Anda di halaman 1dari 4

Bangku meja ke 2 !

1. Yola Aulia Rahmi


2. Fujiyanti Ripani putri
3. Nabila Nuraulia fauzian
4. Shelomyta Aprilia
5. Tiara
6. Moch Yunus Koswara

Pertanyaan :
1. Cari pngertian Adab terhadap sesama penuntut ilmu
2. Cari Hukum Adab terhadap sesama penuntut ilmu
3. Cari Manfaat Adab terhadap sesama penuntut ilmu
4. Bagaimna Adab terhadap sesama penuntut ilmu

1. Bagaimana Adab terhadap sesama penuntut ilmu


1. Bersikap propesional
2. Saling menasehati
3. Saling membantu dalam kebaikan
4. Penuh kasih sayang sesama teman
5. Saling menghargai pendapat masing masing
6. Bertutur kata yang baik lemah lembut, dan sopan
7. Mengikhlaskan Niat untuk Allah ‘azza wa jalla
Yaitu dengan menujukan aktivitas menuntut ilmu yang dilakukannya untuk
mengharapkan wajah Allah dan negeri akhirat, sebab Allah telah mendorong dan
memotivasi untuk itu. Allah ta’ala berfirman yang

ْ ‫فَٱ ْعلَ ْم َأنَّهۥُ ٓاَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل ٱهَّلل ُ َوٱ‬


ِ َ‫ستَ ْغفِ ْر لِ َذ ۢنبِ َك َولِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ َوٱ ْل ُمْؤ ِم ٰن‬
‫ت ۗ َوٱهَّلل ُ يَ ْعلَ ُم ُمتَقَلَّبَ ُك ْم َو َم ْث َو ٰى ُك ْم‬

artinya, “Maka ketahuilah, sesungguhnya tidak ada sesembahan yang hak selain Allah
dan minta ampunlah atas dosa-dosamu.” (QS. Muhammad: 19). Pujian terhadap para
ulama di dalam al-Qur’an juga sudah sangat ma’ruf. Apabila Allah memuji atau
memerintahkan sesuatu maka sesuatu itu bernilai ibadah.
Oleh sebab itu maka kita harus mengikhlaskan diri dalam menuntut ilmu hanya untuk
Allah, yaitu dengan meniatkan dalam menuntut ilmu dalam rangka mengharapkan
wajah Allah ‘azza wa jalla. Apabila dalam menuntut ilmu seseorang mengharapkan
untuk memperoleh persaksian/gelar demi mencari kedudukan dunia atau jabatan maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Barang siapa yang menuntut
ilmu yang seharusnya hanya ditujukan untuk mencari wajah Allah ‘azza wa jalla
tetapi dia justru berniat untuk meraih bagian kehidupan dunia maka dia tidak akan
mencium bau surga pada hari kiamat.” yakni tidak bisa mencium aromanya, ini adalah
ancaman yang sangat keras. Akan tetapi apabila seseorang yang menuntut ilmu
memiliki niat memperoleh persaksian/ijazah/gelar sebagai sarana agar bisa
memberikan manfaat kepada orang-orang dengan mengajarkan ilmu, pengajian dan
sebagainya, maka niatnya bagus dan tidak bermasalah, karena ini adalah niat yang
benar.
8. Beramal Dengan Ilmu
Yaitu hendaknya penuntut ilmu mengamalkan ilmu yang dimilikinya, baik itu akidah,
ibadah, akhlaq, adab, maupun muamalah. Sebab amal inilah buah ilmu dan hasil yang
dipetik dari ilmu, seorang yang mengemban ilmu adalah ibarat orang yang membawa
senjatanya, bisa jadi senjatanya itu dipakai untuk membela dirinya atau justru untuk
membinasakannya. Oleh karenanya terdapat sebuah hadits yang sah dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “al-Qur’an adalah hujjah untukmu atau
untuk menjatuhkanmu.”
9. Bersikap Bijaksana (Hikmah)
Yaitu dengan menghiasi dirinya dengan kebijaksanaan, di mana Allah berfirman yang

۟ ُ‫يُْؤ تِى ٱ ْل ِح ْك َمةَ َمن يَشَٓا ُء ۚ َو َمن يُْؤ تَ ٱ ْل ِح ْك َمةَ فَقَ ْد ُأوتِ َى َخ ْي ًرا َكثِي ًرا ۗ َو َما يَ َّذ َّك ُر ِإٓاَّل ُأ ۟ول‬
ِ َ‫وا ٱَأْل ْل ٰب‬
‫ب‬

artinya, “Hikmah itu diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan barang siapa
yang diberi hikmah sungguh telah diberi kebaikan yang sangat banyak.” (QS. al-
Baqarah: 269).
Yang dimaksud hikmah ialah seorang penuntut ilmu menjadi pembimbing orang lain
dengan akhlaknya dan dengan dakwahnya mengajak orang mengikuti ajaran agama
Allah ‘azza wa jalla, hendaknya dia berbicara dengan setiap orang sesuai dengan
keadaannya. Apabila kita tempuh cara ini niscaya akan tercapai kebaikan yang
banyak, sebagaimana yang difirmankan Tuhan kita ‘azza wa jalla yang artinya, “Dan
barang siapa yang diberikan hikmah sungguh telah diberi kebaikan yang amat
banyak.” Seorang yang bijak (Hakiim) adalah yang dapat menempatkan segala
sesuatu sesuai kedudukannya masing-masing. Maka sudah selayaknya, bahkan
menjadi kewajiban bagi para penuntut ilmu untuk bersikap hikmah di dalam
dakwahnya.
Allah ta’ala menyebutkan tingkatan-tingkatan dakwah di dalam firman-Nya yang

