Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HIDAYAH ALLAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

ILMU KALAM

Disusun oleh:
NIFDELMITA

Dosen Mata Kuliah :


Dr. H. MARTUNUS RAHIM, M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
(STIT-YPI) KERINCI
TAHUN AKADEMIK 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini tidak sedikitpun manusia yang kan terlepaskan dari satu
bentuk kata hidayah dan dhalalah. Hidayah yang artinya adalah petunjuk sedangkan
dhlalah sendiri adalah kesesatan atau penyesatan. Hidayah sudah sering terdeengar
oleh semua kalangan umat islam. Tidak terkecuali remaja masa kini. Disamping itu
masih banyak dari kalangan umat islam yang belum memahami secara pasti hidayah
itu sendiri dan bagaimana cara memperolehnya.
Hingga sering kali kita mendengar teman ataupun kerabat kita yang sedang
larut dalam kemaksiatan, dan ditanya oleh saudaranya mengapa tidak bertaubat,
mengapa perilakumu masih seperti ini. Jawaban yang mereka lontarkan sangatlah
mudah “masih belum mendapat hidayah”. Jawabanini seolah-olah mengatakan
bahwa hidayah itu hak milik Tuhan yang diperuntukkan kepada siapapun hambanya,
baik hamba itu ahli ibadah, maupun ahli maksiat. Mereka beranggapan yang
memberi mereka petunjuk itu adalah Allah, tanpa harus ia merubah sikapnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hidayah ?
2. Sebutkan macam-macam hidayah ?
3. Karakteristik orang yang akan mendapatkan hidayah ?

