Anda di halaman 1dari 8

Pentingnya menuntut Ilmu

‫ َم ْن َيْه ِدِه ُهللا َفَال‬،‫ِإَّن اْلَح ْم َد ِهَّلِل َنْح َم ُد ُه َو َنْس َتِع ْيُنُه َو َنْس َتْغ ِفُر ْه َو َنُع وُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُرْو ِر َأْنُفِس َنا َو ِم ْن َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَن ا‬
‫ َو َأْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْيَك َلُه َو َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه ال‬.‫ُمِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْلُه َفَال َهاِدَي َلُه‬
‫ َيا َأُّيَها‬.‫ َالَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َباِر ْك َع َلى ُم َحَّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َمِن اْهَتَدى ِبُهَداُه ِإَلى َيْو ِم اْلِقَياَم ِة‬. ‫نبّي بعده‬
‫ َيا َأُّيهَا اَّلِذ ْيَن َء اَم ُنوا اَّتُقوا َهللا َح َّق ُتَقاِت ِه َو َال َتُم ْو ُتَّن‬:‫ َقاَل َتَع اَلى‬. ‫الَّناُس ُأْو ِص ْيُك ْم َو ِإَّياَي ِبَتْقَو ى ِهللا َفَقْد َفاَز اْلُم َّتُقْو َن‬
‫ ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغ ِف ْر َلُك ْم ُذ ُن ْو َبُك ْم َو َم ْن‬.‫ َيا َأُّيَها اَّلِذ ْيَن َء اَم ُنوا اَّتُقوا َهللا َو ُقْو ُلْو ا َقْو ًال َسِد ْيًدا‬. ‫ِإَّال َو َأنُتْم ُّم ْس ِلُم ْو َن‬
‫ُيِط ِع َهللا َو َر ُسْو َلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا َع ِظ ْيًم ا‬
Saudara-saudaraku kaum muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Pada kesempatan yang berbahagia ini, khatib mengingatkan utamanya kepada diri
saya pribadi dan juga kepada jama’ah pada umumnya, untuk senantiasa
meningkatkan taqwa kepada Alloh, dengan sebenar-benarnya takwa yaitu ikhlas
menjalankan apa yang telah diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang telah
dilarang. Kemudian marilah kita senantiasa mengungkapkan rasa syukur kepada
Allah SWT semata. Allah telah melimpahkan kepada kita sedemikian banyak
nikmat. Jauh lebih banyak nikmat yang telah kita terima dibandingkan kesadaran
dan kesanggupan kita untuk bersyukur.

Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah

Dalam Surat Al-Mujadalah ayat 11, Allah Berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-


lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu, maka berdirilah’,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Menurut ayat tersebut, Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman
dan berilmu pengetahuan beberapa tingkat. Oleh karenanya Allah menyuruh
manusia berpikir menggali ilmu pengetahuan, membentuk majelis ta’lim, membaca
ayat-ayat Allah, baik ayat yang tertulis maupun yang tercipta yaitu segala sesuatu
yang diciptakan Allah misalnya langit, bumi, gunung, bintang, dll.

Kaum muslimin sidang Jum’at yang berbahagia,


Ilmu adalah lawan dari kebodohan. Kebodohan akan menjerumuskan seseorang ke
dalam kemaksiatan dan kefasikan, bahkan ke dalam kemusyrikan atau kekafiran.
Sedangkan Ilmu akan menambah keimanan kita, semakin dalam ilmu yang kita gali
maka akan semakin bertambah pula keimanan kita.
orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan kebodohan, maka sesungguhnya
mereka lebih banyak merusak daripada membangun! Sebagaimana dikatakan oleh
sebagian Salafush Shalih:
‫ َأْف َس َد َأْك َث َر ِم مَّا ُيْص ِلُح‬, ‫َم ْن َعَب َد َهللا ِبَج ْه ٍل‬
Barangsiapa beribadah kepada Allah dengan kebodohan, dia telah membuat
kerusakan lebih banyak daripada membuat kebaikan. (Majmu’ Fatawa 25/281)

oleh karena itu, Allah SWT menolak mensejajarkan orang-orang yang berilmu
dengan orang-orang yang tidak berilmu, sebagaimana Dia juga menolak
mensejajarkan pennghuni jannah dengan penghuni neraka. Allah berfirman :

) 9 : ‫ُقْل َهْل َيْسَتِوي اَّلِذ يَن َيْع َلُم وَن َو اَّلِذ يَن َالَيْع َلُم وَن … ( ألزمر‬
Artinya : “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?”

