Anda di halaman 1dari 16

PERAN DAN WEWENANG FISIOTERAPI DI ICU1

Oleh: Heri Priatna2

A. Latar belakang
Bekerja di unit perawatan intensif (ICU) merupakan bagian dari pelayanan
Fisioterapi di Rumah sakit dengan pertimbangan khusus yang diperlukan ketika bekerja
dengan pasien akibat kondisi medis yang serius. Selain masalah medis yang sudah ada,
pasien dapat mengalami kelemahan yang disebabkan oleh perawatan di ICU (ICU-
acquired weakness / ICUAW) yang dapat diatas dengan intervensi Fisioterapi.
ICUAW menyebabkan atrofi otot karena tidak digunakan (disused) disertai
penurunan massa otot dan penurunan sintesis protein. Resistensi insulin terjadi dalam
beberapa hari, seperti yang ditunjukkan dalam sebuah penelitian terhadap individu sehat
dan normal yang menjalani tirah baring selama 5 hari. ICUAW khususnya sering terjadi
pada individu yang mengalami kegagalan multi organ atau sepsis umum.

B. Unit perawatan intensif


Intensive Care Unit (ICU) merupakan perawatan khusus yang terdapat di rumah
sakit yang berfungsi untuk merawat pasien kritis yang disebabkan oleh keadaan penyakit,
kecelakaan dan komplikasi penyakit lain yang berusaha memberikan pelayanan dalam
mempertahankan kehidupan pasien sehingga membutuhkan pemantauan intensif. Pasien
yang dirawat di ruangan ICU merupakan pasien kritis sehingga dibutuhkan pertolongan
yang berkesinambungan dan pemantauan secara terus menerus. Kriteria pasien yang
membutuhkan perawatan ICU yaitu:
1. Pasien dengan kondisi yang kritis, tidak stabil, sehingga dibutuhkan terapi
intensif seperti bantuan ventilator, obat-obatan vasoaktif atau inotropik secara
berkelanjutan contohnya: pasien gagal jantung, sepsis berat
2. Pasien dengan kondisi membutuhkan bantuan pemantauan intensif
contohnya pasien pasca bedah besar dan luas, pasien dengan penyakit jantung,
paru, dan ginjal
3. Pasien yang membutuhkan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi akut
dari penyakitnya contohnya pasien dengan tumor ganas dengan komplikasi infeksi
dan penyakit jantung, sumbatan jalan napas (Blissitt, 2011).

1
Disampaikan pada mata kuliah konsep dasar Fisioterapi pertemuan ke-10 Prodi Fisioterapi UPN Veteran Jakarta
tanggal 18 Oktober 2021
2
Dosen Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul Jakarta
1
Adanya diagnosis komorbid sering kali menjadi alasan masuk ke ICU terutama
pasien dengan diagnosis multiple dan dengan risiko kematian yang tinggi, sehingga perlu
dimasukkan ke ICU. Diagnosis kombinasi terdiri atas beberapa kondisi seperti; penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK), infark myokard (IM), penyakit vascular perifer / peripheral
vascular disease (PVD), gagal jantung kongestif / congestive heart failure (CHF). ICU
dapat menjadikan tempat yang menakutkan bagi mahasiswa Fisioterapi dan yang baru
lulus. ICU merupakan tempat dilakukannya aktivitas intensif dengan rasio tenaga
kesehatan melebihi rasio pada perawatan di luar ICU.
Bekerja pada bagian ICU merupakan bidang praktik spesialis dalam Fisioterapi.
Fisioterapis yang berkerja di ICU harus memiliki kompetensi lebih khusus di bidang
perawatan intensif antara lain mengenal beberapa kondisi dan gejala kritis serta
memahami dan mengenal proses penggunaan peralatan medis yang digunakan, memiliki
tingkat pengawasan yang tinggi, termasuk mampu bergerak cepat, tepat dan akurat
dalam mengatasi kondisi pasien, memahami secara detail tentang medical screening
(skrining medis)