C. Tujuan
1. Untuk memahami makna hidayah sebenarnya seperti apa
2. Untuk memahami macam-macam hidayah
3. Untuk memahami siapa saja yang bisa mendapatkan hidayah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hidayah
Pada dasarnya kata hidayah ini merupakan bahasa arab yang terambil dari kata
hada-yahdi-hadyan, hudan, hidyatan, atau hidayatan. Karena lafadz hidayatan diwa-
qof-kan maka dibaca hidayah. Yang artinya petunjuk. Namun secara istilah
pengertian hidayah yaitu penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan
kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. Dalam hal ini Allah
pernah berfirman di dalam sebuah ayat suci al-Qur’an-Nya yang artinya : “Mereka
itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan Pencipta mereka, dan (sebab itu)
merekalah orang-orang yang sukses.” (Q.S. Al-Baqarah : 5).
Hidayah itu ialah petunjuk yang dikurniakan Allah kepada manusia untuk
mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Islam
menganjurkan umatnya supaya sentiasa memohon hidayah petunjuk daripada Allah
ke arah jalan yang benar. Lebih-lebih lagi perjalanan hidup berliku yang ditempuhi
setiap insan menuntut ketabahan, kesabaran dan pertolongan Ilahi supaya dia
berjaya dalam hidup. Oleh itu, Islam mensyariatkan amalan berdoa dan memohon
petunjuk daripada Allah.
Hidayah petunjuk yang dianugerahkan Allah sebenarnya tidak boleh diukur
berdasarkan keadaan lahiriah semata-mata. Sebaliknya, ia bergantung kepada keimanan
dan ketakwaan yang bertapak kukuh dalam jiwa. Dalam arti kata lain, Allah
mengurniakan hidayah kepada hamba yang beriman dan bertakwa. Hidayah Allah tidak
ada kaitan dengan hubungan pertalian darah atau kekeluargaan. Seseorang yang taat dan
hidup bahagia dengan hidayah Allah, tidak semestinya anaknya juga begitu. Contohnya,
Nabi Nuh dan anaknya serta Nabi Muhammad SAW dengan bapa saudaranya, Abu
Lahab.
Ada juga orang fasik yang sentiasa bergelumang dosa tetapi anaknya seorang yang
salih dan patuh ajaran Islam. Ini berlaku kepada Nabi Ibrahim dengan ayahnya,
pengukir patung berhala. Oleh sebab itu, kita tidak boleh menyangka orang yang selalu
melakukan kejahatan tidak akan mendapat hidayah Allah kerana hanya Allah yang
berkuasa memberi hidayah kepada sesiapa dikehendaki-Nya. Nabi dan rasul, tugasnya
menyampaikan kerana tidak ada siapa yang dapat memberi petunjuk melainkan Allah.
Firman Allah yang bermaksud: “Tidaklah kamu diwajibkan (wahai Muhammad)
menjadikan mereka (yang kafir) mendapat petunjuk, (kerana kewajibanmu hanya
menyampaikan petunjuk) akan tetapi Allah juga yang memberi petunjuk (dengan
memberi taufik) kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya (menurut undang-undang
peraturan-Nya). Dan apa juga harta halal yang kamu belanjakan (pada jalan Allah)
maka (faedahnya dan pahalanya) adalah untuk diri kamu sendiri. Dan kamu pula
tidaklah mendermakan sesuatu melainkan kerana menuntut keredaan Allah. Dan apa
juga yang kamu dermakan dari harta yang halal akan disempurnakan (balasan
pahalanya) kepada kamu, dan (balasan baik) kamu (itu pula) tidak dikurangkan.” (Surah
al-Baqarah, ayat 272).
Hidayah dalam arti bahasa arab memiliki dua arti, diantaranya adalah: pertama
hidayah yang berupa petunjuk. Yang dimaksud hidayah dengan makna ini adalah,
bahwa manusia diberi petunjuk dan pengetahuan tentang jalan yang benar. Hal tersebut
Allah wujudkan dengan menurunkan kitab-kitab-Nya serta para rasul-Nya untuk
menjelaskan ajaran Allah Ta’ala. Maka dalam kontek ini, hidayah Allah telah
diturunkan pada semua hamba-Nya baik yang beriman maupun yang kafir.
Sebagaimana firman Allah: 
ِ َ‫ت ِّمنَ ْالهُدَى َو ْالفُرْ ق‬ ُ َ ‫ضانَ الَّ ِذ‬
‫ان‬ ِ َّ‫نز َل فِي ِه ْالقُرْ آنُ هُدًى لِّلن‬
ٍ ‫اس َوبَيِّنَا‬ ِ ‫يأ‬ َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS.
Al-Baqarah: 185) Firman Allah juga:
‫َوأَ َّما ثَ ُمو ُد فَهَ َد ْينَاهُ ْم فَا ْست ََحبُّوا ْال َع َمى َعلَى ْالهُدَى‬
“Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih
menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk”.(al-Fusilat: 17)
Dari sisi ini pula, hidayah selain dari Allah dapat juga berasal dari para Rasul dan
para pengikutnya, dari al-Qur’an atau segala apa saja yang dapat menunjukkan
seseorang kepada jalan Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman:
َ َّ‫ َوإِن‬ 
ِ ‫ك لَتَ ْه ِدي إِلَى‬
‫ص َرا ٍط ُّم ْستَقِ ٍيم‬
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”.
(asy-syura: 52)
Rasulullah SAW bersabda:
‫ك ِم ْن أَ ْن يَ ُكونَ لَكَ ُح ْم ُر النَّ َع ِم‬ َ ‫أَل َ ْن يَ ْه ِد‬
َ ِ‫ي هَّللا ُ ب‬
ِ ‫ك َر ُجاًل َو‬
َ َ‫احدًا خَ ْي ٌر ل‬
“sungguh petunjuk Allah yang diberikan kepada seseorang (hingga Ia masuk Islam)
melalui perantaraanmu, adalah lebih baik bagimu daripada kamu memperoleh nikmat
yang melimpah ruah dari unta merah.”
Al-Qur’an juga dapat menjadi hidayah, sebagaimana firman Allah:
َ‫َاب تِ ْبيَانا ً لِّ ُك ِّل َش ْي ٍء َوهُدًى َو َرحْ َمةً َوبُ ْش َرى لِ ْل ُم ْسلِ ِمين‬
َ ‫ك ْال ِكت‬
َ ‫َونَ َّز ْلنَا َعلَ ْي‬
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu
dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. (an-
Nahl: 89).
Yang kedua adalah taufiq, yang dimaksud taufiq di sini adalah ditutupnya jalan