) 20 : ‫َالَيْسَتِوى َأْص َح اُب الَّناِر َو َأْص َح اُب اْلَج َّنِة … ( الحشر‬

Artinya : “Tidak sama para penghuni jannah dengan penghuni neraka.”


Saudaraku…
∙ orang yang berilmu, tentu tidak akan melakukan ghibah (menggunjing) atau
orang biasa menyebutnya ngegosip,sebab ia tahu akan bahaya menggunjing. Yakni
pelaku ghibah Dianggap memakan bangkai daging saudara sendiri karena
perbuatan ghibah itu dapat menghancurkan dan mematikan perjalanan hidup
seseorang, sebagaimana digambarkan dalam alqur’an surat . Al-Hujarat: 12.
∙ orang yang berilmu, tentu tidak akan percaya ramalan beberapa orang jika
kiamat akan terjadi pada tanggal 21-12-2012, sebab ia tahu tidak ada seorangpun
yang tahu kapan akan datangnya hari kiamat, Rosulullah sekalipun.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh malaikat Jibril yang
datang dalam wujud seorang Arab Badui, beliau ditanya mengenai kapan hari
kiamat terjadi. Lantas beliau menjawab,
‫َم ا اْلَم ْس ُئوُل َع ْنَها ِبَأْع َلَم ِم َن الَّساِئِل‬
“Orang yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.”
Sungguh sangat mengherankan yang terjadi saat ini. Beberapa kelompok atau
tukang ramal yang sudah pasti suka berdusta, ada yang mengetahui kapan
terjadinya kiamat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak mengetahui
terjadinya hari kiamat, padahal beliau adalah orang yang paling dekat dengan
Allah.

∙ Orang yang berilmu, tentu tidak akan mengucapkan selamat hari natal kepada
pemeluk nashrani, sebab ia tahu bahwa dengan mengucapkan ((Selamat Hari Natal
= Selamat hari lahirnya "tuhan" kalian = selamat menyembah salib = selamat
kalau Allah punya anak = selamat bertrinitas = selamat memusuhi agama tauhid
(Islam) = Selamat bahagia dengan bangkitnya kaum salibis yang senantiasa
mengharapkan hancurnya Islam)). Ucapan selamat natal lebih parah dari pada
ucapan : Selamat berzina..., selamat mabuk..., selamat mencuri..., selamat
membunuh..., selamat korupsi...,
Oleh karena itu imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya "Ahkaam Ahli
Adz-Dzimmah jilid 1/441" memberikan hukum haram bagi yang seorang muslim
yang melakukan perbuatan tersebut. Toleransi tidak harus di wujudkan dengan
menggadaikan aqidah islam.
∙ Orang yang berilmu, tentu tidak akan menyia-nyiakan waktunya hanya untuk
melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat, sebab ia tahu akan pentingnya waktu
bagi seorang muslim. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: "Ada dua ni'mat yang dilalaikan oleh manusia, manusia tertipu dengan
nikmat tersebut: yaitu nikmat sehat dan waktu luang."
(HR. al-Hakim yang telah dishahihkan Syaikh al-Albani dalam kitab Al-Jami')
Orang yang berilmu tentu akan mengisi waktunya dengan amalan-amalan yang
mamu mendekatkan dirinya dengan sang kholiq, Allah azza wajalla.
oleh karena itu , Rosululloh SAW mewajibkan kepada setiap muslim untuk mencari
ilmu