C. Rekomendasi penanganan pasien di ICU


1. Tingkatkan perawatan pasien melalui kerja Tim dengan berusaha
memahami perawat di ICU
2. Komunikasi dengan perawat untuk mengkaji pasien dan pastikan pasien
dalam kondisi stabil
3. Baca dan pahami status / MR pasien sebelum melakukan tindakan
Fisioterapi dan konsulkan kepada Supervisor Fisioterapi terhadap segala
perubahan pasien ( kondisi terkini, perubahan instruksi dan lain-lain)
4. Observasi peralatan yang terpasang pada pasien termasuk posisi/lokasi
peralatan tersebut
5. Perkenalkan diri kepada pasien dan keluarga pasien yang ada diruangan
dan jelaskan tentang tujuan kita berada di ICU
6. Tangani pasien seperti pasien lainnya
7. Periksa tanda-tanda vital sebelum memulai intervensi
8. Cuci tangan sebelum dan setelah menangani pasien
9. Ikuti tindakan pencegahan standar umum / kewaspadaan universal
(universal precaution)
10. Tutup tirai ketika melakukan tindakan dan upayakan pasien menggunakan
pakaian dalam

2
11. Pindahkan semua perlengkapan bergerak (kursi dan lain-lain) sebelum
melakukan tindakan, kecuali peralatan tersebut diperlukan.
12. Minta kepada perawat untuk memberikan slang oksigen yang lebih panjang
atau kereta tabung oksigen untuk mempermudah ambulasi
13. Pastikan tempat tidur terkunci dengan baik saat akan pindahkan pasien dan
dorong tempat tidur kearah dinding
14. Pasang belt/sabuk pengikat untuk keamanan pasien sebelum ambulasi atau
dipindahkan
15. Pasang kaos kaki atau alas kaki dan pakaian (gaun Rumah sakit) yang
memadai sebelum ambulasi
16. Pindahkan semua slang dan peralatan ( slang kateter, IV dan oksigen) ke
sisi tempat tidur pasien untuk mencegah penarikan slang. Bila mesin EKG
digunakan, tanya perawat apakah ujung electrode EKG perlu dipindahkan sebelum
ambulasi
17. Hindari meninggikan kantong kateter diatas pelvis, untuk mencegah alirab
balik urine
18. Periksa semua slang terhadap lekukan yang dapat menghambat aliran
19. Minta kepada perawat untuk melepas slang lambung/Nasogastric Tube
(NGT) dari mesin sebelum melakukan intervensi Fisioterapi, khususnya bila pasien
akan digerakkan, karena menarik slang lambung akan menyebabkan peritonitis
20. Periksa IV sebelum memulai intervensi dan pastikan IV dalam kondisi dan
posisi aman, hubungi perawat bila IV tampak berisiko tersumbat
21. Periksa apakah elektrode EKG telah tercabut bila alarm EKG berbunyi dan
hubungi perawat
22. Tinggalkan pasien dalam ruangan seperti sedia kala
23. Diskusikan setiap perubahan pada status pasien dengan Supervisor
24. Ikuti semua protocol program Fisioterapi dan Institusi pada kejadian tertusuk
jarum, untuk menghindari penularan/infeksi

D. Peralatan yang digunakan di ICU


1. Slang arteri dan intra arterial
Slang intra arterial dapat dipasang ke arteri radialis atau aksilaris ekstremitas
atas atau arteri femoralis pada ekstremitas bawah. Prosedur pemasangan slang
serupa dengan yang digunakan untuk pemasangan IV, kecuali slang yang biasa
dijahit ke kulit untuk mencegah berpindah. Slang memiliki panjang 120 cm dan

