Di Susun Oleh :
NAMA : ANITA RAJ ALFAN PUTRI
NIM
: P00620215 005
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
2016 / 2017
A.PENGERTIAN
Bedah jantung adalahUsaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi kelainan
anatomi atau fungsi jantung.
B. Klasifikasi
1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung
dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga jantung
misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
C. Tujuan Operasi Bedah Jantung
Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan bermacam-macam antara lain :
1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh VSD,
Koreksi Tetralogi Fallot.
2. Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama pada anakanak (pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
3. Operasi paliatif, yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan operasi
yang definitive atau total koreksi karena operasi total belum dapat dikerjakan saat itu, misalnya
shunt aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.
4. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami insufisiensi.
5. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan.
6. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan arteri
koroner.
7. Pemasangan inplant seperti kawat pace maker permanen pada anak-anak dengan blok total
atrioventrikel.
8. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin diperbaiki lagi
dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena sebab lain.
5. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai isotop intra vena kemudian
dengan scanner ditangkap pengumpulan isotop pada jantung.
6. Kateterisasi jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai kateter yang dimasukan ke
pembuluh darah dan didorong ke rongga jantung. Kateterisasi jantung kanan melalui vena
femoralis, kateterisasi jantung kiri melalui arteri femoralis.
Pemeriksaan tekanan dan saturasi oksigen rongga jantung, sehingga diketahui adanya
peningkatan saturasi pada rongga jantung kanan akibat suatu shunt dan adanya hypoxamia pada
jantung bagian kiri.
Angiografi untuk melihat rongga jantung atau pembuluh darah tertentu misalnya LV grafi,
aortografi, angiografi koroner dll.
Pemeriksaan enzym khusus, yaitu pemeriksaan enzym creati kinase dan fraksi CKMB untuk
penentuan adanya infark pada keadaan unstable angin pectoris.
2.6Perawatan Perioperatif Dikamar Operasi
Setelah pesien diputuskan operasi, maka persiapan harus dilakukan, yaitu persiapan fisik
maupun persiapan mental.
Untuk persiapan fisik, hal-hal yang harus diperhatikan ialah persiapan
kulit,gastrointestinal,persiapan untuk anastesi, kenyamanan dan istirahat pasien, serta obat-obatan
yang digunakan. Sedangkan persiapan mental,sangat tergantung pada dukungan dari keluarga. Tugas
perawat bedah disini adalah dapat memberikan informasi yang jelas pada pasien.Meliputi anatomi
dasar dan kondisi penyakit pasien. Prosedur operasi sebatas kopetensi yang diberikan, pemeriksaan
diagnostic penunjang, peraturan-peraturan dari tim bedah, keadaan di ruang operasi, jenis syarat
operasi dan ruang tunggu bagi keluarga pasien. Hal ini dilakukan pada saat perawat bedah
melakukan kunjungan sebelum pasien dioperasi.
Observasi aktivitas
Pemeriksaan Diagnose
Chest x-ray
Hasil laboratarium: darah lengkap, koagulasi, elektrolit, urium, kreatinin, BUN, Hb.
Kateterisasi
Ekhocardiografi
Informasikan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan seperti ganti baju,
pemasangan infuse, kanulasi arteri dan pemasangan lead EKG
Yakinkan pasien tidak menggunakan gigi palsu, perhiasan, kontak lensa dan alat bantu dengar
Airway (jalan nafas) Persiapkan alat untuk mempertahankan Airway antara lain: guedel, laringoskop,
ETT berbagai ukuran, system hisab lendir
2.
Breathing (pernafasan) persiapan alat untuk terapi O2 antara lain: kanula, sungkup, bagging dan
ventilator
3.
Circulation (sirkulasi):
a.
Pemasangan EKG, sering digunakan lead II untuk memantau dinding miokard bagian inferior dan V5
untuk antero lateral
b.
Kanulasi arteri dipasang untuk memantau tekanan arteri dan analisa gas darah
c.