‫ٌة‬
‫َط َلُب اْلِع ْلِم َفِر يَض َع َلى ُك ِّل ُمْس ِلٍم‬
Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim. [HR. Ibnu Majah, no:224,
dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Ibni Majah]
Saudara-saudara kaum muslimin aazzaniyallahu waiyyakum,

tanda kebaikan seseorang adalah difahamkan dalam urusan agama, ‫َم ْن ُيِر ِد ُهللا ِبِه َخ ْيًر ا‬
‫ُيَفِّقْهُه ِفى الِّدْي ِن‬.“Barangsiapa yang dikehendaki Allah padanya kebaikan, dia akan
difahamkan dalam agama”
mengahiri khutbah ini, saya ingin kemukakan sebuah hadits dari Rosululloh SAW,
mudah-mudahan cukup untuk memberikan semangat bagi kita untuk senantiasa
tak lelah mencari ilmu . Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫َم ْن َس َلَك َط ِر يًقا َي ْط ُلُب ِفيِه ِع ْلًما َس َلَك ُهَّللا ِبِه َط ِر يًقا ِمْن ُط ُر ِق اْلَج َّن ِة َو ِإَّن اْلَم اَل ِئَك َة َلَت َض ُع َأْج ِنَح َت َه ا ِر ًض ا ِلَط اِلِب‬
‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫َأْل‬ ‫ْل‬ ‫ْل ْل‬
‫ا ِع ِم َو ِإَّن ا َعاِلَم َلَي ْس َتْغ ِفُر َلُه َم ْن ِفي الَّس َمَو اِت َو َم ْن ِفي ا ْر ِض َو ا ِح يَت اُن ِفي َج ْو ِف ا َم اِء َو ِإَّن َفْض َل ا َعاِلِم‬
‫َع َلى اْلَع اِبِد َكَفْض ِل اْل َقَم ِر َلْي َلَة اْلَب ْد ِر َع َلى َس اِئِر اْلَك َو اِكِب َو ِإَّن اْلُع َلَم اَء َو َر َثُة اَأْلْن ِبَي اِء َو ِإَّن اَأْلْن ِبَي اَء َلْم ُيَو ِّر ُثوا‬
‫ِد يَن اًر ا َو اَل ِدْر َه ًما َو َّر ُثوا اْلِع ْلَم َف َم ْن َأَخ َذ ُه َأَخ َذ ِبَح ٍّظ َو اِفٍر‬
Barangsiapa meniti satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya –dengan hal itu- Allah
jalankan dia di atas jalan di antara jalan-jalan sorga. Dan sesungguhnya para
malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap thalibul ilmi
(pencari ilmu agama). Dan sesungguhnya seorang ‘alim itu dimintakan ampun oleh
siapa saja yang ada di langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air. Dan
sesungguhnya keutamaan seorang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan
purnama daripada seluruh bintang-bintang. Dan sesungguhnya para ulama itu
pewaris para Nabi. Para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi
mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil
bagian yang banyak. [HR. Abu Dawud no:3641, dan ini lafazhnya; Tirmidzi
no:3641; Ibnu Majah no: 223; Ahmad 4/196; Darimi no: 1/98. Dihasankan Syeikh
Salim Al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin 2/470, hadits no: 1388]
Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan pertolongan kepada kita, sehingga
terasa ringan jasad ini untuk melangkah ke majlis-majlis ilmu dan tetap istiqomah
mengamalkan ilmu yang kita dapat sehingga mudah-mudahan kita termasuk
orang-orang yang senantiasa meniti jalan surganYA Allah, Amin

‫ َأُقْو ُل َقْو ِلْي َهَذ ا‬. ‫ َو َنَفَعِنْي َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن ْاآلَياِت َو الِّذْك ِر اْلَح ِكْيِم‬، ‫َباَر َك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر آِن اْلَعِظ ْيِم‬
‫ َفاْسَتْغ ِفُرْو ُه ِإَّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬، ‫َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا اْلَعِظ ْيَم ِلْي َو َلُك ْم َو ِلَس اِئِر اْلُم ْس ِلِم ْيَن‬.

