Anda di halaman 1dari 5

ُ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَر َكاتُه‬.

/‫ِإ ّن ْال َح ْم َد ِهللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَع ُْو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر َأ ْنفُ ِسنَا‬
ُ‫ي لَه‬ َ ‫ض ّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬ ِ ‫ت َأ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬ ِ ‫َو َسيَّئا‬
ُ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُده‬،ُ‫ك لَه‬ َ ‫َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ۧ ِإ ٰلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬
ُ‫ َو َرس ُْولُه‬.
ٰ
‫صحْ بِ ِه َأ ْه ِل التُّ ٰقى‬ َ ‫ َو َع ٰلى آلِ ِه َو‬،‫صلِّ َو َسلِّ ْم َع ٰلى َم َح َّم ِد نِ ْال ُمجْ تَ ٰبى‬ َ ‫اَللّهُ َّم‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ َوطَا َعتِ ِه‬ ِ ‫ ْال ُم ْسلِ ُم ْو َن! ُأ ْو‬/‫ َأ َّما بَ ْع ُد فَيَاَأيُّهَا‬.‫َو ْال َو ٰفى‬
‫از َم ِن اتَّقَى‬ َ َ‫فَقَ ْد ف‬
‫ال هللاُ تَ َع ٰالى فِ ْي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم‬ َ َ‫فَق‬:
‫ق ِم ْنهَا‬ َ َ‫اح َد ٍة َو َخل‬ِ ‫س َو‬ ٍ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف‬
‫ون بِ ِه‬ َ ُ‫ث ِم ْنهُ َما ِر َجااًل َكثِيرًا َونِ َسا ًء َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي تَ َسا َءل‬ َّ َ‫َز ْو َجهَا َوب‬
‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬ َ ‫َواَأْلرْ َحا َم ِإ َّن هَّللا َ َك‬
Ma’asyiral Muslimin, jemaah masjid yang dimuliakan Allah.
Pertama-tama, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan para jemaah sekalian agar
senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala. Karena takwa merupakan sebaik-baik bekal yang bisa
disiapkan seorang muslim untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak.
Allah Ta’ala berfirman,

‫َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم هّٰللا ُ ۗ َوهّٰللا ُ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬


“Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 282)
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa di dalam menuntut ilmu syar’i dan mengajarkannya,
keduanya sama-sama memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan agung. Dan keduanya
sangatlah penting bagi kehidupan seorang muslim. Dengan kedua hal tersebut, seorang muslim
bisa meraih banyak sekali kebaikan dan keutamaan.
Dalam proses menuntut ilmu dan mempelajarinya, Allah Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya untuk
senantiasa berdoa dan meminta kepada Allah agar diberikan tambahan ilmu. Allah Ta’ala tidak
pernah memerintahkan Nabi-Nya untuk meminta diberikan kelebihan sesuatu, kecuali ilmu syar’i.
Sungguh, hal ini menunjukkan bahwa ilmu harus diutamakan dari yang selainnya.
Allah Ta’ala berfirman,

‫َوقُلْ رَّبِّ ِز ْدنِ ْي ِع ْل ًما‬


“Dan katakanlah (wahai Muhammad), ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.’” (QS. Thaha: 114)
Ayat ini penuh dengan kemuliaan. Menggembirakan mereka yang menuntut ilmu. Memecut
kembali semangat yang melemah saat sedang malas dan membangkitkan kembali usaha serta
kerja keras di dalam mempelajarinya. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang membawa
dan menyampaikan wahyu Allah kepada seluruh manusia saja, masih dan senantiasa
diperintahkan untuk berdoa meminta diberikan tambahan ilmu. Lalu, bagaimana halnya dengan
kita yang tentu sangat jauh sekali keutamaan dan kedudukannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam?!
Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.
Ketahuilah bahwa orang yang berilmu selangkah lebih dekat kepada Rabbnya.
Allah Ta’ala berfirman,
‫ َّوقَ ۤا ِٕى ًما يَّحْ َذ ُر ااْل ٰ ِخ َرةَ َويَرْ ج ُْوا َرحْ َمةَ َرب ٖ ِّۗه‬/‫اج ًدا‬ ِ ‫ْل َس‬/ِ ‫ت ٰانَ ۤا َء الَّي‬ٌ ِ‫اَ َّم ْن هُ َو قَان‬
‫قُلْ هَلْ يَ ْستَ ِوى الَّ ِذي َْن يَ ْعلَ ُم ْو َن َوالَّ ِذي َْن اَل يَ ْعلَ ُم ْو َن ۗ اِنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر اُولُوا‬
ِ ‫ࣖ ااْل َ ْلبَا‬
‫ب‬
“(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam
dengan sujud dan berdiri karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah, ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’
Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)
Pada ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa orang berilmu lebih mulia di sisi
Allah Ta’ala daripada orang yang tidak berilmu. Dan kedudukan mereka tentu saja lebih tinggi di
sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana disebutkan di dalam surat Al-Mujadalah, Allah Ta’ala berfirman,

