandang sebagai harta,
karena tidak memiliki harga seperti sebiji beras.
 Harta Dayn, adalah sesuatu yang berada dalam
tanggung jawab, seperti uang yang berada dalam
tanggung jawab seseorang. Maka istilah utang
adalah dayn karena uang yang diberikan menjadi
tanggung jawab pengutang untuk
mengembalikannya
KESIMPULAN
 Harta milik Allah
 Maka Cara mendapatkannya harus sesuai dengan
kehendak Allah.
 Ketika sudah mempunyai harta maka
penggunaannya pun sesuai dengan ketentuan Allah.
 Ketika kita punya harta maka ada kewajibannya:
◦ Ada hak fakir miskin
◦ Ada tanggung jawab sosial
◦ Harta harus memberikan manfaat
 Ingat Harta adalah ujian hidup..maka hati-hatilah,
tetapi juga sekaligus sebagi sarana ibadah..maka
pergunakanlah dengansebaik-baiknya.

Anda mungkin juga menyukai