b. Secara Khusus
1) Persiapan Gastrointestinal
Mengosongkan gastrointestinal untuk mengurangi risiko muntah saat
pembiusan dan mencegah kontaminasi dari bahan kotor dengan cara :
Puasa 4-6 jam menjelang operasi
Diberikan pencahar, seperti dulcolax suppositoria dan tablet atau
microlac sesuai ketentuan
Klisma jika diperlukan
2) Persiapan kulit mencegah terjadinya infeksi oleh karena kulit yang tidak bersih
(pada ujung-ujung rambut tempat bersarangnya kuman), dengan cara :
Pencukuran dilakukan 6 jam sebelum operasi, usahakan tidak
menimbulkan luka
Mandi dan keramas dengan sabun antiseptik 6 jam sebelum operasi
Ganti dengan baju khusus dan topi operasi
Lepas semua protesa yang dikenakan pasien (seperti gigi palsu, anting
lensa kontak, make up, cat kuku, dan lain-lain) sebelum dibawa ke ruang
operasi.
3) Isi semua check list pra bedah, pastikan semua persiapan telah lengkap.
PERAWATAN INTRA BEDAH
Pendahuluan
Perawatan intra bedah dimulai saat pasien dibawa ke ruang operasi dan dterima oleh perawat
sirkuler dan berakhir saat pasien diterima di ICU. Perawatan bedah jantung merupakan asuhan
keperawatan spesialis, oleh karena itu diperlukan perawat yang mempunyai ketrampilan dan
pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan teknologi dalam teknik pembedahan jantung.
Dalam hal ini akan dijelaskan secara singkat aspek operasi jantung secara umum dan asuhan
keperawatannya.
Sayatan Operasi
1. Median Sternotomi
Posisi pasien telentang, kepala ekstensi, dada dibusungkan dengan cara meja operasi
dipatahkan pada bagian punggung atas. Batasan sayatan mulai dari sternal notch sampai
dengan Prosesus Xipoideus, berada di tengah-tengah tulang sternum. Untuk membuka
sternum, digunakan gergaji sternum (untuk pasien dewasa), dan digunakan gunting besar
lurus (untuk anak-anak < 8 kg). Hemostasis menggunakan kauter diatermi dan bonewax.
Dilanjutkan dengan prosedur operasi.
Setelah selesai prosedur utama, dinding dada akan ditutup. Sebelumnya dilakukan hemostasis
pada dinding sternum. Penutupan sternum dilakukan dengan wire (dewasa) biasanya 6 ikatan
atau PDS Loop (anak-anak). Selama penutupan perhatikan hemodinamik. Lanjutkan dengan
tutup subkutis dan kulit (sub kutikuler) menggunakan benang yang bisa diserap oleh jaringan.
Insisi ini digunakan pada pasien yang akan dilakukan tindakan penutupan ASD/VSD, CABG,
Ballock Taussig Shunt, Glenn Shunt.
2. Torakotomi Posterolateral
posisi pasien miring kanan dan diganjal dengan bantal untuk mendapatkan posisi yang
diinginkan. Insisi mulai dari garis aksila tengah ke posterior kira-kira 2 cm dibawah angulus
inferior scapula dan processus spinosus vertebra. Kulit, subkutis, otot latisimus dorsi
dipotong.
Untuk hemostasis digunakan kauter dan rongga thorax dibuka pada sela iga ke IV. Insisi ini
biasanya dipakai pada pasien dengan koartasio aorta, PDA ligasi, Glen shunt, Blallock Taussig
Shunt atau aneurisma aorta desenden.
3. Torakotomi Anterolateral
posisi pasien telentang dan bagian kiri diganjal dengan ketinggian 45 derajat. Insisi dilakukan
pada sela iga ke V. Insisi seperti ini biasanya dipakai pada pasien dengan luka tusuk jantung
dengan tamponade, perikardiotomi, arteri banding pumonal.
Keperawatan Perioperatif
Fase Preoperasi
Fase preoperasi dimulai dari saat pasien dijadwalkan untuk operasi dan diakhiri saat pasien
diinduksi.
Dalam hal ini peran perawat adalah melakukan pengkajian dan pendidikan kesehatan pada
pasien dan keluarganya.