Pemasangan CVP untuk pemberian darah autologus dan infuse kontinu serta obat-obatan yang
perlu diberikan
d.
Temperature: sering digunakan nasofaringeal atau rektal untuk mengevaluasi status pasien dari
cooling dan rewarning, tingkat proteksi miokard, adekuatnya perfusi perifer dan hipertermi maligna
e.
Pada beberapa sentra sering dipasang elektro encephalogram untuk memantau kejadian akut seperti
iskemia atau injuri otak
f.
Pemberian obat-obatan: untuk anastesi dengan tujuan tidak sadar, amnesia, analgesia, relaksasi
otak dan menurunkan respons stress, sedang obat lain seperti inotropik, kronotropik, antiaritmia,
diuretic, anti hipertensi, anti kuagulan dan kuagulan juga perlu
4. Defibrillator : Alat ini disiapkan untuk mengantisipasi aritmia yang mengancam jiwa
5. Deathermi : Melakukan pemasangan ground pad harus disesuaikan dengan ukuran untuk
mencegah panas yang terlalu tinggi pada tempat pemasangan
6. Posisi pasien dimeja operasi
Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang akan dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan:
posisi harus fisiologis, system muskuloskeletal harus terlindung, lokasi operasi mudah terjangkau,
mudah dikaji oleh anastesi,beri perlindungan pada bagian yang tertekan (kepala, sacrum, scapula,
siku, dan tumit)
8. Menjaga tindakan asepsis
Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan proparasi kulit dan drapping. Menggunakan
gaun dan sarung tangan yang steril.
2.7Perawatan Pasca-bedah
Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU.Untuk mengetahui problem
pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra bedah sehingga dapat diantisipasi
dengan baik.Misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain.
Perawatan di ICU.
a.
Monitoring Hemodinamik.
Setelah penderita pindah di ICU maka serah terima antara perawat yang mengantar ke ICU dan
petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap penderita tersebut : Dianjurkan setiap
penderita satu perawat yang bertanggung jawab menanganinya selama 24 jam.
Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :
Denyut jantung.
Tekanan darah.
Curah jantung.
Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosisnya, rutenya dan lain-lain.
Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pacuh jantung dll.
b.
EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung dan adanya kelainan
irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1
kali dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar
jantung yang membahayakan.
c.
Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan bahkan diberikan sedasi sebelum
ditransfer ke ICU. Sampai di ICU segera respirator dipasang dan dilihat :
Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya normal, kehijauan, kental atau
berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila perlu dibuat kultur.
d.
Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih diberikan obat-obatan sedatif
pelumpuh otot. Bila penderita mulai bangun maka disuruh menggerakkan ke 4 ektremitasnya.
e.
Fungsi ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat hemolisis dan lain-lain.
Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas memungkinkan harus dikerjakan.
f.
Gula darah
Bila penderita adalah diabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6 jam dan bila tinggi mungkin
memerlukan infus insulin.
g. Laboratorium
Setelah sampai di ICU perlu diperiksa :
HB,HT,trombosit.
ACT.
LFT / Albumin.
h.
Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa diketahui. Jumlah
drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi di kerjakan tiap
jam. Atau tiap jam. Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam
dianggap sebagai perdarahan pasca bedah dan mungkin memerlukan retorakotomi untuk
menghentikan perdarahan.
i.
Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk melihat ke CVP, Kateter Swan
Ganz.Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti
komplikasi yang dijumpai.Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator segera
dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
j.
Fisioterapi.
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator.Bila sudah ekstubasi
fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural drinase).
2. Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua organ terus dilanjutkan.
Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca bedah.Umumnya pemeriksaan hematologi
rutin dan thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :
Elektrolit thrombosis.
Ureum
Gula darah.
Thoraks foto
EKG 12 lead.
Hari ke 4
Hari ke 5
: Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi,
dan keluar dari ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat.
