Anda di halaman 1dari 5

10 Kunci Meraih Rasa Lapang Dada (Bag.

3)

Sumber: https://muslim.or.id/70657-sepuluh-kunci-meraih-rasa-lapang-dada-
bag-3.html

Sebab kedua, cahaya keimanan yang Allah


karuniakan ke dalam hati hamba-Nya
Hakikat iman
Pembahasan mengenai iman merupakan pembahasan yang paling banyak
dibicarakan oleh ulama. Bahkan banyak sekali kitab yang ditulis ulama yang
dikhususkan untuk pembahasan iman ini. Di dalam hadis Jibril yang sangat
panjang, Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan tentang
hakikat iman ini.

،‫ واليوم اآلخر‬،‫ ورسله‬،‫ وكتبه‬،‫ ومالئكته‬،‫ أن تؤمن باهلل‬:‫اإليمان‬


‫وتؤمن بالقدر خيره وشره‬
“Iman adalah mengimani keberadaan Allah Ta’ala, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, beriman pada hari akhir, dan mengimani
takdir; baik yang menyenangkan maupun yang buruk.”

Syekh Ibnu Taimiyyah Rahimahullah memberikan penjelasan terkait hadis ini.


Beliau menjelaskan bahwa Rasullullah pada hadis ini membagi agama Islam
menjadi tiga tingkatan. Tingkatan yang paling tinggi adalah ihsan, lalu
tingkatan berikutnya adalah iman, dan yang terakhir adalah Islam. Maka,
setiap orang yang beriman adalah seorang muslim. Tidaklah setiap orang
yang mukmin itu sampai pada tahap ihsan. Begitu juga tidak setiap orang
muslim itu mukmin atau beriman. Sebagaimana hadis Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam kepada salah satu penduduk Syam,

” P‫ وأن يسلم‬،‫ ” أن تسلم قلبك هلل‬:‫ قال‬P‫ وما اإلسالم؟‬:‫ قال‬.“ ‫ تسلم‬P‫أسلم‬
‫ ” اإليمان‬:‫ فأي اإلسالم أفضل؟ قال‬:‫ قال‬.“ ‫المسلمون من لسانك ويدك‬
،‫ وكتبه ورسله‬،‫ ” أن تؤمن باهلل ومالئكته‬:‫ وما اإليمان؟ قال‬:‫ قال‬.“
.“ ‫ ” الهجرة‬:‫ فأي اإليمان أفضل؟ قال‬:‫ قال‬.“ ‫وبالبعث بعد الموت‬
‫ ” أن تهجر السوء‬:‫ وما الهجرة؟ قال‬:‫قال‬
“Masuk Islamlah! Maka kamu akan selamat. Lalu laki-laki tersebut berkata,
‘Apa itu Islam?’ Rasulullah menjawab, ‘Islam adalah menyerahkan diri kepada
Allah Ta’ala, dan kaum muslimin selamat dari lisan serta tanganmu.’ Laki-laki
itu bertanya kembali, ‘Lalu bagaimana Islam yang paling utama?’ Rasulullah
menjawab, ‘Beriman kepada Allah Ta’ala, malaikatnya, kitab-kitab-Nya, dan
Rasul-rasul-Nya, serta beriman kepada hari kebangkitan setelah kematian.’
Lalu laki-laki tersebut bertanya kembali, ‘Bagaimanakah iman yang paling
utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Berhijrah.’ Laki-laki tersebut bertanya kembali,
‘Hijrah itu apa?’ Rasulullah menjawab, ‘Engkau meninggalkan keburukan’”
(HR. Ahmad).

Telah datang juga hadis sahih dari Nabi yang artinya, “Seseorang itu
dikatakan muslim apabila kaum muslimin selamat dari lisan serta tangannya.
Orang dikatakan mukmin apabila manusia merasa aman dari dirinya terhadap
darah-darah dan harta-harta mereka.”

Dari sini bisa kita ketahui bahwa keimanan bukan hanya sekedar keyakinan
dalam jiwa, namun harus terealisasi juga di dalam kehidupan sehari-hari.
Inilah yang sudah disepakati ulama ahlussunnah wal jamaah saat
memberikan definisi tentang iman.