‫ت َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُ ْو َن‬


ٍ ۗ ‫ْن اُ ْوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر ٰج‬/َ ‫يَرْ فَ ِع هّٰللا ُ الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا ِم ْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذي‬
‫َخبِ ْي ٌر‬
“Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah: 11)
Di dalam sebuah hadis, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bagaimana pentingnya
kedudukan ilmu syar’i ini terhadap semua hal duniawi. Beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
ٌ
‫ وعال ٌم أو‬،‫ وما وااله‬،‫ إال ذك ُر هللا‬،‫ملعون ما فيها‬ ،ٌ‫ ملعونة‬/‫أال إن الدنيا‬
‫متعل ٌم‬
“Ketauhilah, dunia itu terlaknat. Segala yang terkandung di dalamnya terlaknat, kecuali orang yang
berzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu
syar’i.” (HR. Tirmidzi no. 2322. Dalam Shohihul Jami’, Syekh Al-Albani mengatakan hadis ini
hasan).
Imam Syafi’i rahimahullah bahkan mengaitkan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan ilmu.
Beliau rahimahullah berkata,

‫اآلخ َرةَ فَ َعلَ ْي ِه باِل ِع ْل ِم‬


ِ ‫َم ْن َأ َرا َد ال ُّد ْنيَا فَ َعلَ ْي ِه باِل ِع ْل ِم َو َم ْن َأ َرا َد‬
“Barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa
yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka hendaknya dengan ilmu.” (Manaqib Asy Syafi’i, 2: 139)
Ma’asyiral Muslimin yang berbahagia,
Ketahuilah, bahwa menuntut ilmu lebih didahulukan dan lebih diutamakan daripada amalan-
amalan sunah yang lain. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

‫إن مقام أحدكم في سبيل هللا أفضل من صالته في بيته سبعين عاما‬
“Sesungguhnya berdirinya salah seorang dari kalian di jalan Allah (medan jihad) lebih utama daripada
salat (sunah) di rumahnya selama 70 tahun.” (HR. Tirimidzi no. 1650)
Menuntut ilmu merupakan salah satu bentuk jihad di jalan Allah yang paling mulia. Karena hanya
dengan ilmulah, agama ini tegak dan tersebar di muka bumi. Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,

َ ‫ب ال ِع ْل ِم َك‬
‫ان فِي َسبِي ِْل هَّللا ِ َحتَّى يَرْ ِج َع‬ ِ َ‫َم ْن َخ َر َج فِي طَل‬
“Barang siapa yang keluar dalam rangka untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia
pulang.” (Hadis hasan ghariib, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi no. 2647 dan Al-Bazzar no. 6520)
Menuntut ilmu adalah tanda Allah Ta’ala menginginkan kebaikan untuk diri kita. Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,

‫من يرد هللا به خيرا يفقهه في الدين‬


“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia paham dalam
agama.” (HR. Bukhari no. 3116 dan Muslim no. 1037)
Sebaliknya, saat seseorang bermalas-malasan di dalam mempelajari ilmu syar’i, bahkan
meremehkannya, maka ia harus waspada, bisa jadi ini pertanda Allah Ta’ala tidak menginginkan
kebaikan untuk dirinya. Hendaknya ia segera bertobat dan menyibukkan diri kembali di dalam
belajar dan menuntut ilmu, sehingga nantinya Allah Ta’ala bukakan kembali pintu-pintu kebaikan
untuk dirinya.
Jemaah salat Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala.
Pentingnya menuntut ilmu syar’i dan mempelajarinya bukan semata-mata karena banyaknya
keutamaan yang akan diperoleh. Lebih dari itu semua, Allah Ta’ala telah menjadikan tholibul ilmi/
menuntut ilmu sebagai salah satu fitrah dan bawaan semua orang saat ia dilahirkan ke dunia ini.
Di mana Allah Ta’ala telah menciptakan serta membekali setiap jiwa yang ada dengan wasilah
dan berbagai sarana untuk mendulang ilmu ini. Allah Ta’ala berfirman,

