C. Bentuk Pembelajaran
Kuliah interaktif, Diskusi kelompok, Tanya jawab.
D. Ringkasasan Materi
1
KONSEP HARTA DAN KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
A. KONSEP HARTA
Dalam mewujudkan kehidupan ekonomi, sesungguhnya Allah menyediakan sumber dayanya
di alam raya ini. Allah Swt mempersilahkan manusia untuk memanfaatkannya.
Dan harta merupakan salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan. Tidak ada manusia yang
tidak membutuhkan harta, dalam Al- Qur’an, kata mal (harta) disebutkan dalam 90 ayat
lebih. Sedangkan di dalam hadits Rasulullah, kata harta banyak sekali disebutkan tidak
terhitung jumlahnya. Allah Swt menjadikan harta benda sebagai salah satu di antara dua
perhiasan kehidupan dunia. Allah Swt. berfirman yang artinya :
“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” ( QS. Al –
Kahfi [18] : 46 ).
Kata harta dalam istilah ahli fikih berarti, “segala sesuatu yang dapat dimiliki dan
dimanfaatkan sebagaimana mestinya.”
Jenis Pembagian Harta
Harta benda dibagi menjadi dua kategori :
1. Pertama, harta berbentuk benda yaitu segala sesuatu yang berbentuk materi yang dapat
dirasakan oleh indera, seperti mobil dan lain sebagainya.
2. Kedua, harta berbentuk manfaat, yaitu faedah yang diperoleh dari suatu benda.
Harta juga dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan asumsi berikut ini :
Pertama : Perlindungan Syara’
1. Harta yang bernilai Yaitu harta yang memiliki harga. Orang yang membuat harta jenis
ini jika rusak harus menggantinya, apabila digunakan dengan cara yang tidak
sebagaimana mestinya. Harta ini dapat dikategorikan sebagai harta bernilai yang
berdasarkan dua ketentuan. harta yang merupakan hasil usaha dan bisa dimiliki. Kedua,
harta yang bisa dimanfaatkan menurut syara’ dalam keadaan lapang dan tidak mendesak,
seperti uang, rumah, dan sebagainya.
2. Harta yang tidak bernilai Yaitu harta yang tidak memenuhi salah satu dari dua kriteria di
atas. Seperti ikan di dalam air laut, semua ikan yang ada di dalam lautan bukan hak milik
siapapun. Demikian pula dengan minuman keras dan babi, kedua jenis harta ini tidak
termasuk harta yang bernilai bagi seorang muslim. Karena seorang muslim dilarang
untuk memanfaatkannya.
Kedua : Harta yang Bergerak dan Tidak Bergerak
1. Harta yang tidak bergerak Yaitu semua jenis harta yang tidak bisa dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Seperti tanah, bangunan, dan yang sejenisnya.
2. Harta yang bergerak Yaitu semua harta yang bisa dipindahkan dari suatu tempat ke
tempat yang lain. Seperti mobil, perabotan rumah tangga, dan yang sejenisnya.
Ketiga : Harta yang memiliki Kesamaan
1. Harta yang serupa Yaitu jenis harta yang ada padanannya di pasar, sedikitpun tidak ada
perbedaannya. Seperti beras, kurma, dan yang sejenisnya.
2
2. Harta yang tidak serupa Yaitu harta yang pada dasarnya tidak ada padanannya. Seperti
sebuah permata langka. Atau harta yang mempunyai padanan, tetapi terdapat perbedaan
dalam memperlakukannya. Seperti hewan, pohon, dan sejenisnya.
Keempat : Harta yang konsumtif dan Tidak Konsumtif
1. Harta yang konsumtif Yaitu semua harta akan habis ketika dimanfaatkan. Seperti
makanan, minuman, dan yang sejenisnya.
2. Harta yang tidak konsumtif Yaitu harta yang dapat dimanfaatkan sementara bahannya
tetap ada. Seperti buku, mobil, dan yang sejenisnya.
