Anda di halaman 1dari 7

MATA KULIAH AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

KELAS MKPP TAHUN 2018


HANTI ANTI

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN


1. Posisi Ilmu Pengetahuan dalam Ajaran Islam
2. Etika Mencari dan Mengajarkan Ilmu
3. Prinsip-prinsip Islam dalam Pengembangan IPTEK

PEMBAHASAN

1. Posisi Ilmu Pengetahuan dalam Ajaran Islam


Apakah Ilmu itu ?
Ilmu merupakan hal yang sangat vital dalam menentukan masa depan kita manusia,karena Nabi
Muhammad s.a.w. bersabda
"barang siapa menginginkan dunia maka capailah dengan ilmu"
"dan barang siapa menginginkan akhirat, maka capailah dengan ilmu"
"dan barang siapa menginginkan keduanya (dunia dan akhirat )maka capailah dengan ilmu"
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu yang
berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggris Ilmu biasanya dipadankan dengan
kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science
umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara
konseptual mengacu pada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science)
di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian :
“Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu
dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Kedudukan Ilmu Pengatahuan Menurut Islam


Ilmu menempati kedudukan yang sangat vital atau penting dalam ajaran islam, hal ini terlihat
dari banyaknya ayat Al-Qur’an yang memandang orang berilmu diletakkan dalam posisi yang
tinggi dan mulya, disamping itu hadist - hadist Nabi Saw. juga banyak memberi dorongan
bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Didalam Al-Qur’an, kata ilmu dan kata-kata yang sepadan dengannnya di gunakan lebih dari
780 kali, ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari Al-Qur’an sangat kental
dengan nuansa yang berkorelasi dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dari agama
Islam sebagaimana dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani 9(1995; 39) sebagai berikut ;
‘’Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap
masalah ilmu (sains), Al-Qur’an dan As–sunah mengajak kaum muslim untuk mencari dan
mendapatkan Ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada
derajat tinggi’’

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al- Mujadalah ayat 11 yang artinya:

ٌ ‫َّللاُ ِب َما تَ ْع َملُونَ َخ ِب‬


)‫ير (اا‬ ٍ ‫َّللاُ اله ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َواله ِذينَ أُوت ُوا ا ْل ِع ْل َم د ََرجَا‬
‫ت َو ه‬ ‫يَ ْرفَ ِع ه‬

“Allah meninggikan beberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang beriman diantara kamu
dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmu pengetahuan) dan Allah maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan”
ayat di atas tersebut sangat jelas menunjukkan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan
memperoleh kedudukan yang tinggi/mulya. Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi
pendorong untuk menuntut Ilmu, dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan menjadikan
dirinya sadar betapa kecilnya manusia dihadapan Allah SWT sehingga akan tumbuh rasa takut
kepada Allah SWT.
Dalam hubungan inilah konsep membaca, sebagai salah satu wahana menambah ilmu, menjadi
sangat penting, dan Islam telah sejak awal menekeankan pentingnya membaca , sebagaimana
terlihat dari firman Allah SWT. Yang pertama diturunkan yaitu surat Al Alaq ayat 1sampai
dengan ayat 5 yang artinya:
‫س ِم َربِكَ الهذِي َخلَق‬ْ ‫ا ْق َرأْ بِا‬
‫ع َلق‬
َ ‫سانَ ِم ْن‬ َ ‫اْل ْن‬
ِْ ‫ق‬َ ‫َخ َل‬
‫ا ْق َرأْ َو َربُّكَ ْاْلَك َْر ُم‬
‫عله َم ِبا ْل َق َلم‬
َ ‫الهذِي‬
‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ ِ ْ ‫عله َم‬
َ ‫اْل ْن‬ َ