‫ًٔا َّو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع‬/ۙ‫َوهّٰللا ُ اَ ْخ َر َج ُك ْم ِّم ۢ ْن بُطُ ْو ِن اُ َّم ٰهتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُم ْو َن َش ْيـ‬
‫ار َوااْل َ ْفـِٕ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكر ُْو َن‬
َ ‫ْص‬َ ‫َوااْل َب‬
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia
memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)
Pendengaran, pengelihatan, dan hati nurani adalah sarana-sarana memperoleh dan
mempelajari ilmu syar’i. Allah Ta’ala telah melimpahkan nikmat ini semenjak kita masih di dalam
kandungan. Maka, sudah menjadi kewajiban dan keharusan kita untuk mensyukurinya dan
memanfaatkan semua kenikmatan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Berusaha untuk memperdalam pengetahuan dan keilmuan agama Islam kita, mempelajari apa-
apa yang menjadi kewajiban kita, dan memaksimalkan waktu yang ada untuk terus menerus
duduk di majelis ilmu.

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.


Tentu saja, semua keutamaan yang telah kita sebutkan tidak akan bisa diraih, kecuali oleh
mereka yang ikhlas dan mengamalkan ilmu yang telah ia pelajari. Hanya berilmu dan semangat
belajar saja tidak cukup. Semuanya harus dibarengi dengan keikhlasan dan realisasi atas apa
yang telah kita pelajari. Karena di akhirat nantipun kita akan dimintai pertanggungjawaban atas
ilmu yang telah kita pelajari.

‫عمره؛ في َم أفناه؟ وعن‬ ِ ‫ُسأل عن‬


/َ ‫ال تزو ُل قدما عب ٍد يوم القيامة حتى ي‬
‫عل ِمه؛ في َم فعل؟ وعن مالِه؛ من أين اكتسبه؟ وفي َم أنفقه؟ وعن جسمه؛‬
‫في َم أباله؟‬
“Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser dari tempatnya untuk dihisab (ke surga atau ke neraka),
hingga ia ditanya mengenai hidupnya. Untuk apa ia habiskan? Tentang ilmunya, apa yang dilakukan
dengannya? Tentang hartanya, dari mana dia memperolehnya? Untuk apa ia belanjakan? Tentang
tubuhnya, untuk apa ia pergunakan?” (HR. Tirmidzi no. 2417, Ad-Darimi no. 537 dan Al-Baihaqi no.
494)

‫ ِإنَّهُ هُ َو ْال َغفُ ْو ُر‬،ُ‫ فَا ْستَ ْغفِر ُْوه‬،‫َأقُ ْو ُل قَ ْولِ ْي ٰه َذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‬
‫َّح ْي ُم‬
ِ ‫الر‬

Khotbah Kedua
‫ َو َعلَى آلِ ِه‬،‫صلِّ ْي َوُأ َسلِّ ُم َعلَى ُم َح َّم ٍد ْال ُمصْ طَفَى‬ َ ‫ َوُأ‬،‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َو َكفَى‬
‫ َوَأ ْشهَ ُد‬،ُ‫ك لَه‬َ ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل ِإلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬.‫َوَأصْ َحابِ ِه َأ ْه ِل ْال َوفَا‬
‫َأ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ َأ َّما بَ ْع ُد‬.
Jemaah salat Jumat yang insyaAllah dimuliakan oleh Allah Ta’ala.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya ilmu syar’i ini tidak akan sampai kepada kita dan tidak akan
bisa kita pahami, kecuali karena peran penting dan andil besar para ulama, asatidzah, dan guru-
guru yang telah mengabdikan kehidupannya untuk membela ilmu syar’i, mendakwahkannya, dan
menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia.
Sungguh, mereka itulah sebenar-benarnya pewaris para nabi, pemikul ajarannya, dan pembela
kitab sucinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengatakan,

