Anda di halaman 1dari 15

INFAQ DALAM ALQURAN DAN HADIS

Oleh Kelompok
Atikah Noor

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2020
6. INFAQ DALAM ALQURAN DAN HADIS

1. Pengertian Infaq dalam Alquran


Infaq berasal dari kata ‫ انفك‬yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta)
untuk kepentingan sesuatu, pengeluaran sukarela yang tidak ditentukan jumlah
dan waktunya. Menurut kamus besar bahasa Indonesia infaq berarti pemberian
(sumbangan) harta dan sebagainya (selain zakat wajib) untuk kebaikan.1
Sedangkan menurut syara‟ infaq berarti mengeluarkan sebagian harta atau
pendapatan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan agama Islam. Setiap kali
seorang muslim menerima rezeki dari Allah maka ia dapat menginfaqkan
sebagian hartanya. Infaq berbeda dengan zakat, infaq tidak mengenal nisab dan
jumlah harta yang ditentukan secara hukum.2 Dari pengertian ini dapat diketahui
bahwa infaq merupakan salah satu bentuk keadilan dalam mendistribusikan
kekayaan, dimana dalam Islam tujuan dari distribusi kekayaan adalah agar
kekayaan tidak menumpuk pada segolongan kecil masyarakat. Karena dalam harta
itu ada hak-hak orang miskin seperti yang tertuang dalam Q.S Adz-Dzariyat/51 :
19 sebagai berikut :

ِ ‫ق لِّلسَّٓاِئ ِل َو ۡٱل َم ۡحر‬


‫ُوم‬ ّ ٞ ‫َوفِ ٓي َأمۡ ٰ َولِ ِهمۡ َح‬
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta
dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.”3
Kata Infaq berasal dari kata anfaqo-yunfiqu , artinya membelanjakan atau
membiayai, arti infaq menjadi khusus ketika dikaitkan dengan upaya realisasi
perintah-perintah Allah. Dengan demikian Infaq hanya berkaitan dengaat atau
hanya dalam bentuk materi saja, adapun hukumnya ada yang wajib (termasuk
zakat, nadzar),ada infaq sunnah, mubah bahkan ada yang haram. Dalam hal ini
infaq hanya berkaitan dengan materi. Menurut kamus bahasa Indonesia Infaq
adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat Sedangkan
menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau

1
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:balai pustaka, 1989), hlm.330
2
Didin Hafihuddin,Panduan Praktis tentang ZakaT Infaq dan sedekah (Jakarta:Gema Insani,
2002), hlm. 14
3
Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah “Al-Kaffah” (Jakarta: 2012, Sukses
Publishing), hlm. 522

10
pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran
Islam.4
Oleh karena itu Infaq berbeda dengan zakat, infaq tidak mengenal nisab
atau jumlah harta yang ditentukan secara hukum. Infaq tidak harus diberikan
kepada mustahik tertentu, melainkan kepada siapapun misalnya orang tua,
kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orang-orang yang sedang dalam
perjalanan. Dengan demikian pengertian infaq adalah pengeluaran suka rela yang
di lakukan seseorang. Allah memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk
menentukan jenis harta, berapa jumlah yang sebaiknya diserahkan. setiap kali ia
memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa infaq bisa diberikan kepada
siapa saja artinya mengeluarkan harta untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan
menurut islilah syari'at, infaq adalah mengeluarkan sebagian harta yang
diperintahkan dalam islam untuk kepentingan umum dan juga bisa diberikan
kepada sahabat terdekat, kedua orang tua, dan kerabat-kerabat terdekat lainnya.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa infaq adalah mengeluarkan harta yang
mencakup harta benda yang dimiliki dan bukan zakat. Infaq ada yang wajib dan
ada pula yang sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dan lain-
lain. Infaq sunnah diantara nya, infaq kepada fakir miskin sesama muslim, infaq
bencana alam, infaq kemanusiaan, dan lain lain. Terkait dengan infaq ini
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim
ada malaikat yang senantiasa berdo’a setiap pagi dan sore : “Ya Allah SWT
berilah orang yang berinfaq, gantinya. Dan berkata yang lain : “Ya Allah
jadikanlah orang yang menahan infaq, kehancuran”.5
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kata “Infaq” digunakan
tidak hanya menyangkut sesuatu yang wajib, tetapi mencakup segala macam
pengeluaran / nafkah. Bahkan, kata itu digunakan untuk pengeluaran yang tidak
ikhlas sekalipun. Firman Allah dalam QS al-Baqarah (2) : 262 dan 265 serta QS
al-Anfal (8) : 36 dan al-Taubah (9) : 54 merupakan sebagian ayat yang dapat

4
Majalah OASE Desember 2012 . 15.
5
Az Zuhaili, Wahbah. Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu Juz II. Darul Fikr. Damaskus. 1996.916.

