Anda di halaman 1dari 9

FORMAT JAWABAN TUGAS TUTON

TUGAS III
Pendidikan Agama Islam MKWU4101

Gunawan Ginting
NIM 049575393
Prodi Manajemen
UPBJJ Samarinda

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Terbuka
2023.1
JAWABAN NO 1

Pembenaran dalam hati: Ini adalah keyakinan yang kuat dalam hati seseorang terhadap
kebenaran dan keesaan Allah. Pembenaran dalam hati merupakan dasar dari iman dan
merupakan awal dari proses menguatkan iman.

Ikrar dengan lisan: Setelah pembenaran dalam hati, iman harus dinyatakan dengan lisan. Ikrar
dengan lisan adalah pengakuan terhadap keesaan Allah dan keyakinan terhadap ajaran-Nya.
Ikrar ini merupakan bentuk eksternalisasi dari iman yang ada dalam hati.

Pembuktian melalui perbuatan: Iman yang kuat akan tercermin dalam perbuatan yang baik.
Pembuktian melalui perbuatan adalah tindakan nyata yang dilakukan oleh seseorang sebagai
bukti dari keimanan yang dimilikinya. Perbuatan yang baik adalah hasil dari iman yang benar
dan menjadi wujud konkret dari iman yang ada dalam hati.

Ketiga aspek ini saling terkait dan saling mempengaruhi. Pembenaran dalam hati menjadi
dasar bagi ikrar dengan lisan, sedangkan ikrar dengan lisan akan mendorong seseorang untuk
membuktikan imannya melalui perbuatan yang baik. Dengan kata lain, iman yang benar akan
tercermin dalam pemikiran, perkataan, dan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama.

JAWABAN NO 2

Berikut adalah ciri ciri orang yang beriman :

Gemetar hatinya pada Allah

‫ت قُلُوبُ ُه ْم‬ َّ ‫ِإنَّ َما ْٱل ُمؤْ ِمنُونَ ٱلَّذِينَ ِإذَا ذُ ِك َر‬
ْ َ‫ٱَّللُ َو ِجل‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang apabila disebut
nama Allah, gemetarlah hati mereka.” (QS Al-Anfal [8]: 2).

Hanya orang yang berimanlah, yang jika disebutkan nama Allah, gemetar atau bergetar
hatinya. Ada rasa takut dalam hatinya.

Rasa takutnya justru adalah sebagai bentuk mengagungkan asma Allah. Maka, jika ia
berkeinginan untuk melakukan perbuatan dosa atau maksiat, ia pun segara teringat Allah dan
takut melaksanakannya.
Bertambah imannya jika dibacakan ayat Al-Quran

‫علَ ْي ِه ْم َءا َٰيَت ُ ۥهُ زَ ادَتْ ُه ْم إِي َٰ َمنًا‬ ْ َ‫َوإِذَا ت ُ ِلي‬


َ ‫ت‬

Artinya: “dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya).”


(QS: Al-Anfal [8]: 2).

Hal ini menjadi bukti keimanan seseorang ketika Al-Qur’an dibaca, baik oleh dirinya
ataupun orang lain.

Bertawakkal hanya kepada Allah

Allah berfirman dalam lanjutan ayat :

َ‫علَ َٰى َربِِّ ِه ْم يَت ََو َّكلُون‬


َ ‫َو‬

Artinya: “Dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakkal.” (QS: Al-Anfal [8]: 2).

Orang yang beriman akan menyandarkan segala urusannya hanya kepada Allah, bukan
kepada benda, gunung, cincin, keris, atau yang lain. Karena orang beriman itu yakin bahwa
tidak akan terwujud suatu hal kecuali atas kehendak Allah.

Jika Allah berkehendak terjadi, maka terjadilah. Dan jika Allah tidak berkehendak, ya tidak
akan terjadi.

Mendirikan shalat

Allah berfirman pada lanjutan ayat:

َّ ‫ٱلَّذِينَ يُ ِقي ُمونَ ٱل‬


َ‫صلَ َٰوة‬

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat.” (QS: Al-Anfal [8]: 3).

