Anda di halaman 1dari 5

‫ت‬ ِ ‫ش ر ُْو ِر َأ ْنفُ ِس َنا َو َس ّيَئ ا‬ُ ْ‫هلل ِمن‬ ِ ‫هلل َنحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغ ِف ُرهُ َو َن ُع ْو ُذ ِبا‬

ِ ِ َ‫ِإنّ ْال َحمْد‬


ّ‫ِي لَ ُه َأ ْش َه ُد َأنْ الَ ِإل َه ِإال‬ َ ‫َأعْ َمالِ َنا َمنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفالَ مُضِ ّل َل ُه َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفالَ هَاد‬
‫ص ّل َو َس لّ ْم َعلى م َُح ّم ٍد َو َعلى آلِ ِه‬ َ ‫هللاُ َوَأ ْش َه ُد َأنّ م َُح ّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر ُس ْولُ ُه اَلل ُه ّم‬
َّ‫فى ْال ِك َت ِاب ِه ْال َك ِريْم اِن‬
ِ ‫ َقا َل هللاُ َت َعا َلى‬.‫ان ِإ َلى َي ْو ِم ال ّديْن‬ ٍ ‫ِوَأصْ َح ِاب ِه َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإحْ َس‬
‫ص لُّ ْوا َع َل ْي ِه َو َس لِّم ُْوا‬ َ ‫ يَا َأيُّه ا َ الَّ ِذيْنَ َءا َم ُن ْوا‬، ِّ‫ُص لُّ ْو َن َع َلى ال َّن ِبي‬ َ ‫هللا َو َمالَِئ َكتَ ُه ي‬
َ
‫ت َوقَا َل‬ ‫ُأ‬
ٍ ‫ِين آ َم ُنوا مِن ُك ْم َوالَّذِينَ و ُت وا ْالع ِْل َم دَ َرجَ ا‬ َ ‫ َيرْ َف ِع هَّللا ُ الَّذ‬ ‫ َو َقا َل اَ ْيضًا‬ .‫َتسْ لِ ْيمًا‬
‫ض ِري َْن ِا َّت ُق‬ ِ ‫اَمَّا َبعْ ُد َف َيا مَعَشِ ب َْر ْال َح‬ . ‫ْن‬ ِ ‫ َمنْ ي ُِر ِد هللاُ ِب ِه َخيْرً ا ُي َف ِّق ْه ُه فِي ال ِّدي‬  ‫الى‬ َ ‫َت َع‬
‫هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه َوالَ َتم ُْو ُتنَّ ِاالَّ َواَ ْن ُت ْم مُسْ لِم ُْو َن‬
َ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…

Rasanya tak habis-habisnya kita mesti bersyukur kepada Allah, karena dari limpahan rahmat dan
karuniaNya, hingga kini kita tetap bertahan menjaga keimanan kita sebagai tingkat nikmat yang
paling tinggi. Syahadatpun harus selalu kita benahi, biar lebih mendekati makna yang hakiki.
Sanjungan shalawat kita sampaikan kepada Baginda Rasul, ujung tombak pembawa pelita
kehidupan. 

Jamaah Jum’at yang berbahagia! 

Ilmu, telah menjadi perbincangan dari waktu ke waktu, bahkan ilmu telah menjadi simbol kemajuan
dan kejayaan suatu bangsa. Hampir tak ada suatu bangsa dinilai maju kecuali di sana ada
ketinggian ilmu. Hingga hampir menjadi kesepakatan setiap jawara bangsa, bila ingin maju harus
berkiblat kepada negeri yang tinggi ilmunya. Jadilah bangku-bangku sekolah didoktrin dengan
kurikulum negara maju. Akan tetapi sayang seribu kali sayang, sikap ambisi meraup dan
mengimport ilmu ini berlaku hanya pada masalah duniawi. Bahkan pikiran sebagian besar kaum
muslimin pun tak jauh berbeda dengan kaum sekulernya. Mari kita dengar wasiat Amirul Mukminin
Ali bin Abi Thalib Radhiallaahu ‘Anhu :

‫ َف ُك ْو ُن ْوا‬، ٌ‫ت ْاآلخ َِرةُ ُم ْق ِب َل ًة َولِ ُك ِّل َواحِدَ ٍة ِم ْنهُمَا َب ُن ْون‬ِ ‫ت ال ُّد ْن َيا م ُْد ِب َر ًة َوارْ َت َح َل‬
ِ ‫ِارْ َت َح َل‬
‫يَو َم َعمَ ٌل َوالَ ح َِس ابٌ َوغَ ًدا‬ ْ ‫ َفِإنَّ ْال‬،‫ِمنْ َأ ْب َنا ِء ْاآلخ َِر ِة َوالَ َت ُك ْو ُن ْوا ِمنْ َأ ْب َناِء ال ُّد ْن َيا‬
.ٌ‫ح َِسابٌ َوالَ َع َمل‬
“Dunia akan pergi berlalu, dan akhirat akan datang menjelang, dan keduanya mempunyai anak-
anak. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya
pada hari ini hanya ada amal tanpa hisab (perhitungan), dan besok hanya ada hisab (perhitungan)
tanpa amal.” (HR. Al-Bukhari secara mu’allaq). 