3
konsistensinya kaku, sehingga tidak akan tertekan selama darah mengalir /
berdenyut. Slang dipasang ke monitor tekanan darah yang terpasang di kepala
tempat tidur. Pemasangan slang arteri memungkinkan pengukuran konstan
tekanan darah untuk individu yang memerlukan pengamatan tanda-tanda cital
secara cermat dan juga untuk mengambil sampel darah arteri pada pemeriksaan
gas darah dan pemeriksaan laboratorium lainnya.
2. Tekanan darah/Sphygmo manometer
Pemantauan tekanan darah merupakan hal yang penting pada pasien ICU.
Tekanan darah diperiksa oleh perawat setiap jam dan dicatat dalam status pasien
sehingga setiap perubahan tekanan darah dapat diobservasi. Pada beberapa
kasus, alat ukur tekanan darah yang diatur waktu secara otomatis dipasang ke
pasien pada manset di lengan diatas arteri brakhialis dan memeriksa tekanan darah
pada waktu tertentu yang telah diatur.
3. Monitor EKG
Digunakan untuk mendeteksi sinyal biolistrik jantung dan menghasilkan
rekaman berupa grafik pada kertas perekam sehingga bias didiagnosa kelainan
pada jantung
4. Suction pump
Digunakan untuk menghisap cairan yang tidak dibutuhkan pada tubuh
manusia. Alat hisap ini dipasang ke system vakum yang terletak di dinding ruang
ICU. Fisioterapis tidak akan terlibat secara langsung dengan tindakan suction.
5. Ventilator mekanik
Alat bantu pernafasan untuk mengontrol, membantu atau mengambil alih
fungsi pernafasan. Ventilator mekanik merupakan salah satu dari dua jenis
ventilator utama yaitu ventilator daur tekananatau ventilator kitar volume. Ventilator
mekanik mengantarkan campuran dari oksigen dan udara melalui slang
endotrakeal trakeostomi atau melalui berbagai masker yang dapat menutu hidung
dan mulut. Ventilator kitar volume memberikan volume tidal udara ke pasien sesuai
dengan kebutuhan pasien yang ditentukan oleh tim pernafasan.
6. Defibrilator
Digunakan untuk resusitasi jantung pada saat jantung pasien mengalami
fibrilasi, dengan memberikan energi kejut listrik untuk mengaktifkan kembali
aktivitas jantung.

4
7. Infant incubator
Digunakan untuk merawat bayi yang premature dengan berat badan rendah
dalam temperature dan kelembaban yang stabil
8. Photo therapy
Digunakan untuk therapy pada bayi kuning
9. Infusion pump
Digunakan untuk mengatur jumlah cairan infus yang dimasukkan kedalam
sirkulasi aliran darah pasien secara langsung melalui vena
10. Syringe pump
Digunakan untuk mengatur jumlah injeksi /obat dalam syringe yang akan
diberikan kepada pasien
11. Bed side monitor/pasien monitor
Digunakan untuk memonitor vital sign pasien seperti detak jantung, nadi,
tekanan darah, temperature tubuh, bentuk pulsa secara terus menerus
12. Central monitor
Digunakan untuk memonitor vital sign pasien dalam rangka observasi
beberapa pasien sekaligus, berdasarkan data dari bed side monitor
13. Oksigen
Penggunaan oksigen lazim di ICU untuk mempertahankan kadar normal
saturasi oksigen di daerah arteri. Oksigen biasanya diberikan dari unit di kepala
tempat tidur dan dipompakan secara langsung dari pipa didinding dari lokasi sentral
Rumah sakit.
14. Oksimeter nadi
Digunakan untuk mengukur jumlah saturasi oksigen hemoglobin di daerah
arteri, juga disebut saturasi arteri (SaO2) atau saturasi oksigen perifer (SpO2)
15. Drainase paska bedah
Digunakan pada berbagai jenis pembedahan seperti pembedahan jantung,
paru, ortopedi dan pembedahan lainnya. Drainase digunakan untuk mengalirkan
darah atau cairan yang berlebihan dari tempat pembedahan setelah pasien kembali
ke ruangan atau untuk mencegah tertutupnya luka ketika terjadi infeksi
16. Kateter urine
Kateter urine menetap juga disebut kateter Foley. Alat ini digunakan agar
pasien tetap dalam kondisi kering guna mencegah luka dekobitus dan kerusakan

5
kulit. Pada pasien yang tidak dapat bergerak, kateter urine dapat dipasang
beberapa hari.
17. Instrumen set standar
Merupakan standar instrument set yang digunakan pada situasi emergensi
dimana pasien membutuhkan tindakan segera.
18. Material dan bekal kesehatan lain

