Anda di halaman 1dari 13

JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN

Februari 2018. Vol. 5. No.1


©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833

KAJIAN KISAH-KISAH DALAM AL-QUR’AN


(tinjauan historis dalam memahami al-Qur’an)
Abd Haris
Dosen Fakultas Agama Islam UIM Pamekasan
E-Mail: alfarobiy3112@gmail.com

Abstrak
Kisah merupakan suatu metode pembelajaran yang ternyata memiliki daya tarik
tersendiri yang dapat menyentuh perasaan dan kejiwaan serta daya pikir seseorang. Kisah
memiliki fungsi edukatif yang sangat berharga dalam suatu proses penanaman nilai-nilai
dan ajaran Islam. al-Qur’an tidak hanya membahas persoalan-persoalan tauhid yang
kaitannya dengan persoalan ubudiyah manusia semata, melainkan juga berkitan dengan
persoalan-persoalan sejarah yang terjadi pada umat-umat terdahulu agar manusia
berikutnya dapat mengambil „ibrah atau plajaran demi memperbaiki kehidupan yang akan
datang. Secara terminologi, kata kisah berasal dari bahasa arab, yaitu qassa>s. Kata
qassa>s sendiri merupakan bentuk jamak dari kata qisas yang berarti mengikuti jejak
atau menelusuri bekas atau cerita (kisah). Adapun macam-macam kisah dalam al-qur‟an
dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu dilihat dari sisi waktu kejadiannya, kemudian juga
dilihat dari segi materi atau isi kisah tersebut yang dipaparkan dalam al-Qur‟an. Sedangkan
teknik pemaran kisah dalam al-Qur‟an ada yang berbentuk seni, bentuk keagamaan dan
nasehat-nasehat. Tujuannnya adalah untuk memberikan petujuk dan rujukan kepada umat
manusia agar bisa mengambil pelajaran dari beberapa kisah yang dipaparkan dalam al-
Qur‟an.

Kata kunci: Kisah dalam al-Qur‟an

Abstract

Story is a learning method turned out to have its own charm, can touch the feelings,
psychological and thinking power of a person. The story has an invaluable educational
function in a process of planting Islamic values and teachings. Al- Qur'an is not only
discusses monotheism matters related to ubudiyah mankind, but also related to historical
problems that occur in the preceding peoples, so that the human can take 'ibrah for the sake
of improving the life to come on the ext future. In terminology, the word”story” is derived
from the Arabic word, qassas. The word qassa s itself is the plural of the word qisas which
is means the trail or tracing the former or the story (the story). As for the various stories in
Al-Qur'an can be seen from several sides, point od view from the time of the event side,
then also seen in material term or content of the story is described in Al-Qur'an. While the
actor techniques in the Qur'an are art, religious forms and advice form. The purpose is to
provide way of life and references to take lessons from some of the stories described in Al-
Qur'an.

Keywords: Al- Qur'an Stories

59
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2018. Vol. 5. No.1
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
A. Pendahuluan terwujud dengan jelas tujuannya. Orang
Kisah memiliki fungsi edukatif yang akan merasa senang mendengar dan
sangat berharga dalam suatu proses memperhatikan dengan penuh kerinduan
penanaman nilai-nilai dan ajaran Islam. serta rasa ingin tahuanya yang pada
Islam menyadari sifat alamiah manusia gilirannya akan terpengaruh dengan
yang menyenangi seni dan keindahan. Sifat nasihat dan pelajaran yang terkandung di
alamiah tersebut mampu memberikan dalamnya.2
pengalaman emosional yang mendalam Oleh sebab itulah, al-Qur’an tidak
dan dapat menghilangkan kebosanan serta hanya membahas persoalan-persoalan
kejenuhan dan menimbulkan kesan yang tauhid yang kaitannya dengan persoalan
sangat mendalam. Oleh karena itu, Islam ubudiyah manusia semata, melainkan juga
menjadikan kisah sebagai salah satu berkitan dengan persoalan-persoalan
metode dalam sebuah proses pembelajaran sejarah yang terjadi pada umat-umat
tentang kehidupan.1 terdahulu agar manusia berikutnya dapat
Suatu peristiwa yang berkaitan mengambil „ibrah atau plajaran demi
dengan sebab dan akibat dapat menarik memperbaiki kehidupan yang akan datang.
perhatian para pendengar dan pembacan.
Apabila dalam peristiwa tersebut terselip B. Pembahasan
berbagai macam pesan dan pelajaran yang 1. Mengenal kisah-kisah yang tertuang
berkaitan dengan berita orang-orang dalam al-Qur‟an
terdahulu, rasa ingin tahu merupakan Secara terminologi, kata kisah
faktor yang paling kuat yang dapat berasal dari bahasa arab, yaitu qassas.
menanamkan kesan sebuah peristiwa ke Kata qassas sendiri merupakan bentuk
dalam hati seseorang. Nasihat dengan tutur jamak dari kata qisas yang berarti
kata yang disampaikan tanpa variasi, tidak mengikuti jejak atau menelusuri bekas atau
akan mampu menarik perhatian akal cerita (kisah),3 Hal ini seperti terlihat
bahkan semua isinya tidak akan mudah dalam firman Allah swt berikut:
untuk dipahami. Akan tetapi, jika nasihat
        