Akankah kita membekali diri kita bagaikan si buta di tengah rimba belantara tak tahu apa yang
akan menimpanya. Padahal bahaya itu sebuah kepastian yang telah tersedia.

Jamaah Jum’at yang mulia. 

Akankah kita bergelimang dalam kebodohan, padahal kebodohan adalah lambang kejumudan. Kita
semua tentu ingin sukses dan jaya di negeri akhirat nanti. Lalu apa yang menghalangi kita untuk
segera meraup ilmu dien (agama), sebagaimana kita berambisi meraup ketinggian ilmu dunia
karena tergambar suksesnya masa depan kita? . Ketahuilah bahwa orang yang bodoh itu
cenderung memusuhi apa yang tidak diketahuinya. Kita berlindung kepada Allah dari kebodohan
tentang agama ini. bahkan do’a-do’a Rosulullah banyak yang berisikan permohonan ditambahkan
ilmu dan kefahaman.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah! 

Keutamaan ilmu itu sangat banyak, secara garis besarnya terangkum dalam beberapa point: 
1|Khutbah Jum’at Keutamaan Orang Berilmu
1) Bahwa ilmu agama adalah warisan para Nabi. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah
bersabda : 

،‫ اَ ْل ُع َلمَا ُء َو َرثَ ُة ْاَأل ْن ِبيَا ِء‬.‫مَر َع َلى ال ُّن ُج ْو ِم‬


ِ ‫ض ِل ْال َق‬
ْ ‫ض ُل ْالعَ ال ِِم َع َلى ْال َع ِاب ِد َك َف‬ ْ ‫َف‬
‫َو ْاَأل ْن ِب َيا ُء َل ْم ي َُورِّ ُث ْوا ِديْنَ اًرا َوالَ ِدرْ َه ًم ا َوِإ َّنمَا َورَّ ُث وا ْالع ِْل َم َف َمنْ َأخَ َذهُ َأخَ َذ ِبحَ ٍّظ‬
.)‫ (الترمذي‬.‫َواف ٍِر‬
“Keutamaan sesorang ‘alim (berilmu) atas seorang ‘abid (ahli ibadah) seperti keutamaan bulan
atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi. Sesungguhnya para
nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka
barangsiapa mengambilnya (warisan ilmu) maka dia telah mengambil keuntungan yang banyak.”
(HR. Tirmidzi). 

2) Ilmu itu tetap akan kekal sekalipun pemiliknya telah mati, tetapi harta yang jadi rebutan manusia
itu pasti akan sirna. Setiap kita pasti kenal Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, gudangnya
periwayatan hadits, 

Dari segi harta Abu Hurairah Radhiallaahu anhu memang termasuk golongan fuqara’ (fakir miskin),
memang hartanya telah sirna, tapi ilmunya tak pernah sirna, kita semua masih tetap membacanya.
Inilah buah seperti yang tersebut dalam hadits Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam : 

‫يَة َأ ْو عِ ْل ٌم ُي ْن َتفَ ُع ِب ِه َأ ْو‬


ٌ ‫ار‬ِ ‫ص َد َق ٌة َج‬
َ ‫ات ْاِإل ْن َسانُ ِا ْن َق َط َع َع َملُ ُه ِإالَّ ِمنْ َثالَثٍ؛‬
َ ‫ِإ َذا َم‬
.‫ه‬ ُ ‫صالِ ٌح َي ْدع ُْو َل‬َ ‫َو َل ٌد‬
“Jika manusia mati terputuslah amalnya kecuali tiga: shadaqah jariyah, atau ilmu yang dia amalkan
atau anak shalih yang mendoakannya.”

Rosulullah SAW bersabda yang artinya : Ada dua golongan orang yang tidak akan pernah merasa
puas, yaitu penuntut ilmu dan pencari harta. Tidak pernah puas dalam mencari ilmu apalagi ilmu
agama adalah baik dan sangat dianjurkan, tetapi tidak pernah puas dalam mencari harta dunia
adalah kejelekan, karena tidak ada kesudahannya. Namun ini bukan berarti bahwa ummat islam
dilarang untuk kaya, namun harus diseimbangkan antara menuntut ilmu, mencari nafkah dan amal
ibadah kepada Allah SWT.