E. Penyebab pasien dirawat di ICU


Pada beberapa kasus banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, contoh dokter
bedah dapat menentukan pasien perlu dirawat di ruang ICU untuk pemantauan setelah
bedah mayor. Keputusan ini kemungkinan dilakukan jika pasien memiliki kondisi
pernafasan atau jantung sebagai faktor komorbid. ICU memungkinkan dilakukannya
pemantauan tanda-tanda vital secara cermat dan dapat memberikan pasien bantuan
pernafasan dan lainnya lebih mudah.
Kasus lain yang dirawat di ICU termasuk individu yang mengalami infark myokard,
stroke (Cerebrovascular accident), cedera kepala, trauma, luka bakar ekstensif,
pembedahan umum, penyakit ginjal tahap akhir dan pasien yang mengalami distress
nafas atau yang memerlukan pemantauan ketat akibat tidak terkendalinya hipertensi atau
ketidak seimbangan elektrolit. Beberapa penyakit dan kondisi yang umum dirawat di ICU;
1. COPD; Chronic obstructive pulmonary disease
2. CVA; Cerebro vascular accident
3. CHF; Congestive heart disease
4. ASHD; Athero sclerotic heart disease
5. PVD; Peripheral vascular disease
6. IDDM; Insuline dependent diabetes mellitus
7. ESRD; End-stage renal disease
8. Dan lain-lain
F. Intervensi fisioterapi pada pasien di ICU
Peran Fisioterapi di ICU akan beragam, sesuai dengan kualifikasi Rumah sakit.
Intervensi fisioterapi bagi pasien di ICU secara umum sama dengan intervensi pasien di
luar ICU, yaitu dimulai dari; mengenal masalah penyakit/kesehatan pasien, melakukan
prosedur asesmen dan intervensi Fisioterapi
1. Mengenal masalah kesehatan/penyakit pasien
Pada tahap ini fisioterapis harus memahami tentang pengertian, klasifikasi,
prevalensi, insidensi, etiologi, faktor risiko dan patokinetik kasus yang ditangani.

6
2. Prosedur asesmen fisioterapi
Pada tahap ini fisioterapis melakukan prosedur asesmen sesuai dengan
analisis ICF antara lain;
a. Pemeriksaan fisioterapi; history taking, skrining regional dan tes
singkat, ROS/Red Flag, pemeriksaan menggunakan EBP
b. Pemeriksaan penunjnag; radiologis, laboratorium dan lain-lain
c. Penetapan diagnosis fisioterapi
d. Prognosis fungsional
3. Intervensi fisioterapi; rencana intervensi dan prosedur intervensi
a. Rencana intervensi
Pada tahap rencana intervensi, maka terlebih dahulu fisioterapis
harus memberikan penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan,
rencana intervensi dan hasil yang diharapkan. Serta persetujuan pasien
(informed consent) terhadap target, tujuan dan tindakan intervensi fisioterapi.
Perencaan intervensi disesuaikan dengan target antara lain; Body
structure and function impairment target, Activity limitation and participation
restriction targets, dan Contextual faktors targets
b. Prosedur intervensi
Pada tahap prosedur intervensi fisioterapi dapat dipilah menjadi
penatalaksanaan operatif dan non operatif.
c. Edukasi kesehatan dan Fisioterapi
Menyangkut beberapa program intervensi/latihan yang dapat
dilakukan secara mandiri atas petunjuk fisioterapis
d. Reevaluasi: resume penghentian, referral/ merujuk, perubahan,
objective evaluation dan outcome measure
Outcome measure : Nyeri (NRS/VAS/VDS); ROM ; Disabilitas/Fungsional
Kriteria rujukan : bila target/hasil intervensi tidak tercapai sesuai waktu
Kriteria penghentian : target /hasil intervensi telah tercapai
e. Dokumentasi: Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS

G. Beberapa kasus spesifik di ICU


1. Luka bakar
Pasien luka bakar umumnya masuk ke ruang perawatan ICU bila di Rumah
sakit tersebut tidak memiliki unit luka bakar. Pada banyak kasus, pasien yang
mengalami luka bakar hebat akan dipindahkan ke Rumah sakit yang memiliki unit

7
luka bakar, akan tetapi pada beberapa kasus hal ini tidak mungkin dilakukan.
Setelah masuk ke ICU, penatalaksanaan awal adalah menyelamatkan jiwa.
Pencegahan infeksi penting ketika pasien dalam kondisi stabil
Intervensi fisioterapi
Intervensi fisioterapi dapat mencakup fisioterapi paru, perawatan luka,
posisi, latihan ROM, mobilitas di tempat tidur, bantuan pemindahan dan ambulasi
jika diperlukan. Protokol kesehatan standar untuk melindungi pasien dari infeksi;
fisioterapis sering mencuci tangan, gunakan sarung tangan dan jubah khusus serta
mengikuti semua tindakan pencegahan isolasi.
Tindakan pencegahan dan pertimbangan untuk intervensi fisioterapi
a. Pasien biasanya menggunakan tempat tidur khusus yang asing bagi
fisioterapis dengan sisi yang keras dan sulit bagi fisioterapis untuk mencapai
pasien.
b. Lakukan intervensi secara hati-hati dan meminimalkan waktu kontak
dengan area cedera (luka bakar) untuk mengurangi nyeri
c. Kembalikan pasien ke posisi semula setelah melakukan intervensi
d. Kadang fisioterapis dilibatkan pada perawatan luka menggunakan
stimulasi elektrik atau ultrasound

2. Stroke
Pasien stroke atau Cerebrovascular accident memerlukan beberapa waktu
perawatan di ICU sampai kondisi stabil.
Intervensi fisioterapi
Intervensi fisioterapi untuk pasien stroke di ICU; latihan moblitas ditempat
tidur dan pengaturan posisi, latihan ROM ekstremitas yang terkena dan latihan
aktif-pasif pada ekstremitas yang lain. Fisioterapis juga dapat berperan pada
pemindahan pasien dari tempat tidur ke kursi dan ambulasi bila diperlukan. Kondisi
pasien kemungkinan masih terpasang slang oksigen, kateter urine, monitor EKG,
slang pemberi makan(NGT). Pasien dapat mengalami disorientasi mental atau tidak
dapat memahami instruksi atau tidak dapat berkontribusi pada aktivitas yang
diarahkan, dalam hal ini fisioterapis perlu menyertakan keluarga pada prosen
intervensi.
Tindakan pencegahan dan pertimbangan untuk intervensi fisioterapi

8
a. Lakukan pengamatan / observasi pasien secara cermat sebelum
intervensi terutama pada perubahan tanda-tanda vital, warna bibir atau
telinga untuk sianosis
b. Observasi pasien untuk tanda-tanda kelelahan
c. Observasi pasien untuk tanda-tanda perubahan bicara (pelo) yang
mengindikasikan stroke lebih lanjut
d. Jika pasien sedang diet cairan kental akibat masalah menelan, jangan
berikan air minum, akan berdampak pada aspirasi (cairan masuk ke dalam
paru)
e. Fisioterapi berdiri pada posisi yang sakit untuk memotivasi pasien
menolehkan kepala ke posisi sakit
f. Kenalkan diri kepada pasien dan jelaskan tentang apa yang akan kita
lakukan
g. Berikan instruksi / aba-aba dengan kalimat pendek dan sederhana
h. Biarkan pasien melakukan sendiri aktivitas intervensi, bantuan
diberikan bila diperlukan
i. Sesi terapi lakukan sesingkat mungkin sekitar 15 menit pada tahap
awal dan amati faktor kelelahan pasien
j. Pasien stroke kadang-kadang tidak dapat tolerans terhadap beberapa
jenis latihan pada tahap awal
k. Minta bantuan untuk pemindahan pasien terutama saat pertama kali
l. Hindari berdiksui dengan keluarga terkait prognosis, focus diskusi
tentang terapi saja.