Artinya,
“bacalah dengan meyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan Kamu
dari segummpal darah . Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar
(manusia ) dengan perantara kala. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahui.”
Ayat –ayat tersebut, jelas merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk tidak pernah
berhenti menuntut ilmu ,untuk terus membaca, sehingga posisi yang tinggi dihadapan Allah
SWT. Akan selalu konsisten dan terjaga, yang berarti juga rasa takut kepada Allah SWT. Akan
menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh, hidup dengan
kehati-hatian, tidak ceroboh dalam segala tindak tanduk, maka dengan demikian nampak
bahwa keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal,

2. Etika Mencari dan Mengajarkan Ilmu


Setiap penuntut ilmu merindukan untuk menjadi penuntut ilmu yang baik, walaupun tidak
selalu diikuti oleh kesediaan dalam menempuh jalan kesuksesan. Sebagaimana setiap penuntut
ilmu tidak menginginkan dirinya menjadi atau tergolong sebagai penuntut ilmu yang
gagal. Berikut ini beberapa kiat dan jalan menuju kesuksesan dalam menuntut ilmu
berdasarkan nash-nash dalam Al-Qur`an, hadits, maupun penjelasan serta contoh dari para
ulama.

a. Ikhlas
Ikhlas merupakan kunci sukses yang pertama dan mendasar dalam upaya seseorang
mewujudkan cita-citanya meraih ilmu yang bermanfaat. Karena hanya dengan dasar ikhlas,
segala tindakan kebaikan yang dilakukan akan menjadi amal shalih yang layak mendapatkan
balasan kebaikan dari Allah.

b. Berdo`a
Dalam Islam, seseorang yang menuntut ilmu disamping didorong untuk berusaha / berikhtiar
Allah SWT memerintahkan kepada penuntut ilmu tersebut untuk berdo’a.
Rasulullah juga mengajarkan sebuah do’a khusus bagi para penuntut ilmu. Do’a itu adalah:
‫وأَع ُْوذُبِك َِم ْن ِع ْلمٍ ََل َي ْنفَـ ُع‬،
َ ً ‫الل ُه َّمإنِِّـيْأَسْأَلُ َك ِع ْلماًنَا ِفعـا‬
“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat dan Aku berlindung
kepada Engkau dari (mendapatkan) ilmu yang tidak bermanfaat.” Dalam hadits yang lain,
Rasulullah SAW. mengajarkan do’a yang sedikit berbeda untuk para penuntut ilmu. Do’a itu
adalah:
َ ‫اَللَّ ُه َّمإ ِ ِنِّيأ َ ْسأَلُ َك ِع ْل ًمانَافِعً َاو ِر ْزقًا‬
ً‫طيِِّبا ً َو َع َمَلً ُمتَ َقبََّل‬
“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik
serta amalyangditerima.
c. Bersungguh-Sungguh
Termasuk juga kunci sukses dalam menuntut ilmu adalah bersungguh-sungguh
dan diniatkan untuk mencari keridhaan Allah. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan
Allah SWT. dalam Surat al-Ankabut ayat 69: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.
Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”
d. Menjauhikemaksiatan
Syarat lain bagi penuntut ilmu yang ingin sukses adalah menjauhi kemaksiatan.
Syarat ini merupakan syarat unik yang hanya dimiliki oleh agama Islam. Ibn al-Qayyim al-
Jauziyah rahimahullah misalnya berkata: Maksiat memilki pengaruh jelek lagi tercela, dan juga
dapat merusak hati dan badan baik di dunia maupun di akhirat. Diantara bahaya dari maksiat
antara lain: Terhalangnya mendapatkan ilmu, karena sesungguhnya ilmu itu adalah cahaya
yang telah Allah berikan di dalam hati, dan maksiat itu memadamkannya (cahaya itu).
e. Tidak Malu dalam menutut ilmu dan Tidak Sombong setelah mendapatkan ilmu
Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu yang
barokah selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya. Seseorang yang malu bertanya dalam
menuntut ilmu akan menyebabkan ia tidak mendapatkan penjelasan dari hal-hal yang masih
samar atau meragukan baginya. Karena itu agar seorang penuntut ilmu mendapatkan penjelasan
yang terang dan ilmu yang pasti maka ia harus memberanikan diri bertanya mengenai
permasalahan yang belum jelas ataupun belum meyakinkan bagi dirinya.
Sementara mengenai larangan sombong, kesombongan dalam menuntut ilmu dilarang
sebab ia akan menyebabkan tertolaknya kebenaran. Seorang yang sombong akan
cenderung merendahkan manusia lainnya dan menolak kebenaran, sehingga ia akan
kesulitan untuk mendapatkan guru dan ilmu. Orang sombong akan merasa dirinya selalu
lebih baik dari orang lain sehingga tidak lagi memerlukan tambahan ilmu.
f. MengamalkandanMenyebarkanIlmu
Di dalam ajaran Islam, ada tiga perintah yang saling bertautan kepada para penuntut ilmu.
Perintah itu adalah mencari ilmu, mengamalkan dan menyampaikannya kepada orang lain.
Trilogi menuntut ilmu ini tidak boleh lepas dari diri seseorang, sebab antara satu dengan yang
lainnya mempunyai shilah (hubungan) yang erat. Islam mensyariatkan wajibnya menuntut ilmu
atas setiap muslim, dan di sisi lain ia juga memerintahkan agar ilmu yang sudah diketahui harus
diamalkan dan dida’wahkan kepada orang lain. Banyak ayat dan hadits yang menjelaskan
keutamaan orang yang mengamalkan ilmu dan menda’wahkannya, dan banyak pula membahas
tentang ancaman orang yang tidak mau mengamalkan dan menda’wahkan ilmunya. Mengenai
keutamaan menda’wahkan ilmu, misalnya dapat disimak dari sabda Nabi SAW. berikut ini:
‫َم ْندَلَّعَلَى َخي ٍْرفَلَ ُه ِمثْ ُُلَجْ ِرفَا ِع ِل ِه‬
“Siapa orang yang menunjukkan kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang
melakukkannya”
Dalam hadits di atas, Rasulullah memberikan dorongan berupa janji pahala bagi orang yang
mengajarkan ilmunya. Pahala itu berupa kebaikan semisal kebaikan yang didapat oleh orang
yang diajari ilmu olehnya dari ilmunya itu.