3) Ilmu, bisa menghantarkan pemiliknya menjadi saksi atas kebenaran dan keesaan Allah. Adakah
yang lebih tinggi dari tingkatan ini? Inilah firman Allah Ta’ala :

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu). Tak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Ali Imran: 18). 

Sedang pemilik harta? Harta sama sekali takkan menghantarkan pemiliknya sampai ke derajat
sana. 

4) Para ulama (Ahli ilmu syari’at), termasuk golongan petinggi kehidupan yang Allah perintahkan
supaya orang mentaatinya, tentunya selama tidak menganjurkan durhaka kepada Allah dan
RasulNya, sebagaimana firmanNya : 

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) dan ulil amri di antara
kamu.” (An-Nisa: 59).

Ulil Amri, menurut ulama adalah Umara’ dan Hukama’ (Ahli Hikmah/Ahli Ilmu/Ulama). Ulama
berfungsi menjelaskan dengan gamblang syariat Allah dan mengajak manusia ke jalan Allah.
Umara’ berfungsi mengoperasionalkan jalannya syariat Allah dan mengharuskan manusia untuk
menegakkannya. Para ulama, mereka itulah yang tetap tegar dalam mewujudkan syariat Allah
hingga datangnya hari kiamat. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda : 
2|Khutbah Jum’at Keutamaan Orang Berilmu
َ َ‫اس ٌم َوهللاُ ُه َو ْالمُعْ طِ يْ َوال‬
‫تَزا ُل‬ ِ ‫ْن َوِإ َّن َما َأ َنا َق‬
ِ ‫َمنْ ي ُِر ِد هللاُ ِب ِه َخيْرً ا ُي َف ِّق ْه ُه فِي ال ِّدي‬
ِ ‫هللا الَ َيضُرُّ ُه ْم َمنْ َخا َل َف ُه ْم َح َّتى َيْأت َِي َأمْ ُر‬
.‫هللا‬ ِ ‫َه ِذ ِه ْاُأل َّم ُة َقاِئ َم ًة َع َلى َأمْ ِر‬
“Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan, maka Allah akan fahamkan dia dalam
(masalah) dien. Aku adalah Al-Qasim (yang membagi) sedang Allah Azza wa Jalla adalah yang
Maha Memberi. Umat ini akan senantiasa tegak di atas perkara Allah, tidak akan memadharatkan
kepada mereka, orang-orang yang menyelisihi mereka sampai datang putusan Allah.” (HR. Al-
Bukhari). 

5) Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam menggambarkan para pemilik ilmu dengan lembah yang
bisa menampung air yang bermanfaat terhadap alam sekitar, beliau bersabda, yang artinya: 

“Perumpamaan dari petunjuk ilmu yang aku diutus dengannya bagaikan hujan yang menimpa
tanah, sebagian di antaranya ada yang baik (subur) yang mampu menampung air dan
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak, di antaranya lagi ada sebagian
tanah keras yang (mampu) menahan air yang dengannya Allah memberikan manfaat kepada
manusia untuk minuman, mengairi tanaman dan bercocok tanam. Dan sebagian menimpa tanah
tandus kering yang gersang, tidak bisa menahan air yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Maka
demikianlah permisalan orang yang memahami (pandai) dalam dien Allah dan memanfaatkan apa
yang dengannya aku diutus Allah, maka dia mempelajari dan mengajarkan. Sedangkan permisalan
bagi orang yang tidak (tidak memperhatikan ilmu) itu (sangat berpaling dan bodoh), dia tidak
menerima petunjuk Allah yang dengannya aku diutus”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). 

6) Ilmu adalah jalan menuju Surga, tiada jalan pintas menuju Surga kecuali ilmu. Sabdanya : 

.ِ‫ك َط ِر ْي ًقا َي ْل َتمِسُ ِف ْي ِه عِ ْلمًا َس َّه َل هللاُ َل ُه ِب ِه َط ِر ْي ًقا ِإ َلى ْال َج َّنة‬
َ ‫َمنْ َس َل‬
Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan
menuju Surga.” (HR. Muslim). 

7) Ilmu merupakan pertanda kebaikan seorang hamba. Tidaklah akan menjadi baik
melainkan orang yang berilmu, sekalipun bukan jaminan mutlak orang yang (mengaku)
berilmu mesti baik. 
Sabda beliau Shallallaahu alaihi wa Salam : 

ِ ‫َمنْ ي ُِر ِد هللاُ ِب ِه َخيْرً ا ُي َف ِّق ْه ُه فِي ال ِّدي‬


.‫ْن‬
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan, Allah akan pahamkan dia (masalah) agama.” (Al-Bukhari). 