menuju keburukan dan dimudahkannya jalan kebaikan oleh Allah Ta’ala kepada
seorang hamba. Artinya seorang tersebut diberikan ilham oleh Allah Ta’ala sesuai
kehendak Allah dalam syare’at-Nya; baik dalam keimanan maupun dalam amal
perbuatan. Hidayah dengan makna seperti ini, mutlak hanya milik Allah dan hanya Dia
berikan kepada orang yang Dia kehendaki. Tidak seorangpun dari makhlukNya yang
memiliki hak ini, bahkan sekalipun Rasulullah SAW.
Allah berfirman:
‫ك هُدَاهُ ْم َولَـ ِك َّن هّللا َ يَ ْه ِدي َمن يَ َشا ُء‬ َ ‫لَّي‬
َ ‫ْس َعلَ ْي‬
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah
yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. (al-Baqarah:
272).
B.  Macam-Macam Hidayah
1.      Hidâyah al-ilham al-Fithri
Hidâyah yang diberikan Allâh sejak manusia baru lahir, sehingga butuh dan bisa
makan dan minum. Seorang bayi suka menangis jika lapar atau dahaga, padahal tidak
ada yang mengajarinya. Tanpa melalui proses pendidikan, bayi juga bisa tertawa tatkala
bahagia. Hidâyah ini diberikan oleh Allâh tanpa usaha dan tanpa permintaan manusia.
2.      Hidâyah al-Hawas
 Hidâyah ini diberikan Allâh kepada manusia dan hewan. Bedanya kalau kepada
hewan diberikannya secara sekaligus, dan sempurna sejak dilahirkan induknya.
Sedangkan pada manusia hidâyah al-hawas diberikan secara berangsur. Dengan hidayah
ini, manusia bisa membedakan rasa asin, pahit, manis, enak, lada, bau, harum, kasar
atau pun halus, tanpa melalui peroses pembelajaran. Pembelajaran dalam hal ini
berfungsi untuk memfungsikan Hidâyah al-Hawas secara optimal. ini dikenal juga
dengan Panca-Indra yang terdiri atas: lidah sebagai alat rasa; mata sebagai alat melihat;
telinga sebagai alat mendengar; hidung sebagai alat hirup yang mengetahui bau atau
harum; dan kulit bisa merasa panas, dingin atau keras dan lunak . Itu semua termasuk
hidâyah al-hawas.
3.      Hidâyah al-’Aqli
Seorang manusia, bisa membedakan mana yang benar mana yang salah, mana yang
baik dan mana yang buruk, karena ia diberi hidâyah al-’aqli . Jadi fungsi hidayatul-Aqli
adalah untuk meluruskan pandangan hidâyah al-ilham dan hidâyah al-hawas yang
kadang-kadang salah tanggapannya.
4.      Hidâyah al-Din atau hidâyah diniyah atau hidâyah syar’iyah
 Ialah petunjuk Allâh berupa ajaran dan hukum-hukum yang meluruskan kekeliruan
yang muncul akibat aqal yang dipengaruhi nafsu. Untuk meluruskan pendapat akal itu,
maka Allâh memberi manusia Hidâyah al-Din pedoman hidup yang berfungsi
membimbing manusia ke jalan yangbenar. Allâh berfirman :  ‫ َو هَــ َد ْينَــاهُ النَّجْ ــ َد ْي ِن‬  
“Dan telah Kami beri petunjuk dua jalan hidup” (Qs. QS Al Balad (90):10)
Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa menurut ayat ini, Allâh memberikan jalan hidup itu
terdiri atas baik dan yang buruk. Manusia dengan aqalnya dipersilakan memilih mana
yang baik dan mana yang buruk. Hidâyah al-din membimbing manusia untuk
mengambil jalan yanglurus. Namun hidayah ini tidak bisa diperoleh manusia tanpa
melalui peroses pembelajaran. Hanya orang yang mempelajari syari'ah, yang meraih
hidâyah al-Din.   
‫ت أَ َّن لَهُ ْم أَجْ رًا َكبِيرًا‬ ‫إِ َّن هَ َذا ْالقُرْ َءانَ يَ ْه ِدي لِلَّتِي ِه َي أَ ْق َو ُم َو يُبَ ِّش ُر ْال ُم ْؤ ِمنِ َـ‬
ِ ‫ين الَّ ِذينَ يَ ْع َملُونَ الصَّالِ َحا‬
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang beramal shalih,
sesungguhnya bagi mereka itu pahala yang maha besar”. (QS. AlIsra (17): 9)
Sesungguhnya Allâh telah memberikan penjelasan sejelas-jelasnya, bahwa Al-Qur’an
itu memberipetujuk ke jalan yang lurus, baik dan mencapai bahagia paripurna.
5.      Hidayat al- Taufiq
Allâh memberikan hidâyah yang tersebutdi atas , Hidayatul Ilham, Hidayatul-hawas
dan Hidayat al-Din Wasyara’i , kepada menusia berlaku umum. Setiapmanusia
menerima hidâyah ilham, hidâyah hawas, hidâyah aqal . Kemudian hidâyah diniyah ,
bisa diperoleh melalui pembelajaran. Namuntidak setiap manusia mendapat hidâyah al-
taufîq , walau belajar atau diajari. Tidak sedikit manusiamasih senang memilih jalan
yang bertentangan dengan aturan Allâh , walau sudah memiliki hidâyah al-Din melalui
ِ ‫ب ْاله‬
juru da'wah. َ‫ُون بِ َما َكــانُوا يَ ْك ِسـبُون‬ ِ ‫صا ِعقَةُ ْال َع َذ ا‬
َ ‫َو أَ َّما ثَ ُمو ُد فَهَ َد ْينَاهُ ْم فَا ْستَ َحبُّوا ْال َع َمى َعلَى ْالهُدَى فَأ َ َخ َذ ْتهُ ْم‬
Pada kaum Tsamud telah Kami beri petunjuk, namun mereka mengambil jalan buta
kesesatan dan meninggalkan petunjuk itu. Maka mereka disambar petir sebagai siksa
yang menghina kan, akibat dari perbuatan mereka (Qs. Fushilat ( 41 ) : 17) Dengan
demikian orang yang menemukan hidâyah al-Din, tidak dijamin berakhlaq benar. Tidak
sedikit, orang yang faham tentang hukum agama, tapi akhlaqnya buruk.
C.  Karakteristik Orang-Orang Yang Akan Mendapatkan Hidayah Allah
1.    Orang Muslim yang menyerahkan diri kepada Allah: (QS. Ali imran: 20)
‫َوا َّوإِن‬ ْ ‫َاب َواألُ ِّميِّينَ أَأَ ْسـلَ ْمتُ ْم فَـإ ِ ْن أَ ْسـلَ ُم‬
ْ ‫وا فَقَـ ِد ا ْهتَـد‬ ْ ُ‫ت َوجْ ِه َي هّلِل ِ َو َم ِن اتَّبَ َع ِن َوقُل لِّلَّ ِذينَ أُوْ ت‬
َ ‫وا ْال ِكت‬ ُ ‫ك فَقُلْ أَ ْسلَ ْم‬ ْ َ‫ ف‬   
َ ‫إن َحآجُّو‬
‫صي ٌر بِ ْال ِعبَا ِد‬
ِ َ‫غ َوهّللا ُ ب‬
ُ َ‫ك ْالبَال‬
َ ‫تَ َولَّوْ ْا فَإِنَّ َما َعلَ ْي‬

