Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fajril Khoiro Alkamil

NIM : 19210038
Dosen pengampu : H. Khoirul Anam, Lc, M.Hi

UJIAN TENGAH SEMESTER

TAFSIR AHKAM

1. Surah Al-Baqarah : 229

Talak bermakna lepas atau putus pertalian, habis pergaulan, bercerai, berpisah dan
berarti putus pertalian pernikahan antara suami dan istri. Dan bahwa perpisahan dan
perceraian antara suami dan istri itu sebaiknya hanya terjadi dua kali dan suami
perbolehkan rujuk kembali kepada istri setelah terjadi perpisahan atau perceraian yang
pertama dan kedua.

Dengan kata “talak dua kali” sudah jelas yang dimaksud adalah perpisahan atau
perceraian itu dua kali itu bisa diirujuk kembali, sebab melafalkan kata talak dua atau tiga
sekaligus hanya akan menghasilkan perpisahan atau perceraian satu kali. Kemudian
apabila seorang laki-laki akan merujuknya hendaknya dengan cara yang maruf dan
mempergaulinya dengan cara yang baik dan ketika akan menceraikannya hendaknya
dengan cara yang baik juga dan tidak dibolehkan mengurangi hak-haknya sedikitpun
Ketika ditalak dan diceraikan suami tidak diperkenankan mengambil apa-apa saja yang
telah diberikan kepada istri seperti mahar dan yang lainnya dengan kata “talak dua kali”
sudah jelas yang dimaksud adalah perpisahan atau perceraian itu dua kali itu bisa diirujuk
kembali, sebab melafalkan kata talak dua atau tiga sekaligus hanya akan menghasilkan
perpisahan atau perceraian satu kali. apabila keduanya takut tidak dapat menjalankan
hukum-hukum Allah tersebut maka dibolehkan bagi isteri untuk menebus dirinya dengan
cara memberikan sebagian harta yang bisa diterima oleh suami agar bisa mentalaknya.
2. Surah Al-Baqarah : 223

Pada ayat ini menjelaskan tentang salah satu kewajiban suami istri yang
diperumpamakan sebagai pemilik ladang dan sebuah ladang. Seorang laki-laki boleh
mencampuri istrinya sesuka hati kalian dari depan atau belakang akan tetapi tetap pada
satu jalan yaitu kemaluan. istri adalah tempat menyebarkan benih atau bibit keturunan
agar berkembang dengan baik, maka suami boleh mencampuri istrinya dengan berbagai
cara yang disukainya. Asalkan tidak mendatangakan kemudhorotan. Dengan syarat bukan
seperti waktu haid dan bukan sodomi. Pendapat jumhur ulama bahwa mereka semua
secara tegas dan keras menentang perbuatan tersebut, bahkan sebagian dari mereka
menganggap kufur perbuatan sodomi.

3. Surah An-Nisaa : 19-21

Pada ayat 19 menjelaskan untuk mempertahankan kelangsungan hidup rumah


tangganya, dalam hal ini bukan berarti bahwa perceraian tidak dibolehkan apabila
kehidupan rumah tangga sudah tidak mungkin lagi untuk dipertahankan. Peringatan yang
dikandung dalam ayat ini bertujuan agar suami tidak cepat-cepat mengambil keputusan
dalam menyangkut hal rumah tangga, kecuali setelah menimbang dan menimbangnya
karena nalar jarang gagal mengetahui akibat sesuatu.

Pada ayat 20 menjelaskan tentang tuntunan jika perceraian itu terpaksa terjadi.
Dalam ayat ini melarang untuk mengambil kembali apa yang telah diberikan selama
perceraian yang bukan disebabkan oleh istri yang melakukan “fahisyah yang nyata”.

Pada ayat 21 menjelaskan tentang pernyataan yang bertanya tentang bagaimana


perasaan kalian ketika mengambil kembali mahar yang sudah diberikan oleh pihak laki-
laki, sedangkan para suami telah saling bergaul dan berhubungan. Dan kemudian istri-
istri kalian telah berjanji dengan teguh dan dengan cara yang sah untuk menjadi pasangan
suami yang baik

Dari segi hukum alasan larangan mengambil kembali maskawin adalah


disebabkan karena istri telah sanggup memberikan seluruh jiwa dan raganya kepada
suami. Dengan demikian maskawin dinilai sebagai upah maka ia adalah harga sesaat
pada waktu berhubungan, sehingga ketika hal tersebut sudah dilakukan maka upah
tersebut sudah menjadi hak milik istri

4. Surah An-Nisaa : 3

Pada ayat ini menjelaskan ketika ada seorang yang akan menikahi seorang yatim,
maka anak yatim tersebut harus diperlakukan adil seperti orang-orang biasa. Jadi tidak
boleh karena ingin menguasai hartanya atau karena paras wajahnya saja. Hal ini
menunjukkan bahwa ketika seorang takut tidak bisa berbuat adil maka lebih baik tidak
menikahi anak yatim tersebut.