3. Gagal ginjal akhir


Pasien gagal ginjal tahap akhir yang dirawat di ICU biasanya menunggu
transplantasi ginjal atau mungkin mereka berada pada tahap akhir penyakit.
Intervensi fisioterapi
Pasien gagal ginjal tahap akhir sangat cepat mengalami kelelahan,
kemungkinan mendapatkan terapi oksigen dan mendapatkan asupan nutrisi
intravena, kateter serta EKG. Pasien gagal ginjal tahap akhir mempunyai asupan
cairan yang terbatas dan tidak diizinkan untuk mendapatkan air minum, meskipun
pada beberapa kasus mereka diizinkan untuk mengisap batu es. Intervensi
fisioterapi dapat mencakup mobilitas di tempat tidur, program latihan untuk

9
mempertahankan kekuatan dan fungsi, membantu pemindahan dan ambulasi
minimal.
Tindakan pencegahan dan pertimbangan untuk intervensi fisioterapi
a. Mengikuti semua rekomendasi spesifik tentang perubahan posisi
pasien untuk mencegah dekubitus
b. Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda sianosis, pastikan
selama intervensi fisioterapi pasien tetap menggunakan oksigen
c. Observasi tanda-tanda kelelahan pasien dan pastikan intervensi yang
diberikan tidak mebuat pasien menjadi lelah
d. Gunakan instruksi atau aba-aba dengan kalimat pendek karena
kemungkinan pasien mengalami disorientasi, usahakan intervensi fisioterapi
tahap pertama berlangsung singkat.
e. Pasien mungkin tidak dapat tolerans dengan beberapa jenis intervensi
pada tahap pertama.
f. Bila terdapat ketidak sesuaian rencana intervensi dengan penjelasan
dokter, segera konsulkan kepada fisioterapis supervisor

4. Infark myokard
Individu yang mengalami infark myokard biasanya dirawat di ICU atau ICCU
dengan tujuan untuk memantau jantung dan mempertahankan hidup.
Intervensi fisioterapi
Intervensi fisioterapi dilakukan ketika pasien infark myokard memiliki tanda-
tanda vital yang stabil dan tidak ada bukti terjadi infark lebih lanjut. Intervensi yang
dilakukan; mobilitas di tempat tidur, penguatan otot-otot ekstremitas atas dan
bawah, memindahkan pasien dari dank e tempat tidur (bila telah diizinkan),
ambulasi ditempat tidur bila tanda-tanda vital stabil.
Tindakan pencegahan dan pertimbangan untuk intervensi fisioterapi
a. Memantau secara cermat tanda-tanda vital dan indikasi stress fisik
selama intervensi fisioterapi
b. Kewaspadaan ketika memindahkan pasien dari tempat tidur untuk
memastikan tekanan darah tetap dalam rentang batas yang dapat diterima.
Pasien sering kali menyangkal setelah infark myokard dan mungkin tidak
menjelaskan terjadinya peningkatan gejala ketika melakukan aktivitas
c. Saat intervensi fisioterapi, dianjurkan untuk meminta bantuan bila
akan memindahkan pasien

10
d. Intervensi fisioterapi dihentikan atau tidak dapat dilakukan bila tanda-
tanda vital pasien tidak stabil