،‫ وهو يزيد وينقص‬P،‫ وعمل بالجوارح‬P‫ بالقلب وقول باللسان‬P‫اعتقاد‬


‫يزيد بالطاعات وينقص بالمعاصي‬.
“Iman adalah meyakini dengan hati, mengucapkannya dengan lisan, serta
merealisasikannya dengan beramal menggunakan anggota badan.
Bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan melakukan
kemaksiatan.”

Baca Juga: Merasa Senang karena Orang Lain Tahu Amal Baik Kita,
Apakah Termasuk Riya?

Cahaya iman sebab lapang dada


Di dalam bahasa Arab, kata iman berasal dari kata ‫األمن‬  “Al-Amnu” yang
artinya adalah rasa aman. Lawan katanya adalah rasa takut. Sebagaimana
firman Allah Ta’ala,

‫ فإذا أمنتم فاذكروا هللا كما علمكم ما لم‬،‫فإن خفتم فرجاال أو ركبانا‬
‫تكونوا تعلمون‬
“Jika kamu takut (ada bahaya), salatlah sambil berjalan kaki atau
berkendaraan. Kemudian apabila telah aman, maka ingatlah Allah (salatlah),
sebagaimana Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang tidak kamu
ketahui” (QS. Al-Baqarah: 239).
Dari sisi bahasa saja kita bisa mengetahui bahwa keimanan akan
menimbulkan rasa aman dan kelapangan dada, sebagaimana juga firman
Allah Ta’ala,

ٰ َ ُ ‫ۚ أَ َف َمن َش َر َح ٱهَّلل‬
ٍ ‫ص ْد َرهُۥ لِإْل ِ سْ َل ِم َفه َُو َع َل ٰى ُن‬
‫ور مِّن رَّ ِّبهِۦ‬
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk
menerima agama Islam, lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama
dengan orang yang hatinya membatu)?” (QS. Az-Zumar: 22).

Syekh Abdurrazzaq Hafidzhahullah menjelaskan, “Maksud dari ayat ini bahwa


dia berada pada cahaya yang Allah berikan kepadanya, sebagai pemberian
dan keutamaan baginya. Cahaya yang dimaksud di sini adalah cahaya iman.
Hal itu dikarenakan dia melapangkan dada dan meluaskannya, serta
membahagiakan hati. Maka jika cahaya ini hilang dari seorang hamba, maka
rasa sempit dan sesak akan menghantuinya. Begitu pun kadar kelapangan
hati seorang hamba itu tergantung dari cahaya ini.”

Ibnu Rajab Rahimahullah berkata, “Hati yang dimasuki cahaya iman akan


merasa lapang dan lega sehingga ia akan mudah condong kepada kebaikan,
tenang dengannya, dan menerimanya. Begitu juga dia akan lari dari kebatilan,
dan membencinya, serta tidak akan menerimanya.”

Maka sudah selayaknya bagi seorang hamba untuk berambisi di dalam


mendapatkan cahaya ini. Berharap kepada Allah Ta’ala untuk menjadikannya
termasuk dari orang-orang yang Allah muliakan dengan cahaya iman ini; yang
mana hal itu merupakan anugerah dan kemuliaan yang hanya Allah berikan
kepada hamba yang Dia kehendaki. Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman,

‫هّٰللا‬
‫ان َو َز َّي َن ٗه ِفيْ قُلُ ْو ِب ُك ْم َو َكرَّ َه ِا َل ْي ُك ُم ْال ُك ْف َر‬ َ ‫َو ٰلكِنَّ َ َحب‬
َ ‫َّب ِا َل ْي ُك ُم ااْل ۤ ِ ْي َم‬
‫– َفضْ اًل م َِّن هّٰللا ِ َو ِنعْ َم ًة‬  ‫ َن‬Pۙ ‫ك ُه ُم الرَّ اشِ ُد ْو‬ ٰ ُ ‫ان ۗ ا‬
َ ‫ٕى‬Pِِٕ ‫ول‬ َ ‫ق َو ْال ِعصْ َي‬Pَ ‫َو ْالفُس ُْو‬
‫َۗوهّٰللا ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬
“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman
itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran,
kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan
yang lurus sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha
mengetahui, Maha bijaksana” (QS. Al-Hujurat: 7-8).