8) Orang ‘alim (berilmu) adalah cahaya bagi manusia lainnya. Dengan dirinyalah manusia dapat
tertunjuki jalan hidupnya. Jamaah sekalian tentunya pernah mendengar kisah seorang pembunuh
yang menghabisi 100 nyawa. Dia bunuh seorang ahli ibadah sebagai korban yang ke-100 karena
jawaban bodoh dari si ahli ibadah yang menjawab bahwa sudah tak ada lagi pintu taubat bagi
pembunuh nyawa manusia. Akhirnya dia datang kepada seorang ‘alim, dan disana ia ditunjukkan
jalan taubat, maka diapun mendapatkan penerangan bagi jalan hidupnya.

9) Allah akan mengangkat derajat Ahli Ilmu (orang alim) di dunia dan akhirat. Di dunia Allah angkat
derajatnya di tengah-tengah umat manusia sesuai dengan tingkat amal yang dia tegakkan. Dan di
akhirat akan Allah angkat derajat mereka di Surga sesuai dengan derajat ilmu yang telah
diamalkan dan didakwahkannya.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman dalam surat Mujadilah: 11: 

3|Khutbah Jum’at Keutamaan Orang Berilmu


Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis",
Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Itulah point-point penting yang bisa kita nukilkan, semoga menjadi pendorong semangat bagi kita
dalam mencari keutamaan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. 

َْ
‫ن‬ ‫ِي‬
‫ِن‬‫ُ ْؤم‬
‫ِ الم‬
‫َاِئر‬
‫ِس‬‫َل‬‫م و‬
ُْ‫َك‬
‫َل‬‫ْ و‬
‫ِي‬‫َ ل‬
‫ر اهلل‬
ُِ‫ْف‬
‫َغ‬‫ْت‬
‫ََأس‬
‫َ و‬‫ْل‬
‫َو‬‫َا الق‬‫َذ‬
‫ُ ه‬‫ْل‬‫ُو‬
‫َأق‬
‫ْر‬
ُ ‫ُ و‬ ‫َف‬
‫َ الغ‬
‫ُ و‬‫ُ ه‬‫َّه‬
‫ْ ِإن‬‫ُم‬
‫لك‬َ ْ‫ِ ر‬ ‫ْف‬
‫َغ‬‫ُ ي‬‫ْه‬
‫رو‬ُِ
‫ْف‬‫َغ‬
‫ْ ت‬ ‫َاس‬
‫ٍ ف‬‫ْب‬
‫َن‬‫ِّ ذ‬
‫ُ ل‬ ‫ْ ك‬‫ِن‬
‫م‬
. ُ
‫ْم‬‫ِي‬
‫َح‬‫الر‬