5. Nyaris tenggelam
Pasien nyaris tenggelam seringkali mengalami kondisi serius saat di ICU.
Pasien yang selamat dari nyaris tenggelam biasanya berumur dibawah 15 tahun
dan kebanyakan Laki-laki. Derajat anoksia otak dan perubahan pada paru pada
pasien nyaris tenggelam bergantung pada lamanya di air.
Intervensi fisioterapi
Intervensi fisioterapi ditujukan untuk pengembalian gerak fungsional dan
teknik terapi neurodevelopmental, pengaturan posisi pasien untuk mencegah
decubitus dan intervensi gangguan pernafasan.
Tindakan pencegahan dan pertimbangan untuk intervensi fisioterapi
a. Perhatikan tingkat kesadaran pasien sesuai Glasgow Coma Scale
(GCS). Nilai Koma; ( E + M + V ) = 3 sampai 15
Derajat kesadaran
1) Komposmentis : CGS = 14 – 15
2) Apatis : CGS = 12 – 13
3) Somnolen : GCS = 10 – 11
4) Delirium : GCS = 7 – 9
5) Stupor/Soporis Coma : GCS = 4 – 6
6) Koma : GCS = 3
b. Tidak menggunakan pakaian berwarna mencolok karena dapat
menstimulasi jarak sensoris berlebihan dan menyebabkan distress pada
pasien
c. Pastikan jadwal fisioterapi tidak bersamaan dengan program
perawatan laiunnya (koordinasi dengan perawat ICU)
d. Periksa apakah diizinkan untuk memberikan cairan kepada pasien.
Tanda NPO (non per os) dipasang diatas kepala pasien, artinya tidak
diperbolehkan memberikan cairan melalui oral. Jika pemberian cairan per
oral diizinkan, maka laporkan setiap asupan cairan per oral kepada perawat
ICU, karena asupan dan pengeluaran cairan dipantau di ICU
e. Perkenalkan diri dan tujuan yang akan dilakukan. Pasien nyaris
tenggelam biasanya dalam kondisi setangah koma

11
f. Upayakan pasien melakukan semua instruksi intervensi fisioterapi
yang diberikan, bantuan bila diperlukan saja
g. Observasi perubahan tanda-tanda vital dan sianosis (warna bibir dan
telinga). Pastikan slang oksigen tetap berada pada tempatnya selama
intervensi Fisioterapi. Biasanya oksigen dimasukkan melalui trakeotomi
h. Pasien nyaris tenggelam kemungkinan tidak dapat tolerans dengan
intervensi lebih dari beberapa menit, sehingga intervensi mungkin hanya
dilakukan dalam waktu relatif singkat

6. Pembedahan jantung, ortopedi dan internal mayor


Pasien yang dirawat di ICU segera setelah proses pembedahan antara lain
a. Pasca pembedahan jantung terbuka
b. Pasca pembedahan ortopedi (THR)
c. Pasca pembedahan mayor yang memerlukan pemantauan tanda-
tanda vital secara konstan, bantuan pernafasan, pasien dengan NGT dan
pasien dengan penyakit komorbid jantung dan ginjal
d. Pasca pembedahan koreksi trauma mayor
e. Pasien suspek infark myokard atau stroke (CVA)
12
f. Pasien yang memerlukan ruangan sendiri / pribadi akibat gangguan
system imun
Intervensi fisioterapi
Intervensi fisioterapi pada pasien pasca pembedahan di ICU mencakup
postural drainage, teknik higienisasi paru, latihan/mobilitas di tempat tidur, latingan
penguatan ekstremitas atas dan bawah, pemindahan dan ambulasi.
Tindakan pencegahan dan pertimbangan untuk intervensi fisioterapi
a. Baca status pasien terutama evaluasi teraakhir dari dokter operator
sebelum intervensi fisioterapi untuk menentukan rencana intervensi
fisioterapi
b. Koordinasi dengan perawat ICU tentang jadwal tindakan terhadap
pasien, sehingga intervensi fisioterapi tidak bersamaan dengan tindakan
lainnya.
c. Pasien dengan pemasangan traksi ditempat tidur, hanya dapat
dilakukan latihan mobilisasi di tempat dan perubahan posisi dengan
menggunakan alat / overhead pulley untuk dapat duduk dari posisi tidur
d. Lakukan intervensi awal dalam waktu singkat dan amati faktor
kelelahan pasien.
e. Upayakan agar pasien melakukan sendiri intervensi fisioterapi,
bantuan diberikan bila dibutuhkan
f. Observasi secara cermat perubahan tanda-tanda vital dan sianosis
(warna bibir dan telinga), bila pasien menggunakan oksigen, pastikan slang
oksigen tetap melekat pada pasien
g. Perlu diingat bahwa intervensi fisioterapi pasien ICU hanya terbatas
pada latihan pernafasan dan mobilisasi di tempat tidur, kecuali bila pasien
memang perlu dipindahkan ke kursi atau ambulasi terbatas
h. Pastikan untuk menetapkan alat bantu yang akan digunakan

