Anda di halaman 1dari 8

Aqidah yang benar dan lurus merupakan sumber persepsi dan pemikiran.

Bahkan ia merupakan
syarat diterima dan ditolaknya amal ibadah seseorang, aqidah juga merupakan alat pemersatu
dan pemererat tali persaudaraan antara sesama muslim atau ia adalah asas hukum dan syari’at,
dan merupakan sumber keutamaan dan akhlaq. Bahkan dengan modal aqidah yang benarlah
telah lahir para mujahid (para pejuang) di medan jihad.

1 Pengertian dan Hakikat Akidah


2.Pengertian Akidah
Menurut bahasa (etimology)
. Aqidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu ُ‫ اَ ْل َعقِ ْي َدة‬kata dasar al-aqd yaitu al-Rabith
(ikatan), al-Ibram(pengesahan), al-Ahkam (penguatan), al-Tawutsiq (menjadi kokoh, kuat), al-
syadd bi quwwah (pengikatan dengan kuat), dan al-Itsbat(penetapan).

Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu.

2.1.1.2. Sedangkan menurut istilah (terminologi)

Aqidah yaitu iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para RasulNya dan
Kepada Hari Akhir serta kepada qadar yang baik mapun yang buruk. Hal ini disebut juga sebagai
rukun iman.

Sedangkan akidah menurut istilah secara umum yaitu keimanan yang pasti kepada Allah
dan apa saja yang wajib diimani dalam hal rububiyah, uluhiyah,serta nama-nama dan sifat-
sifatNYa, iman kepada para malaikat, kitab-kitab , para rasulNya, hari kiamat dan iman kepada
takdir Allah yang baik ataupun yang buruk dan beriman dengan apa saja yang datang dari nash
Al-Quran dan As-Sunnah yang sahih dari perkara dasar-dasar agama , hal yang berkaitan dengan
perkara yang gaib yang diberitakannya, serta apa saja yang telah di sepakati oleh para salafus
Sholeh.

Dengan demikian pengertian aqidah tidak keluar dari pengertian Iman menurut istilah,
sebagaimana pertanyaan malaikat Jibril kepada Rasulullah.

2.1.2. Hakekat Akidah

Sesungguhnya seseorang akan benar akidah bila imannya lurus, sehingga itu menjadi
syarat diterima atau tidaknya amal ibadahnya. Dapat dikatakan seorang itu benar dan lurus
akidahnya jika benar dan lurus keimanannya. Artinya berilmunya seseorang tentang rukun iman
yang enam dan dia realisasikan dalam kehidupan, maka dapat dikatakan bahwa akidahnya sudah
benar dan lurus, betu juga sebaliknya.

Sudah menjadi hal yang tidak dapat di pungkiri bahwa iman itu dibarengi oleh keilmuan
dan amaliyah.

Dengan demikian benar apa yang disebutkan oleh Allah bahwa setiap manusia itu berada
dalam kerugian, kecuali orang yang beriman (dengan ilmu) dan beramal kebajikan, nasehat-
menasehati dalam kebenaran dan nasehat-menasehati dalam kesabaran, sebagai terdapat dalam
surat al-Ashr.

Sementara imam A-Bukhari menyebtkan dalam kitab shahihnya dalam bab “Al-Ilmu qablal qaul
wal amal”, (dalam pembahasan kewajiban berilmu sebelym berkata dan berbuat) artinya perintah
untuk berilmu dulu baru setelah itu berkata dan berbuat.

Ini semua menunjukkan bahwa akidah atau keyakinan seseorang adalah keimanannya itu
sendiri, sehingga tidak dapat dipisahkan sebaimana dua belah mata keeping logam.

Maka dapat disimpulkan akidah seseorang itu adalah keimanannya terhadap rukun iman;
(beriman kepada Allah, MalaikatNYa, Kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, kepada hari Kiamat dan
kepada taqdir baik dan buruk).

2.1.2.1. Urgensi Akidah Sebagai Landasan Agama


Syariat terbagi dua : i`tiqadiyah dan amaliyah.
I`tiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti i`tiqad
(kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepadaNya, juga i`tiqad
terhadap rukun-rukun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama)
Sedang amaliyah adalah segala yang berhubungan dengan tata cara amal, seperti shalat, zakat,
puasa dan seluruh hokum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut far`iyah (cabang agama), karena
ia dibangun din atas i`tiqadiyah. Dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya
i`tiqadiyah.