11
menjadi contoh keterangan di atas.6 Dibawah ini sebagian ayat Alquran yang
membicarakan tentang definisi Infaq :
QS. AL Baqarah Ayat 262 dan 265

ۡ‫ ُرهُم‬h‫ ا َوٓاَل َأ ٗذى لَّهُمۡ َأ ۡج‬hّ‫وا َم ٗن‬h


ْ hُ‫ٓا َأنفَق‬hh‫ٱلَّ ِذينَ يُنفِقُونَ َأمۡ ٰ َولَهُمۡ فِي َسبِي ِل ٱهَّلل ِ ثُ َّم اَل ي ُۡتبِعُونَ َم‬
َ‫ف َعلَ ۡي ِهمۡ َواَل هُمۡ يَ ۡحزَ نُون‬ ٌ ‫خَو‬ ۡ ‫ِعن َد َربِّ ِهمۡ َواَل‬

‫ َو ٍة‬hh‫ت ٱهَّلل ِ َوت َۡثبِ ٗيتا ِّم ۡن َأنفُ ِس ِهمۡ َك َمثَ ِل َجنَّ ۢ ِة بِ َر ۡب‬
ِ ‫ضا‬َ ‫َو َمثَ ُل ٱلَّ ِذينَ يُنفِقُونَ َأمۡ ٰ َولَهُ ُم ۡٱبتِغَٓا َء َم ۡر‬
ۗ
‫صي ٌر‬ِ َ‫ ّل َوٱهَّلل ُ بِ َما ت َۡع َملُونَ ب‬ٞ َ‫ل فَط‬ٞ ِ‫ُص ۡبهَا َواب‬ ِ ‫ل فَات َۡت ُأ ُكلَهَا‬ٞ ِ‫صابَهَا َواب‬
ِ ‫ض ۡعفَ ۡي ِن فَِإن لَّمۡ ي‬ َ ‫َأ‬
Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak
mengiringi apa yang dia infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan
mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih
hati.7

Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari


rida Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun
yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun
itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.8
QS. Al Anfal Ayat 36

ُ h‫يُنفِقُونَهَا ثُ َّم تَ ُك‬h‫بِي ِل ٱهَّلل ۚ ِ فَ َس‬h‫وا عَن َس‬


ۡ‫ون َعلَ ۡي ِهم‬h ْ ‫ ُّد‬h‫ص‬ُ َ‫ ٰ َولَهُمۡ لِي‬hۡ‫ُوا يُنفِقُونَ َأم‬
ْ ‫ِإ َّن ٱلَّ ِذينَ َكفَر‬
ۗ ‫َح ۡس َر ٗة ثُ َّم ي ُۡغلَب‬
َ‫ُونَ َوٱلَّ ِذينَ َكفَر ُٓو ْا ِإلَ ٰى َجهَنَّ َم ي ُۡح َشرُون‬
Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menginfakkan harta mereka
untuk menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan (terus)
menginfakkan harta itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri, dan

6
An Nawawi. Sahih Muslim bi Syarhi An Nawawi Juz VII. ,(Darul Fikr. Beirut. 1982), 32
7
Kementerian Agama.........
8
Kementerian Agama.........

12
akhirnya mereka akan dikalahkan. Ke dalam neraka Jahanamlah orang-
orang kafir itu akan dikumpulkan.9

QS. At Taubah Ayat 54

‫لَ ٰوةَ ِإاَّل‬h ‫ٱلص‬


َّ َ‫ُوا بِٱهَّلل ِ َوبِ َرسُولِ ِهۦ َواَل يَ ۡأتُون‬
ْ ‫َو َما َمنَ َعهُمۡ َأن تُ ۡقبَ َل ِم ۡنهُمۡ نَفَ ٰقَتُهُمۡ ِإٓاَّل َأنَّهُمۡ َكفَر‬
َ‫َوهُمۡ ُك َسالَ ٰى َواَل يُنفِقُونَ ِإاَّل َوهُمۡ ٰ َك ِرهُون‬

Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka
nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan
Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan
malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan
rasa enggan.10

2. Ayat-ayat Infaq dalam Alquran


Berdasarkan hukumnya infaq dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu Infaq
wajib dan sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dan lain-lain.
Sedang Infaq sunnah diantaranya, seperti infaq kepada fakir miskin, sesama
muslim, infaq bencana alam, infaq kemanusiaan, dan lain-lain. Dalam Q.S. Ali
Imran 134 juga terdapat ayat yang menerangkan tentang infaq yaitu :

ُ ‫اس َوٱهَّلل‬ ۡ ۡ ٰۡ َّ ‫ونَ فِي‬hhُ‫ٱلَّ ِذينَ يُنفِق‬


ِ ۗ َّ‫افِينَ َع ِن ٱلن‬hh‫ ظَ َوٱل َع‬hh‫رَّٓا ِء َوٱل َك ِظ ِمينَ ٱلغ َۡي‬hh‫ٱلض‬
َّ ‫رَّٓا ِء َو‬hh‫ٱلس‬
َ‫يُ ِحبُّ ۡٱل ُم ۡح ِسنِين‬
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.”