7. Cedera otak traumatis


Cedera otak traumatis (traumatic brain injury) atau cedera kepala (head
injury) merupakan cedera eksternal pada kepala yang menyebabkan kerusakan
pada jaringan otak. Cedera kepala dapat menyebabkan berbagai manifestasi
neurologis , tergantung pada area otak yang mengalami cedera. Pasien pada
umumnya tidak sadar atau semi koma. Pemantauan pasien pada beberapa

13
alat/mesin mencakup; tekanan darah, kateter urine, slang arteria tau infus, EKG,
kemungkinan trakeotomi dengan oksigen dan monitor tekanan intra kranial
Intervensi fisioterapi
Intervensi fisioterapi diarahkan untuk perbaikan deficit motorik, namun
tingkat pengembangan cognitive pasien juga perlu dipertimbangkan. Pasien yang
mengalami cedera otak mungkin tidak mampu mempelajari keterampilan motorik
baru atau memahami instruksi sederhana. Pada tahap perawatan akut, intervensi
fisioterapi bergantung pada lamanya waktu pasien dirawat di ICU. Jika pasien
menggunakan mesin respirasi akibat kerusakan batang otak maka intervensi
fisioterapi diarahkan untuk pengaturan posisi baik ditempat tidur maupun di kursi
untuk mencegah kontraktur dan decubitus, drainage postural, teknik hygiene paru,
latihan aktif asistif, latihan ROM, latihan mobilisasi di tempat tidur dan ambulasi
Tindakan pencegahan dan pertimbangan untuk intervensi fisioterapi
a. Periksa dan amati tanda-tanda vital dan tingkat tekanan intra kranial
sebelum melakukan intervensi fisioterapi.
b. Tidak menggunakan pakaian berwarna terang karena dapat
menstimulasi jarak sensoris secara berlebihan dan menyebabkan pasien
mengalami distres atau kejang
c. Meskipun pasien dalam keadaan koma, tetap bicara pada pasien
dengan menggunakan kalimat singkat dan mudah, untuk menstimulasi
kembalinya kesadaran pasien
d. Observasi respon pasien terhadap gerakan, , kedipan mata, dilatasi
pupil, respon menarik ekstremitas. Setiap perubahan atau perkembangan
respon dicatat dalam status pasien.
e. Durasi intervensi dilakukan sesingkat mungkin dan sertakan keluarga
dalam beberapa teknik intervensi termasuk memantau perkembangan dan
perubahan tanda-tanda vital

H. Masalah etik dan legal


Masalah etik dan legal untuk fisioterapis yang bekerja di ICU sama seperti tatanan
praktik lain. Setiap pasien berhak mendapatkan intervensi terapi terbaik yang dapat
diberikan. Masalah hak mengakhiri hidup dan hak untuk menolak terapi menjadi masalah
yang mendesak dalam tatanan ini. Penolakan pasien terhadap intervensi terapi harus
diperlembut dengan memberikan penjelasan terkait alasan penolakan tersebut seperti;

14
pasien sangat lelah dan tidak mampu melakukan fisioterapi atau pasien baru kembali dari
pemeriksaan medis lain dan terlalu lelah untuk fisioterapi.
Banyak pasien di ICU memiliki prognosis yang buruk dan mungkin tidak mampu
bertahan. Fisioterapis disiapkan untuk menghadapi kematian pasien dan mampu
memberikan kenyamanan pada keluarga bahwa kematian merupakan bagian integral dari
hidup. Menunjukkan perasaan empati kepada pasien dan keluarga menjelang ajal. Selalu
diingat untuk menjaga perkataan pada pasien menjelang ajal, karena indera pendengar
dianggap menjadi indera terakhir yang menghilang. Selalu orientasikan pasien terhadap
tahun, bulan, minggu, hari dan tanggal, sehingga mereka dapat merasakan bagian hidup
hingga akhir.

15
16

Anda mungkin juga menyukai