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Nama
: tidak berpengaruh
Umur
: kebanyakan disemua umur (pada anak-anak juga bisa seperti pada kelainan jantung
bawaan) (pada orang dewasa juga bisa dilakukan dengan indikasi gagal jantung) tapi lebih sering pada
anak-anak
Jenis kelamin
juga pada perempuan
Keluhan Utama
Biasanya pasien-pasien yang akan dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan datang dengan
keluhannya sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, palpitasi dan nafas cepat
Kesadaran : Composmentis
TTV
Nadi
: 90-110 x/menit
TD
: 110/70-140/90 mmHg
RR
: 24-27 x/menit
Suhu
: 37,5-38.5 C
: Bersih
Leher
Thorax
Jantung
Paru
Perkusi : sonor
Auskultasi
: weezing
Abdomen
Perkusi : Auskultasi
Ekstremitas
Eks. Atas
Eks. Bawah
Genetalia : bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid
3.1.4
1.
2.
3.
Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine
BAB : adanya konstipasi
4.
5.
6.
7.
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien malas untuk
keluar dan memilih untuk istirahat.
8.
9.
Ds :
Data
Etiologi
pasien mengatakan Penurunan
Masalah
Penurunan cardiac
output
miokard
Do :
-
Ds:
dapat
beraktivitas
seperti antara
Gangguan
oksigen
Do:
-
glomelurus
cairan
volume
Do:
- TTV (TD : 120/80-140/90
mmHg, N : takikardi (lebih
dari
100x/menit),
RR
takipnea (24-28x/menit), S :
37,50-38,50 C )
- Oedema pada kaki
3.1.6 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan cardiac output b.d penurunan kontraktilitas miokard.
2. Gangguan intoleransi aktifitas b.d adanya ketidakseimbangan antara suplay oksigen
3. Kelebihan volume cairan b.d menurunnya filtrasi glomelurus
3.1.7 Proses Keperawatan
No
1
Diagnosa
Tujuan dan KH
Intervensi
Penurunan cardiac Setelah dilakukan prosesObservasi TTV
1.
output
berhubungan
keperawatan selama
1x24 jam diharapkan
2.
Auskultasi bunyi
2.
Rasional
Mengetahui keadaan umum
pasien
disritmia khusus lebih jelas
terdeteksi dengan
jantung, catat
kontraktilitas
frekuensi, irama.
miokard.
:
K : pasien dan keluarga
jantung ekstra,
penurunan nadi.
mengidentifikasi disritmia
menurunnya cardiac
output.
A : pasien dan keluarga
3.
dapat mengakibatkan
perubahan observasi/
4.
pasien bisa
3.
Observasi status
membuat/menjadikan warna
perkembangan
kekacauan,
110/70-120/80 mmHg,
disorientasi.
efektifitas pengobatan,
4.
adanya kuwalitas
tambahan S3 (gallop)
pulse .
kardiovaskuler
6. Meringankan beban jantung
dan S4 (murmur)
- keluaran urin adekuat
- tidak ada edema
- Peralatan pemantau
hemodinamik
memperlihatkan
hasil
normal ( tekanan vena
central (CVP) normal
antara 2-8 mmHg atau 311 cm air, curah jantung
normal
antara
35L/menit, tekanan kapiler
pulmonal
(PCWP)
normal yaitu 6-12 mmHg,
5.
indeks jantung normal
2,5-3,5
L/mnt/mm2,
tekanan
vaskuler
sistemik normal antara
600-1400
dynes/sec,
rerata tekanan arteri
normal 70-100mmHg)
6.
2
Pantau status
kardivaskuler setiap
jam sampai stabil
melalui parameter
hemodinamik
Kolaborasi obat
anti aritmia
Setelah dilakukan proses1. Observasi TTV 1.
Gangguan
2.
2.
Catat respon
ketidakseimbanga
kardiopulmonal
terhadap aktivitas,
dengan menyebabkan
catat takikardi,
disritmia, dispnea,
berkeringat, pucat.
intoleransi aktivitas
A : pasien dan keluarga
3.
pasien mampu
menunjukan bagaimana
terhadap demam/menggigil
cara mengatasi
gangguan intoleransi
aktivitas
P : pasien dan keluarga
pasien mampu
kelemahan.