9
Kementerian Agama........
10
Kementerian Agama........

13
Berdasarkan firman Allah di atas bahwa Infaq tidak mengenal nishab
seperti zakat. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang
berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia disaat lapang maupun sempit.
Jika zakat harus diberikan pada mustahik tertentu (8 asnaf) maka infaq boleh
diberikan kepada siapapun juga, misalkan untuk kedua orang tua, anak yatim,
: anak asuh dan sebagainya. Dalam ayat yang lain yaitu QS. Al Baqarah 215 yaitu

‫خَي ٖر فَلِ ۡل ٰ َولِد َۡي ِن َوٱَأۡل ۡق َربِينَ َو ۡٱليَ ٰتَ َم ٰى َو ۡٱل َم ٰ َس ِكي ِن‬
ۡ ‫ونَ قُ ۡل َمٓا َأنفَ ۡقتُم ِّم ۡن‬
ۖ ُ‫يَ ۡسلُونَكَ َما َذا يُنفِق‬
ْ ُ‫يل َو َما ت َۡف َعل‬
‫يم‬ٞ ِ‫وا ِم ۡن خ َۡي ٖر فَِإ َّن ٱهَّلل َ بِِۦه َعل‬ ِ ۗ ِ‫َو ۡٱب ِن ٱل َّسب‬
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka
infakkan. Katakanlah, "Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya
diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan." Dan kebaikan apa saja yang kamu
kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti ‘benar’. Menurut
terminologi syariat pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk
juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja jika infak berkaitan dengan
materi, sedekah memilki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat nonmateriil.
Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika
tidak mampu bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, membaca takbir,
tahmid, tahlil, berhubungan suami istri, dan melakukan kegiatan amar ma’ruf
nahi munkar adalah sedekah.11
Kata sedekah yang dalam bahasa arabnya adalah sodaqah yang terdiri dari
huruf sad, dal, qaf, memiliki rumpun yang sama dengan sidiq(salah satu sifat
wajib rasul) yang aritnya jujur, juga dengan kata sodiq (yang artinya teman)
serta sidq (yang artinya percaya). Oleh karena itu orang yang bersedekah adalah
orang yang membuktikan kepercayaannya secara jujur sebagai bentuk
persahabatan  (tanpa pamrih) dalam bentuk pemberian harta. Oleh karena itu
mahar yang diberikan kepada perempuan adalah sodaq. Dengan demikian orang
yang beriman adalah orang yang mau memberi, sebagai bentuk konkrit dari iman
11
Didin Hafihuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah. (Jakarta: Gema Insani,
2002), hlm. 15

14
yang ada dalam hatinya. Dari sini, lawan dari kata sidq adalah kidzb yang berarti
bohong yang dimiliki orang munafiq. Secara etimologi, al-jurjani mengatakan,
“sedekah ialah sebuah pemberian yang diberikan karena mengharap ridha dari
Allah swt.”. menurut ar-raghib, “sedekah ialah harta yang dikeluarkan seseorang
dengan maksut ibadah, seperti zakat. Akan tetapi, sedekah dasarnya disyariatkan
untuk suatu hal yang disunnahkan, sedangkan zakat untuk hal yang
diwajibkan”.12
Sekalipun jumlah yang diinfaqkan sedikit sesungguhnya Allah akan
membalasnya, hal ini sesuai dengan Q.S Al-Baqarah/2: 272 yaitu :

‫ا‬hh‫ ُكمۡۚ َو َم‬h‫ ٖر فََأِلنفُ ِس‬h‫خَي‬


ۡ ‫وا ِم ۡن‬h ْ hُ‫ا تُنفِق‬hh‫ٓا ۗ ُء َو َم‬h‫ ِدي َمن يَ َش‬h‫ َد ٰىهُمۡ َو ٰلَ ِك َّن ٱهَّلل َ يَ ۡه‬hُ‫ كَ ه‬h‫س َعلَ ۡي‬
َ ‫لَّ ۡي‬
َ‫ف ِإلَ ۡي ُكمۡ َوَأنتُمۡ اَل تُ ۡظلَ ُمون‬ ْ ُ‫تُنفِقُونَ ِإاَّل ۡٱبتِغَٓا َء َو ۡج ِه ٱهَّلل ۚ ِ َو َما تُنفِق‬
َّ ‫وا ِم ۡن خ َۡي ٖر يُ َو‬
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan
tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang
dikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di
jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan janganlah kamu
membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. dan
apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi
pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya
(dirugikan).”13
Jaminan yang diberikan dalam ayat ini yaitu bahwa infaq yang dikeluarkan tidak
akan disia-siakan. Kita dilarang berfikiran bahwa apa saja yang telah kita berikan
itu akan sia-sia, itu adalah pemikiran yang salah, disamping itu infaq tersebut akan
menghapus ketidakmerataan kekayaan dan menegakkan prinsip keadilan
didunia.14 Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan kepada
siapapun misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin atau orang-orang
yang sedang dalam perjalanan.