4|Khutbah Jum’at Keutamaan Orang Berilmu


‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫ِ‪،‬‬ ‫َ ان‬ ‫ِن‬


‫ْت‬ ‫ِم‬
‫َااْل‬
‫ِ و‬ ‫ْد‬‫ُ و‬‫ْج‬ ‫َال‬‫ِ و‬‫ْ ل‬‫َض‬‫ِ الف‬ ‫ِع‬
‫َاس‬‫ِ و‬ ‫َان‬ ‫ْس‬‫ِ اِإلح‬‫ْم‬‫ِي‬
‫َظ‬‫هَّلِل ع‬
‫ُ ِ‬ ‫ْد‬‫َم‬
‫ْح‬‫َل‬
‫ا‬
‫ُ َأن‬
‫َّ‬ ‫َد‬‫ْ ه‬ ‫ََأش‬‫ُ‪ ،‬و‬ ‫َ ه‬‫َ ل‬ ‫ْك‬
‫ِي‬‫َ ر‬‫ُ اَل ش‬
‫َه‬‫ْ د‬ ‫َح‬
‫ُ و‬‫َ ِإاَّل اهلل‬
‫َ ه‬ ‫ْ اَل ِإل‬
‫ُ َأن‬ ‫َد‬‫ْه‬
‫ََأش‬
‫و‬
‫ِه‬
‫ِ‬ ‫ْب‬
‫َح‬‫َص‬‫ِ و‬‫ِه‬‫َى آل‬ ‫َل‬‫َع‬
‫ِ و‬ ‫ْه‬
‫َي‬‫َل‬‫َ ع‬
‫َّم‬
‫َل‬‫َس‬
‫ُ و‬‫َّى اهلل‬‫َل‬ ‫ُ؛ ص‬ ‫ُه‬‫ْل‬
‫ُو‬ ‫َس‬
‫َر‬‫ُ و‬‫ُه‬‫ْد‬
‫َب‬ ‫ً ع‬ ‫َّدا‬
‫َم‬‫ُح‬
‫م‬
‫َ ‪.‬‬ ‫ْن‬
‫ِي‬‫َع‬
‫ْم‬‫َأج‬
‫َ ا‬ ‫َم‬‫ِ ك‬‫ِ اهلل‬ ‫ْ د‬ ‫َب‬‫ِ ع‬‫ْن‬ ‫ِ ب‬ ‫َّد‬
‫َم‬‫ُح‬
‫َى م‬ ‫َل‬
‫ُ ع‬ ‫ُ اهلل‬‫ُم‬
‫َاك‬ ‫َع‬
‫ْا ر‬ ‫ُو‬ ‫ِّم‬
‫َل‬ ‫َس‬
‫ْا و‬ ‫ُّو‬
‫َل‬ ‫وص‬
‫َا َ‬ ‫َذ‬
‫ه‬
‫ُّون‬
‫َ‬ ‫َل‬‫ُص‬‫ُ ي‬‫َه‬‫َت‬ ‫َاَلِئك‬
‫َم‬‫َ و‬
‫َّ اهَّلل‬
‫َ‪ِ ﴿ :‬إن‬ ‫َال‬‫َق‬ ‫ِ ف‬‫ِه‬‫َاب‬ ‫ِت‬
‫ِي ك‬ ‫َ ف‬ ‫ِك‬‫َل‬‫ِذ‬
‫ُ ب‬‫ُ اهلل‬ ‫ُم‬
‫َك‬‫َر‬
‫َأم‬
‫ُوا‬ ‫ِّم‬
‫َ ل‬ ‫َس‬ ‫ِ و‬ ‫ْ ه‬ ‫َي‬‫َل‬‫ُّوا ع‬ ‫َ ل‬ ‫ُ وا ص‬ ‫َن‬‫َ آم‬ ‫ِين‬‫َّذ‬‫َا ال‬ ‫ُّه‬
‫َا َأي‬ ‫ِّ ي‬
‫ِي‬‫َّب‬
‫َى الن‬ ‫َل‬
‫ع‬
‫ً ﴾‬ ‫ِيما‬‫ْل‬‫َس‬
‫ت‬
‫َى‬ ‫َل‬
‫َ ع‬ ‫ْت‬‫َّي‬
‫َ ل‬ ‫َ ا ص‬ ‫َم‬
‫ٍ ك‬ ‫َّد‬
‫َم‬ ‫ُح‬
‫ِ م‬ ‫َى آل‬ ‫َل‬‫َع‬‫ٍ و‬ ‫َّد‬
‫َم‬ ‫ُح‬‫َى م‬ ‫َل‬‫ِّ ع‬‫َ ل‬ ‫َّ ص‬
‫ُم‬ ‫َّه‬
‫َلل‬ ‫ا‬
‫َى آل‬