Maka aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya
amal.

( ‫صالِحًا َواَل يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه َأ َحدًا‬


َ ‫اح ٌد فَ َم ْن َكانَ يَرْ جُو لِقَا َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َملْ َع َماًل‬
ِ ‫ي َأنَّ َما ِإلَهُ ُك ْم ِإلَهٌ َو‬
َّ َ‫قُلْ ِإنَّ َما َأنَا بَ َش ٌر ِم ْثلُ ُك ْم يُو َحى ِإل‬
)110

18:110. Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Allah Yang Maha
Mengetahui”. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah
kepada Tuhannya”.

Ayat-ayat di atas dan yang senada, yang jumlahnya banyak, menunjukkan bahwa segala amal
tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi yang pertama kali adalah
pelurusan aqidah. Dan hal pertama yang didakwahkan para rasul kepada umatnya adalah
menyembah Allah semata dan meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia.

َ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُك ِّل ُأ َّم ٍة َر ُسواًل َأ ِن ا ْعبُدُوا هَّللا َ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغوت‬

16:36. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.
Pernyataan terebut diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu`aib dan seluruh rasul. Selama 13
tahun di Makkah-sesudah bi`tsh-Nabi mengajak manusia kepada tauhid dan pelurusan akidah,
karena hal itu merupakan landasan bangunan Islam. Para da`i dan para pelurus agama dalam
setiap masa telah mengikuti jejak para rasul dalam berdakwa. Sehingga mereka memulai dengan
dakwah kepada tauhid dan pelurusan akidah, setelah itu mereka mengajak seluruh perintah
agama yang lain.

2.1.2.2. Sumber-sumber Aqidah Yang Benar dan Manhaj Salaf Dalam Mengambil Akidah

Aqidah adalah rauqifiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syar`i, tidak
ada medan ijtihad dan berpendapat di dalamnya terbatas kepada apa yang ada di dalam al-Quran
dan as-Sunnah. Sebab tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang Allah, tentang apa-apa
yang wajib bagiNya dan apa yang harus disucikan dariNya melainkan Allah sendiri. Dan tidak
seorangpun sesudah Allah yang lebih mengetahui tentang Allah selain Rasulullah. Oleh karena
itu manhaj as-salaf ash-shalih dan para pengikutnya dalam mengambil akidah, terbatas pada al-
Qur`an dan as-Sunnah.

Maka segala yang ditunjukkan oleh al-Qur`an dan as-Sunnah tentang hak Allah, mereka
mengimani, menyakini dan mengamalkannya, sedang apa yang tidak ditunjukkan oleh al-Qur`an
dan as-Sunnah, mereka menolak dan menafikannya dari Allah. Karena itu, tidak ada
pertentangan di antara mereka di dalam i`tiqad. Bahkan aqidah mereka adalah satu dan jamaah
mereka juga satu. Karena Allah sudah menjamin orang yang berpegang teguh dengan al-Qur`an
dan as-Sunnah RasulNya dengan kesatuan kata, kebenaran akidah dan kesatuan manhaj.

‫ص ُموا بِ َح ْب ِل هَّللا ِ َج ِميعًا َواَل تَفَ َّرقُوا‬


ِ َ‫َوا ْعت‬

3:103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai,

‫ضلُّ َواَل يَ ْشقَى‬ َ ‫فَِإ َّما يَْأتِيَنَّ ُك ْم ِمنِّي هُدًى فَ َم ِن اتَّبَ َع هُدَا‬
ِ َ‫ي فَاَل ي‬

20:123. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barang siapa yang mengikut
petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.