6. Persiapan Lain
a) TEE (Trans Esophageal Echocardiografi) untuk melihat penampilan pergerakan
jantung, fungsi katup,fungsi miokard,anantomi,adanya udara di ruang jantung,
keefektifan ventilasi
b) EEG (Elektro Encephaloram) untuk memonitor fungsi serebral dari injuri, iskemia dan
gangguan neurologic post operasi
c) ECG (Elektro Cardiogram) untuk memantau iskemia miokard
d) Nasofaringeal/Rectal temperatur untuk mengevaluasi temperatur pada saat cooling
dan rewarming, derajat proteksi miokard, perfusi perifer yang adekuat, maligna
hipertensi
e) IABP (Intra Aortic Balon Pump) untuk memperbaiki sirkulasi miokard ( meningkatkan
supply oksigen miokard dan mengurangi kebutuhan oksigen miokard. Perawatan
yang dilakukan adalah mempersiapkn arteri femoralis untuk pemasangan IABP
8. Menjaga Kesterilan Bedah
Dalam hal ini tindakan perawatan yang dilakukan antaralain : menjaga teknik aseptik
selama prosedur operasi, menjaga sterilitas pada alat yang dipakai menjelaskan kepada
anggota tim kamar operasi, mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan,
memakai gaun dan sarung tangan steril, mempersiapkan kulit( prepasasi kulit) dengan
hibiscrub, dilanjutkan dengan betadin solution 10 % dan alkohol, melakukan drapping.
2. Scrub Nurse
Tugas scrub nurse adalah:
o persiapan benang dan instrumen
o membantu dokter-dokter bedah selama operasi
o mengecek/menghitung kembali semua jarum, kassa, dan instrumen menjelang akhir
operasi.
o memberi label setiap spesimen.
o memahami prinsip asepsis
o mempunyai kemampuan dalam prinsip anatomi dan keperawatan jaringan
o mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk mengantisipasi kebutuhan opeerasi
o mempunyai kemampuan dalam mengatasi situasi emergensi di kamar operasi
o merawat luka operasi
o merawat luka drain
PENDAHULUAN
Perawatan pasien pasca bedah jantung pada umumnya dilakukan di unit perawatan
kritis/Intensive Care Unit (ICU) pasca operasi. Setelah operasi selesai pasien segera
dipindahkan ke ICU tanpa melalui perawatan di ruang pemulihan. Pada umumnya pasien
diantar ke ICU oleh seorang dokter anestesi, dokter bedah, dan peraawat bedah. Setibanya di
ICU diterima oleh seorang dokter ICU, perawat utama yang akan merawat pasien, dibantu
seorang perawat lain.
1. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat memindahkan pasien dari ruang operasi ke
ICU:
2. hemodinamik pasien stabil saat akan ditransfer ke ICU.
3. semua kateter dan tube harus terfiksasi dengan baik.
4. penting untuk memasang monitor ECG dan arterial pressure. Pulse oximetry sangat
membantu untuk pemantauan saturasi oksigen dan perfusi perifer.
5. semua obat harus dipasang pada syringe pump, dimana penggunaannya (terutama
baterai untuk transfer) harus dicek sebelum digunakan.
6. perlengkapan untuk reintubasi dan manajemen untuk cardiac arrest (obat-obatan,
pacemaker, monitor portable/defibrilator) harus tersedia dan siap pakai.
Hal – hal lain yang harus diperhatikan saat pasien masuk di ICU adalah:
1. jalur Intravascular:
alur arteri dan vena harus difiksasi dengan baik. Demikian pula kateter vena sentral.
Setiap jalur harus diberi label untuk membedakan
Semua jalur harus diperiksa secara berkala patensinya. Harus ada cairan yang mengalir
untuk mempertahankan potensi semua jalur
Apabila mungkin, hindari memberikan infuse inotrop dan vasodilator dalam jalur yang
sama.
2. Drain:
WSD dihubungkan dengan low continuos suction (3-4kPa)
Banyaknya drain beserta lokasinya harus diketahui dengan pasti dan ditulis dalam
chart.
Apabila dada tidak ditutup, atau ada dua selang drain dari satu lubang insisi, jangan
hubungkan dengan suction.
Bila terpasang PD catheter,jangan diklem, biarkan mengalir ke dalam drainage bag
(urine bag).
3. NGT
NGT harus diaspirasi dan diulangi setiap 4 jam. Cairan yang diaspirasi dihitung jumlahnya
dan dicatat dalam chart.