itu dituangkan dalam bentuk kisah yang
menggambarkan peristiwa dalam realitas  

kehidupan umat manusia, maka akan 2


Manna al-Qattan, Mabaith fi ‘Ulum al-Qur’an
(t.k.t.: Maktabah Wahbah, 2000), 300.
1 3
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia
Logos, 1997), 97. Ilmu, 2008), 293-294.

60
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2018. Vol. 5. No.1
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
Dia (Musa) berkata, “Itulah (tempat) dicerikan semua keadaan mereka dengan
yang kita cari.” Lalu keduanya kembali,
cara yang menarik dan mempesona.7
mengikuti jejak mereka semula.4
2. Macam-macam kisah dalam al-Qur‟an
Dalam surah yang lain, Allah juga
Pembagian kisah dapat ditinjau dari
berfirman:
dua segi, yaitu segi waktu dan materi.8
        a. Ditinjau dari segi waktu terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam al-
   
Qur’an, maka dapat di bagi menjadi
Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara
Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" tiga macam. Tiga macam kisah tersebut
Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, ialah sebagai berikut: 1) Kisah ghaib
sedang mereka tidak mengetahuinya. 5
pada masa lalu, Kisah ghaib pada masa
lalu ialah kisah yang menceritakan
        
kejadian-kejadian ghaib yang sudah
       tidak bisa di tangkap oleh panca indera
yang terjadi pada masa lampau, seperti
      
kisah Maryam, kisah Nabi Nuh, dan
   kisah ashab al-Kahf.9 2) Kisah ghaib
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu pada masa kini, Kisah ghaib pada masa
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang kini adalah kisah yang menerangkan
mempunyai akal, al-Qur’an itu bukanlah
cerita yang dibuat-buat, akan tetapi keghaiban pada masa sekarang, dan
membenarkan (kitab-kitab) yang yang menyingkap rahasia orang-orang
sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat munafik, seperti kisah yang
bagi kaum yang beriman.6 menerangkan kaum munafik, kisah

al-Qur’an banyak mengandung yang menerangkan keadaan manusia


kejadian pada masa lalu, sejarah berbagai saat terjadinya hari akhir, dan

bangsa, Negeri, dan peninggalan atau jejak pencabutan nyawa manusia oleh para
setiap umat manusia, dalam al-Qur’an malaikat.10 3) Kisah ghaib pada masa
yang akan datang Kisah ghaib pada
masa yang akan datang ialah kisah-
4
Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an , kisah yang menceritakan beberapa
al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV Darus
Sunah, 2011), 302.
5 7
Ibid, 387 al-Qattan, Mabath, 300.
6 8
Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an , Djalal, Ulumul Qur’an, 296
9
al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV Darus Ibid, 296-297.
10
Sunah, 2011), 249. Ibid, 297-299.