‫ِ‬ ‫َل‬‫َع‬‫ٍ و‬ ‫َّد‬
‫َم‬‫ُح‬‫َى م‬ ‫َل‬‫ْ ع‬‫ِك‬‫َ ار‬ ‫َب‬
‫َ‪ ،‬و‬ ‫ْم‬
‫ِي‬ ‫َاه‬‫ْ ر‬ ‫ِ ِإب‬ ‫َى آل‬ ‫َل‬‫َع‬‫َ و‬‫ْم‬ ‫ِي‬ ‫َاه‬ ‫ْ ر‬ ‫ِإب‬
‫َّك‬
‫َ‬ ‫َ ِإن‬‫ْم‬‫ِي‬‫َاه‬ ‫ْ ر‬ ‫ِ ِإب‬ ‫َى آل‬ ‫َل‬‫َع‬‫َ و‬ ‫ْم‬
‫ِي‬‫َاه‬‫ْ ر‬ ‫َى ِإب‬ ‫َل‬‫َ ع‬ ‫ْت‬‫َك‬
‫َ ار‬ ‫َ ا ب‬ ‫َم‬‫ٍ ك‬ ‫َّد‬
‫َم‬ ‫ُح‬
‫م‬
‫ْد‬ ‫ِي‬
‫َج‬ ‫د م‬ ‫ِي‬
‫ْ‬ ‫َم‬
‫ح‬
‫ْت‬
‫َ‬ ‫َا‪َ ،‬أن‬ ‫َّاه‬‫َك‬
‫ْ ز‬ ‫َن‬‫َ م‬ ‫ْر‬
‫َي‬‫َ خ‬‫ْت‬‫َا َأن‬ ‫ِّه‬
‫َك‬‫َا‪ ،‬ز‬ ‫َاه‬ ‫ْو‬‫َق‬ ‫َا ت‬ ‫َن‬‫ْس‬
‫ُو‬‫ُف‬‫ِ ن‬ ‫ُم آت‬ ‫َّهَّ‬
‫َلل‬ ‫ا‬
‫َّة‬
‫َ‬ ‫ِف‬
‫َالع‬ ‫ْى و‬ ‫َو‬
‫ُّق‬‫َالت‬ ‫َى و‬ ‫ُد‬
‫ْه‬‫َ ال‬ ‫ُك‬
‫َْأل‬‫َس‬‫َّا ن‬ ‫َّ ِإن‬
‫ُم‬‫َّه‬‫َلل‬‫َا‪ ،‬ا‬ ‫ْاَله‬
‫َو‬‫َم‬ ‫َا و‬ ‫ُّه‬
‫ِي‬ ‫َل‬
‫و‬
‫َ ا‬ ‫ْن‬ ‫َّل‬
‫َك‬ ‫َو‬
‫َ ت‬ ‫ْ ك‬ ‫َي‬
‫َل‬‫َع‬ ‫َّا و‬‫َن‬
‫َ آم‬ ‫ِ ك‬ ‫َب‬
‫َا و‬ ‫ْن‬ ‫َم‬‫ْ ل‬‫َ َأس‬ ‫َ ك‬‫َّ ل‬‫ُم‬‫َّه‬
‫َلل‬‫َى‪ ,‬ا‬ ‫ِن‬ ‫َالغ‬ ‫و‬
‫َ‪،‬‬ ‫ْت‬
‫َ ِإاَّل َأن‬‫َ ه‬ ‫َ اَل ِإل‬‫ِ ك‬ ‫َّت‬
‫ِز‬ ‫ِع‬
‫ُ ب‬ ‫ْذ‬
‫ُ و‬ ‫َع‬‫َا ن‬ ‫ْن‬‫َم‬
‫َاص‬ ‫َ خ‬‫ِك‬‫َب‬‫َا و‬ ‫ْن‬
‫َب‬‫َ َأن‬ ‫ْك‬ ‫َي‬
‫َِإل‬‫و‬
‫َ‪.‬‬ ‫ْن‬
‫و‬ ‫ْت‬
‫ُ‬ ‫ُو‬‫َم‬
‫ُ ي‬ ‫ْس‬‫َاِإْلن‬
‫ُّ و‬
‫ِن‬‫ْج‬‫َال‬ ‫ُ و‬‫ْت‬‫و‬ ‫َم‬
‫ُ‬ ‫ْ اَل ي‬ ‫ِي‬
‫َّذ‬
‫ُّ ال‬‫َي‬‫ْح‬‫َ ال‬ ‫ْت‬ ‫َأن‬ ‫ف‬
‫َ‬
‫َات‬
‫ِ‬ ‫ِم‬ ‫ْ ل‬ ‫ُس‬‫َالم‬ ‫َ و‬‫ْن‬‫ِي‬ ‫ِم‬‫ْ ل‬‫ُس‬‫ْم‬‫ِل‬‫َل‬‫َا و‬ ‫ْن‬
‫َي‬‫ِ د‬ ‫َال‬ ‫ِو‬
‫َل‬‫َ ا و‬ ‫َن‬‫ْ ل‬ ‫ِ ر‬ ‫ْف‬‫ُم اغ‬ ‫َّهَّ‬