 “Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), Maka Katakanlah:
“Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang
mengikutiku”. dan Katakanlah kepada orang-orang yang Telah diberi Al Kitab dan
kepada orang-orang yang ummi : “Apakah kamu (mau) masuk Islam”. jika mereka
masuk islam, Sesungguhnya mereka Telah mendapat petunjuk, dan jika mereka
berpaling, Maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). dan Allah
Maha melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. Ali imran: 20).
2.    Orang yang beriman dan beramal shaleh: (QS. Yunus: 9) dan (QS. Al-Baqarah: 137)
      ِ ‫ت يَهْــــ ِدي ِه ْـم َربُّهُ ْم بِإِي َمــــانِ ِه ْم تَجْــــ ِري ِمن تَحْ تِ ِه ُم األَ ْنهَــــا ُر فِي َجنَّا‬
‫ت النَّ ِع ِيم‬ ْ ُ‫ــــوا َو َع ِمل‬
َّ ‫ــــوا‬
ِ ‫الصــــالِ َحا‬ ْ ُ‫إِ َّن الَّ ِذينَ آ َمن‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka
diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya , di bawah mereka mengalir
sungai-sungai di dalam syurga yang penuh keni’matan.” (QS. Yunus: 9). Firman Allah
juga:
      ‫ق فَ َسيَ ْكفِي َكهُ ُم هّللا ُ َوهُ َو ال َّس ِمي ُع ْال َعلِي ُم‬
ٍ ‫َوا َّوإِن تَ َولَّوْ ْا فَإِنَّ َما هُ ْم فِي ِشقَا‬
ْ ‫وا بِ ِم ْث ِل َما آ َمنتُم بِ ِه فَقَ ِد ا ْهتَد‬
ْ ُ‫“ فَإ ِ ْن آ َمن‬Maka jika
mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah
mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam
permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-
lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 137).
3.    Orang yang berjihad di jalan Allah: (QS. Al-angkabut: 69)
َ‫ َوالَّ ِذينَ َجاهَدُوا فِينَا لَنَ ْه ِديَنَّهُ ْم ُسبُلَنَا َوإِ َّن هَّللا َ لَ َم َع ْال ُمحْ ِسنِين‬     
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan
Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-angkabut: 69).
4.    Orang yang beriman dan taat mengikuti Rasulullah: (QS. An-Nuur: 54)
‫ول‬ ُ ‫أَ ِطيعُوا هَّللا َ َوأَ ِطيعُوا ال َّرسُو َل فَإِن ت ََولَّوا فَإِنَّ َما َعلَ ْي ِه َما ُح ِّم َل َو َعلَ ْي ُكم َّما ُح ِّم ْلتُ ْم َوإِن تُ ِطيعُوهُ تَ ْهتَدُوا َو َمــا َعلَى الر‬
ِ ‫َّسـ‬ ْ‫قُل‬
ُ‫غ ْال ُمبِين‬
ُ ‫ْالبَاَل‬ ‫إِاَّل‬