3. Prinsip-prinsip Islam dalam Pengembangan IPTEK


Ilmu pengetahuan merupakan prasyarat terpenting bagi pembangunan bangsa yang kuat dan
dihormati. Setiap perkara di dunia ini mestilah disandarkan kepada ilmu seperti iman dan
perkara keagamaan, ekonomi, politik, sosial, perpaduan dan sebagainya. Iman atau amalan
tanpa ilmu ibarat sebuah bangunan di atas pasir atau sarang labah-labah.
Kita semua yakin dan sangat percaya bahwa Islam itu meliputi segala hal, dan Allah SWT
tidak mungkin membedakan, apalagi memisahkan antara Islam dan segala keilmuan yang ada
di dunia ini. Kalau kita mau mengkaji dan menggali akar keilmuan bagi segala ilmu
pengetahua yang ada, tentu kita akan mendapatkannya di dalam Al-Quran.
Islam, dalam hal ini Al-Quran telah mampu memberikan inspirasi terhadap kemajuan ilmu
pengetahuan dalam segala bidang. Al-Quran itu suatu kitab yang memang diperuntukkan bagi
kita dalam rangka mengelola dunia ini?. Allah SWT tidak bermaksud menjadikan kalamNya
tersebut hanya untuk beribadah mahdlah yang hanya berimplikasi terhadap kehidupan akhirat
saja, melainkan Allah SWT bermaksud menjadikan Al-Quran itu sebagai pedoman semua
umat dalam rangka kehidupannya di dunia dan sekaligus dalam rangka mempersiapkan
kehidupannya di akhirat.