NGT dibiarkan terbuka dan mengalir bebas ke dalam plastic penampung.
4. Urin
Urin yang tertampung dalam urin bag adalah urin selama periode post bypass hingga tiba
di ICU. Urin ini harus dicatat jumlahnya kemudian dibuang. Urin yang sekarang
tertampung dan seterusnya adalah produksi selama perawatan di ICU. Keluaran urin
harus dicatat setiap jam. Bila kateter sudah dicabut dan pasien memakai pampers, berat
pampers harus ditimbang setiap 3 jam.
5. EKG
Perawat ICU harus membuat rekaman EKG 12 leads sesegera mungkin. Apabila ada
abnormalitas harus segera dilaporkan kepada dokter yang bertugas.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. ACT (Activated Clotting Time)
ACT berguna untuk menilai reversal dari efek heparin. ACT sebaiknya diperiksa
10 menit setelah pasien tiba. Nilai ini digunakan sebagai acuan untuk nilai ACT
berikutnya.
Selisih nilai ACT awal dengan pemeriksaan selanjutnya harus minimal (±10 detik).
Nilai absolute ACT harus < 160 detik. Jika memanjang, pertimbangkan pemberian
protamin 1 mg/IV.
b. Analisa gas darah, elektrolit (Na, K+, Ca++) dan hematokrit
Harus diperiksa sesegera mungkin setelah pasien tiba di ICU dan tidak lebih dari
30 meit.
PCO2 pasien harus normal (35-45 mmHg), kecuali pada keadaan tertentu. Pada
pasien dengan hipertensi pulmonal, pasien akan dibuat sedikit hiperventilasi
(pCO2 30-35 mmHg). Pada pasien tertentu justru dibuat hiperkarbia (pCO2 45-50
mmHg) untuk menghindari aliran darah pulmonal yang terlalu banyak.
Untuk repair biventriikular, oksigenasi yang tinggi (pCO2 100-150 mmHg) lebih
diutamakan pada awal periode pasca bedah.
Jika ada residu R to L shunt, desaturasi arterial yang menetap adalah biasa. Harus
diperhatikan target nilai SpO2 yang disepakati dokter bedah dan anestesiologi.
Hiperkalemia, hipokalemia, dan hipokalsemia pada periode awal pasca bedah
dapat berbahaya, sehingga tidak boleh diabaikan.
7. X ray Toraks (CXR)
a. Bedah thorak harus diambil sesegere mungkin dan harus segera dievakuasi hasilnya
oleh dokter bedah dan anestisiologi .
hal-hal yang perlu dilihat dari hasil X ray antara lain adalah :
Posisi ETT
Posisi jalur-jalur intrakardiak (CVP, LAP, dll)
Posisi NGT
Posisi semua selang drain
Gambaran abnormal di lapangan paru dan kontur jantung
Adanya pneumotoraks
Adanya hematotoraks atau efusi pleura
Adanya edema paru atau etelaktasis
E. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Pada umumnya diagnosis keperawatan pada pasien pasca bedah jantung adalah sebagai
berikut:
1. Resiko terjadi komplikasi pada system kardiovaskular berhubungan dengan gangguan
hemodinamik
2. Resiko terjadi komplikasi system respirasi berhubungan dengan efek obat-obat
anestesi,nyeri pasca operasi, dan keterbatasan gerak
3. Resiko terjadi komplikasi pada ginjal berhubungan dengan gangguan hemodinamik,
keseimbangan cairan, dan efek fissiologis mesin pintas jantung paru.
4. Ansietas berhubungan dengan nyeri, kesulitan berkomunikasi, putus asa, lingkungan
dan perawatan yang terdapat di ICU
5. Resiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
respon stress akibat trauma pembedahan, efek fisiologi mesin pintas jantung paru, dan
perpindahan cairan ekstravaskuler.
6. Gangguan kesadaran berhubungan dengan factor sikologis atau factor lingkungan di ICU
G. EVALUASI
- Tidak terjadi komplikasi pada system kardiovaskular, system pernapasan, system
perkemihan, system saraf
- Kesadaran pasien penuh (compos mentis)
- Hemodinamik dalam batas normal
- Oksigenasi optimal
- Aktivitas klien terpenuhi sesuai dengan tingkat kemampuan klien
- Ansietas berkurang atau tidak ada ansietas