“Katakanlah: “Ta’at kepada Allah dan ta’atlah kepada rasul. dan jika kamu berpaling
maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan
kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika
kamu ta’at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul
itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”.(QS. An-Nuur: 54)
5.    Orang yang takut kepada Allah: (QS. Al-Baqarah: 150)
ْ ‫وا ُو ُجــوهَ ُك ْم َشـ‬
ِ َّ‫ط َرهُ لِئَالَّ يَ ُكــونَ لِلن‬
‫اس َعلَ ْي ُك ْم‬ ْ ُّ‫ْث َمــا ُكنتُ ْم فَ َول‬ ْ ‫ك َش‬
ُ ‫ط َر ْال َم ْسـ ِج ِد ْال َحـ َر ِام َو َحي‬ َ َ‫ْث َخ َرجْ تَ فَ َو ِّل َوجْ ه‬ ُ ‫َو ِم ْن َحي‬
‫اخ َشوْ نِي َوألُتِ َّم نِ ْع َمتِي َعلَ ْي ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَد َـ‬
‫ُون‬ ْ ‫ُح َّجةٌ إِالَّ الَّ ِذينَ ظَلَ ُم‬
ْ ‫وا ِم ْنهُ ْم فَالَ ت َْخ َشوْ هُ ْم َو‬

Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil
Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke
arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim
diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku
(saja). Dan agar Ku-sempurnakan ni’mat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat
petunjuk.
6.    Orang yang tidak mengikuti hawa nafsu mereka: (QS. Al-Qoshas: 50)
‫ـر هُـدًى ِّمنَ هَّللا ِ إِ َّن هَّللا َ اَل يَ ْهـ ِدي ْالقَــوْ َم‬ َ َ‫ك فَا ْعلَ ْم أَنَّ َما يَتَّبِعُونَ أَ ْه َواءهُ ْم َو َم ْن أ‬
ِ ‫ضـلُّ ِم َّم ِن اتَّبَـ َع هَـ َواهُ بِ َغ ْيـ‬ َ َ‫فَإِن لَّ ْم يَ ْستَ ِجيبُوا ل‬
َ‫الظَّالِ ِمين‬

Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya


mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat
daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari
Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim.
7.      Orang yang bersabar: (QS. Al-Baqarah: 177)
ِ ‫ب َولَـ ِك َّن ْالبِ َّر َم ْن آ َمنَ بِاهّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآل ِخ ِر َو ْال َمآلئِ َك ِة َو ْال ِكتَــا‬
‫ب َوالنَّبِي َـ‬
‫ِّين‬ ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫وا ُوجُوهَ ُك ْم قِبَ َل ْال َم ْش ِر‬
ْ ُّ‫ْس ْالبِ َّر أَن تُ َول‬
َ ‫لَّي‬
َ‫ب َوأَقَا َم الصَّالةَ َوآتَى ال َّز َكــاة‬ ِ ‫يل َوالسَّآئِلِينَ َوفِي الرِّ قَا‬ ِ ِ‫َوآتَى ْال َما َل َعلَى ُحبِّ ِه َذ ِوي ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم َسا ِكينَ َوا ْبنَ ال َّسب‬
َ ِ‫ص َدقُوا َوأُولَـئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُمتَّقُون‬ َ َ‫س أُولَـئِكَ الَّ ِذين‬ ْ َّ ‫ُوا َوالصَّابِ ِرينَ فِي ْالبَأْ َساء وال‬
ِ ‫ضرَّاء َو ِحينَ ْالبَأ‬ ْ ‫َو ْال ُموفُونَ بِ َع ْه ِد ِه ْم إِ َذا عَاهَد‬
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan
dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka
itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 177).
8.     Orang yang bertakwa kepada Allah: (al-Baqarah: 1-2)
َ‫ْب فِي ِه هُدًى لِّ ْل ُمتَّقِين‬
َ ‫ك ْال ِكتَابُ الَ َري‬
َ ِ‫الم َذل‬
“Alif laam miin. Kitab (Al Quraan) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa”.(al-Baqarah: 1-2).
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Pada dasarnya kata hidayah ini merupakan bahasa arab yang terambil dari kata
hada-yahdi-hadyan, hudan, hidyatan, atau hidayatan. Karena lafadz hidayatan diwaqof-
kan maka dibaca hidayah. Yang artinya petunjuk. Namun secara istilah pengertian
hidayah yaitu penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan
sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. Dalam hidayah ini juga terdapat macam-
macamnya. Diantara  macam-macam hidayah yaitu :  1. Hidâ-yah al-ilham al-Fithri
yaitu hidâyah yang diberikan Allâh sejak manu-sia baru lahir, sehingga butuh dan bisa
makan dan minum. Seorang bayi suka menangis jika lapar atau dahaga, padahal tidak
ada yang mengajarinya. 2. Hidâyah al-Hawas,  hidâyah ini diberikan Allâh kepada
manusia dan hewan. Bedanya kalau kepada hewan diberikannya secara sekaligus, dan
sempurna sejak dilahirkan induknya. 3. Hidâyah al-’Aqli, Seorang manusia, bisa
membedakan mana yang benar mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk,
karena ia diberi hidâyah al-’aqli. 4. Hidâyah al-Din atau hidâyah diniyah atau hidâyah
syar’iyah,  ialah petunjuk Allâh berupa ajaran dan hukum-hukum yang meluruskan
kekeliruan yang muncul akibat aqal yang dipengaruhi nafsu.
Dalam hidayah ini juga terdapat karakteristik orang-orang yang bisa mendapatkan
hidayah itu sendiri. Diantaranya yaitu : Orang Muslim yang menyerahkan diri kepada
Allah, Orang yang beriman dan beramal shaleh, Orang yang berjihad di jalan Allah,
Orang yang beriman dan taat mengikuti Rasulullah, Orang yang takut kepada Allah,
Orang yang tidak mengikuti hawa nafsu mereka, Orang yang bersabar, Orang yang
bertakwa kepada Allah.

B.  Saran
Melalui makalah yang sederhana ini pemakalah berharap para pembaca bisa
memahami secara pasti akan pengertian hidayah dan pengertian dari dhalalah itu
sendiri. Agar dimasa yang akan datang tidak ada lagi pemahaman yang salah dalam
mengartikan hidayah. Hingga karena pemahaman yang salah itu banyak dikalangan
umat yang menunggu datangnya hidayah tanpa berusa mengubah perilakunya sendiri
terlebih dahulu. Mungkin dalam penulisan makalah ini banyak ditemukan kekurangan
ataupun ada pembahasan yang kurang mengena, dari itu penulis berharap kritik dan
saran dari pembaca khususnya dosen pengampu dalam mata kuliah filsafat dakwah ini.
Agar kedepannya penulis dapat membuat suatu makalah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang, Toha Putra, 1989.

H. Endang Saefuddin Anshari, Kuliah Al-Islam, Jakarta, CV. Rajawali, t. th.

H.M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Amanah, Jakarta : Pustaka Kartini, 1992.


Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran, Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta :
UI Press, 1986.

Ibnu Abdillah Muhammad Bin Ahmad Anshori al-Qurtubi, Tafsir Al-Qurtubi, Kairo,
Darus Sa’ab, Jus VI.

Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid, Terj. Rahmani Astuti, Bandung Pustaka, Cet, I, 1988.

Muhaimain dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung, PT. Trigedi,
1993.

Nawai, Hadari, Pendidikan Dalam Islam, Surabaya : al-Ikhlash, 1993.

Anda mungkin juga menyukai