Kelima : Harta yang Dapat Dimiliki dan Tidak Dapat Dimiliki
1. Harta yang mutlak dapat dimiliki Yaitu harta yang dikhususkan untuk kepentingan
umum. Seperti jalan umum, jembatan dan lain sebagainya.
2. Harta yang tidak dapat dimiliki kecuali atas izin syara’ Seperti harta yang telah
diwakafkan. Harta wakaf tidak boleh diperjualbelikan, kecuali dikhawatirkan atau jelas-
jelas biaya pengeluaran untuk menjaga harta wakaf itu lebih besar dari manfaat yang
diperoleh.
3. Harta yang dapat dimiliki. Harta ini adalah jenis harta yang tidak termasuk dalam dua
kategori di atas. Islam menganjurkan keharusan menjaga harta. Rasulullah Saw. melarang
untuk menghilangkan harta. Islam juga menyamakan kedudukan harta milik pribadi sama
dengan kedudukan harta milik umum, dalam hal memberikan perlindungan, penjagaan
dan menghormati kepemilikannya, selama tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
Islam memandang harta sebagai salah satu bekal kehidupan dunia. Ia merupakan salah
satu sarana yang bisa mempermudah kehidupan manusia. Sehingga harta itu tidak dicela
karena digunakan pada hal-hal yang mungkar dan diharamkan. Harta juga tidak dipuji,
jika dipergunakan pada hal-hal yang baik. Harta hanya sebagai sarana jika
dipergunakan untuk kebaikan, maka ia akan menjadi baik dan jika dipergunakan untuk
keburukan maka ia akan menjadi buruk.
B. PENGERTIAN KEPEMILIKAN
Secara etimologi, Kepemilikan (al-milk) berasal dari bahasa Arab dari akar kata
"malaka" yang artinya penguasaan terhadap sesuatu. Kepemilikan atau al-milk biasa juga
disebut dengan hak milik atau milik saja. Para ahli fiqh mendefinisikan hak milik (al-milk)
sebagai ”kekhususan seseorang terhadap harta yang diakui syari’ah, sehingga menjadikannya
mempunyai kekuasaan khusus terhadap suatu harta tersebut, baik memanfaatkan dan atau
mentasharrufkannya”.
Secara terminology, ada beberapa definisi Al Milk yang dikemukakan oleh para fukaha.
Wahbah al-Zuhaily memmberikan definisi al-milk (hak milik) sebagai berikut :
“Hak milik ialah suatu kekhususan terhadap sesuatu harta yang menghalangi
orang lain dari harta tersebut. Pemiliknya bebas melakukan tasharruf (semua bentuk
interaksi manusia) kecuali ada halangan. Halangan/ Batasan teknis ini dapat digambarkan
sebagai berikut. Ketika ada orang yang mendapatkan suatu barang atau harta melalui
cara-cara yang dibenarkan oleh syara', maka terjadilah suatu hubungan khusus antara
barang tersebut dengan orang yang memperolehnya. Hubungan khusus yang dimiliki oleh
orang yang memperoleh barang (harta) ini memungkinkannya untuk menikmati
manfaatnya dan mempergunakannya sesuai dengan keinginannya selama ia tidak
terhalang hambatan-hambatan syar'i seperti gila, sakit ingatan, hilang akal, atau masih
terlalu kecil sehingga belum paham memanfaatkan barang.
5
Dimensi lain dari hubungan khusus ini adalah bahwa orang lain, selain si
empunya, tidak berhak untuk memanfaatkan atau mempergunakannya untuk tujuan
apapun kecuali si empunya telah memberikan ijin, surat kuasa atau apa saja yang serupa
dengan itu kepadanya. Dalam hukum Islam, si empunya atau si pemilik boleh saja
seorang yang masih kecil, belum balig atau orang yang kurang waras atau gila tetapi
dalam hal memanfaatkan dan menggunakan barang-barang "miliknya" mereka terhalang
oleh hambatan syara' yang timbul karena sifat-sifat kedewasaan tidak dimiliki. Meskipun
demikian hal ini dapat diwakilkan kepada orang lain seperti wali, washi (yang diberi
wasiat) dan wakil (yang diberi kuasa untuk mewakili).