Karena itulah mereka dinamakan firqah najiyah (golongan yang selamat). Sebab Rasulullah
telah bersaksi bahwa merekalah yang selamat, ketika memberitahukan bahwa umat ini akan
terpecah menjadi 73 golongan yang kesemuanya di neraka, kecuali satu golongan . Ketika
ditanya tentang yang satu itu, beliau menjawab,

‫ن َو َسب ِْعينَ فِرْ قَةً فَِإحْ دَى‬‰ِ ‫ارى َعلَى ثِ ْنتَ ْي‬ َ ‫ص‬َ َّ‫ت الن‬ ْ َ‫ار َوا ْفتَ َرق‬ِ َّ‫اح َدةٌ فِي ْال َجنَّ ِة َو َس ْبعُونَ فِي الن‬ِ ‫ت ْاليَهُو ُد َعلَى ِإحْ دَى َو َسب ِْعينَ فِرْ قَةً فَ َو‬
ْ َ‫ا ْفتَ َرق‬
ْ
ِ ‫ث َو َس ْب ِعينَ فِرْ قَةً َوا ِح َدةٌ فِي ال َجنَّ ِة َوثِ ْنت‬ ‫ُأ‬ ْ ْ َّ ْ
ٍ ‫ار َو َوا ِح َدةٌ فِي ال َجنَّ ِة َوال ِذي نَفسُ ُم َح َّم ٍد بِيَ ِد ِه لَتَفت َِرقَ َّن َّمتِي َعلَى ثَاَل‬
‫َان‬ ِ َّ‫َو َس ْبعُونَ فِي الن‬
ُ‫ال ْال َج َما َعة‬َ ْ َ ‫ق‬ ‫م‬ُ ‫ه‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬ ‫هَّللا‬ ‫ُول‬
َ ِ َ َ َ َ ِ ِ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ق‬ ‫ار‬َّ ‫ن‬‫ال‬ ‫ي‬ ‫ف‬
ِ َ‫َ َ ُون‬ ‫ع‬ ْ
‫ب‬ ‫س‬ ‫و‬

Sunan Ibnu Majah 3982: Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin ‘Utsman bin Sa’id bin
Katsir bin Dinar Al Himshi telah menceritakan kepada kami ‘Abbad bin Yusuf telah
menceritakan kepada kami Shafwan bin ‘Amru dari Rasyid bin Sa’d dari ‘Auf bin Malik dia
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang-orang Yahudi akan terpecah
menjadi tujuh puluh satu golongan, satu golongan akan masuk surga dan yang tujuh puluh
golongan akan masuk neraka. Dan orang-orang Nashrani terpecah menjadi tujuh puluh dua
golongan, yang tujuh puluh satu golongan masuk neraka dan yang satu golongan akan masuk
surga. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada ditangan-Nya, sungguh ummatku akan terpecah
menjadi tujuh puluh tiga golongan, yang satu golongan masuk surga dan yang tujuh puluh dua
golongan akan masuk neraka.” Lalu beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, siapakah mereka (yang
masuk surga)?” beliau mennjawab: “Yaitu Al Jama’ah.”

2.1.2.3. Pembagian aqidah (tauhid)


Secara umum bahwa pembagian aqidah atau tauhid itu ada dua:
1. Tauhidullah
2. Tauhidurrasul
Adapun tauhidullah maksudnya adalah mengesakan Allah dalam hal rububiyah,
uluhiyah serta nama-nama dan sifat-sifatNya. Sedangkan tauhid rububiyah adalah
mengesakan Allah dalam hal penciptaan, artinya Allahlah yang satu-satunya Maha
Pencipta seluruh alam semesta, tauhid uluhiya artinya mengesakan Allah dalam hal
peribadatan, maksudnya semua dari macam ibadah wajib ditujukan dan diniatkan
hanya untukNya tidak berbuat syirik. Tauhid nama dan sifatNya artinya mengesakan
Allah dalam hal nama dan sifatNya, maksudnya mensucikan Allah pada nama dan sifat
yang tidak layak bagi Allah, dan tidak menyerupakanNya dengan sesuatu apapun.
Adapun tauhidurrasul maksudnya mengesakan rasulullah dalam hal ketundukan, ketaatan,
kepasrahan terhadap apa saja yang dia bawa, dalam arti kita tidak butuh kepada syariat selain
ajaran yang dituntunkan dan diajarkan oleh Rasulullah, sehingga kita wajib melaksanakan apa
saja yang diperintahkannya dan menajauhi apa saja yang dilarangnya, membernarkan dari apa-
apa yang di beritakannya baik yang berkenaan masa lalu, sedang terjadi, yang akan dating
maupun yang berkaitan tentang hari kemudian serta kita tidak beribadah kepada Allah kecuali
dengan apa yang telah ia syariatkan dalam sunnah-sunnahnya.