Mencari Ilmu Demi Menggapai Ridho


Allah
‫َاْلَح ْم ُد ِهَّلِل اَّلِذ ْي أْخ َرَج َنَتاِئَج أْفكَاِرَنا ِِإِل ْبَر اِز َأَياِتِه َو اَّلِذ ْي أْفَض َلَنا ِباْلِع ْلِم َو ْالَع َم ِل َع َلى َس اِئِر‬
‫ َو َر اِفُع اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َو اَّلِذ ْيَن ُأْو ُتْو ا الِع ْلَم َد َرَج اٍت َأْش َهُد أْن َال ِإَلَه إَّال ُهللا َو أْش َهُد‬، ‫َم ْخ ُلْو َقاِتِه‬
‫ َو الَّص َالُة َو الَّس َالُم َع لَى َس ِّيِد َنا َو َم ْو َالَنا ُمَح َّمٍد اَّلِذ ْي ُيْم َلُئ ِبَج ِم ْيِع‬، ‫أَّن ُمَح َّم ًدا َر ُسْو ُل ِهللا‬
‫ َقاَل ُهللا‬، ‫ َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو ُذ ِّر َّياِتِه َو ِع ْتَر ِتِه الَّطاِهِرْيَن إلَى َيْو ِم الِّدْيِن‬، ‫ْالَفَض اِئِل‬
‫ َو َقاَل‬، ‫ َيْر َفِع ُهللا اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا ِم ْنُك ْم َو اَّلِذ ْيَن ُأْو ُتوا ْالِع ْلَم َد َرَج اٍت‬: ‫َتَع الَى ِفْي ْالُقْر آِن اْلَعِظ ْيِم‬
‫ َفَيا أُّيَها‬: ‫ َأَّم ا َبْعُد‬، ‫ َطَلٌب ْالِع ْلِم َفِرْيَض ٌة َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِلٍم‬: ‫َر ُسْو ُل ِهللا َص لَّى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫اْلُم ْس ِلُم ْو َن اَّتُقْو ا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َتُم ْو ُتَّن إَّال َو أْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬
Ma’aasirol Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Tak henti-hentinya para
khatib senantiasa menekankan dalam setiap khutbah Jum’at, bahwa sebagai hamba Allah, kita
harus senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. meningkatkan ketaatan dan
ibadah kepada Allah agar, kita bertambah dikasihi dan dirahmati Allah SWT.

Adapun untuk meningkatkan ketaqwaan, maka tentu saja kita harus mau belajar, mau mengaji
dan mau menimba ilmu. Seluruh ilmu yang dapat menjadikan kita bisa semakin mendekatkan
diri kepada Allah. Baik itu berupa ilmu-ilmu ibadah mahdoh, seperti tata cara sholat, membaca
Al-Qur’an, berpuasa dan berhaji. Ataupun ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya.

Kata “Ilmu” itu berasal dari Bahasa Arab ‘Alima, Ya’lamu, ‘Ilman, yang berarti “Mengerti
sesuatu”. Atau juga berasal dari kala ‘allama yang berarti “memberi tanda atau petunjuk” yang
berarti pengetahuan.

Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia

Setiap orang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu, hal ini sesuai dengan hadits Nabi
Muhammad SAW :

‫َطَلُب ْالِع ْلْم َفِرْثَض ٌة َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِلٍم‬


”Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim.”

Dengan semakin sering kita menuntut ilmu, maka kita akan lebih banyak tahu tentang banyak
hal.

Meski benar bahwa prioritas dalam menuntut ilmu adalah mempelajari ilmu agama, khususnya
ilmu iman dan islam serta ilmu mengenal Allah. Namun umat Islam tidaklah boleh begitu saja
mengabaikan ilmu-ilmu lainnya. Karena tanpa ilmu, umat Islam hanya akan menjadi terbelakang
dibandingkan dengan umat-umat lain di muka bumi ini.
Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah
Bahkan dalam hal mencari pemimpin pun kita juga tidak boleh seenaknya saja. Melainkan juga
harus memilih pemimpin dengan mempertimbangkan kadar keilmuan sang pemimpin. Hal ini
telah disinyalir oleh Allah dalam firman-Nya:

‫ َقاُلْو ا أَّنى َيُك ْو ُن َلُه ْالُم ْلَك َع َلْينَا َو َنْح ُن‬، ‫َو َقاَل َلُهْم َنِبُّيُهْم إَّن َهللا َقْد َبَع َث َلُك ْم َطاُلْو َت َم ِلًك ا‬
‫ َقاَل إَّن َهللا اْص َطَفاُه َع َلْيُك ْم َو َز اَد ُه َبْس َطًة ِفْي‬، ‫َأَح ُّق ِبْالُم ْلِك ِم ْنُه َو َلْم ُيْؤ َت َسَع ًة ِم َن ْالَم اِل‬
‫ َو ُهللا ُيْؤ تَى ُم ْلَك ُه َم ْن َيَش اُء َو ُهللا َو اِس ٌع َع ِلْيٌم‬، ‫الِع ْلِم َو ْالِج ْس ِم‬
Nabi Bani Israil mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut
menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih
berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang
cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha
Mengetahui. (QS. Al-Baqarah, 2 : 247)

Ayat ini menunjukkan bahwa, bagaimana pun juga kita tidaklah dapat mengunggulkan harta jika
sang pemiliknya bodoh. Al-Qur’an telah menceritakan kisah Qorun sebagai contoh bahwa
sungguh tidaklah elok, jika manusia hanya mengumpulkan harta tanpa berusaha menambah
wawasan-awasan keilmuannya. Sebagaimana firman Allah :

‫ َأَو َلْم َيْع َلْم أَّن َهللا َقْد أْهَلَك ِم ْن َقْبِلِه ِم َن ْالُقُرْو ِن َم ْن ُهَو‬، ‫َقاَل إَّنَم ا أْو ِتْيُتُه َع لَى ِع ْلٍم ِع ْنِد ْي‬
‫ َو َال ُيْسَئُل َع ْن ُذ ُنْو ِبِهُم ْالُم ْج ِرُم ْو َن‬، ‫أَشُّد ِم ْنُه ُقَّو ًة َو أْك َثَر َج ْم ًعا‬
Qorun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan
apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat
sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah
perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (QS. ِAl-Qashash,
28:78)

Ayat ini menunjukkan bahwa kita juga mesti mengedepankan untuk memilih pemimpin yang
berilmu, bukan hanya yang paling kayaa atau paling kuat saja. Melainkan juga berdasarkan
keluasan ilmunya.

Sidang Jum’at yang Dirahmati Allah


Dengan ilmu kita dapat menyingkap tabir kehidupan manusia dan memahami rahasia-rahasia
yang diciptakan Allah agar diungkapkan oleh manusia demi kemajuan peradabannya.

Memang benar bahwa mencari ilmu sungguh terasa amat berat. Terutama ilmu-ilmu yang dapat
semakin mendekatkan diri kita kepada Allah. Karenanya, tentu menjadi sangat benar, sabda
Rasulullah SAW :
‫ َر َو اُه ُم ْس ِلم‬. ‫َس َّهَل ُهللا َلُه َطِر ْيًقا ِإَلى الَج َّنِة‬,‫َم ْن َس َلَك َطِر ْيًقاَيْلَتِم ُس ِفْيِه ِع ْلًم ا‬

Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti mudahkan
baginya jalan menuju surga. (HR Muslim)

Pada hadits ini, ungkapan “salaka (menempuh Jalan)” bukan hanya mencakup arti jalan secara
indrawi yaitu jalan yang dilalui kedua kaki, seperti sesorang pergi dari rumahnya menuju tempat
untuk menimba ilmu baik berupa masjid, madrasah, ataupun universitas dan lain sebagainya.

Namun termasuk pula mencakup arti jalan secara maknawi. Maksudnya adalah, hal-hal yang
memberatkan selama perjalanan tersebut, misalnya biaya dan waktu yang tersita. Misalnya saja
seseorang harus menempuh perjalanan jauh dalam rangka mencari ilmu. Perjalanan dari satu
kota ke kota lain, dari satu propinsi ke propinsi lain dan dari negerinya ke negeri lain untuk
mencari ilmu. Maka ia tidak hanya harus mengeluarkan biaya berupa harta, namun juga harus
mengorbankan perasaan untuk meninggalkan keluarga dan sahabat dan kampong halaman yang
dicintainya.