61
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2018. Vol. 5. No.1
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
peristiwa yang akan datang yang belum (as-Saffat [37]:38-99). 2) Kisah orang-
terjadi pada waktu turunnya al-Qur’an. orang yang belum tentu Nabi dan
Kemudian peristiwa tersebut benar- sekelompok manusia tertentu, seperti
benar terjadi. Oleh karena itu, pada kisah umat Nabi Musa yang
masa sekarang merupakan peristiwa memotong sapi (surat al- Baqarah
yang di kisahkan telah terjadi, seperti [02]: 67-73, kisah Qarun yang
jaminan Allah swt. Terhadap mengkufuri nikmat (surat al- Qasas
keselamatan Nabi Muhammad saw [28]:76-81), kisah Maryam [surat
dari penganiayaan orang banyak orang Maryam [19] 16-30), kisah ashab al-
yang mengancam akan membunuhnya Kahf (surat al-Kahf [18]: 10-26), dan
pada saat itu (surat al-Ma‟idah [05]: kisah Talut (surat al- Baqarah [02]:
64), kemenangan bangsa Romawi atas 246-252). 3) Kisah peristiwa dan
Persia (surat ar- Rum: 1-4), dan kejadian pada masa Rsulullah saw,
kebenaran mimpi Nabi Muhammad saw seperti Perang Badar dan Uhud (surat
yang dapat masuk Masjidil Haram Ali Imran), Perang Hunain dan Tabuk
bersama para sahabat dalam keadaan (surat at- Taubah), dan perjalanan Isra‟
sebagian dari mereka bercukur rambut Mi‟raj Nabi Muh}ammad saw.
dan yang lain tidak (surat al-Fath: 27). 3. Teknik pemaparan kisah dalam al-
b. Di tinjau dari segi materi, Jika ditinjau Qur‟an
dari segi materi yang diceritakan, maka Pemaparan kisah dalam al-Qur’an
kisah al-Qur’an di bagi menjadi tiga memiliki cara yang spesifik, salah satunya
macam, yaitu: 1) Kisah para Nabi, ialah aspek seni. Di samping aspek seni,
tahapan dan perkembangan dakwahnya, perhatian aspek-aspek keagamaan sangat
berbagai mukjizat yang memperkuat mendominasi di dalam kisah. Teknik
dakwahnya, sikap orang-orang yang pemaparan ini dapat di pilah-pilah, seperti
memusuhinya, dan akibat-akibat yang berawal dari kesimpulan, ringkasan cerita,
di terima oleh mereka yang adegan klimaks, tanpa pendahuluan,
mempercayai dan golongan yang adanya keterlibatan imajinasi manusia, dan
mendustakannya, seperti kisah Nabi penyisipan nasihat keagamaan.11
Mu>sa (surat al-Maidah [05]: 21-26;
Taha [20]: 57-73; dan al-Qasas [28]: 7- 11
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an
35), kisah Nabi Isa (surat al-Ma‟idah (Pengantar Orientasi Studi al-Qur’an ), ed.
Musjaffa‟ Maimun, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press,
[05]: 110-120), dan kisah Nabi Ibra>hi>m 1997), 67

62
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2018. Vol. 5. No.1
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
a. Berawal dari sebuah kesimpulan, di
        
antara berbagai kisah yang dipaparkan
dalam al-Qur’an, ada yang di mulai dari        

kesimpulan. Kemudian di ikuti dengan


      
perinciannya, yaitu dari fragmen
pertama hingga fragmen terakhir.        

Sebagai contoh adalah kisah Nabi         
Yusuf yang di awali dengan mimpi dan
di pilihnya Nabi Yusuf sebagai Nabi       

[QS. 12:6-7]. Kemudian dilanjutkan (ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari
tempat berlindung ke dalam gua, lalu
dengan fragmen pertama, yaitu Nabi mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami,
Yusuf dengan saudara-saudaranya [ayat berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-
Mu dan sempurnakanlah bagi Kami
8-20]. Fragmen kedua, Nabi Yusuf di petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami
Mesir [ayat 21-33]. Fragmen ketiga, (ini)."Maka Kami tutup telinga mereka
beberapa tahun dalam gua itu,13 Kemudian
Nabi Yusuf di penjara [ayat 34- 53]. Kami bangunkan mereka, agar Kami
Fragmen keempat, Nabi Yusuf mengetahui manakah di antara kedua
golongan itu14 yang lebih tepat dalam
mendapat kepercayaan dari raja [ayat menghitung berapa lama mereka tinggal
54- 57]. Fragmen kelima, Nabi Yusuf (dalam gua itu). Kami kisahkan kepadamu
(Muhammad) cerita ini dengan benar.
bertemu dengan saudara-saudaranya Sesungguhnya mereka adalah pemuda-
[ayat 58-93]. Fragmen keenam, Nabi pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka, dan Kami tambah pula untuk
Yusuf bertemu dengan orangtuanya mereka petunjuk.15
[ayat 94- 101].12 c. Berawal dari sebuah adegan yang paling

b. Berawal dari sebuah ringkasan kisah, penting

dalam hal ini kisah di mulai dari Pola pemaparan kisah lainnya dalam

ringkasan, kemudian di ikuti dengan al-Qur’an adalah kisah yang berawal dari

rincian dari awal hingga akhir. Kisah adegan klimaks. Kemudian dikisahkan

yang menggunakan pola ini antara lain rinciannya dari awal hingga akhir. Kisah

ashab al-Kahfi dalam surat al-Kahfi 13


Maksudnya: Allah menidurkan mereka selama
309 tahun qamariah dalam gua itu (Lihat ayat 25)
yang di mulai dengan ringkasan secara sehingga mereka tak dapat dibangunkan oleh suara
garis besar. apapun.
14
Kedua golongan itu ialah pemuda-pemuda itu
sendiri yang berselisih tentang berapa lamanya
mereka tinggal dalam gua itu.
15
Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an ,
al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV Darus
12
Qalyubi, Stilistika al-Qur’an , 67-68. Sunah, 2011), 295