Mendirikan shalat adalah bukti keimanan seseorang. Di samping karena memang shalat
adalah tiangnya agama.
Kalau ia menegakkan shalatnya, sama dengan ia menegakkan agamanya. Sebaliknya
manakala ia meruntuhkannya, tidak memperhatikannya, mengabaikannya, sama juga dengan
meruntuhkan, tidak memperhatikan dan mengabaikan agamanya sendiri.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengingatkan di dalam sabdanya:

َ‫من هَد َمها فَقَد َهدَ َم ال ِدِّين‬ َ َ‫ َم ْن أقَا َمها فَق ْد أق‬، ‫ِّين‬
ْ ‫ َو‬، َ‫ام ال ِدِّين‬ ِ ‫صالة ُ ِعمادُ ال ِد‬
َّ ‫ال‬

Artinya: “Shalat adalah tiang agama, barangsiapa yang menegakkannya, maka ia telah
menegakkan agamanya dan barangsiapa yang merobohkannya, berarti ia telah merobohkan
agamanya.” (HR Al-Baihaqi).

Gemar berinfaq di jalan Allah

Allah berfirman pada lanjutan ayat:

َ‫َو ِم َّما َرزَ ْق َٰنَ ُه ْم يُن ِفقُون‬

Artinya: “Dan mereka yang menginfakkan rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS:
Al-Anfal [8]: 3).

Jika kita memiliki sifat iman seperti itu, maka ayat menegaskan:

َٰٓ
‫أ ُ ۟و َٰلَئِكَ ُه ُم ْٱل ُمؤْ ِمنُونَ َحقًّا‬

Artinya: “Mereka itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.” (QS Al-
Anfal [8]: 4).

Semoga kita tergolong orang yang memiliki sifat-sifat orang-orang yang beriman dengan
sebenarnya, sebagaimana ayat-ayat tersebut. Aamiin.

JAWABAN NO 3

Allah menerangkan anjuran untuk menuntut ilmu di dalam Al-Quran Q.S. Al-Mujadalah ayat
11:

َ‫ٱَّللُ ٱلَّذِين‬ ۟ ‫ش ُز‬


َّ ‫وا يَ ْرفَ ِع‬ ۟ ‫ش ُز‬
ُ ‫وا فَٱن‬ ُ ‫ٱَّللُ لَ ُك ْم ۖ َو ِإذَا قِي َل ٱن‬
َّ ‫ح‬ ۟ ‫س ُح‬
َ ‫وا يَ ْف‬
ِ ‫س‬
۟ ‫س ُح‬
َ ‫وا فِى ْٱل َم َٰ َج ِل ِس فَٱ ْف‬ َّ َ‫َٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓو ۟ا ِإذَا قِي َل لَ ُك ْم تَف‬
‫ٱَّللُ ِب َما تَ ْع َملُونَ َخ ِبير‬ ٍ ‫وا ْٱل ِع ْل َم دَ َر َٰ َج‬
َّ ‫ت ۚ َو‬ ۟ ُ ‫وا ِمن ُك ْم َوٱلَّذِينَ أُوت‬ ۟ ُ‫َءا َمن‬
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah
dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Kutipan ayat tersebut menerangkan bahwa betapa Allah akan mengangkat derajat mereka
yang menuntut ilmu beberapa kali lebih tinggi daripada yang tidak menuntut ilmu. Isyarat ini
menandakan bahwa dengan ilmu lah manusia bisa menjadi lebih mulia, tidak dengan
hartanya apalagi nasabnya. Dalam sebuah Hadis pun disebutkan tentang keutamaan
mempelajari ilmu pengetahuan dalam Islam, Rasulullah SAW bersabda:

‫ط ِريقًا ِإلَى ْال َجنَّ ِة‬


َ ‫َّللاُ لَهُ بِ ِه‬ َ ‫س فِي ِه ِع ْل ًما‬
َّ ‫س َّه َل‬ ُ ‫ط ِريقًا يَ ْلت َِم‬
َ َ‫سلَك‬
َ ‫َو َم ْن‬

Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Dari kedua dalil di atas menerangkan bahwa umat Islam diwajibkan untuk menuntut ilmu,
karena Allah telah berjanji di dalam Al-Qur’an bahwa barang siapa yang pergi untuk
menuntut ilmu maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan Rasulullah juga menjelaskan
bahwa dengan belajar atau berjalan untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan
jalannya menuju surga.