‫إن األنبيا َء لم يورِّثوا دينارًا وال درْ ه ًما إنَّما‬ َّ ‫ء‬/ِ ‫إن العلما َء ورثةُ األنبيا‬ َّ
‫وافر‬
ٍ ٍّ ‫ورَّثوا العل َم ف َمن أخ َذ بِ ِه فقد أخ َذ بح‬
‫ظ‬
“Sungguh para ulama adalah pewaris para nabi. Dan sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan
dirham. Mereka hanyalah mewariskan ilmu. Maka, siapa saja yang mengambilnya, ia telah mengambil
bagian yang melimpah.” (HR. Abu Daud no. 3641 dan At-Tirmidzi no. 2682)
Bagi mereka yang menyebarkan, mengajarkan, dan mendakwahkan ilmu ini, maka
Allah Ta’ala menjanjikan balasan yang sangat agung. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ِ َ‫َم ْن َد َّل َعلَى َخي ٍْر فَلَهُ ِم ْث ُل َأجْ ِر ف‬


‫اعلِ ِه‬
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala
orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)
Jemaah yang berbahagia.

Mengajarkan ilmu merupakan bentuk keberkahan dan tanda bahwa ilmunya tersebut
bermanfaat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengatakan,

‫ َأ ْو ِع ْل ٌم‬, ٌ‫اريَة‬
ِ ‫ص َدقَةٌ َج‬
َ :‫ث‬ ٍ ‫ات اب ُْن آ َد َم ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ إاَّل ِم ْن ثَاَل‬
َ ‫إ َذا َم‬
َ ‫ َأ ْو َولَ ٌد‬, ‫يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬
ُ‫ح يَ ْد ُعو لَه‬/ٌ ِ‫صال‬
“Jika anak Adam meninggal, maka terputuslah semua amalnya, kecuali dari tiga perkara: sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim no. 1631)
Dari hadis ini kita belajar, bahwa salah satu investasi amal yang akan berguna di saat kita telah
meninggal dunia dan pahalanya tidak akan terputus adalah mengajarkan ilmu syar’i yang sudah
pernah kita pelajari.
Sedangkan mereka yang sudah mempelajari sebuah ilmu, lalu menyembunyikan ilmu tersebut
dan tidak mau mengajarkannya, maka ancamannya sangatlah keras. Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,

‫ار‬
ٍ َ‫َم ْن ُسِئ َل َع ْن ِع ْل ٍم فَ َكتَ َمهُ ُأ ْل ِج َم يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة بِلِ َج ٍام ِم ْن ن‬
“Siapa saja yang ditanya tentang suatu ilmu, lalu ia menyembunyikannya, maka akan diberikan pada hari
kiamat penutup mulut dari api neraka.” (HR. Abu Dawud no. 3658, Tirmidzi no. 2649 dan Ahmad
no. 10420)
Di hadis yang lain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ُ ‫كمثل الَّذي يَ ْكن ُز الكن َز ث َّم ال ينف‬


‫ق‬ ِ ُ ‫مث ُل الَّذي يتعلَّ ُم العل َم ث َّم ال يح ِّد‬
‫ث بِ ِه‬
ُ‫منه‬
“Perumpamaan orang yang menuntut ilmu lalu ia tidak menyampaikannya, seperti orang yang menumpuk
harta dan tidak mengeluarkan za
‫س اَل‬ ‫ب اَل يَ ْخ َشعُ‪َ ،‬و ِم ْن نَ ْف ٍ‬ ‫ك ِم ْن ِع ْل ٍم اَل يَ ْنفَعُ‪َ ،‬و ِم ْن قَ ْل ٍ‬ ‫اللَّهُ َّم ِإنِّي َأ ُعو ُذ بِ َ‬
‫تَ ْشبَعُ‪َ ،‬و ِم ْن ُد َعا ٍء اَل يُ ْس َم ُع‬
‫‪.‬‬

‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم َوا ْعلَ ُم ْوا‬ ‫فَيَا َأيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُم ْو َن‪ُ ،‬أ ْو ِ‬
‫صاَل ِة َوال َّساَل ِ‪/‬م َعلَى نَبِيِّ ِه ْال َك ِري ِْم‬ ‫َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر َع ِظي ٍْم‪َ ،‬أ َم َر ُك ْم بِال َّ‬
‫صلُّوا‬ ‫ين آ َمنُوا َ‬ ‫ون َعلَى النَّبِ ِّي‪ ،‬يَا َأيُّهَا الَّ ِذ َ‬ ‫ُصلُّ َ‬
‫ال‪ِ :‬إ َّن هللاَ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي َ‬ ‫فَقَ َ‬
‫‪َ ،‬علَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬
‫ْت َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬ ‫صلَّي َ‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ .‬وبَ ِ‬ ‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّ َ‬‫ِ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّ َ‬ ‫ت َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬ ‫ار ْك َ‬ ‫بَ َ‬
‫ت اَأْلحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم‬ ‫وال ُمْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬ ‫ت ْ‬ ‫اَ ٰللّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َ‪ْ/‬ن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‪/‬‬
‫‪،‬واَأْل ْم َوا ِ‬
‫ت‬ ‫َ‬
‫اللهم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَاَل َء َو ْال َغاَل َء َو ْال َوبَا َء َو ْالفَحْ َشا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْالبَ ْغ َي‬
‫ف ْال ُم ْختَلِفَةَ َوال َّش َداِئ َد َو ْال ِم َح َن‪َ ،‬ما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن‪ِ ،‬م ْن بَلَ ِدنَا‬ ‫َوال ُّسي ُْو َ‬
‫ك َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر‬ ‫ان ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َعا َّمةً‪ِ ،‬إنَّ َ‬ ‫صةً َو ِم ْن ب ُْل َد ِ‪/‬‬ ‫هَ َذا َخا َّ‬
‫اخ ْذ نَا ِإ ْن نَ ِس ْينَا‪َ /‬أ ْو َأ ْخطَْأنَا‪َ /‬ربّنَا َوالَ تَحْ ِملْ َعلَ ْينَا ِإصْ رًا َك َما‬ ‫َربّنَا الَتَُؤ ِ‬
‫ف َعنّا‬ ‫َح َم ْلتَهُ َعلَى الّ ِذي َْن ِم ْن قَ ْبلِنَا‪َ /‬ربّنَا َوالَ تً َح ّم ْلنَا َماالَ طَاقَةَ لَنَا بِ ِه َوا ْع ُ‬
‫ت َم ْوالَنَا فَا ْنصُرْ نَا َعلَى ْالقَ ْو ِم ْال َكافِ ِري َْن‬ ‫‪َ .‬وا ْغفِرْ لَنَا َوارْ َح ْمنَا َأ ْن َ‬
‫اف ‪ ،‬وال ِغنَى‬ ‫ك الهُ َدى ‪ ،‬والتُّقَى ‪ ،‬وال َعفَ َ‬ ‫اللَّهُ َّم إنَّا نَ ْسَألُ َ‪/‬‬
‫ي ال ُّد ْنيَا‪َ /‬و َع َذا ِ‬ ‫ور ُكلِّهَا‪َ ،‬و ِ‬ ‫ُأل‬
‫ب‬ ‫أجرْ نَا ِم ْن ِخ ْز ِ‬ ‫الله ّم أحْ ِس ْن َعاقِبَتَنَا فِي ا ُم ِ‬
‫اآلخ َر ِة‬
‫ِ‬
‫اب النّ ِ‬
‫ار‬ ‫‪َ .‬ربَنَا َءاتِنَا‪ /‬فِي ال ّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اَْأل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫َو ْال َح ْم ُد هللِ َربِّ ال َعالَ ِمي َْن‬
‫ان َوِإ ْيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى ويَ ْنهَى َع ِن‬ ‫إن هللاَ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َس ِ‪/‬‬ ‫ِعبَا َد هللاِ‪َّ ،‬‬
‫الفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن‪ .‬فَاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم‬
‫يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَ ُر‬
‫‪© 2023 muslim.or.id‬‬
‫‪Sumber: https://muslim.or.id/76733-khotbah-jumat-sepenting-apakah-menuntut-ilmu-syari-dalam-‬‬
‫‪kehidupan-kita.html‬‬

Anda mungkin juga menyukai