63
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2018. Vol. 5. No.1
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
yang menggunakan pola ini antara lain secara rinci mulai Nabi Musa AS.
kisah Nabi Musa dengan Fir‟aun dalam dilahirkan dan dibesarkan [ayat 7-13].
surat al-Qasas. Pada ayat 14-19 menceritakan ketika sudah

        dewasa. Ayat 20-22 tentang meninggalnya
(Nabi Musa) di Mesir. Ayat 23-28
       
menceritakan pertemuannya dengan dua
      anak perempuan. Ayat 29-32 menceritakan
Nabi Musa mendapatkan wahyu dari
      
Allah swt. untuk menyeru Fir‟aun. Ayat
       33-37 menceritakan pengangkatan Harun

      sebagai pembantunya. Ayat 38-42
menceritakan tentang kesombongan dan
 
keganasan Fir‟aun. Terkahir menceritakan
Kami membacakan kepadamu sebagian tentang Nabi Musa yang mendapatkan
dari kisah Musa dan Fir'aun dengan benar
untuk orang-orang yang beriman. wahyu (Taurat), terdapat pada ayat 43.20
Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat d. Tanpa pendahuluan
sewenang-wenang di muka bumi dan
menjadikan penduduknya berpecah belah, Pada umumnya kata-kata
dengan menindas segolongan dari mereka, pendahuluan digunakan pada berbagai
menyembelih anak laki-laki mereka dan
membiarkan hidup anak-anak perempuan kisah dalam al-Qur’an , apakah itu dengan
mereka.16 Sesungguhnya Fir'aun Termasuk menggunakan pola pertama, kedua, ketiga,
orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan
Kami hendak memberi karunia kepada atau dengan bentuk pertanyaan. Sebagai
orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) contoh kisah tentara bergajah pada surat al-
itu dan hendak menjadikan mereka
pemimpin dan menjadikan mereka orang- Fil [105] ayat 1-5 di dahului dengan
orang yang mewarisi17(bumi).18 pertanyaan, “Apakah kamu tidak
Itulah awal kisah yang menjadi
memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah
adegan klimasknya, yaitu tentang
bertindak terhadap tentara bergajah.”
keganasan Fir‟aun. Kemudian di kisahkan
Kemudian kisah Nabi Ibrahi>m AS.
16
Golongan yang ditindas itu ialah Bani Israil, yang dengan malaikat dalam surat al-Dhariyat
anak- anak laki-laki mereka dibunuh dan anak-anak
[51] ayat 24-30 juga di mulai dengan
perempuan mereka dibiarkan hidup.
17
Maksudnya: negeri Syam dan Mesir dan negeri- pertanyaan, “Sudahkah sampai
negeri sekitar keduanya yang pernah dikuasai
Fir'aun dahulu. sesudah kerjaan Fir'aun runtuh, kepadamu (Muhammad) cerita tamu
negeri-negeri ini diwarisi oleh Bani Israil.
18
Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an , Ibrahi>m (malaikat) yang dimuliakan?”
al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV Darus
Sunah, 2011), 386 Selain itu, kisah Nabi Musa AS. dalam

64
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2018. Vol. 5. No.1
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
surat al-Nazi‟at [79]: 15-26 juga di mulai Kisah dalam al-Qur’an banyak yang
dengan sebuah pertanyaan, “Sudahkah di susun secara garis besarnya. Adapun
sampai kepadamu kisah Musa.21 kelengkapannya diserahkan kepada
Meskipun demikian, terdapat juga imajinasi manusia. Menurut penelitian W.
beberapa kisah yang tidak didahului Montgomery Watt dalam bukunya Bell’s
pendahuluan. Tetapi kisah tersebut di Introduction to the Qur’an, al-Qur’an di
mulai secara langsung dari inti materi. susun dalam ragam bahasa lisan (oral).
Sebagai contohnya adalah kisahnya Nabi Untuk memahaminya hendaklah
Musa AS. mencari ilmu dalam surat al- dipergunakan (tambahan) daya imajinasi
Kahfi [18] ayat 60-82. Dalam kisah yang dapat melengkapi gerakan yang
tersebut dijelaskan secara langsung ke inti dilukiskan oleh lafal-lafalnya. Ayat-ayat
materi kisah, tanpa didahului dengan yang mengandung unsur bahasa ini, jika
pendahuluan.22 dibaca dengan penyertaan dramatic action
Sekalipun pemaran kisah di atas yang tepat, niscaya akan dapat membantu
tanpa di mulai pendahuluan. Di dalamnya pemahaman. Sebenarnya, gambaran
dimuat dialog atau peristiwa yang dramatika yang berkualitas ini merupakan
mengandung minat pembaca atau ciri khas gaya bahasa al- Qur‟an.20
pendengar untuk mengetahui kisah tersebut
      