12
Waryono abdul ghofur, Tafsir Sosial: Mendialogkan Teks dengan Konteks.(Yogyakarta: eLSAQ
Press, 2005), hlm. 230.
13
Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah “Al-Kaffah” (Jakarta: 2012, Sukses
Publishing), hlm. 522.
14
Ana Nurwahidah, Manajemen Infaq Secara Sektoral dibaitul Maal Hidayatullah (BMH) Cabang
malang: MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari (2016), hlm. 7-8

15
Selanjutnya dalam Surat Al baqarah Ayat 267-268 Allah menejelaskan
iman dan Infaq beriringan seperti dibawah ini :

‫ض َواَل‬ِ ۖ ‫ا لَ ُكم ِّمنَ ٱَأۡل ۡر‬hَ‫ ۡبتُمۡ َو ِم َّمٓا َأ ۡخ َر ۡجن‬h‫ا َك َس‬h‫ت َم‬ ِ َ‫وا ِمن طَيِّ ٰب‬hْ ُ‫و ْا َأنفِق‬h ٓ ُ‫ا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬hَ‫ٰيََٓأيُّه‬
‫و ْا َأ َّن ٱهَّلل َ َغنِ ٌّي‬h ْ ‫باخ ِذي ِه ِإٓاَّل َأن تُ ۡغ ِمض‬
ۡ ‫ ۚ ِه َو‬h ‫ُوا فِي‬
ٓ h‫ٱعلَ ُم‬ ِ ‫يث ِم ۡنهُ تُنفِقُونَ َولَ ۡستُم‬ َ ِ‫وا ۡٱلخَ ب‬ ْ ‫تَيَ َّم ُم‬
ُ ‫اٗل ۗ َوٱهَّلل‬h ‫ض‬ َ hِ‫َح ِمي ٌد ٱل َّش ۡي ٰطَ ُن يَ ِع ُد ُك ُم ۡٱلفَ ۡق َر َويَ ۡأ ُم ُر ُكم بِ ۡٱلفَ ۡح َشٓا ۖ ِء َوٱهَّلل ُ يَ ِع ُد ُكم َّم ۡغف‬
ۡ َ‫ هُ َوف‬h‫ر ٗة ِّم ۡن‬h
‫يم‬ٞ ِ‫ٰ َو ِس ٌع َعل‬
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan
dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan
untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.

3. Prilaku Infaq dalam Alquran


Perekonomian memegang peranan penting didalam kehidupan manusia,
karna pada dasarnya manusia selalu menginginkan kehidupannya didunia ini
dalam keadaan bahagia, baik secara material maupun spiritual, individual maupun
sosial. Namun, dalam praktiknya kebahagiaan multi dimensi ini sangat sulit diraih
karena keterbatasan kemampuan manusia dalam memahami dan menerjemahkan
keinginannya secara komprehensif, keterbatasan dalam menyeimbangkan antar
aspek kehidupan. Masalah ekonomi merupakan satu bagian dari aspek kehidupan
yang diharapkan akan membawa manusia kepada tujuan hidupnya yakni
tercapainya kesejahteraan di dunia dan di akhirat. (Pusat Pengkajian dan
Pengembangan Ekonomi Islam, 2011 : 2)
Di dalam perekonomian tidak lepas dari hal yang namanya pendapatan.
Karna pendapatan merupakan hasil dari aktivitas ekonomi yang dilakukan, tinggi

16
rendah atau baik buruknya pendapatan memberikan pengaruh didalam kehidupan
individu maupun kehidupan sosial seseorang. Baik itu menentukan sejahteranya
kehidupan seseorang dan juga memberikan acuan dalam kehidupan sosial
seseorang, baik itu dari segi sumbangsihnya dalam masyarakat, seperti berzakat,
infak, shadaqah dan yang lainnya. Pemahaman Islam mengajarkan bahwa
merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk berusaha semaksimal
mungkin melaksanakan semua syari’ah (aturan) Islam disegala aspek kehidupan,
termasuk dalam pencaharian kehidupan (ekonomi). Demikian pula aspek ekonomi
Islam yang merupakan bagian ilmu sosial, tidak lepas dari konsep-konsep Islam
(syari’ah) yang harus dilaksanakan dalam bidang tersebut.
Hubungan Islam komprehensif dengan ekonomi Islam, yaitu bahwa kajian
ekonomi Islam mencakup Aspek mu’amalah, mu’asyarah, akhlak, dan sebagai
landasannya adalah aqidah dan ubudiah. Misalnya, pembahasan distribusi terdapat
aspek ibadah yaitu zakat, infak, serta sedekah. (Lukman Hakim, 2012 :3) Tetapi
melihat fenomena yang terjadi dimasyarakat sekarang, pendistribusian aspek
ibadah seperti zakat, infak, serta sedekah masih belum terealisasikan dengan baik,
khususnya di dusun metro lestari desa simpang kubu. Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk berzakat dipengaruhi perekonomiannya. Masyarakat yang
ekonominya menengah kebawah merasa tidak perlu mengeluarkan zakat, sebab
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka saja mereka merasa sulit. Sedangkan
yang perekonomiannya menengah ke atas sudah merasa membayar zakat dengan
membayar pajak. Padahal menurut hasil survey penulis penghasilan mereka yang
sudah bekerja rata-rata 300.000 sampai 400.000 ribu perminggu.
Harta yang kita miliki sesungguhnya hanyalah titipan dari Allah untuk
menguji para hamba-Nya, apakah dengan nikmat berupa harta tersebut ia menjadi
golongan orang yang bersyukur ataukah justru sebaliknya membuatnya menjadi
orang yang kufur akan nikmat-nikmat Allah. Di antara bentuk implementasi
syukur terhadap nikmat harta adalah dengan cara berinfak, yakni membelanjakan
sebagian harta yang dimiliki di jalan Allah. Berinfak merupakan ibadah maliyah
(ibadah harta) yang sangat dianjurkan dalam islam. Infak memiliki nilai sangat
penting sebagai wujud kepedulian seorang muslim terhadap sesama. Dalam skala
yang lebih luas, infak juga bisa disalurkan untuk kemaslahatan umat seperti