Sianosis kuku menunjukkan
Observasi warna
menunjukkan hipoksemia
kulit, membran
mengatasi gangguan
sistemik.
mukosa dan kuku. 4. Dapat menunjukkan
intoleransi aktivitas
P : - TTV normal : (TD :
110/70-120/80 mmHg,
Suhu: 36,5-37,50 C, RR:
16-24 x/mnt, Nadi: 60-
Catat adanya
peningkatkan dekompensasi
sianosis perifer
100 x/mnt
atelectasis dan
memungkinkan
pengembangan paru.
4.
Evaluasi
peningkatan
intoleransi aktivitas.
5.
Anjurkan untuk
menarik nafas
dalam, batuk efektif,
berpindah posisi,
memakai
spirometer dan
mematuhi terapi
3
keperawatan selama
berhubungan
dengan
keseimbangan cairan 2.
nafas.
Observasi TTV. 1.
umum pasien.
2. Output urine mungkin
sangat sedikit dan pekat,
Observasi output
glomelurus.
dan warnanya
tercapaidengan KH:
K : pasien dan keluraga
pasien mengetahui
berlebihan dimanifestasikan
dengan adanya edema.
cara menangani
Meningkatnya kongesti
pasien mampu
mengakibatkan edema
mengatasi kelebihan
5.
volume cairan
edema
dengan/tanpa
100 x/mnt
- Gambaran adanya
tubuh (anasarka)
dengan seimbangnya
intake output.
jaringan sistemik.
Bertambah beratnya gagal
jantung menambah kongesti
Palpasi adanya
berlebihan.
hepatomegali. Catat
keluhan nyeri pada
kwadran atas
bagian kanan
6.
Kolaborasi
dengan tim
kesehatan dengan
pemberian diuretic,
thiazide dan
pengganti
potasium.
Keluhan Utama
Biasanya pasien-pasien yang telah dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan keluhannya
sesak nafas, nyeri dada, kelemahan, palpitasi dan nafas cepat
3.2.2Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Apatis
TTV
Nadi
: 55-80 x/menit
TD
: 90/65-120/85 mmHg
RR
: 22-27 x/menit
Suhu
: 37,5-38.5
C
: Bersih
Leher
Thorax
Jantung
Perkusi : Auskultasi
: terdengar BJ 1 dan 2
Paru
Perkusi : Auskultasi
: weezing
Abdomen
Perkusi : Auskultasi
Ekstremitas
Eks. Atas
Eks. Bawah
Genetalia : bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid, dan terpasang
kateter
Bila pasien telah dipindahkan ke unit perawatan kritis, 4-12 jam sesudahnya, harus dilakukan
pengkajian yang lengkap mengenai semua system untuk menetukan status pascaoperasi pasien
dibandingkan dengan garis dasar perioperative dan mengetahui perubahan yang mungkin terjadi
selama pembedahan. Parameter yang dikaji adalah sebagai berikut :
1.
Status neurologis :tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, refleks, gerakan
ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.
2.
Status Jantung :frekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena
sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP = pulmonary artery wedge pressure).
tekanan atrium kiri (LAP), bentuk gelombang dan pipa tekanan darah invasif, curah jantung atau
indeks. tahanan pembuluh darah sistemik dan paru, saturasi oksigen arteri paru bila ada, drainase
rongga dada, dan status serta fungsi pacemaker.
3.
Status respirasi : gerakan dada, suara napas, penentuan ventilator (frekuensi, volume tidal,
konsentrasi oksigen, mode [mis, SIMV], tekanan positif akhir ekspirasi [PEEP], kecepatan napas,
tekanan ventilator, saturasi oksigen anteri (SaO 2), CO2 akhir tidal, pipa drainase rongga dada, gas
darah arteri.
4.