sampai tuntas. Pada kisah Nabi Musa AS
ditampilkan adegan Nabi Khidir         
melubangi perahu yang di tumpanginya Dan (ingatlah), ketika Ibra>hi>m
meninggikan (membina) dasar-dasar
[ayat 71]. Selanjutnya Nabi Khidir Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa),
membunuh seorang pemuda [ayat 74] dan “Ya Tuhan kami, terimalah daripada
kami (amalan kami). Sesungguhnya
Nabi Khidir membetulkan dinding rumah Engkaulah yang Maha mendengar lagi
yang masyarakatnya sangat pelit [ayat 77]. Maha Mengetahui.”21
Pembaca atau pendengar kisah akan terus Adegan di mulai dengan pemasangan
bertanya-tanya mengapa Nabi Khidir batu oleh seorang tukang bernama
berbuat demikian. Pertanyaan itu baru Ibrahim. Dalam pemasangan batu itu
19
terjawab pada akhir kisah tersebut. digunakan campuran yang bagus.
e. Keterlibatan Imajinasi manusia
20
W. Montgomery Watt, Bell’s Introduction to the
Qur’an (Edinburg: The Uinversity Press, 1970), 60
21
Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an
, al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV Darus
19
Qalyubi, Stilistika al-Qur’an , 70-71 Sunah, 2011), 21.

65
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2018. Vol. 5. No.1
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
Imajinasi ini tergambar dari kalimat wa kebangkitan manusia dari kubur.
idh yarfa‘ Ibrah im al-Qa‘id min al-bait. Kemudian di akhiri dengan pengesaan
Ismail berperan sebagai laden Allah swt, pada ayat 98.24
tergambarkan sedang mencari batu, Contoh lainya adalah kisahnya Nabi
mengaduk bahan campuran yang dapat Yusuf AS. dalam surat Yusuf [12] ayat 1-
merekatkan batu, lalu memberikannya 111. Pada kisah ini juga disisipkan ajaran
kepada tukang (Ibra>hi>m). Imajinasi ini beriman kepada Allah swt. [ayat 37], tidak
tergambar dari peng‘atafan lafa Ismail mempersekutukann-Nya dan bersyukur
ke lafal Ibrahim yang di antarai oleh atas nikmat yang diberikan-Nya [ayat 38],
lafal al-Qawa‘id. Kemudian mereka pahala di akhirat dan Allah adalah Maha
berdoa. Antara susunan kalimat berita Penyayang [ayat 64], Allah akan
dengan doa tidak digunakan kata mengangkat derajat orang yang
penghubung ataupun lafal yad‘uwan yang dikehendaki-Nya dan di akhiri dengan
dapat menghubungkan doa dengan kalimat penjelasan bahwa al-Qur’an adalah
berita sebelumnya. Hal ini petunjuk serta rahmat bagi orang yang
menggambarkan adegan yang berlangsung beriman [ayat 111].25
itu semacam siaran langsung, sehingga Dengan demikian, tema sentral dari
penonton dapat menyaksikan adegan- ayat-ayat yang memuat kisah dalam al-
adegan tersebut secara hidup.22 Qur’an adalah kisah para Nabi dan umat
f. Penyisipan nasehat ke agamaan terdahulu. Namun, secara perlahan, para
Pemarapan kisah dalam al-Qur’an pembaca atau pendengar digiring ke
sering sekali disisipi nasihat keagamaan. berbagai ajaran agama yang bersifat
Nasihat ini antara lain berupa penegasan universal. Hal ini bisa dijadikan bukti
Allah swt dan keharusan percaya adanya bahwa komitmen kisah dalam al-Qur’an
kebangkitan manusia dari kubur.23 Adapun terhadap tujuan keagamaan sangat tinggi
contoh dalam pola ini adalah ketika al- sekali.
Qur’an menuturkan kisah Nabi Musa AS. 4. Tujuan Kisah dalam al-Qur‟an
dalam surat Taha [20], dari ayat 9-98. Di Tujuan kisah dalam al-Qur’an
tengah-tengah kisah ini, yaitu pada ayat menjadi bukti yang kuat bagi umat
50-55 disisipkan tentang kekuasaan Allah manusia bahwa al-Qur’an sangat sesuai
swt, ilmu-Nya, kemurahan-Nya, dan dengan kondisi mereka. Karena sejak kecil

22 24
Ibid., 72 ibid., 72
23 25
Qalyubi, Stilistika al-Qur’an , 72 ibid., 72-73.