‫َلل‬ ‫ا‬
‫ُم‬
‫َّ‬ ‫َّه‬
‫َلل‬ ‫ِ‪ ،‬ا‬ ‫َات‬‫ْ و‬ ‫َاَأْلم‬‫ْ و‬‫ُم‬
‫ْه‬‫ِن‬‫ِ م‬ ‫َ اء‬ ‫ْي‬‫ََأْلح‬
‫ِ ا‬‫َ ات‬ ‫ِن‬ ‫ُْؤم‬
‫َالم‬ ‫َ و‬ ‫ْن‬‫ِي‬
‫ِن‬ ‫ُ ْؤم‬ ‫َالم‬ ‫و‬
‫َى‬ ‫َل‬
‫ْ ع‬ ‫ُب‬‫َت‬‫َ و‬ ‫ْن‬
‫ِي‬‫ِم‬‫ل‬ ‫ْ‬
‫ُس‬‫َ الم‬ ‫ِن‬‫َ م‬‫ْن‬‫ِي‬
‫ِب‬‫ْن‬ ‫ذ‬ ‫َ الم‬
‫ُ‬ ‫ْب‬
‫و‬ ‫ُن‬
‫ُ‬ ‫ْ ذ‬ ‫ر‬ ‫ْف‬
‫ِ‬ ‫اغ‬
‫َ‪،‬‬ ‫ِك‬
‫َ د‬ ‫ِي‬ ‫ُ ب‬‫ُ ه‬ ‫َاِئن‬‫َز‬ ‫ٍ خ‬‫ْ ر‬ ‫َي‬
‫ِّ خ‬‫ُل‬‫ْ ك‬‫ِن‬‫َ م‬ ‫ُك‬ ‫َْأل‬‫َس‬‫َّا ن‬ ‫َّ ِإن‬
‫ُم‬‫َّه‬
‫َلل‬ ‫َ‪،‬ا‬‫ْن‬ ‫ِي‬‫َّاِئب‬
‫الت‬
‫ُم‬
‫َّ‬ ‫َّه‬
‫َ الل‬ ‫ُك‬‫ْ َأل‬ ‫َس‬‫َن‬
‫َ‪ ,‬و‬ ‫ِك‬‫َد‬‫ِي‬
‫ُ ب‬ ‫ُه‬‫َاِئن‬‫َز‬‫ٍّ خ‬ ‫َر‬‫ِّ ش‬‫ُل‬
‫ْ ك‬ ‫ِن‬
‫َّ م‬‫ُم‬‫َّه‬
‫َ الل‬ ‫ِك‬ ‫ُ ب‬‫ْذ‬ ‫ُو‬
‫َع‬ ‫َن‬
‫و‬
‫ِن‬
‫َ‬ ‫َ م‬ ‫ِ ك‬ ‫ُ ب‬‫ْذ‬‫ُ و‬ ‫َع‬
‫َن‬‫ٍ‪ ،‬و‬ ‫َ ل‬ ‫َم‬
‫ْ ع‬ ‫ٍ َأو‬‫ْل‬‫َ و‬ ‫ْ ق‬ ‫ِن‬‫َا م‬ ‫ْه‬‫َي‬
‫َ ِإل‬ ‫َّب‬
‫َر‬‫َا ق‬ ‫َم‬ ‫ة و‬‫ََّ‬‫َن‬
‫الج‬
‫َم‬
‫ْ‬ ‫ْح‬
‫َّ ار‬ ‫ُم‬‫َّه‬
‫َلل‬‫ٍ‪ ,‬ا‬ ‫َ ل‬ ‫َم‬
‫ْ ع‬‫ٍ َأو‬ ‫ْل‬‫َ و‬‫ْ ق‬ ‫ِن‬
‫َ ا م‬ ‫ْه‬‫َي‬‫َ ِإل‬ ‫َّب‬
‫َ ر‬ ‫َ ا ق‬ ‫َم‬ ‫ِ و‬‫َّار‬‫الن‬
‫َ‪,‬‬ ‫ْن‬
‫ِي‬ ‫ِم‬
‫ْل‬‫ُس‬‫َى الم‬ ‫ْض‬‫َر‬ ‫َم‬‫َا و‬‫َان‬ ‫ْض‬‫َر‬‫ِ م‬‫ْف‬‫َاش‬ ‫َ‪ ،‬و‬ ‫ْن‬‫ِي‬‫ِم‬‫ْل‬ ‫ُس‬
‫َى الم‬ ‫ْت‬‫َو‬‫َم‬
‫َا و‬ ‫َان‬ ‫ْت‬‫َو‬‫م‬
‫ْب‬
‫َ‬ ‫َ ر‬ ‫ْ ك‬ ‫ِّس‬
‫َف‬
‫َن‬‫َ‪ ،‬و‬ ‫ْن‬‫ِي‬ ‫ِم‬‫ْ ل‬ ‫ُس‬
‫َ الم‬ ‫ِن‬
‫َ م‬ ‫ْن‬‫ِي‬‫ْم‬ ‫ُ و‬ ‫ْم‬‫َه‬
‫َّ الم‬ ‫َم‬‫ْ ه‬ ‫ِّج‬
‫َ ر‬ ‫َف‬ ‫َّ و‬
‫ُم‬ ‫َّه‬