Ayat ini merupakan latar belakang sebab tentang poligami. Pada dasarnya ayat
diperbolehkan poligami dalam islam bukan karena motivasi seks dan kenikmatan
biologis. Akan tetapi, motivasi social dan kemanusiaan.

Poligami bisa dibilang bukan hal yang disarankan untuk dilakukan. Dikarenakan
syarat yang diberikan oleh pelaku poligami adalah syarat yang lumayan berat, yaitu
syarat adil kepada semua istri. Dan juga islam mengutamakan prinsip monogamy.

5. Surah Al-Baqarah : 221


Pada ayat ini dijelaskan tentang larangan menikahi orang-orang musyrik sebelum
mereka beriman. Menurut imam qurtubi yang dimaksud orang musyrik adalah orang
yang menyembah berhala dan orang majusi.

Kemudian Allah SWT. Menegaskan bahwasannya menikahi hamba sahaya


perempuan yang mukmin lebih baik daripada perempuan musyrik. Imam qurtubi
menjelaskan ketika ada pilihan antara wanita budak mukmin dengan wanita musyrik,
maka diharuskan memilih wanita budak mukmin. Meskipun wanita musyrik itu lebih
menggoda, kaya, mempunyai kedudukan tinggi dan lebih menarik untuk dinikahi tetap
saja diharuskan memilih wanita yang mukmin.

6. Surah An-Nisa : 4

Pada ayat ini dijelaskan bahwa laki-laki yang hendak menikahi seorang
perempuan maka dibebankan atau diwajibkan membayar mahar sebagai dampak dari
akad nikah, sehingga marah yang telah diberikan kepada istri menjadi wajib dan menjadi
hak istri.

Para suami agar memberikan mahar berupa sesuatu yang telah mereka janjikan
kepada istri mereka pada waktu akad nikah yang terkenal dengan (mahar musamma) atau
sejumlah mahar yang biasa diterima oleh keluarga istri yang terkenal dengan (mahar
misil) karena tidak ada ketentuan mengenai jumlah itu sebelumnya.

7. Surah An-Nisaa : 35

Pada ayat ini dijelaskan bagaimana cara mengatasi kekhawatiran akan terjadinya
syiqaq atau perselisihan antara suami dan istri ketika sudah melakukan usaha-usaha yang
telah ditentukan pada ayat sebelumnya. Pada ayat ini memberikan arahan untuk
mendatangkan seorang hakam atau juru damai dari keluarga ke-2 belah pihak. Seorang
hakam boleh dari keluarga ataupun orang lain.

Tugas seorang hakam adalah mecari titik terang atas masalah yang dialami suami
istri yang berselisih. Jika usaha mencari damai gagal antara suami istri, maka diusahakan
lagi penunjukkan dua hakam yang sifatnya sebagai wakil dari suami istri yang
bersengketa dalam batas-batas kekuasaan yang diberikan kepadanya. Kalaupun ini belum
berhasil, maka untuk ketiga kalinya dicari lagi dua orang hakam yang akan mengambil
keputusan, dan keputusan itu mengikat.

8. Surah Al-Baqarah : 234

Pada ayat ini menjelaskan tentang seorang wanita yang ditinggal mati oleh
suaminya. Perempuan tersebut harus menjalani masa iddah selama 4 bulan 10 hari.
Ketentuan ini berlaku kepada istri yang sudah dicampuri maupun belum dicampuri olah
sang suami.

Sedangkan ketika istri ditingal mati pada waktu hamil, maka sang istri mengalami
masa iddah sampai ia melahirkan. Dan ketika perempuan itu sudah tidak mengalami haid
maka iddahnya tiga bulan. Dan ketika sedang haid maka iddahnya cukup haid itu sebagai
iddah.

Para ulama menganalisa beberapa tujuan iddah, seperti untuk mengetahui


bara’atur rahim,sehingga tidak terjadi percampuran nasab antara satu dengan lainnya,
sebagai suatu ibadah dalam rangka melaksanakan perintah Allah terhadap muslimah-
muslimah, menunjukkan rasa duka hati atas kematian seorang suami sebagai tanda atas
kelebihan dan kebaikan suami, memberi kesempatan suami-istri yang bercerai untuk
mengembalikan hidup baru,dengan jalan ruju’, dan sebagaipujian atas kebesaran
persoalan pernikahan.

Anda mungkin juga menyukai