Anda di halaman 1dari 7

Semangat Hijrah

Sebagian besar mereka yang hijrah, diiringi dengan harapan agar hartanya semakin
berkah. Atau karena latar belakang rasa takut, jika ada harta haram di rekeninganya,
hartanya akan cepat habis.
Dengan kata lain, mereka meninggalkan bagian yang haram dari dunia, dengan
harapan bisa mendapatkan dunia yang lebih banyak.
Memiliki motivasi semacam ini, bukan hal yang salah. Karena salah satu ancaman Allah
bagi mereka yang memperkaya dirinya dengan riba, hartanya akan dibinasakan.
Hanya saja, bagi mukmin, ada motivasi yang lebih besar yaitu, kesadaran akan akhirat.
Dia sadar bahwa nanti semuanya akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah.
Ketika membahas masalah halal haram, Dia kaitkan dengan masalah akhirat,

َ ُُ‫ون وٱ ََ ي َ ُُن وٱ ۟ولَ ٰٓ ئ ِِّ ََ وٱَّذ ُ ذَّ ْْ ُُو‬


‫ون‬ َ ِ ْ ُ ََُ ‫وُ وٱو ذو‬
ُ ِّ ُْ ُ ُ‫ُو‬ َ ُ‫َويْ ٌل ِّللْ ُم َط ِّف ِّف َني ٱ ذ َِّّل َين إ َذإ ٱ ْك َتالُو ۟إ عَ ََل ٱلنذ ِّاس ي َ ْس َت ْوف‬
ْ ُ ُ‫ون َوإ َذإ ََل‬
ِ ِ
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar
atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah mereka itu yakin,
bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. (QS. al-Muthaffifin: 1-4).
Allah juga mengingatkan, semua yang kita upayakan akan dihisab oleh Allah di hari
kiamat,

‫ُ ذُث لَتُ ْسأولُ ذن ي َ ْو ََّ ِّئ ٍذ َع ِّن إلنذ ُِّ ِّمي‬


“Kemudian di hari itu, kalian akan ditanya tentang nikmat yang kalian rasakan.” (QS. at-
Takatsur: 8)
Dengan aqidah hijrah terasa lebih ringan
Ketika orang memiliki aqidah yang benar tentang akhirat, umumnya lebih ringan ketika
harus mengikuti aturan masalah harta, sekalipun bisa jadi kurang menguntungkan bagi
dunianya.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengawali dakwahnya dengan penekanan masalah tauhid
dan aqidah. Beliau tanamkan ideologi yang benar kepada para sahabatnya. Sehingga
mereka lebih siap menerima halal dan haram.
Aisyah mengatakan,

‫إُ ذ َما نَ َز َل وٱ ذو َل ََّا نَ َز َل َِّّنْ ُه ُس َور ٌة َِّّ َن إلْ ُم َف ذص ِّل ِّفهيَا ِّذ ْك ُر إلْ َجنذ ِّة َوإلنذ ِّار َح ذَّت إ َذإ ََث َب إلنذ ُاس إ ََل إَ ْس َال ِّم نَ َز َل إلْ َح َال ُل َوإلْ َح َرإ ُم‬
ِ ِ ِ ِ
‫ لَ َقالُوإ ََ ُ َدَ ُع ِّإلزَنَ وٱبَدً إ‬. ‫ ََ تَ ْ ُزُوإ‬. ‫ َولَ ْو نَ َز َل‬. ‫ لَ َقالُوإ ََ ُ َدَ ُع إلْ َخ ْم َر وٱبَدً إ‬. ‫ْشبُوإ إلْ َخ ْم َر‬ ْ َ ‫ َولَ ْو نَ َز َل وٱ ذو َل‬،
َ ْ َ ‫َش ٍء ََ ت‬
Sesungguhnya yang awal-awal turun adalah surat al-Mufasshal, membahas masalah
surga dan neraka. Hingga ketika banyak orang yang masuk islam, turun ayat masalah
halal-haram. Andaikan al-Quran yang pertama kali turun berisi larangan, ‘Jangan minum
khamr!’ tentu mereka akan mengatakan, ‘Kami tidak akan meninggalkan khamr
selamanya.’ Andai yang pertama kali turun, ‘Jangan berzina!’ tentu mereka akan
mengatakan, ‘Kami tidak akan meninggalkan zina selamanya.’ (HR. Bukhari 4993 &
Abdurrazaq dalam Mushannaf 5943).
Subhannallah…
Demikianlah cara Allah mendidik generasi terbaik umat ini, para sahabat radhiyallahu
'anhum. Mereka diajari masalah aqidah dan iman kepada akhirat, sehingga mudah
bagi mereka untuk menerima semua aturan syariat, meskipun itu bertentangan
dengan kebiasaan yang sudah mendarah-daging pada diri mereka, seperti khamr dan
zina.
Karena kita sadar akhirat !!

Anda mungkin juga menyukai