Ini semua adalah termasuk hal-hal yang harus bisa diatasi dalam menempuh jalan untuk
mendapatkan ilmu. Namun tentu semuanya akan tergantikan manakala ia telah mendapatkan
ilmu yang diinginkannya. Jika seseorang ingin sukses di dunia, ilmu akan membawanya menuju
kesuksesan. Dan jika ia ingin beruntung di akhirat kelak, maka ilmu pulalah yang akan
mendekatkan keberuntungan dan fadhal Allah tersebut. Sebagaimana hadits riwayat Ibnu ’Asakir
:

‫َم ْن َأَر اَد الُّد ْنَيا َفَع َلْيِه ِبْالِع ْلِم َو َم ْن أَر اَد ْاألِخ َر َة َفَع َلْيِه ِبْالِع ْلِم َو َم ْن أَر اَد ُهَم ا َفَع َلْيِه ِبْالِع ْلِم‬
Siapapun yang menghendaki (keberhasilan ) dunia maka ia harus berilmu, Siapapun yang
menghendaki (keberuntungan) akhirat, ia pun harus berilmu, dan siapapun yang menghendaki
keduanya, tentu ia harus berilmu.

Hadirin Sekalian yang Berbahagia


Mestinya kita merenungkan kembali pernyataan sahabat Mu’adh bin Jabal RA. sebagaimana
dikutip dalam kitab Hilyat'ul Awliya Wa Tabaqat'ul Asfiya, bahwa meraih ilmu pengetahuan
adalah demi ridho Allah. Karena pengetahuan melahirkan kesalehan, mengagungkan Ilahi dan
takut akan dosa. Mencari ilmu demi ridho Allah adalah ibadah, belajar adalah sikap mengingat
kebesaran Allah (Zikir).

Sahabat Mu’adh juga menyatakan, mencari ilmu adalah perjuangan yang pahalanya seperti
pahala berjihad (berperang). Mengajarkannya ilmu kepada mereka yang menganggapnya
berharga adalah sedekah, dan mengamalkannya pada rumah seseorang memperkuat tali
silahturahmi di antara keluarga.

Ilmu adalah sahabat penyejuk ketika dalam kesendirian. Ilmu adalah sahabat terbaik bagi para
pengelana. Ilmu adalah sahabat terdekatmu yang menyampaikan rahasianya kepadamu. Ilmu
adalah pedangmu yang paling ampuh untuk lawanmu, dan terakhir, ilmu adalah pakaian yang
akan menaikkan derajatmu dalam jamaah persaudaraanmu.

Telah jelas dalam firman Allah SWT :

‫ُقْل َهْل َيْسَتِوى َّالِذ ْيَن َيْع َلُم ْو َن َو اَّلِذ َْين َال َيْع َلُم ْو َن‬
Adakah sama, antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui
(QS. Az-Zumar, 39 : 9).

Tentu kita semua bisa menjawabnya dengan mudah. Karena ilmu jelas-jelas membedakan antara
mereka yang memilikinya dan mereka yang tidak memilikinya.

Maka sebagai akhir khutbah ini, saya ingin berpesan, marilah kita semua tiada henti menuntut
ilmu, hingga akhir hayat. Di mana pun dan kapan pun. Tak terbatas hanya di lembaga-lembaga
pendidikan formal maupun di pengajian-pengajian saja. Namuan juga dalam setiap hal dan
kesempatan yang diberikan oleh kehidupan kita.

Karena ilmu pengetahuan adalah puncak segala kebahagiaan, sebagaimana kebodohan adalah
titik awal dari segala keburukan. Keselamatan datang dari ilmu, kehancuran datang dari
kebodohan.

‫ َو َنَفَعِنى َو ِإَّياُك ْم ِبَم اِفْيِه ِم ْن آَيِة َو ْذ ُك َر اْلَح ِكْيَم َو َتَقَّبَل‬, ‫َباَر َك هللا ِلى َو َلُك ْم ِفى ْالُقْر آِن ْالَعِظ ْيِم‬
‫ َو َأُقْو ُل َقْو لى َهَذ ا َفاْسَتْغ ِفُر َهللا الَعِظ ْيَم ِإَّنُه‬, ‫ُهللا ِم َّنا َو ِم ْنُك ْم ِتَالَو َتُه َو ِاَّنُه ُهَو الَّس ِم ْيُع الَعِلْيُم‬
‫ُهَو الَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيم‬

Anda mungkin juga menyukai