‫سنُ ۚ ِإنَّ َربَّ َك ه َُو َأ ْعلَ ُم بِ َمن‬ َ ‫سنَ ِة ۖ َو ٰ َج ِد ْل ُهم بِٱلَّتِى ِه َى َأ ْح‬
َ ‫سبِي ِل َربِّكَ بِٱ ْل ِح ْك َم ِة َوٱ ْل َم ْو ِعظَ ِة ٱ ْل َح‬
َ ‫ع ِإلَ ٰى‬
ُ ‫ٱ ْد‬
َ‫ض َّل عَن َسبِيلِِۦه ۖ َوه َُو َأ ْعلَ ُم بِ ْٱل ُم ْهتَ ِدين‬ َ

artinya, “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang baik, dan
debatlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (QS. an-Nahl: 125).
Dan Allah ta’ala telah menyebutkan tingkatan dakwah yang keempat dalam mendebat
Ahli kitab dalam firman-Nya,

‫ب ِإاَّل بِٱلَّتِى ِه َى َأ ْح َسنُ ِإاَّل ٱلَّ ِذينَ ظَلَ ُم ۟وا ِم ْن ُه ْم ۖ َوقُولُ ٓو ۟ا َءا َمنَّا بِٱلَّ ِذ ٓى ُأن ِز َل ِإلَ ْينَا َوُأن ِز َل ِإلَ ْي ُك ْم‬
ِ َ‫َواَل ت ٰ َُج ِدلُ ٓو ۟ا َأ ْه َل ٱ ْل ِك ٰت‬
َ‫سلِ ُمون‬ ٰ
ْ ‫وَِإلَ ُهنَا وَِإلَ ُه ُك ْم ٰ َو ِح ٌد َونَ ْحنُ لَهۥُ ُم‬ ٰ

“Dan janganlah kamu mendebat ahlu kitab kecuali dengan cara yang lebih baik
kecuali kepada orang-orang zhalim diantara mereka.” (QS. al-‘Ankabuut: 46). Maka
hendaknya penuntut ilmu memilih cara dakwah yang lebih mudah diterima oleh
pemahaman orang.
10. Penuntut Ilmu Harus Bersabar Dalam Menuntut Ilmu
Yaitu hendaknya dia sabar dalam belajar, tidak terputus di tengah jalan dan merasa
bosan, tetapi hendaknya di terus konsisten belajar sesuai kemampuannya dan bersabar
dalam meraih ilmu, tidak cepat jemu karena apabila seseorang telah merasa jemu
maka dia akan putus asa dan meninggalkan belajar. Akan tetapi apabila dia sanggup
menahan diri untuk tetap belajar ilmu niscaya dia akan meraih pahala orang-orang
yang sabar; ini dari satu sisi, dan dari sisi lain dia juga akan mendapatkan hasil yang
baik.

2. Cari Hukum Adab terhadap sesama penuntut ilmu


1. Menaati perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya
Terutama dalam hal melakukan pengembangan ilmunya.

‫سو ِل ِإنْ ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َوا ْليَ ْو ِم اآْل ِخ ِر ۚ ٰ َذلِكَ َخ ْي ٌر‬
ُ ‫َي ٍء فَ ُردُّوهُ ِإلَى هَّللا ِ َوال َّر‬
ْ ‫فَِإنْ تَنَا َز ْعتُ ْم فِي ش‬
‫سنُ تَْأ ِوياًل‬َ ‫َوَأ ْح‬

Artinya: "Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka


kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman
kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS An Nisa: 59).

Bagaimana sikap kita dalam menuntut ilmu?

Menghargai orang lain dan tidak meremehkannya. Dalam menuntut ilmu, seseorang
haruslah pandai membawa diri. Jangan sampai merasa diri pintar dan mampu,
sehingga akhirnya lupa untuk menghargai orang lain dan malah meremehkan orang-
orang yang kemampuannya lebih rendah.

Apa hukum menuntut ilmu dan jelaskan pembagiannya?


Wajib 'Ain
Wajib 'ain ini artinya kewajiban menuntut ilmu ditujukan pada setiap individu. Hal ini
berarti tidak akan gugur kewajibannya bagi tiap individu bila tidak dilaksanakan.

Bagaimana Hukum dan keutamaan dari menuntut ilmu?


Dalam satu hadis riwayat Ibnu Majah, menuntut ilmu hukumnya ada yang
mengatakan fardhu ain dan fardhu kifayah. Fardhu ain adalah wajib hukumnya bagi
setiap muslim untuk mengerjakannya. Sedangkan fardhu kifayah apabilah salah satu
sudah mengerjakan maka gugur kewajibannya bagi yang lain

Apakah hukum dari menuntut ilmu?


Wajib Menuntut Ilmu Bagi Seorang Muslim

3. Cari Manfaat Adab terhadap sesama penuntut ilmu


manfaat adab terhadap sesama penuntut ilmu
1. saling mengingatkan terhadap kebaikan
2. saling menghormati perbedaan
3. menasehati bila ada kesalahan dengan cara baik baik dan tidak di depan banyak
orang
4. tidak saling mendominasi
5. saling menghargai

Anda mungkin juga menyukai