66
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2018. Vol. 5. No.1
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
sampai dewasa dan tua sangat suka dengan tersebut ialah menanamkan nasihat dan
kisah. Apalagi jika kisah itu memiliki pelajaran yang dapat di ambil dari
tujuan yang ganda, yakni di samping peristiwa masa lalu.29
pengajaran dan pendidikan juga berfungsi Sedangkan yang di maksud dengan
sebagai hiburan. Bahkan di samping tujuan tujuan sekunder kisah dalam al-Qur’an
yang mulia itu, kisah-kisah tersebut adalah untuk menetapkan bahwa Nabi
diungkapkan dalam bahasa yang sangat Muhammad saw benar-benar menerima
indah dan menarik. Menjadikan orang wahyu dari Allah, bukan berasal dari
yang mendengar dan membacanya sangat orang-orang ahli kitab seperti Yahudi dan
26
menikmatinya. Nasrani. Hal ini dapat dilihat dari firman-
Pengungkapan yang demikian Nya surat Ali Imran ayat 44, Yusuf ayat
sengaja Allah buat dengan tujuan yang 10, dan Taha ayat 99.30
amat mulia, yakni menyeru umat ke jalan Hal ini tampak dalam dua aspek.
yang benar demi keselamatan dan Pertama, menjelaskan besarnya kekuasaan
kebahagian mereka di dunia dan akhirat. Allah dan kekuatan-Nya, memperlihatkan
Apabila di kaji secara saksama, maka bermacam-macam azab dan siksaan yang
diperoleh gambaran bahwa dalam garis pernah ditimpakan kepada umat-umat
besarnya tujuan pengungkapan kisah terdahulu akibat kesombongan,
dalam al-Qur’an ada dua macam, yaitu keangkuhan, dan pembangkangan terhadap
tujuan pokok dan tujuan sekunder.27 kebenaran.31
Menurut Nashruddin Baidan, Aspek kedua adalah menggambarkan
maksud dari tujuan pokok ialah merealisir kepada manusia bahwa misi agama yang di
tujuan umum yang dibawa oleh al-Qur’an bawa oleh para Nabi sejak dulu sampai
untuk menyeru dan memberi petunjuk sekarang adalah sama. Misi tersebut ialah
kepada manusia ke jalan yang benar. Agar mentauhidkan Allah swt dimanapun
mereka selamat di dunia dan akhirat.28 berada. Kaidah tauhid yang disampikannya
Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki tidaklah berbeda satu sama lain dan tidak
menyatakan bahwa kisah dalam al-Qur’an pula berubah sedikitpun.32
mempunyai tujuan yang tinggi. Tujuan Membuat jiwa Rasulullah

26
Muhammad saw tenteram dan tegar
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 230.
27 29
Ibid, 230. Baidan, Wawasan Baru, 231-232
28 30
Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, Ibid, 230.
31
Keistimewaan-keistimewaan al-Qur’an, ter. Nur Ibid, 232.
32
Faizin, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), 46 Ibid, 235.

67
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2018. Vol. 5. No.1
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
dalam berdakwah. Dengan dikisahkan
          