17
pembangunan sarana dan prasarana, penguatan sektor ekonomi, dan lain
sebagainya.
Berinfak merupakan kebiasaan mulia yang selalu dipraktekkan oleh
Rasulullah dan para sahabat. Semangat berinfak dari generasi sahabat Rasulullah
sudah seharusnya kita teladani. Mereka memiliki semangat tinggi dan
kesungguhan luar biasa untuk bisa selalu berinfak di jalan Allah. Para sahabat
yang memiliki keluasan harta, dengan penuh keikhlasan mereka mengeluarkan
harta dalam jumlah yang besar. Sementara itu, para sahabat yang tergolong miskin
juga tidak mau kalah berlomba dengan sahabat yang kaya. Bahkan mereka yang
miskin rela menjadi kuli di pasar demi memperoleh imbalan yang bisa mereka
gunakan untuk berinfak. Para sahabat adalah contoh generasi terbaik yang selalu
berusaha untuk bisa berinfak dan bersedekah di jalan Allah. Berinfak tergolong
amalan mulia yang tidak mudah dilakukan, karena amalan ini mengharuskan
seseorang mengeluarkan sesuatu yang sangat dicintainya, yaitu harta. Itulah
kenapa Rasulullah SAW menyebutnya sebagai burhan (bukti keimanan). Dengan
kata lain, kesediaan seseorang untuk mau berderma merupakan salah satu bukti
kebenaran iman seseorang.

Harta yang kita miliki sesungguhnya hanyalah titipan dari Allah untuk
menguji para hamba-Nya, apakah dengan nikmat berupa harta tersebut ia menjadi
golongan orang yang bersyukur ataukah justru sebaliknya membuatnya menjadi
orang yang kufur akan nikmat-nikmat Allah. Di antara bentuk implementasi
syukur terhadap nikmat harta adalah dengan cara berinfak, yakni membelanjakan
sebagian harta yang dimiliki di jalan Allah. Berinfak merupakan ibadah maliyah
(ibadah harta) yang sangat dianjurkan dalam islam. Infak memiliki nilai sangat
penting sebagai wujud kepedulian seorang muslim terhadap sesama. Dalam skala
yang lebih luas, infak juga bisa disalurkan untuk kemaslahatan umat seperti
pembangunan sarana dan prasarana, penguatan sektor ekonomi, dan lain
sebagainya.
Berinfak merupakan kebiasaan mulia yang selalu dipraktekkan oleh
Rasulullah dan para sahabat. Semangat berinfak dari generasi sahabat Rasulullah
sudah seharusnya kita teladani. Mereka memiliki semangat tinggi dan

18
kesungguhan luar biasa untuk bisa selalu berinfak di jalan Allah. Para sahabat
yang memiliki keluasan harta, dengan penuh keikhlasan mereka mengeluarkan
harta dalam jumlah yang besar. Sementara itu, para sahabat yang tergolong miskin
juga tidak mau kalah berlomba dengan sahabat yang kaya. Bahkan mereka yang
miskin rela menjadi kuli di pasar demi memperoleh imbalan yang bisa mereka
gunakan untuk berinfak. Para sahabat adalah contoh generasi terbaik yang selalu
berusaha untuk bisa berinfak dan bersedekah di jalan Allah. Berinfak tergolong
amalan mulia yang tidak mudah dilakukan, karena amalan ini mengharuskan
seseorang mengeluarkan sesuatu yang sangat dicintainya, yaitu harta. Itulah
kenapa Rasulullah SAW menyebutnya sebagai burhan (bukti keimanan). Dengan
kata lain, kesediaan seseorang untuk mau berderma merupakan salah satu bukti
kebenaran iman seseorang.
Infak adalah salah satu tema yang mendapat porsi pembahasan cukup
banyak dalam alquran. Banyak sekali ayat-ayat alquran tentang berinfak yang
tersebar di berbagai surat dalam alquran. Berikut ini beberapa ayat alquran tentang
berinfak yang semoga bisa menjadi motivasi bagi kita untuk menjadi pribadi yang
dermawan dalam membelanjakan harta di jalan Allah. Sebasgaimana dijelasakn
dalam Surat Al Baqarah Ayat 3 sebagai berikut :

َ‫صلَ ٰوةَ َو ِم َّما َر َز ۡق ٰنَهُمۡ يُنفِقُون‬ ِ ‫ٱلَّ ِذينَ ي ُۡؤ ِمنُونَ بِ ۡٱلغ َۡي‬
َّ ‫ب َويُقِي ُمونَ ٱل‬
Mereka yang beriman kepada yang gaib, menegakkan shalat, dan
menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.15