2.1.2.4. Sebab-sebab Penyimpangan Aqidah


Penyimpangan dari aqidah yang benar adalah kehancuran dan kesesatan. Karena akidah yang
benar merupakan motivator ulama bagi amal yang bermanfaat.
Tanpa akidah yang benar, sesorang akan menjadi mangsa bagi persangkaan dan keragu-raguan
yang lama-kelamaan mungkin menumpuk dan menghalangi dari pandangan yang benar terhadap
jalan hidup kebahagiaan, sehingga hidupnya terasa sempit lalu ia ingin terbebas dari kesempitan
tersebut dengan menyudahi hidup, sekalipun dengan bunuh diri, sebagaimana yang terjadi pada
banyak orang yang telah kehilangan hidayah akidah yang benar. Masyarakat yang tidak dipimpin
oleh aqidah yang benar merupakan masyarakat bahami (hewani) tidak memiliki prinsip-prinsip
hidup bahagia, sekalipun bergelimang materi tetapi terkadang justru sering menyeret mereka
pada kehancuran, sebagaimana yang kita lihat pada masyarakat jahiliyah. Karena sesungguhnya
kekayaan materi memerlukan taujih (pengarahan) dalam penggunaannya, dan tidak ada pemberi
arahan yang benar kecuali akidah shahihah.

Maka kekuatan akidah tidak boleh dipisahkan dari kekuatan madiyah (materi). Jika hal itu
dilakukan dengan menyeleweng kepada akidah batil, maka kekuatan materi akan berubah
menjadi sarana pengahncur dan alat perusak, seperti yang terjadi di Negara-negara kafir yang
memiliki materi, tetapi tidak memiliki akidah shahihah.

Baca Juga:
Tulisan Bismillah Arab dan Artinya

Sebab-sebab penyimpangan dari akidah shahihah yang harus kita ketahui:


1) Kebodohan terhadap aqidah shahihah.
Karena tidak mau (enggan) mempelajari dan mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian
terhadapnya, sehingga tumbuh suatau generasi yang tidak mengenal akidah shahihah dan juga
tidak mengetahui lawan atau kebalikannya. Akibatnya, mereka menyakini yang haq sebagai
sesuatu yang batil dan yang batil dianggap sebagai yang haq.
Sebagaimana yang yang pernah dikatakan oleh Umar..

‫ إنما تنقض عرى اإلسالم عروة عروة إذا نشأ في اإلسالم من ال يعرف‬: ‫ويروي عن عمر بن الخطاب رضي هللا عنه انه قال‬
‫الجاهلية‬

“Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demi satu, manakala didalam Islam terdapat
orang yang tumbuh tanpa mengenal kejahilan”

2) Ta`ashushub (fanatik) kepada susuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya,
sekalipun hal itu batil, mencampakkan apa yang menyalahinya, sekalipun itu benar.

Sebagaimana yang difirmankan Allah :

َ‫وَِإ َذا قِي َل لَهُ ُم اتَّبِعُوا َما َأ ْن َز َل هَّللا ُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِ ُع َما َأ ْلفَ ْينَا َعلَ ْي ِه َآبَا َءنَا َأ َولَوْ َكانَ َآبَاُؤ هُ ْم اَل يَ ْعقِلُونَ َش ْيًئا َواَل يَ ْهتَ ُدون‬

2:170. Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,”
mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek
moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?”

3) Taklid buta, dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah akidah tanpa mengetahui
dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya, sebagaimana yang terjadi pada
golongan-golongan seperti Mu`tazilah, Jahmiyah dan lainnya. Mereka bertaklid kepada orang-
orang sebelum mereka dari pemimpin yang sesat, sehingga mereka juga sesat, jauh dari akidah
shahihah.

4) Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta mengangkat
mereka di atas derajat yang semestinya, sehingga menyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak
mampu dilakukan kecuali oleah Allah, baik berupa mendatangkan kemanfatan mapun menolak
kemudharatan, juga menjadikan para wali itu sebagai perantara antara Allah dan maklukkNy,
sehingga sampai pada tingkat penyembahan para wali tersebut dan bukan menyembah Allah.
Mereka bertakarrub kepada kuburan para wali tiu dengan hewan kurban, nazar, do`a,
nistighatsah dan meminta pertolongan. Sebagaimana yang terjadi pada kaum Nabi Nuh terhadap
orang-orang shalih ketika mereka berkata,
‫ق َونَ ْسرًا‬ َ ‫َوقَالُوا اَل تَ َذر َُّن َآلِهَتَ ُك ْم َواَل تَ َذر َُّن َو ًّدا َواَل ُس َواعًا َواَل يَ ُغ‬
َ ‫وث َويَعُو‬

71:23. Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan
kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula
suwaa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”.

Dan demikianlah yang terjadi pada pengagung-pengagung kuburan di berbagai negeri sekarang
ini.

5) Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat
kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam kitabNya (ayat-ayat Qur`aniyah) Disamping
itu, juga terbuai dengan hasil-hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai mengira bahwa itu
semua adalah hasil kreasi manusia semata, sehingga mereka mengagun-agungkan manusia serta
menisbatkann seluruh kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan manusia semata.

6) Pada umumnya rumah tangga sekarang ini kosong dari pengarahan yang benar (menurut
Islam). Padahal Rasulullah telah bersabda,

4714 ‫حدثنا القعنبي عن مالك عن أبي الزناد عن األعرج عن أبي هريرة قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم كل مولود‬
‫يولد على الفطرة فأبواه يهودانه وينصرانه كما تناتج اإلبل من بهيمة جمعاء هل تحس من جدعاء قالوا يا رسول هللا أفرأيت من‬
‫يموت وهو صغير قال هللا أعلم بما كانوا عاملين‬

) 1220 ( ‫ اإلرواء‬، ) 4560 ( ‫ صحيح الجامع‬// ) 2237 ( ‫صحيح الترمذي‬

Sunan Abu Daud 4091: Telah menceritakan kepada kami Al Qa’nabi dari Malik dari Abu Az
Zinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuannya-lah yang
menjadikan ia yahudi atau nashrani. Sebagaimana unta melahirkan anaknya yang sehat, apakah
kamu melihatnya memiliki aib?” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan
orang yang meninggal saat masih kecil?” Beliau menjawab: “Allah lebih tahu dengan yang
mereka lakukan.”

Jadi, orang tua mempunyai peranan besar dalam meluruskan jalan hidup anak-anaknya.

7) Enggannya media pendidikan dan media informasi melaksanakan tugasnya. Kurikulum


pendidikan kebanyakan tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan agama
Islam, bahkan ada yang tidak perduli sama sekali. Sedangkan media informasi, baik media cetak
maupun elektronik berubah menjadi sarana penghancur dan perusak, atau paling tidak hanya
memfokuskan pada hal-hal yang bersifat materi dan hiburan semata, tidak memperhatikan hal-
hal yang dapat meluruskan moral dan akidah serta menangkis aliran-aliran sesat. Dari sini,
muncullah generasi yang telanjang tanpa senjata, yang tak berdaya di hadapan pasukan
kekufuran yang lengkap persenjataannya.

2.1.2.5 . Cara-cara Penanggulangan Penyimpangan Aqidah Tauhid

Cara menanggulangi penyimpangan di atas teringkas dalam poin-poin berikut ini :


1. Kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah untuk mengambil akidah
shahihah. Sebagaimana para Salaf Sahlih mengambil akidah mereka dan
keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali apa yang telah
memperbaiki umat pendahulunya. Juga dengan mengkaji akidah golongan
sesat dan mengenal syubhat-syubhat mereka untuk kita bantah dan kita
waspadai, karena siapa saja yang tidak mengenal keburukan, ia dikhawatirkan
terperosok ke dalamnya.
2. Memberi perhatian pada pengajaran akidah shahihah, akidah Salaf, diberbagai
jenjang pendidkan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan
evaluasi yang ketat dalam menyajikan materi.
3. Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelahjaran.
Sedangkan kitab-kitab kelompok penyeleweng harus di jauhkan.
4. Menyebar para da`I yang meluruskan akidah umat Islam dengan mengajarkan
akidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh akidah batil.
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, Penyusun menyimpulkan masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Penyusun banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah dikesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penyusun pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