kepadanya berbagai bentuk keingkaran
dan kedurhakaan yang dilakukan oleh   

umat-umat di masa silam terhadap para Maka bersabarlah kamu seperti orang-
orang yang mempunyai keteguhan hati dari
Nabi dan ajaran yang di bawa mereka. Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah
Maka Nabi Muhammad saw merasa lega kamu meminta disegerakan (azab) bagi
mereka. pada hari mereka melihat azab
karena apa yang dialaminya dari yang diancamkan kepada mereka (merasa)
bermacam-macam cobaan, ancaman, dan seolah-olah tidak tinggal (di dunia)
melainkan sesaat pada siang hari. (inilah)
siksaan dalam berdakwah juga pernah suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak
dirasakan oleh para Nabi sebelumnya. dibinasakan melainkan kaum yang fasik. 33
Dengan demikian, akan timbul Mengkritik para ahli kitab terhadap
imajinasi dalam dirinya bahwa kesukaran berbagai keterangan yang mereka
tersebut tidak hanya dia yang sembunyikan tentang kebenaran Nabi
merasakannya. Melainkan para Nabi Muhammad saw dengan mengubah isi
sebelumnya juga merasakannya dan kitab mereka. Oleh karena itu al-Qur’an
bahkan ada di antara mereka yang di menantang mereka supaya mengemukakan
bunuh oleh kaumnya, seperti Nabi kitab Taurat dan membacanya jika benar,
40
Zakariya, Yahya, dan lain sebagainya. seperti tercantum dalam surat Ali Imran
Selain itu, mereka tetap sabar dan ulet serta ayat 93. Menanamkan pendidikan akhlak
tetap semangat dalam menyeru umat ke al-Karimah dan mempraktikkannya.
jalan yang benar. Karena keterangan kisah-kisah yang baik
Oleh karena itu, Allah swt. itu dapat meresap dalam hati nurani
menasihati Nabi Muhammad saw agar dengan mudah dan baik. Selain itu dapat
senantiasa bersikap sabar dan berlapang mendidik seseorang untuk meneladani
dada dalam menghadapi berbagai halangan yang baik dan menghindari yang buruk.
dan hambatan yang ditujukan oleh umat 5. Karakteristik kisah dalam al-Qur‟an
kepadanya. Kisah al-Qur’an memiliki
        karakteristik tersendiri yang berbeda
dengan cerita dan dongeng pada
        

33
Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an,
al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV Darus
Sunah, 2011), 507.

68
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2018. Vol. 5. No.1
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
umumnya. Karakteristik yang di maksud berikan kepadamu dari sisi Kami suatu
peringatan (al-Quran).38
adalah sebagai berikut:
a. Gaya bahasanya indah, mempesona,        
dan sederhana, sehingga mudah
dipahami dan mampu mengundang rasa    

penasaran para pembaca untuk Itu adalah sebahagian dan berita-berita


negeri (yang telah dibinasakan) yang
mengetahuinya secara lengkap.34 Kami ceritakan kepadamu (Muhammad);
b. Materinya bersifat universal, sesuai di antara negeri-negeri itu ada yang masih
kedapatan bekas-bekasnya dan ada (pula)
dengan sejarah perkembangan yang telah musnah.39
kehidupan manusia dari masa ke masa,
sehingga menyentuh hati nurani      
pembaca di setiap masa.35
        
c. Materinya hidup, aktual, mampu
menerangi jalan menuju masa depan 

yang cemerlang, tidak membosankan, Maka pada hari ini Kami selamatkan
badanmu40 supaya kamu dapat menjadi
dan mampu menggugah emosi pelajaran bagi orang-orang yang datang
pembaca.36 sesudahmu dan Sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari
d. Kebenarannya dapat dibuktikan secara tanda-tanda kekuasaan kami.41
filosofis dan ilmiah melalui bukti- bukti e. Penyajiannya tidak pernah lepas dari
sejarah.37 dialog yang dinamis dan rasional,
sehingga merangsang pembaca untuk
         
berpikir.
    
Demikianlah Kami kisahkan kepadamu C. Penutup
(Muhammad) sebagian kisah umat yang
telah lalu, dan Sesungguhnya telah Kami
38
Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an ,
al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV Darus
34
Sunah, 2011), 320
Abdurrahman al-Nahlawi, Pendidikan Islam di 39
Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an ,
Rumah, Sekolah dan Masyarakat (Jakarta: Gema al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV Darus
Insani Press, 1995), 239. Sunah, 2011), 234.
35 40
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an Yang diselamatkan Allah ialah tubuh kasarnya,
(Bandung: Mizan, 1995), 175. menurut sejarah, setelah Fir'aun itu tenggelam
36
Salah al-Khalidi, Kisah-kisah al-Qur’an mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh
Pelajaran dari Orang-orang terdahulu (Jakarta: orang-orang Mesir lalu dibalsem, sehingga utuh
Gema Insani Press, 1996), 301-327. sampai sekarang dan dapat dilihat di musium
37
Novita Siswayanti, “Dimensi Edukatif pada Mesir, Berhias, atau bepergian, atau menerima
Kisah-kisah al-Qur’an ,” Jurnal Kajian Al- Qur’an pinangan.
41
dan Kebudayaan, Vol. 3 No. 1 (2010), 73. Ibid, 220.