QS. Al Baqarah Ayat 261-274

‫ ۢنبُلَ ٖة‬h ‫ ِّل ُس‬h‫نَابِ َل ِفي ُك‬h ‫َّمثَ ُل ٱلَّ ِذينَ يُنفِقُونَ َأمۡ ٰ َولَهُمۡ فِي َسبِي ِل ٱهَّلل ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة َأ ۢنبَت َۡت َس ۡب َع َس‬
ِ ‫يل ٱهَّلل‬ِ ِ‫ف لِ َمن يَ َشٓا ۚ ُء َوٱهَّلل ُ ٰ َو ِس ٌع َعلِي ٌم ٱلَّ ِذينَ يُنفِقُونَ َأمۡ ٰ َولَهُمۡ فِي َسب‬
ُ ‫ُض ِع‬ َ ٰ ‫ِّماَْئةُ َحب ٖ َّۗة َوٱهَّلل ُ ي‬
ۡ‫ف َعلَ ۡي ِهمۡ َواَل هُم‬ ٌ ‫و‬h ۡ hَ‫ َد َربِّ ِهمۡ َواَل خ‬h ‫وا َم ٗنّا َوٓاَل َأ ٗذى لَّهُمۡ َأ ۡج ُرهُمۡ ِعن‬ ْ ُ‫ثُ َّم اَل ي ُۡتبِعُونَ َمٓا َأنفَق‬
‫يم ٰيََٓأيُّهَا‬ٞ ِ‫ص َدقَ ٖة يَ ۡتبَ ُعهَٓا َأ ٗذ ۗى َوٱهَّلل ُ َغنِ ٌّي َحل‬ ۡ ٌ‫ُوف َو َم ۡغفِ َرة‬
َ ‫ر ِّمن‬ٞ ‫خَي‬ ٞ ‫ل َّم ۡعر‬ٞ ‫يَ ۡح َزنُونَ ۞قَ ۡو‬
ۡ hِ‫ َد ٰقَتِ ُكم ب‬h‫ص‬
ُ hِ‫ٱل َمنِّ َوٱَأۡل َذ ٰى َكٱلَّ ِذي يُنف‬h ْ hُ‫وا اَل تُ ۡب ِطل‬h ْ hُ‫ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ِ َّ‫الَهۥُ ِرَئٓا َء ٱلن‬hh‫ق َم‬
‫اس َواَل‬ َ ‫وا‬h
‫ ۡل ٗد ۖا‬h‫ص‬َ ُ‫ل فَت ََر َك ۥه‬ٞ ِ‫صابَهۥُ َواب‬ َ ‫اب فََأ‬ ٞ ‫ان َعلَ ۡي ِه تُ َر‬ َ ‫ي ُۡؤ ِم ُن بِٱهَّلل ِ َو ۡٱليَ ۡو ِم ٱأۡل ٓ ِخ ۖ ِر فَ َمثَلُهۥُ َك َمثَ ِل‬
ٍ ‫ص ۡف َو‬
15
Kementerian Agama............

