Bismillahirrahmanirrahim.
Ayat ini bercerita tentang nasihat seorang pemilik kebun kepada temannya
yang sama-sama mempunyai kebun, namun ia kafir. Saat masuk ke
kebunnya, dengan penuh kesombongan pemilik kebun yang kafir ini
mengatakan, “Menurutku, kebun ini akan abadi. Dan kiamat itu tidak akan
terjadi. Kalau pun aku diambil oleh Tuhanku, aku pasti akan dapat tempat
tinggal yang lebih baik dari ini.”
Kemudian, pemilik kebun yang mukmin itu melanjutkan nasihat yang terekam
pada ayat 39 surah Al-Kahfi di atas.
حمدت للا ما أنعم به،أي هال إذ أعجبتك حين دخلتها ونظرت إليها
وقلت ما شاء للا،عليك وأعطاك من المال والولد ما لم يعطه غيرك
من أعجبه شيء من حاله أو: ولهذا قال بعض السلف،َل قوة إَل باهلل
وهذا مأخوذ من هذه، ما شاء للا َل قوة إَل باهلل: فليقل،ماله أو ولده
اآلية الكريمة.
“Maksud ayat ini, tidakkah Anda memuji Allah atas nikmat yang Allah berikan
kepadamu yang tidak diberikan kepada orang lain berupa harta dan keturunan
dengan mengucapkan ‘Māsyā Allāh, lā quwwata illā billāh (masyaallah, tidak
ada kekuatan, kecuali milik Allah, pent)’, saat Anda masuk ke kebun itu dan
memandangnya? Oleh karenanya, sebagian ulama salaf mengatakan, ‘Jika
kalian takjub dengan sesuatu, entah itu berupa keadaan, harta atau anaknya,
hendaknya kalian mengucapkan, ‘Māsyā Allāh, lā quwwata illā billāh.’ Pesan
ini diambil dari ayat di atas.”
Wallahua’lam bishshowab.
Baca Juga:
***
Penulis: Ahmad Anshori, Lc.
Artikel: Muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/70496-masya-allah-kapan-diucapkan.html