69
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2018. Vol. 5. No.1
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
al-Qur’an diturunak kepada umat peristiwa dan kejadian pada masa
manusia berfungsi sebagai landasan dan Rasulullah.
pedoman hidup dalam menjalankan tugas Tujuan kisah dalam al-Qur’an
sebagai abdun dan kholifah di muka bumi adalah merealisir tujuan umum yang
ini. Berbagai macam tuntunan dan ajaran dibawa oleh al-Qur’an untuk menyeru dan
telah dijelaskan dalam al-Qur’an , mulai memberi petunjuk kepada manusia ke jalan
dari persoalan ubudiyah, tauhid, bahkan yang benar. Agar mereka selamat di dunia
kisah-kisah umat terdahulu, mulai dan akhirat.
diciptakannya manusia pertama hingga Karakteristik yang di maksud adalah
kisah para orang-orang istimewa perspektif 1) Gaya bahasanya indah, mempesona, dan
Allah swt. sederhana, sehingga mudah dipahami dan
Kisah-kisa ini di tuangkan dalam al- mampu mengundang rasa penasaran para
Qur’an tentunya ada nilai dan maksud pembaca untuk mengetahuinya secara
tersendiri bagi umat manusia, salah lengkap. Hal ini di dukung oleh
satunya adalah untuk menjadikan sejarah penyampaian kisah Qur‟ani yang biasanya
sebagai pelajaran bagi umat manusia di awali dengan tuntutan, ancaman, atau
selanjutnya, sehingga mereka bisa tahu peringatan akan suatu bahaya. Kadang-
segala konsekwensi yang dilakukan kadang sebelum sampai pada
dengan berkaca kepada kisah-kisah yang pemecahannya, masalah-masalah tersebut
dimaksud. berakumulasi dengan tuntutan atau
Pembagian kisah dalam al-Qur’an masalah lain. Demikian itu menjadikan
terbagi ke dalam dua sisi, yaitu segi waktu kisah sebagai jalinan cerita yang
dan segi materi. kompleks, membuat pembaca menjadi
Dari segi waktu dapat dibagi ke semakin penasaran dan ingin segera
dalam beberapa hal yang diantaranya mencapai penyelesaian. 2) Materinya
adalah 1) kisah gaib pada masa lalu, 2) bersifat universal, sesuai dengan sejarah
kisah gaib pada masa kini, 3) kisah gaib perkembangan kehidupan manusia dari
pada masa yang akan dating. Sedangkan masa ke masa, sehingga menyentuh hati
jika ditinjau dari sisi materi, maka dapat di nurani pembaca di setiap masa. Kisah-
kelompokkan kedalam tiga macam, yaitu: kisah dalam al-Qur’an bukanlah kisah
1) kisah pada Nabi, 2) kisah orang-orang yang asing bagi manusia. Sebab settingnya
yang belum tentu nabi dan sekelompok bukan alam malaikat, melainkan dunia,
orang-orang tertentu, 3) kisah dan dan menampilkan realitas hidup manusia.

70
JURNAL PENELITIAN DAN PEMIKIRAN KEISLAMAN
Februari 2018. Vol. 5. No.1
©2014-2017 j.al-ulum all rights reserved
ISSN. 2355-0104 ojs.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833
3) Materinya hidup, aktual, mampu Siswayanti, Novita, “Dimensi Edukatif
pada Kisah-kisah al-Qur’an ,” Jurnal
menerangi jalan menuju masa depan yang
Kajian al-Qur’an dan Kebudayaan,
cemerlang, tidak membosankan, dan Vol. 3 No. 1 (2010).
mampu menggugah emosi pembaca. 4)
Watt, W. Montgomery, Bell’s Introduction
Kebenarannya dapat dibuktikan secara to the Qur’an, Edinburg: The
Uinversity Press, 1970.
filosofis dan ilmiah melalui bukti- bukti
sejarah. Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-
Qur’an , al-Qur’an dan
Daftar Pustaka
Terjemahnya, Jakarta: CV Darus
Abdurrahman al-Nahlawi, Pendidikan Sunah, 2011.
Islam di Rumah, Sekolah dan
Masyarakat, Jakarta: Gema Insani
Press, 1995.

Al-Qattan, Manna, Mabah ith fi ‘Ulum al-


Qur’an , t.k.t.: Maktabah Wahbah,
2000.

Baidan, Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu


Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005.

Djalal, Abdul, Ulu>mul Qur’a>n,


Surabaya: Dunia Ilmu, 2008.

Muhammad, Sayyid Alwi al-Maliki,


Keistimewaan-keistimewaan al-
Qur’an , ter. Nur Faizin, Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 2001.

Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam,


Jakarta: Logos, 1997.

Qalyubi, Syihabuddin, Stilistika al-Qur’an


(Pengantar Orientasi Studi al-
Qur’an ), ed. Musjaffa‟ Maimun,
Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997.

Salah al-Khalidi, Kisah-kisah al-Qur’an


Pelajaran dari Orang-orang
terdahulu, Jakarta: Gema Insani
Press, 1996.

Shihab, M. Quraish, Membumikan al-


Qur’an , Bandung: Mizan, 1995.

71

Anda mungkin juga menyukai