7
samanuhu haram (dan harganya haram ). Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
bersabda :
“Ada tiga hal yang tidak akan pernah dilarang (untuk dimiliki siapa pun): air, padang
dan api “. (HR.Ibnu Majah). Mengenai barang tambang, dapat diklasifikasikan ke
dalam dua: (1) Barang tambang yang terbatas jumlahnya, yang tidak termasuk
berjumlah besar menurut ukuran individu. (2) Barang tambang yang tidak terbatas
jumlahnya. Barang tambang yang terbatas jumlah dapat dimiliki secara pribadi.
Adapun barang tambang yang tidak terbatas jumlahnya, yang tidak mungkin
dihabiskan, adalah termasuk milik umum, dan tidak boleh dimiliki secara pribadi.
Imam At Tirmidzi meriwayatkan dari Abyadh bin hamal:
“Sesungguhnya ia pernah meminta kepada Rasulullah saw untuk mengelola tambang
garamnya. Lalu beliau memberikannya. Setelah ia pergi, ada seorang dari majlis
tersebut bertanya, “wahai Rasulullah, tahukah engkau, apa yang engkau berikan
kepadanya? Sesungguhnya engkau telah memberikan sesuatu yang bagaikan air yang
mengalir.” Rasululllah kemudian bersabda, “kalau begitu, cabut kembali tambang itu
darinya.” (HR. At Tirmidzi).
MACAM-MACAM KEPEMILIKAN
Para ulama fiqh membagi kepemilikan kepada dua bentuk,yaitu:
1. Al milk At Tamm (milik sempurna)
Yaitu apabila materi dan manfaat harta itu dimiliki sepenuhnya oleh seseorang, sehingga
seluruh hak yang terkait dengan harta itu dibawah penguasaannya. Milik seperti ini
bersifat mutlak, tidak dibatasi waktu dan tidak boleh digugurkanorang lain. Ciri-cirinya
diantaranya, (a). sejak awal kepemilikan terhadap materi dan manfaat bersifat sempurna.
(b) Materi dan manfaatnya sudah ada sejak sejak pemilikan itu. (c) Pemilikannya tidak
dibatasi waktu. (d) kepemilikannya tidak dapat digugurkan.
2. Al Milk An Naqish (kepemilikan tidak sempurna)
Yaitu apabila seseorang hanya menguasai materi harta itu, tetapi manfaatnya dikuasai
orang lain. Adapun cirri-ciri nya adalah, (a) Boleh dibatasi waktu,tempat, dan sifatnya.
(b) Tidak boleh diwariskan. (c) orang yang menggunakan manfaatnya wajib
mengeluarkan biaya pemeliharaan
8
D. PEMANFAATAN KEPEMILIKAN (Tasharuf fi al – Mikiyah)
Pemanfaatan pemilikan (tasharuf fi al – mal) adalah cara bagaimana sesuai dengan hukum
syariat seseorang memperlakukan harta kekayaannya. Ada dua bentuk pemanfaatan harta
yaitu:
1. Pengembangan harta (tanmiyat al-mal) yaitu pengembangan harta yang berkaitan dengan
cara dan sarana yang menghasilkan pertambahan harta yaitu; pertanian, perdagangan,
industri dan investasi uang pada sektor jasa.
2. Penggunaan harta (infaq al-mal) yaitu pemanfaatan harta dengan atau tanpa manfaat
materil yang diperoleh. Islam mendorong umat manusia untuk menggunakan hartanya
tidak hanya sekedar untuk kepentingan pribadi tapi juga untuk kepentingan sosial. Seperti
membayar zakat, infak, sedekah, hadiah, hibah dan lain-lain.