Di dalam kata-kata mutiara orang Arab juga menjelaskan tentang belajar:

‫ب ْال ِع ْل َم ِمنَ ْال َم ْه ِد إِلَى اللَّحْ ِد‬ ْ ُ‫أ‬


ِ ُ‫طل‬

Artinya: “Tuntutlah ilmu dari buaian (bayi) hingga liang lahat.”

JAWABAN NO 4

derivasi) sebagai rintisan sejarah penelitian kebahasaan mengalami banyak pengembangan di


kalangan para peneliti bahasa dari masa ke masa. Seperti yang telah dirintis oleh al-Khalīl, al-
Sarrāfī, al-Māzinī, al-Rumānī, kemudian dikembangkan oleh Ibnu Jinnī dan al-Sakkākī.
Fenomena ini menggambarkan bahwa ternyata bahasa Arab terus menerus mengalami banyak
perkembangan yang sangat signifikan.

prinsip dasar derivasi (isytiqāq) dalam kajian morfologi terletak pada tiga dasar huruf
(konsonan) yang kemudian melahirkan perubahan bentuk kata secara teratur. Bentuk
perubahan yang dimaksud adalah perubahan dari kata benda menjadi kata kerja, kata kerja
menjadi kata benda, kata benda menjadi kata sifat dan sebagainya (Holes 1995).

Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau quranan yang berarti
“bacaan atau yang dibaca”. Secara general Al- Qur’an didefenisikan sebagai sebuah kitab
yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW melalui perantara malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa
terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah. Al-Qur’an juga merupakan pedoman
hidup bagi manusia di dunia dan akhirat. Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha
sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan mengingatkan pemahaman manusia dari berbagai
segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan
yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu- ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu bukan sekedar pengetahuan
(knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang
disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam
bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk
dari epistemology. Membahas hubungan Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari
banyak atau tidaknya cabang- cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi lebih
utama adalah melihat, adakah Al-Qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu
pengetahuan atau mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur
melalui sumbangan yang diberikan kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang
dikembangkannya, tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan sosial yang
diwujudkan, sehingga mempunyai pengaruh (positif atau negatif) terhadap kemajuan ilmu
pengetahuan.

JAWABAN NO 5

Surat Al-A’raf Ayat 179


‫ْص ُر ْونَ ِب َه ۖا َولَ ُه ْم َٰاذَان َّْل يَ ْس َمعُ ْونَ ِب َه ۗا‬
ِ ‫س لَ ُه ْم قُلُ ْوب َّْل يَ ْفقَ ُه ْونَ ِب َه ۖا َولَ ُه ْم ا َ ْعيُن َّْل يُب‬ ِ ْ ‫َولَقَ ْد ذَ َرأْنَا ِل َج َهنَّ َم َك ِثي ًْرا ِ ِّمنَ ْال ِج ِِّن َو‬
ۖ ِ ‫اْل ْن‬
َٰٰۤ ُ َٰٰۤ ُ
َ‫ول ِٕىكَ ُه ُم ْال َٰغ ِفلُ ْون‬ َ َ ‫ول ِٕىكَ ك َْاْلَ ْنعَ ِام بَ ْل ُه ْم ا‬
‫ض ُّل ۗ ا‬ ‫ا‬

Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

dan sungguh Kami telah menciptakan sebagai penghuni neraka (yang Allah menimpakan
siksaan di dalamnya bagi orang yang berhak untukk menerima siksaan di akhirat) banyak dari
golongan jin dan manusia, mereka memiliki hati yang tidak bisa mereka gunakan untuk
berpikir, sehingga mereka tidak pernah berharap pahala dan tidak pernah takut siksaanm dan
mereka memiliki mata yang tidak bisa dipakai untuk melihat dengannya kepada ayat-ayat
Allah dan dalil-dalilNya, dan mereka memiliki telingan yang tidak bisa dipakai untuk
mendengar dengannya ayat-ayat kitab Allah sehingga mereka bertafakur dengannya, mereka
itu seperti binatang tidak memahami ucapan yang disampaikan kepadanya, dan tidak
memahami apa yang mereka lihat, dan tidak bisa berpikir dengan hatinya tentang kebaikan
dan keburukan sehingga mampu untuk membedakan diantara keduanya, bahkan mereka lebih
sesat daripada binatang itu, karena sesungguhnya binatang bisa melihat apa yang bermanfaat
untuknya dan apa yang berbahaya untuknya dan bisa mengikuti penggembalanya, sedangkan
mereka kebalikan dari itu, mereka adalah orang-orang yang lalai dari keimanan kepada Allah
dan ketaatan kepadaNya.

 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah


pengawasan Syaikh

Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

179. Allah mengancam orang-orang yang menyelisihi perintah-Nya dengan menyatakan


bahwa Dia telah menciptakan banyak jin dan manusia untuk disiksa di neraka Jahannam;
yaitu orang-orang yang berpaling dan enggan menghayati ayat-ayat Allah.
Allah telah mengetahui sejak zaman azali mereka akan memilih kekafiran, maka Allah
menghendaki itu, menciptakan kekafiran di dalam diri mereka, dan menjadikan tempat
mereka adalah neraka; karena mereka memiliki hati yang tidak mau memahami bukti-bukti
yang dapat mengantarkan kepada hidayah keimanan, padahal bukti-bukti itu tersebar di
seluruh penjuru alam semesta, yang akan dipahami oleh hati yang terbuka dan jernih; dan
mereka memiliki mata yang tidak mereka gunakan untuk melihat bukti-bukti keesaan Allah di
alam semesta, padahal itu semua terpampang di depan pandangan mereka; serta memiliki
telinga yang tidak mereka gunakan untuk mendengar ayat-ayat dan pelajaran-pelajaran dari
Kami dengan penuh penghayatan. Mereka sama sekali tidak memanfaatkan indra-indra ini
yang telah Allah ciptakan sebagai jalan mendapat hidayah.

Maka barangsiapa yang memiliki sifat-sifat tersebut, maka mereka seperti hewan ternak yang
digembalakan, yang tidak memanfaatkan anggota tubuh mereka untuk mendapatkan hidayah.
Bahkan mereka lebih buruk dari hewan ternak, karena hewan ternak hanya memiliki insting
yang menuntunnya, adapun manusia telah dikaruniai hati yang sadar, akal yang berfikir, mata
yang melihat, dan kemampuan memilih mengikuti hidayah atau kesesatan. Sungguh mereka
telah lalai dari sesuatu yang mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan bagi mereka, akibat
telah terkuasai oleh setan dan hawa nafsu; dan Allah sama sekali tidak menzalimi siapapun.

 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr.


Shalih bin Abdullah

bin Humaid, Imam Masjidil Haram

179. Dan sungguh Kami telah menciptakan banyak manusia dan jin untuk mengisi Neraka
Jahanam. Karena Kami mengetahui bahwa mereka akan melakukan apa yang dilakukan oleh
para penghuni Neraka. Mereka mempunyai hati tetapi tidak mau menggunakannya untuk
memahami apa yang bermanfaat dan apa yang berbahaya bagi mereka. Mereka mempunyai
mata tetapi mereka tidak mau menggunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah
yang ada di di dalam diri mereka dan yang ada di alam semesta untuk dijadikan sebagai
pelajaran. Dan mereka mempunyai telinga tetapi mereka tidak mau menggunakannya untuk
mendengar ayat-ayat Allah kemudian merenungkan apa yang terkandung di dalamnya.
Mereka itu seperti binatang ternak yang tidak mempunyai akal, bahkan mereka lebih sesat
dari binatang ternak. Mereka itu adalah orang-orang yang tidak mau beriman kepada Allah
dan hari Akhir.

Anda mungkin juga menyukai