19
‫‪h‬رينَ َو َمثَ ‪ُ h‬ل ٱلَّ ِذينَ يُنفِقُ‪hh‬ونَ‬ ‫ٰۡ‬ ‫ۡ‬ ‫اَّل يَ ۡق ِدرُونَ َعلَ ٰى َش ۡي ٖء ِّم َّما َك َسب ۗ ْ‬
‫ُوا َوٱهَّلل ُ اَل يَ ۡه ِدي ٱلقَ ۡو َم ٱل َكفِ‪ِ h‬‬
‫ص‪h‬ابَهَا َوابِ‪hٞ h‬ل َٔ‍فَات َۡت‬ ‫ت ٱهَّلل ِ َوت َۡثبِ ٗيتا ِّم ۡن َأنفُ ِس ِهمۡ َك َمثَ ِل َجنَّ ۢ ِة بِ َر ۡب َو ٍة َأ َ‬
‫ضا ِ‬ ‫َأمۡ ٰ َولَهُ ُم ۡٱبتِغَٓا َء َم ۡر َ‬
‫ۗ‬
‫ص‪h‬ي ٌر َأيَ‪َ h‬و ُّد َأ َح‪ُ h‬د ُكمۡ َأن‬ ‫ُص‪ۡ h‬بهَا َوابِ ‪hٞ‬ل فَطَ‪ّ ٞ h‬ل َوٱهَّلل ُ بِ َم‪h‬ا ت َۡع َملُ‪h‬ونَ بَ ِ‬ ‫ض ۡعفَ ۡي ِن فَِإن لَّمۡ ي ِ‬‫ُأ ُكلَهَا ِ‬
‫ت‬
‫‪h‬ر ِ‬ ‫َاب ت َۡج ِري ِمن ت َۡحتِهَ‪h‬ا ٱَأۡل ۡن ٰهَ‪ُ h‬ر لَهۥُ فِيهَ‪h‬ا ِمن ُك‪ِّ h‬ل ٱلثَّ َم ٰ َ‬ ‫يل َوَأ ۡعن ٖ‬ ‫تَ ُكونَ لَهۥُ َجنَّ ‪ٞ‬ة ِّمن نَّ ِخ ٖ‬
‫ك يُبَي ُِّن ٱهَّلل ُ‬ ‫ٱحتَ َرقَ ۡ ۗت َك‪َ ٰ hh‬ذلِ َ‬ ‫ص ‪ٞ‬ار فِي ِه ن ‪َٞ‬ار فَ ۡ‬ ‫صابَهَٓا ِإ ۡع َ‬ ‫ض َعفَٓا ُء فََأ َ‬ ‫صابَهُ ۡٱل ِكبَ ُر َولَهۥُ ُذ ِّري ‪َّٞ‬ة ُ‬ ‫َوَأ َ‬
‫ت َم‪hhh‬ا َك َس‪ۡ hhh‬بتُمۡ َو ِم َّمٓا‬ ‫طيِّ ٰبَ ِ‬
‫‪hhh‬وا ِمن َ‬ ‫ت لَ َعلَّ ُكمۡ تَتَفَ َّكرُونَ ٰيََٓأيُّهَ‪hhh‬ا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓ‬
‫‪hhh‬و ْا َأنفِقُ ْ‬ ‫لَ ُك ُم ٱأۡل ٓ ٰيَ ِ‬
‫اخ ِذي‪ِ hh‬ه ِإٓاَّل َأن‬ ‫يث ِم ۡن‪ hh‬هُ تُنفِقُ‪hh‬ونَ َولَ ۡس‪hh‬تُم ‍بَِٔ ِ‬ ‫‪hh‬وا ۡٱل َخبِ َ‬
‫ض َواَل تَيَ َّم ُم ْ‬ ‫َأ ۡخ َر ۡجنَ‪hh‬ا لَ ُكم ِّمنَ ٱَأۡل ۡر ۖ ِ‬
‫ٱلش ‪ۡ h‬ي ٰطَ ُن يَ ِع‪ُ h‬د ُك ُم ۡٱلفَ ۡق‪َ h‬ر َويَ‪hۡ h‬أ ُم ُر ُكم بِ ۡٱلفَ ۡح َش ‪ٓh‬ا ۖ ِء‬
‫ٱعلَ ُم ٓو ْا َأ َّن ٱهَّلل َ َغنِ ٌّي َح ِمي ٌد َّ‬ ‫تُ ۡغ ِمض ْ‬
‫ُوا فِي ۚ ِه َو ۡ‬
‫ضاٗل ۗ َوٱهَّلل ُ ٰ َو ِس ٌع َعلِ ‪ٞ‬يم يُ‪hۡ h‬ؤتِي ۡٱل ِح ۡك َم‪ h‬ةَ َمن يَ َش‪ٓh‬ا ۚ ُء َو َمن يُ‪hۡ h‬ؤتَ‬ ‫َوٱهَّلل ُ يَ ِع ُد ُكم َّم ۡغفِ َر ٗة ِّم ۡنهُ َوفَ ۡ‬
‫ب َو َم‪ٓhh‬ا َأنفَ ۡقتُم ِّمن نَّفَقَ‪ٍ h‬ة َأ ۡو‬ ‫‪h‬وا ٱَأۡل ۡل ٰبَ ِ‬
‫‪h‬ير ۗا َو َم‪hh‬ا يَ‪hَّ h‬ذ َّك ُر ِإٓاَّل ُأوْ لُ‪ْ h‬‬
‫خَي‪ٗ h‬را َكثِ‪ٗ h‬‬ ‫ۡٱل ِح ۡك َمةَ فَقَ‪hۡ h‬د ُأوتِ َي ۡ‬
‫ٰ‬
‫ت فَنِ ِع َّما ِه ۖ َي‬ ‫ٱلص ‪َ h‬د ٰقَ ِ‬ ‫وا َّ‬ ‫ار ِإن تُ ۡب‪ُ h‬د ْ‬ ‫نَ َذ ۡرتُم ِّمن نَّ ۡذ ٖر فَِإ َّن ٱهَّلل َ يَ ۡعلَ ُم ۗۥهُ َو َما لِلظَّلِ ِمينَ ِم ۡن َأ َ‬
‫نص ٍ‬
‫خَي‪ٞ hh‬ر لَّ ُكمۡۚ َويُ َكفِّ ُر عَن ُكم ِّمن َس‪َٔ‍hh‬يِّاتِ ُكمۡ ۗ َوٱهَّلل ُ بِ َم‪hh‬ا‬ ‫ُ‪hh‬و ۡ‬ ‫َوِإن تُ ۡخفُوهَ‪hh‬ا َوتُ ۡؤتُوهَ‪hh‬ا ۡٱلفُقَ‪َ hh‬رٓا َء فَه َ‬
‫‪h‬وا ِم ۡن خ َۡي‪ٖ h‬ر‬ ‫ك هُد َٰىهُمۡ َو ٰلَ ِك َّن ٱهَّلل َ يَ ۡه ِدي َمن يَ َش‪ٓh‬ا ۗ ُء َو َم‪hh‬ا تُنفِقُ‪ْ h‬‬ ‫س َعلَ ۡي َ‬ ‫ير ۞لَّ ۡي َ‬ ‫ت َۡع َملُونَ َخبِ ‪ٞ‬‬
‫ف ِإلَ ۡي ُكمۡ َوَأنتُمۡ اَل‬ ‫‪h‬وا ِم ۡن ۡ‬
‫خَي‪ٖ h‬ر يُ‪َ h‬و َّ‬ ‫ج ِه ٱهَّلل ۚ ِ َو َم‪h‬ا تُنفِقُ ْ‬ ‫فََأِلنفُ ِس ُكمۡۚ َو َما تُنفِقُونَ ِإاَّل ۡٱبتِغَ‪ٓh‬ا َء َو ۡ‪h‬‬