Baca Juga: Tahdzir Terhadap Dai Menyimpang, Bukan Berarti Merasa


Suci

Cahaya iman itu karunia dari Allah


Merupakan kewajiban seorang hamba meminta kepada Allah untuk
memperbaharui keimanan di hatinya, sehingga bertambah pula cahaya
keimanan yang ia dapatkan. Al-Hakim telah meriwayatkan dari Abdullah bin
Amr bin Al-Ash Radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wassallam bersabda,

ْ‫هللا أَن‬
َ ‫ َفاسْ أَلُ ْوا‬، ُ‫الث ْوب‬
َّ ‫ان َل َي ْخلُ ُق فِي َج ْوفِ أَ َح ِد ُك ْم َك َما َي ْخلُ ُق‬
َ ‫اإل ْي َم‬
ِ َّ‫إِن‬
‫ان فِي قُلُ ْو ِب ُك ْم‬ ِ َ‫ي َُج ِّدد‬
َ ‫اإل ْي َم‬
“Sesungguhnya iman benar-benar bisa menjadi usang di dalam tubuh
seseorang dari kalian sebagaimana usangnya pakaian. Maka memohonlah
kepada Allah supaya memperbarui iman di hati kalian.”

Imam Muhammad bin Aslam Atthusi Rahimahullah berkata, “Iman itu


bersumber dari Allah Ta’ala, yang mana Dia berikan sebagai karunia untuk
hambanya yang dikehendaki. Dimana ketika Allah meletakkan cahaya di
hatinya, maka akan terang hatinya, akan lapang dadanya, dan bertambahlah
keimanannya. Kemudian jika Allah Ta’ala telah menerangi hati seorang
hamba, menghiasinya dengan keimanan, dan membuatnya mencintai hal
tersebut, maka hatinya akan mengimani Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
Rasul-Rasul-Nya, hari akhir, dan keseluruhan takdir; baik itu takdir yang baik
maupun yang buruk.  Begitu pun orang yang sudah Allah terangi cahaya ke
dalam hatinya akan dapat mengimani hari kebangkitan, hari perhitungan,
beriman dengan surga dan neraka, seolah-olah ia melihat langsung hal
tersebut. Itu semua berkat karunia cahaya yang Allah tanamkan di hatinya.

Jika hati seseorang sudah beriman dan lisan sudah memberikan persaksian,
maka anggota tubuh secara otomatis akan bekerja melaksanakan perintah
Allah, dan menjalankan konsekuensi keimanan, serta melaksanakan semua
hak-hak Allah yang ada pada dirinya. Dia juga akan menjauhi larangan-
larangan yang telah Allah larang. Dia melakukan itu semua karena mengimani
dan membenarkan apa yang ada di hatinya dan di lisannya. Sehingga apabila
seorang muslim merealisasikan semua itu, maka dia dikatakan telah
beriman.”

Baca Juga:

 Merasa Sial Karena Kemaksiatan


 10 Sebab Senantiasa Merasa Miskin Dan Kurang Harta

[Bersambung]

 ***

Penulis: Muhammad Idris
Artikel: Muslim.or.id

Referensi:

1. Asyratu Asbabin Linsyirahi As-sadr (10 Sebab Memperoleh Rasa Lapang


Dada) Karya Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhsin Al-
Badr Hafidzhohullah dengan beberapa perubahan.

2. Kitabul Iman (Kitab Iman) Karya Imam Ibnu


Taimiyyah Rahimahullah dengan beberapa perubahan.

Sumber: https://muslim.or.id/70657-sepuluh-kunci-meraih-rasa-lapang-dada-
bag-3.html

Anda mungkin juga menyukai