‫َلل‬ ‫ا‬
‫َّا‬‫َن‬
‫ْ ع‬ ‫َ ع‬ ‫ْف‬‫َار‬‫َّ و‬‫ُم‬
‫َّه‬‫َلل‬‫َ‪ ،‬ا‬ ‫ْن‬ ‫ِي‬
‫ِن‬‫َد‬‫ِ الم‬ ‫َن‬ ‫َ ع‬ ‫ْن‬‫َي‬
‫ِ الد‬ ‫ْض‬‫َاق‬ ‫َ‪ ،‬و‬ ‫ْن‬‫ِي‬ ‫ْب‬‫رو‬
‫ُْ‬ ‫َك‬
‫الم‬
‫َا‬ ‫َا م‬ ‫ِّه‬
‫ُل‬‫َ ك‬ ‫َن‬
‫ِت‬ ‫َالف‬ ‫َ و‬‫َن‬‫ِح‬
‫َالم‬ ‫َ و‬ ‫َن‬
‫ِت‬‫َالف‬ ‫َ و‬ ‫ِل‬
‫َاَلز‬
‫ْز‬ ‫َال‬‫َ و‬ ‫َاء‬‫َب‬‫ْو‬‫َال‬ ‫َ و‬ ‫َاَلء‬
‫الغ‬
‫ِاَلد‬
‫ِ‬ ‫ِ ب‬ ‫َ اِئر‬ ‫ْ س‬ ‫َن‬
‫َع‬‫ً و‬ ‫َ ة‬‫َاص‬‫َا خ‬ ‫َذ‬‫َا ه‬ ‫ِن‬‫َد‬ ‫َل‬‫ْ ب‬ ‫َن‬
‫َ؛ ع‬ ‫َن‬‫َط‬‫َا ب‬ ‫َم‬‫َا و‬ ‫ْه‬‫ِن‬
‫َ م‬ ‫َر‬ ‫َه‬
‫ظ‬
‫ِي‬ ‫َ ا ف‬ ‫ِن‬‫َ آت‬ ‫َّن ا‬ ‫َب‬ ‫َ‪ ,‬ر‬ ‫ْن‬
‫ِي‬‫ِم‬‫َّاح‬‫َ ال ر‬ ‫َم‬ ‫ْح‬‫َ ا َأر‬ ‫ً ي‬‫َ ة‬ ‫َام‬‫َ ع‬ ‫ْن‬
‫ِي‬ ‫ِم‬ ‫ْ ل‬ ‫ُس‬
‫الم‬
‫َ ا‬ ‫َّن‬‫َب‬
‫ِ‪ ,‬ر‬ ‫َّار‬
‫َ الن‬ ‫َاب‬‫َ ذ‬ ‫َا ع‬ ‫ِن‬‫َق‬‫ً و‬‫َة‬‫َن‬‫َس‬ ‫ِ ح‬ ‫َة‬‫ِر‬
‫ِي اآلخ‬ ‫َف‬‫ً و‬ ‫َة‬‫َن‬
‫َس‬‫َا ح‬ ‫ْي‬ ‫ُّن‬
‫الد‬
‫ِن‬
‫َ‬ ‫َّ م‬‫َن‬
‫ْن‬‫ُو‬‫َك‬‫َن‬‫َا ل‬ ‫ْن‬‫َم‬ ‫ْح‬‫َر‬
‫َت‬‫َا و‬ ‫َن‬‫ْ ل‬‫ِر‬‫ْف‬‫َغ‬‫ْ ت‬ ‫َم‬‫ْ ل‬‫َِإن‬‫َا و‬ ‫َن‬‫ُس‬‫ْف‬
‫َا َأن‬ ‫ْن‬ ‫َم‬ ‫ظل‬
‫َّا َ‬ ‫ِإن‬
‫َ ‪.‬‬ ‫ْن‬ ‫ِي‬
‫ر‬ ‫ِ‬
‫َاس‬ ‫الخ‬
‫ْ‪،‬‬ ‫ُم‬
‫ْك‬ ‫ِد‬
‫َز‬‫ِ ي‬ ‫ِه‬‫َم‬
‫ِع‬ ‫َى ن‬ ‫َل‬‫ُ ع‬‫ْه‬
‫ُو‬‫ُر‬‫ْك‬‫َاش‬‫ْ‪ ،‬و‬ ‫ُم‬‫ْك‬ ‫ُر‬‫ْك‬
‫َذ‬‫َ ي‬ ‫ْا اهلل‬ ‫ُو‬‫ُر‬
‫ْك‬‫ُذ‬‫ِ‪ :‬ا‬ ‫َ اهلل‬ ‫َاد‬‫ِب‬‫ع‬
‫َر‬
‫ُ‬ ‫ْب‬
‫هَّلل َأك‬
‫ُ اِ‬ ‫ْر‬ ‫ِك‬
‫َذ‬ ‫َل‬
‫و‬

‫‪5|Khutbah Jum’at Keutamaan Orang Berilmu‬‬

Anda mungkin juga menyukai