3.1. Kesimpulan
3.1.1. Pengertian aqidah secara bahasa (etimologi)
Aqidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu ُ‫ اَ ْل َعقِ ْي َدة‬kata dasar al-aqd yaitu al-Rabith (ikatan),
al-Ibram(pengesahan), al-Ahkam (penguatan), al-Tawutsiq (menjadi kokoh, kuat), al-syadd bi
quwwah (pengikatan dengan kuat), dan al-Itsbat(penetapan).
3.1.2. Pengertian aqidah secara istilah (terminology)
Aqidah yaitu iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para RasulNya dan Kepada
Hari Akhir serta kepada qadar yang baik mapun yang buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun
iman.
3.1.3. Pembagian aqidah tauhid
Secara umum bahwa pembagian aqidah atau tauhid itu ada dua:
1. Tauhidullah
2. Tauhidurrasul
3.1.4. Sebab-sebab penyimpangan aqidah tauhid
Sebab-sebab penyimpangan dari akidah shahihah yang harus kita ketahui:
1. Kebodohan terhadap aqidah shahihah.
2. Ta`ashushub (fanatik) kepada susuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek
moyangnya, sekalipun hal itu batil, mencampakkan apa yang menyalahinya,
sekalipun itu benar.
3. Taklid buta, dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah akidah
tanpa mengetahui dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh
kebenarannya, sebagaimana yang terjadi pada golongan-golongan seperti
Mu`tazilah, Jahmiyah dan lainnya.
4. Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali dan orang-orang
shalih. Dan demikianlah yang terjadi pada pengagung-pengagung
kuburan di berbagai negeri sekarang ini.
5. Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat
raya ini (ayat kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam kitabNya
(ayat-ayat Qur`aniyah) Disamping itu, juga terbuai dengan hasil-hasil teknologi
dan kebudayaan, sampai-sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi
manusia semata, sehingga mereka mengagun-agungkan manusia serta
menisbatkann seluruh kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan
manusia semata.
6. Pada umumnya rumah tangga sekarang ini kosong dari pengarahan yang
benar (menurut Islam). Padahal Rasulullah telah bersabda,
7. Enggannya media pendidikan dan media informasi melaksanakan tugasnya.
3.1.5. Cara-cara Penanggulangi Penyimpangan Aqidah Tauhid
Cara menanggulangi penyimpangan di atas teringkas dalam poin-poin berikut ini :
1. Kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah untuk mengambil akidah
shahihah. Sebagaimana para Salaf Sahlih mengambil akidah mereka dan
keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali apa yang telah
memperbaiki umat pendahulunya. Juga dengan mengkaji akidah golongan
sesat dan mengenal syubhat-syubhat mereka untuk kita bantah dan kita
waspadai, karena siapa saja yang tidak mengenal keburukan, ia dikhawatirkan
terperosok ke dalamnya.
2. Memberi perhatian pada pengajaran akidah shahihah, akidah Salaf, diberbagai
jenjang pendidkan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan
evaluasi yang ketat dalam menyajikan materi.
3. Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelahjaran.
Sedangkan kitab-kitab kelompok penyeleweng harus di jauhkan.
4. Menyebar para da`I yang meluruskan akidah umat Islam dengan mengajarkan
akidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh akidah batil.
Daftar Pustaka
Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan bin Abdullah “Kitab Tauhid” Jakarta : Darul Haq, 1998
Al-Utsaimin, Muhammad bin Shaleh,”Syarhul Aqidatil Wasithiyah” Darul Tsiriya
A415 H
Hasan Basri, Abu Ahsan Sirojuddin Lc, “Syarah Hadits Arba`in (dalam bahasa
Indonesia), Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta : 2012
Al-Utsaimin, Muhammad bin Shaleh, “Syrhul Arba`iin an-Nawawiyyah” Yayasan
Kabajikan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin

Anda mungkin juga menyukai