Status pembuluh darah perifer :denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa, bibir dan cuping
telinga, suhu kulit, edema, kondisi balutan dan pipa invasif.
5.
6.
Status cairan dan elektrolit asupan : haluaran dan semua pipa drainase. semua parameter curah
jantung, dan indikasi ketidakseimbangan elektrolit berikut:
a.
Hipokalemia : intoksikasi digitalis, disritmia (gelombang U, AV blok, gelombang T yang datar atau
terbalik).
b.
Hiperkalemia : konfusi mental, tidak tenang, mual, kelemahan, parestesia eksremitas, disrirmia
(tinggi, gelombang T puncak, meningkatnya amplitudo, pelebaran kompleks QRS; perpanjangan
interval QT).
c.
d.
e.
7.
Nyeri :sifat, jenis, lokasi, durasi, (nyeri karena irisan harus dibedakan dengan nyeri angina),
aprehensi, respons terhadap analgetika.
Beberapa pasien yang telah menjalani CABG dengan arteri mamaria interna akan mengalami
parestesis nervus ulnaris pada sisi yang sama dengan graft yang diambil. Parestesia tersebut bisa
sementara atau permanen. Pasien yang menjalani CABG dengan arteri gastroepiploika juga akan
mengalami ileus selama beberapa waktu pascaoperatif dan akan mengalami nyeri abdomen pada
tempat insisi selain nyeri dada.
Pengkajian juga mencakup observasi segala peralatan dan pipa untuk menentukan apakah
fungsinya baik: pipa endotrakheal, ventilator, monitor CO 2 akhir tidal, monitor SaO2, kateter arteri paru,
monitor saturasi oksigen arteri paru (SavO2), pipa arteri dan vena, alat infus intravena dan selang,
monitor jantung, pacemaker, pipa dada, dan sistem drainase urin.
3.2.3Contoh Analisa Data
No
Analisa data
Etiologi
Problem
1.
Ds:
keluarga
klien Kehilangan darah dan Penurunan
mengatakan bahwa pasien gangguan miokardium
jantung
mengalami
keletihan,
berdebar-debar,
nafas
pendek, bingung
curah
Do:
-
Peralatan
pemantau
hemodinamik memperlihatkan
hasil tidak normal
- Terdapat edema
2.
Ds:
keluarga
klien Trauma
pembedahan Gangguan
mengatakan bahwa pasien dada ekstensif
gas
sesak, nafas pendek,
Do:
- TTV (TD : 120/80-140/90
mmHg, N : takikardi (lebih
dari 100x/menit), RR :
takipnea (24-28x/menit), S :
37,50-38,50 C )
- AGD tidak normal (PO2 :
dibawah 80 mmHg, PCO2 :
pertukaran
Ds:
keluarga
klien Trauma operasi
mengatakan bahwa pasien
merasakan nyeri pada daerah
dada
Nyeri
Do:
- Dahi pasien mengkerut,
merintih dan melindungi
tempat rasa nyeri
- skala nyeri 5
- pasien memegang dada
bagian atas
- menggosok lengan kiri
- TTV : TD: 120/80-140/90
mmHg,
Nadi:
100-110
x/menit, RR: 20-24x /menit,
Suhu : 370C-380C
- P : nyeri bertambah jika
digunakan bergerak dan
berkurang bila digunakan
istirahat
- Q : seperti tertusuk
- R : didaerah dada,
- S : 5,
- T : waktu bergerak
4.
Ds:
keluarga
klien Infeksi atau sindroma Hipertermi
mengatakan bahwa pasien pasca perikardiotomo
demam
Do:
- Suhu : 38,50C 390C
- Adanya kemerahan
-Adanya bengkak
-Peningkatan rasa nyeri
Menurunnya curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah dan fungsi jantung yang
terganggu.
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma akibat pembedahan dada ekstensi.
3.
4.
Terjadinya hipertermi berhubungan dengan terjadinya infeksi atau sindrom pasca perikardiotomi.
