NPM : 2151040447
Prodi : Manajemen Bisnis Syariah
Kelas :J
۟ ُوا ٱل ُّسفَهَٓا َء َأ ْم ٰ َولَ ُك ُم ٱلَّتِى َج َع َل ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم قِ ٰيَ ًما َوٱرْ ُزقُوهُ ْم فِيهَا َوٱ ْكسُوهُ ْم َوقُول
وا لَهُ ْم ۟ َُواَل تُْؤ ت
قَوْ اًل َّم ْعرُوفًا
Artinya : “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna
akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai
pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.”
ۡ َٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا ِإ َّن ِم ۡن َأ ۡز ٰ َو ِج ُكمۡ َوَأ ۡو ٰلَ ِد ُكمۡ َع ُد ًّوا لَّ ُكمۡ ف
ْ ُٱح َذرُوهُمۡ َوِإن ت َۡعف
وا
َّحي ٌمِ ُوا فَِإ َّن ٱهَّلل َ َغفُو ٌر ر ْ ُوا َوت َۡغفِر ْ َصفَح ۡ َوت
Artinya : “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu
dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah
kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”
ِ ِإنَّ َمٓا َأمۡ ٰ َولُ ُكمۡ َوَأ ۡو ٰلَ ُد ُكمۡ فِ ۡتنَةٌ َوٱهَّلل ُ ِعن َد ٓۥهُ َأ ۡج ٌر ع
َظي ٌم
Surat At Takatsur memberikan ancaman kepada setiap orang yang hanya hidup
untuk kelezatan dan kesenangan duniawi semata. Orang yang senantiasa berlomba-
lomba dalam kesenangan duniawi, ia bisa terlalaikan dari ibadah dan baru tersadar
ketika kematian telah tiba. Pada hari kiamat nanti, orang-orang yang berlomba-lomba
dalam kesenangan duniawi akan mengetahui akibatnya. Orang yang terlalaikan dari
akhirat karena bermegahan di dunia, kelak akan menyaksikan neraka secara langsung
karena menjadi penghuninya. Setiap yang kita nikmati adalah nikmat dari Allah SWT
yang kelak akan ditanya dan dimintai pertanggungjawaban.
B. Kesimpulan dari makalah ayat-ayat tentang riba dalam ekonomi dan Islam
Kata riba berasal dari bahasa Arab, secara etimologis berarti tambahan
(azziyadah), berkembang (an-numuw), membesar (al-'uluw) dan meningkat (al-irtifa).
Sehubungan dengan arti riba dari segi bahasa tersebut, ada ungkapan orang Arab kuno
menyatakan sebagai berikut: arba fulan 'ala fulan idza azada 'alaihi (seorang melakukan
riba terhadap orang lain jika di dalamnya terdapat unsur tambahan) atau disebut liyarbu
ma a'thaythum min syai'in lita'khuzu aktsara minhu (mengambil dari sesuatu yang kamu
berikan dengan cara berlebih dari apa yang diberikan).
Diharamkannya riba bukan tanpa sebab, Allah mengharamkan riba dengan alasan-
alasan dan sebab sebagai berikut:
1. Riba dapat menghilangkan sikap saling tolong menolong.
2. Riba dapat merampas kekayaan orang lain dengan cara yang batil.
3. Riba membentuk orang menjadi pemalas
4. Riba menyebabkan putusnya perbuatan baik terhadap sesama manusia dengan cara
utangpiutang atau menghilangkan faedah utang-piutang sehingga riba lebih
cenderung memeras orang miskin daripada menolong orang miskin.
Sebab-sebab dilarangnya riba menurut sudut pandang ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Riba tak lain adalah mengambil harta orang lain tanpa ada nilai imbangan apapun.
2. Riba dilarang karena menghalangi pemodal untuk terlibat dalam usaha mencari
rezeki.
3. Dengan riba, biasanya pemodal semakin kaya dan bagi peminjam semakin miskin,
sekiranya dibenarkan maka yang ada orang kaya menindas orang miskin.
َ ِسِّ ٰذل
ك بِاَنَّهُ ْم ۗ اَلَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ الرِّ ٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َكما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَخَ بَّطُهُ ال َّشي ْٰط ُن ِمنَ ْالم
َ َ
َوا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنت ٰ وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم
ۗ الرِّب ۘ قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الرِّ ٰب
ٰۤ ُ
َار ۚ هُ ْم ِف ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن
ِ َّك اَصْ ٰحبُ الن َ ول ِٕى فَ َواَ ْمر ٗ ُٓه اِلَى هّٰللا ِ ۗ َو َم ْن عَا َد فَا
ۗ َٰهى فَلَهٗ َما َسل
Artinya : “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka
berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti,
maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.”
Agar suatu perjanjian atau akad jual beli yang dilaksanakan oleh para pihak
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, maka transaksi tersebut harus memenuhi
rukun dan syarat jual beli. Adapun yang menjadi rukun jual beli terdiri dari :
1. Adanya pihak penjual dan pihak pembeli
2. Adanya harga untuk nilai tukar dan benda atau objek transaksi
3. Adanya lafadh atau ijab qabul
Setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia, baik dalam urusan ibadah maupun
muamalah mempunyai landasan hukumnya, seperti yang telah dijelaskan di atas.
Demikian halnya dengan perjanjian jual beli merupakan akad dari sejumlah akad yang
diatur oleh agama. Jika dilihat dari kitab-kitab fikih akan ditemukan hukum yang terdapat
dalam perjanjian jual-beli, yaitu mubâh, wajib, sunat, makruh dan haram.
a. Mubah
Mubah adalah hukum asal dari perjanjian jual beli, hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT:
b. Wajib
Hukum jual beli menjadi wajib apabila dalam keadaan terpaksa karena melarat atau
ketiadaan makanan sehingga jika barang tersebut tidak dijual dapat mengakibatkan
masyarakat luas menderita kelaparan.
c. Sunnah
Jual beli jika dilaksanakan keluarga dekat atau sahabat-sahabatnya, maka hukumnya
sunnah. Karena dalam Islam dianjurkan untuk berbuat baik kepada sesama
saudaranya, temannya, dan kaum kerabat yang lainnya.
d. Makruh
Makruh melaksanakan sesuatu perjanjian yang akan digunakan untuk melanggar
ketentuan syara‟ seperti menjual anggur kepada sesesorang yang diduga akan dibuat
menjadi minuman keras (khamr).
e. Haram
Hukum dalam bermuamalah itu dapat berubah menjadi haram apabila benda yang
menjadi objeknya transaksi itu adalah sesuatu yang memang telah diharamakan oleh
syara‟, seperti khamr, bangkai, daging babi dan sebagainya.
Ditinjau dari hukum dan sifat jual beli, jumhur ulama membagi jual beli menjadi
dua macam, yaitu jual beli yang dikategorikan sah dan jual beli yang dikategorikan tidak
sah. Jual beli yang sah adalah jual beli yang memenuhi ketentuan syara’, baik rukun
maupun syaratnya, sedangkan jual beli yang tidak sah adalah jual beli yang tidak
memenuhi salah satu syarat dan rukun sehingga jual beli menjadi rusak atau batal.