‫ض ‪ۡ h‬ربٗ ا فِي ٱَأۡل ۡر ِ‬


‫ض‬ ‫ُوا فِي َس ‪h‬بِي ِل ٱهَّلل ِ اَل يَ ۡس ‪h‬تَ ِطيعُونَ َ‬ ‫ص ‪h‬ر ْ‬ ‫‪h‬رٓا ِء ٱلَّ ِذينَ ُأ ۡح ِ‬‫تُ ۡظلَ ُم‪hh‬ونَ لِ ۡلفُقَ‪َ h‬‬
‫اس ِإ ۡل َح ٗاف‪ۗ h‬ا َو َم‪hh‬ا‬ ‫يَ ۡح َسبُهُ ُم ۡٱل َجا ِه‪ُ h‬ل َأ ۡغنِيَ‪ٓhh‬ا َء ِمنَ ٱلتَّ َعفُّ ِ‬
‫ف ت َۡع‪ِ h‬رفُهُم بِ ِس‪h‬ي ٰ َمهُمۡ اَل يَ ۡس‍‪َٔh‬لُونَ ٱلنَّ َ‬
‫وا ِم ۡن خ َۡي ٖر فَِإ َّن ٱهَّلل َ بِِۦه َعلِي ٌم ٱلَّ ِذينَ يُنفِقُونَ َأمۡ ‪َ ٰ h‬ولَهُم بِٱلَّ ۡي‪ِ h‬ل َوٱلنَّهَ‪ِ h‬‬
‫‪h‬ار ِس ‪ّ ٗ h‬را َو َعاَل نِيَ‪hٗ h‬ة‬ ‫تُنفِقُ ْ‬
‫ف َعلَ ۡي ِهمۡ َواَل هُمۡ يَ ۡحزَ نُونَ‬ ‫خَو ٌ‬‫فَلَهُمۡ َأ ۡج ُرهُمۡ ِعن َد َربِّ ِهمۡ َواَل ۡ‬
‫‪Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah ibarat‬‬
‫‪sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai tersebut‬‬
‫‪ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki,‬‬
‫‪dan Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui. (261) Orang yang‬‬
‫‪menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa‬‬
‫‪yang dia infakkan itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan tidak‬‬
‫‪pula menyakiti (perasaan penerima), mereka memperoleh pahala di sisi‬‬
‫‪Tuhan mereka, dan tidak ada kekhawatiran pada mereka dan mereka‬‬

‫‪20‬‬
tidak bersedih hati. (262) Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih
baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah
Mahakaya lagi Maha Penyantun. (263) Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan
hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu
licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu dihujani hujan lebat,
maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka itu tidak memperoleh sesuatu
apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang kafir. (264) Dan perumpamaan orang yang
menginfakkan hartanya untuk mencari ridha Allah dan untuk
memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran
tinggi yang disirami oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-
buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun
(pun memadai). Allah Maha Melihat terhadap apa yang kamu kerjakan.
(265) Adakah salah seorang di antara kamu yang ingin memiliki kebun
kurma dan anggur yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, di sana dia
memiliki segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tuanya
sedang dia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil. Lalu kebun itu
ditiup angin keras yang mengandung api sehingga terbakar. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu berfikir. (266)
Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari karunia yang Kami keluarkan
dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu
keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan
dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (267) Setan menjanjikan (menakut-
nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir),
sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan
Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui. (268) Dia memberikan hikmah
kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, maka

21
sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang
dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal
sehat. (269) Dan apapun infak yang kamu berikan atau nazar yang kamu
janjikan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. Dan bagi orang
dzalim tidak ada seorang penolong pun. (270) Jika kamu menampakkan
sedekah-sedekahmu, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya
dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik
bagimu dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu.
Dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (271) Bukanlah
kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi
Allah lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Apa
pun harta yang kamu infakkan, maka (kebaikannya) untuk dirimu sendiri.
Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena mencari ridha Allah. Dan
apapun harta yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi (pahala)
secara penuh dan kamu tidak akan didzalimi (dirugikan). (272)  (Apa yang
kamu infakkan) adalah untuk orang-orang fakir yang terhalang (usahanya
karena jihad) di jalan Allah, sehingga dia yang tidak dapat berusaha di
bumi; (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah
orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta).
Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak
meminta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang
kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. (273) Orang-
orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara)
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di
sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula
mereka bersedih hati.16

16
Kementerian Agama........

22
11

Anda mungkin juga menyukai