Penerapan Ilmu berbasis Sunnatullah dan Qadarullah


Pengertian Sunnatullah
Kata sunnatullah dari segi bahasa terdiri dari kata sunnah dan Allah. Sunnatullah adalah
hukum-hukum Allah yang disampaikan untuk umat manusia melalui para Rasul, undang-
undang keagamaan yang ditetapkan oleh Allah yang termaksud di dalam Al-Qur’an, hukum
(kejadian) alam yang berjalan tetap dan otomatis.
Sunatullah adalah bagian yang bersifat 'dinamis' dari ilmu-pengetahuan-Nya di alam semesta
ini. Sunatullah berupa tak-terhitung jumlah aturan atau rumus proses kejadian (lahiriah dan
batiniah), yang bersifat 'mutlak' dan 'kekal', yang tiap saatnya pasti selalu mengatur segala zat
ciptaan-Nya di alam semesta ini.
Segala bentuk ilmu-pengetahuan yang belum dikenal, juga hasil dari usaha mengungkap atau
memformulasikan sunatullah, yang justru telah ditentukan atau ditetapkan-Nya, sebelum awal
penciptaan alam semesta ini. Ilmu-pengetahuan Allah, Yang Maha Mengetahui bersifat
'mutlak' (pasti benar) dan 'kekal' (selalu benar). Sedangkan segala bentuk ilmu-pengetahuan
manusia (bahkan termasuk para nabi-Nya), bersifat 'relatif' (tidak mutlak benar), 'fana' (hanya
benar dalam keadaan tertentu) dan 'terbatas' (tidak mengetahui segala sesuatu hal). Karena
tiap manusia memang pasti memiliki segala kekurangan dan keterbatasan. Namun tiap
manusia justru bisa berusaha semaksimal mungkin, agar tiap bentuk ilmu-pengetahuannya
bisa makin 'sesuai' atau 'mendekati' ilmu-pengetahuan Allah di alam semesta ini, dengan
menggunakan akalnya secara relatif makin cermat, obyektif dan mendalam.
Pengertian Qadarullah
Takdir (qadar) adalah perkara yang telah diketahui dan ditentukan oleh Allah SWT dan telah
dituliskan didalam Al-Qalam (pena) dari segala sesuatu yang akan terjadi hingga akhir zaman.
Ilmu berdasarkan Qadarullah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ال يؤمن عبد حتى يؤمن بالقدر خبره وشره حتى بعلم أن ما أصابه لم يكن ليخطئه وأن ما أخطأه لم يكن ليصيبه‬
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada qadar baik dan
buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya tidak akan luput
darinya, serta apa yang luput darinya tidak akan menimpanya.”
Dan Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma juga pernah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
‫كل شيء بقدر حتى العجز والكيسز‬
“Segala sesuatu telah ditakdirkan, sampai-sampai kelemahan dan kepintaran.”
Allah telah menentukan segala perkara untuk makhluk-Nya sesuai dengan ilmu-Nya yang
terdahulu (azali) dan ditentukan hikmah-Nya. Tidak ada sesuatupun yang terjadi melainkan
atas kehendak-Nya dan tidak ada sesuatupun yang keluar dari kehendak-Nya. Maka, semua
yang terjadi dalam kehidupan seorang hamba adalah berasal dari ilmu, kekuasaan dan
kehendak Allah SWT, namun tidak terlepas dari kehendak dan usaha hamba-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
‫إنا كل شىء خلقنه بقدر‬
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Qs. Al-Qamar: 49)
‫ تقديرا‬,‫وخلق كـل شىء فقدره‬
“Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya.” (Qs. Al-Furqan: 2)
‫وإن من شىء إال عنده بمقدار‬
“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya, dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” (Qs. Al-Hijr: 21)
Ilmu yang benar menurut syari’at Islam adalah ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-
Sunah serta tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta ini. Ilmu pada dasarnya
memiliki banyak keutamaan, tiga di antaranya adalah ilmu dapat mengangkat derajat
pemiliknya (seorang mukmin) di atas hamba lainnya, Allah SWT akan memudahkan bagi
orang yang berilmu jalan menuju surga, seluruh makhluk akan memintakan ampun bagi para
penuntut ilmu.

Anda mungkin juga menyukai