3.2.5Proses Keperawatan
No
1
Diagnosa
Tujuan dan KH
Menurunnya curah Setelah dilakukan proses
Intervensi
1. Observasi TTV
Rasional
1. Mengetahui
jantung
berhubungan
2. perbedaan
frekuensi, kesamaan
carotid, femoral,
jantung
menunjukkan efek
frekuensi, keteraturan,
gangguan curah
amplitude (penuh/kuat)
sistemik/perifer.
terganggu.
adanya pulsus
alternan, nadi
bigeminal, atau deficit
nadi.
3. disritmia khusus
3. Auskultasi bunyi
jantung, catat
dengan pendengaran
pasien bisa
mempertahankan curah
palpasi.
110/70-120/80 mmHg,
nadi membantu
mengidentifikasi
x/mnt
Gangguan
pertukaran
berhubungan
tak terpantau
4. untuk mengetahui
S4 (murmur)
fungsi ginjal
5. Pantau status
5. untuk mengevaluasi
kardivaskuler setiap
efektifitas pengobatan,
- Peralatan pemantau
hemodinamik
memperlihatkan
hasil
normal ( tekanan vena
central (CVP) normal
antara 2-8 mmHg atau 3-11
cm air, curah jantung
normal antara 3-5L/menit,
tekanan kapiler pulmonal
(PCWP) normal yaitu 6-12
mmHg, indeks jantung
normal 2,5-3,5 L/mnt/mm2,
tekanan vaskuler sistemik
normal antara 600-1400
dynes/sec, rerata tekanan
arteri normal 70-100mmHg)
banyak parameter
melalui parameter
digunakan untuk
hemodinamik
mengevaluasi fungsi
1. Observasi TTV
kardiovaskuler
6. Meringankan beban
6. Kolaborasi obat anti
aritmia
tidal menunjukan
efektifitas ventilator
parameter ektubasi
pertukaran gas
A : pasien dan keluarga
memperbaiki
pertukaran gas
3. Sianosis kuku
1. Mengetahui
keadaan umum pasien
dengan
jantung
3. Observasi warna
menunjukkan
vasokontriksi respon
demam/menggigil
110/70-120/80 mmHg,
daun telinga,
x/mnt
menunjukkan
hipoksemia sistemik.
4. Auskultasi dada
4. Krekel menunjukan
kongesti paru,
penurunan atau
menunjukan
5. Berikan fisioterapi
dadasesuai resep
mencegah retensi
sekresi dan
5. Membantu
6. Anjurkan untuk
pneumothoraks
1. Observasi TTV.
athelektasis
6. Membantu menjaga
jalan nafas tetap
paten, mencegah
atelectasis dan
memungkinkan
pengembangan paru.
1. Untuk mengetahui
keadaan umum
pasien.
2. Tentukan riwayat
2. Untuk mengetahui
dengan KH:
K : pasien dan keluraga
skala nyeri.
pasien mengetahui
penyebab dari nyerinya
A : pasien dan keluarga
pasien mampu menunjukan
bagaimana cara
menangani nyerinya
P : pasien dan keluarga
frekuensi, durasi
3. Berikan tindakan
3. Meringankan nyeri
kenyamanan dasar
(reposisi, gosok
nyaman.
punggung) dan
aktivitas hiburan
4. penggunaan
4. Memberikan rasa
ketrampilan
nyerinya
manajemen nyeri
nyeri.
(teknik relaksasi,
110/70-120/80 mmHg,
visualisasi, bimbingan
sentuhan terapeutik
x/mnt
5. kontrol Kolaborasi :
5. Untuk mempercepat
berikan analgesik
sesuai indikasi
misalnya Morfin
nyeri.
metadon atau
campuran narkotik
4
Terjadinya
hipertermi
berhubungan
dengan
2.
terjadinya melakukan aktifitas seperti
Observasi TTV
1.
khususnya suhu
2.
Gunakan teknik steril
Untuk mengetahui
keadaan umum pasien
Menurunkan
kemungkinan
terjadinya infeksi
Terjadi pada 10%
sampai 40% pasien
setelah bedah jantung
Untuk mengurangi
demam
Untuk
menghilangkan gejala
peradangan (mis :
demam, bengkak, rasa
penuh, kaku atau
gatal, dan kelelahan)
NO. DX
TGL/JAM
IMPLEMENTASI
RESPON
25-11-2012
1,2,3,4
08.00
1. Mengobservasi TTV
1. DS : keluarga pasien
mengatakan pasien agak
mendingan
DO : TTV normal : (TD :
110/70-120/80 mmHg, Suhu:
36,5-37,50 C, RR: 16-24 x/mnt,
Nadi: 60-100 x/mnt
amplitude
(penuh/kuat)
simetris.
Mencatat
adanya
sama
DO : tidak ada bunyi jantung
tambahan S3 (gallop) dan S4
(murmur)
- suara nafas vesikuler tidak ada
krekel
09.00 wib
10.00 wib
DO : pasien kooperatif
5.memantau status
DO : Peralatan pemantau
hemodinamik memperlihatkan
hasil normal ( tekanan vena
central (CVP) normal antara 2-8
mmHg atau 3-11 cm air, curah
jantung normal antara 3-
TTD
11.00 wib
kerjasama
teknik steril
12.00 wib
infeksi
8. DS : pasien bisa menerima
2,3,4
13.00 wib
fisioterapi dada
3.4 Evaluasi
NO.
DX
1
TGL/JAM
25-11-2012
EVALUASI
S:O : TTV normal : (TD : 110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,5 0 C,
RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt, Peralatan pemantau
hemodinamik memperlihatkan hasil normal ( tekanan vena central
(CVP) normal antara 2-8 mmHg atau 3-11 cm air, curah jantung
TTD
25-11-2012
P : intervensi dihentikan
S : pasien mengatakan tidak sesak nafas
O : TTV normal : (TD : 110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,5 0 C,
RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt,AGD normal : (PO 2 : 80-95
mmHg, PCO2 : 35-45 mmHg, HCOO-3 : 21-26 mmHg, PH : 7,357,45, SO2 : 90-100 mmHg)
- suara nafas vesikuler
- jalan nafas tidak terganggu
- mukosa dan dasar kuku berwarna merah muda
tidak ada sianosis, tidak ada oedema, ekstremitas hangat
A : masalah teratasi
25-11-2012
P : intervensi dihentikan
S : pasien mengatakan nyeri berkurang
O : TTV normal : (TD : 110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,5 0 C,
RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
, skala nyeri 1-3
A : masalah teratasi
25-11-2012
P : intervensi dihentikan
S : pasien mengatakan demamnya berkurang
O : TTV normal : (TD : 110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,5 0 C,
RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt, tidak ada bengkak, tidak
ada kemerahan, tidak ada rasa nyeri
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bedah jantung adalahUsaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi kelainan
anatomi atau fungsi jantung.
Operasi Jantung Dibagi Atas :
Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung dengan
memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga jantung
misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
Peran perawat pada fase intra operatif ini meliputi yaitu, :
1. Pemeliharaan keselamatan
2. Pematauan fisiologis
3. Dukungan psikologis
4. Penatalaksanaan keperawatan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi. Sahabat Setia :
Yogyakarta.
Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah : Preoperatif Nursing, Tidak
dipublikasikan : Yogyakarta.
Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.
Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan.EGC : Jakarta.
Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito Yogyakarta, Tidak
dipublikasikan : Yogyakarta.
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner
Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.
Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University Press :
Surabaya.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
12. Lakukan penghisapan antara penghisapan pertama dengan berikutnya, minta pasien untuk
bernafas dalam dan batuk. Apabila pasien mengalami distress pernafasan, biarkan istirahat 20
- 30 detik sebelum melakukan penghisapan berikutnya
13. Setelah selesai, kaji jumlah, konsistensi, warna, bau sekret dan respons pasien terhadap
prosedur yang dilakukan
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan