Bedah jantung adalahUsaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung.
2.2 Klasifikasi
1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung
dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga
jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh VSD,
Koreksi Tetralogi Fallot.
2. Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama pada
anak-anak (pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
3. Operasi paliatif, yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan operasi
yang definitive atau total koreksi karena operasi total belum dapat dikerjakan saat itu,
misalnya shunt aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.
4. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami insufisiensi.
5. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan.
6. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan arteri
koroner.
7. Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen pada anak-anak dengan blok
total atrioventrikel.
8. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin diperbaiki
lagi dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena sebab lain.
1. Elektrokardiografi (EKG) yaitu penyadapan hantaran listrik dari jantung memakai alat
elektrokardiografi.
2. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto oesophagogram untuk melihat
pembesaran atrium kiri (foto lateral).
3. Fonokardiografi
4. Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai gelombang pendek dan
pantulan dari bermacam-macam lapisan di tangkap kembali. Sehingga terlihat gambaran
rongga jantung dan pergerakan katup jantung. Selain itu sekarang ada lagi Dopler
Echocardiografi dengan warna, dimana dari gambaran warna yang terlihat bisa dilihat
shunt, kebocoran katup atau kolateral.
5. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai isotop intra vena
kemudian dengan “scanner” ditangkap pengumpulan isotop pada jantung.
6. Kateterisasi jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai kateter yang
dimasukan ke pembuluh darah dan didorong ke rongga jantung. Kateterisasi jantung
kanan melalui vena femoralis, kateterisasi jantung kiri melalui arteri femoralis.
Pemeriksaan Diagnose
EKG: untuk mengetahui disaritmia
Chest x-ray
Hasil laboratarium: darah lengkap, koagulasi, elektrolit, urium, kreatinin, BUN, Hb.
Kateterisasi
Ekhocardiografi
4. Defibrillator : Alat ini disiapkan untuk mengantisipasi aritmia yang mengancam jiwa
5. Deathermi : Melakukan pemasangan ground pad harus disesuaikan dengan ukuran untuk
mencegah panas yang terlalu tinggi pada tempat pemasangan
Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang akan dilakukan. Hal yang perlu
diperhatikan: posisi harus fisiologis, system muskuloskeletal harus terlindung, lokasi operasi
mudah terjangkau, mudah dikaji oleh anastesi,beri perlindungan pada bagian yang tertekan
(kepala, sacrum, scapula, siku, dan tumit)
Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan proparasi kulit dan drapping.
Menggunakan gaun dan sarung tangan yang steril.
2.7Perawatan Pasca-bedah
Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU.Untuk mengetahui problem pasca
bedah dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra bedah sehingga dapat diantisipasi
dengan baik.Misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain.
Perawatan Pasca Bedah Dibagi Atas
1. Perawatan di ICU.
a. Monitoring Hemodinamik.
Setelah penderita pindah di ICU maka serah terima antara perawat yang mengantar ke ICU dan
petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap penderita tersebut : Dianjurkan setiap
penderita satu perawat yang bertanggung jawab menanganinya selama 24 jam.
Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :
CVP, RAP, LAP.
Denyut jantung.
ACT.
h. Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa diketahui.
Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi di
kerjakan tiap ½ jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc untuk penderita
dewasa tiap jam dianggap sebagai perdarahan pasca bedah dan mungkin memerlukan
retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.
i. Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk melihat ke CVP, Kateter
Swan Ganz.Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem yang dihadapi
seperti komplikasi yang dijumpai.Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap
respirator segera dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
j. Fisioterapi.
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator.Bila sudah
ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural
drinase).
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua organ terus dilanjutkan.
Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca bedah.Umumnya pemeriksaan
hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan
CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :
Elektrolit thrombosis.
Ureum
Obat – obatan ini biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk akan
mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti diabet, dan vitamin
harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan sputum
yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.
Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan
dan bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus dibuka
jahitannya sehingga nanah yang ada bisa bebas keluar. Kadang-kadang perlu di kompres dengan
antiseptik supaya nanah cepat kering. Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat di buka
pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk klien yang gemuk, diabet kadang-kadang
jahitan dipertahankan lebih lama untuk mencegah luka terbuka.
Fisioterapi, setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk mencegah
retensi sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di ruangan mulai
dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan ke
kamar mandi, dan keluar dari ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Nama : tidak berpengaruh
Umur : kebanyakan disemua umur (pada anak-anak juga bisa seperti pada kelainan jantung
bawaan) (pada orang dewasa juga bisa dilakukan dengan indikasi gagal jantung) tapi lebih
sering pada anak-anak
Jenis kelamin : kebanyakan terjadi pada laki-laki tapi tidak menutup kemungkinan terjadi juga
pada perempuan
3.1.2 Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Biasanya pasien-pasien yang akan dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan datang
dengan keluhannya sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, palpitasi dan nafas cepat
Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, nafas cepat, palpitasi
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya pernah merasa sesak dan nyeri pada dada tapi hilang dengan obat warung
3.1.3Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umun: biasanya dalam keadaan lemas
TTV
- Nadi : 90-110 x/menit
- TD : 110/70-140/90 mmHg
- RR : 24-27 x/menit
- Suhu : 37,5-38.5 ̊ C
Kepala dan Leher
Rambut : Keriting, ada lesi, distribusi merata.
Wajah : Normal, konjungtiva pucat
Hidung : Pernapasan cuping hidung,Tidak ada polip
Mulut : Bersih
Leher : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
Thorax
Jantung
Inspeksi: tampak ictus cordis
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : batas jantung melebar
Auskultasi : BJ 1 dan 2 melemah, BJ S3 dan S4, disritmia, gallop
Paru
Inspeksi: pengembangan paru kanan-kiri simetris
Palpasi : ada otot bantu pernafasan
Perkusi : sonor
Auskultasi : weezing
Abdomen
Inspeksi: Bulat datar
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : -
Auskultasi : Bising usus (+)
Ekstremitas
Eks. Atas : Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Eks. Bawah :Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Sistem Integumen : kulit kering dan turgor kulit juga jelek
Genetalia : bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena adanya sesak dan nafas pendek.
5. Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di dada
6. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
7. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien malas
untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
8. Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki –laki dan akibat penyakitnya pasien tidak bisa berhubungan
seksual .
9. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
10. Pola mekanisme koping
4. Evaluasi
peningkatan
intoleransi
aktivitas.
6. Kolaborasi
dengan tim
kesehatan
dengan
pemberian
diuretic, thiazide
dan pengganti
potasium.
Bila pasien telah dipindahkan ke unit perawatan kritis, 4-12 jam sesudahnya, harus dilakukan
pengkajian yang lengkap mengenai semua system untuk menetukan status pascaoperasi pasien
dibandingkan dengan garis dasar perioperative dan mengetahui perubahan yang mungkin terjadi
selama pembedahan. Parameter yang dikaji adalah sebagai berikut :
1. Status neurologis :tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, refleks,
gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.
2. Status Jantung :frekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena
sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP = pulmonary artery wedge
pressure). tekanan atrium kiri (LAP), bentuk gelombang dan pipa tekanan darah invasif, curah
jantung atau indeks. tahanan pembuluh darah sistemik dan paru, saturasi oksigen arteri paru bila
ada, drainase rongga dada, dan status serta fungsi pacemaker.
3. Status respirasi : gerakan dada, suara napas, penentuan ventilator (frekuensi, volume tidal,
konsentrasi oksigen, mode [mis, SIMV], tekanan positif akhir ekspirasi [PEEP], kecepatan
napas, tekanan ventilator, saturasi oksigen anteri (SaO2), CO2 akhir tidal, pipa drainase rongga
dada, gas darah arteri.
4. Status pembuluh darah perifer :denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa, bibir dan
cuping telinga, suhu kulit, edema, kondisi balutan dan pipa invasif.
5. Fungsi ginjal :haluaran urin, berat jenis urin, dan osmolaritas.
6. Status cairan dan elektrolit asupan : haluaran dan semua pipa drainase. semua parameter curah
jantung, dan indikasi ketidakseimbangan elektrolit berikut:
a. Hipokalemia : intoksikasi digitalis, disritmia (gelombang U, AV blok, gelombang T yang datar
atau terbalik).
b. Hiperkalemia : konfusi mental, tidak tenang, mual, kelemahan, parestesia eksremitas, disrirmia
(tinggi, gelombang T puncak, meningkatnya amplitudo, pelebaran kompleks QRS; perpanjangan
interval QT).
c. Hiponatremia : kelemahan, kelelahan, kebingungan, kejang, koma.
d. Hipokalsemia parestesia, spasme tangan dan kaki, kram otot, tetani.
e. Hiperkalsemia intoksikasi digitalis, asistole.
7. Nyeri :sifat, jenis, lokasi, durasi, (nyeri karena irisan harus dibedakan dengan nyeri angina),
aprehensi, respons terhadap analgetika.
Beberapa pasien yang telah menjalani CABG dengan arteri mamaria interna akan mengalami
parestesis nervus ulnaris pada sisi yang sama dengan graft yang diambil. Parestesia tersebut bisa
sementara atau permanen. Pasien yang menjalani CABG dengan arteri gastroepiploika juga akan
mengalami ileus selama beberapa waktu pascaoperatif dan akan mengalami nyeri abdomen pada
tempat insisi selain nyeri dada.
Pengkajian juga mencakup observasi segala peralatan dan pipa untuk menentukan apakah
fungsinya baik: pipa endotrakheal, ventilator, monitor CO2 akhir tidal, monitor SaO2, kateter
arteri paru, monitor saturasi oksigen arteri paru (SavO2), pipa arteri dan vena, alat infus
intravena dan selang, monitor jantung, pacemaker, pipa dada, dan sistem drainase urin.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma akibat pembedahan dada ekstensi.
4. Terjadinya hipertermi berhubungan dengan terjadinya infeksi atau sindrom pasca
perikardiotomi.
3.2.5Proses Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1 Menurunnya curah Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui
jantung proses keperawatan keadaan umum
berhubungan dengan selama 2x24 jam pasien
kehilangan darah diharapkan curah 2. Raba nadi (radial, 2. perbedaan
dan fungsi jantung jantung pasien carotid, femoral, frekuensi, kesamaan
yang terganggu. normaluntuk menjaga dorsalis pedis) catat dan keteraturan nadi
gaya hidup yang frekuensi, menunjukkan efek
diinginkan dengan keteraturan, gangguan curah
KH : amplitude jantung pada
K : pasien dan keluarga (penuh/kuat) dan sirkulasi
pasien mengetahui apa simetris. Catat sistemik/perifer.
yang menyebabkan adanya pulsus
dari menurunnya curah alternan, nadi
jantung. bigeminal, atau
A : pasien dan keluarga deficit nadi. 3. disritmia khusus
pasien bisa 3. Auskultasi bunyi lebih jelas terdeteksi
menunjukan jantung, catat dengan pendengaran
bagaimana cara untuk frekuensi, irama. dari pada dengan
menjaga curah jantung Catat adaya denyut palpasi.
tetap stabil. jantung ekstra, Pendenganaran
P : pasien dan keluarga penurunan nadi. terhadap bunyi
pasien bisa jantung ekstra atau
mempertahankan curah penurunan nadi
jantung tetap stabil membantu
P : - TTV normal : (TD mengidentifikasi
: 110/70-120/80 disritmia pada
mmHg, Suhu: 36,5- pasien tak terpantau
37,50 C, RR: 16-24 4. untuk mengetahui
x/mnt, Nadi: 60-100 4. Pantau keluaran fungsi ginjal
x/mnt urin 5. untuk
- Tidak ada bunyi 5. Pantau status mengevaluasi
jantung tambahan S3 kardivaskuler setiap efektifitas
(gallop) dan S4 jam sampai stabil pengobatan, banyak
(murmur) melalui parameter parameter
- keluaran urin adekuat hemodinamik digunakan untuk
- tidak ada edema mengevaluasi fungsi
- Peralatan pemantau kardiovaskuler
hemodinamik
6. Kolaborasi obat 6. Meringankan
memperlihatkan hasil
normal ( tekanan vena anti aritmia beban jantung
central (CVP) normal
antara 2-8 mmHg atau
3-11 cm air, curah
jantung normal antara
3-5L/menit, tekanan
kapiler pulmonal
(PCWP) normal yaitu
6-12 mmHg, indeks
jantung normal 2,5-3,5
L/mnt/mm2, tekanan
vaskuler sistemik
normal antara 600-
1400 dynes/sec, rerata
tekanan arteri normal
70-100mmHg)
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui
pertukaran gas proses keperawatan keadaan umum
berhubungan dengan selama 1x24 jam pasien
trauma akibat pertukaran gas adekuat 2. Pantau gas darah 2. AGD dan volume
pembedahan dada dengan KH : volume tidal, tidal menunjukan
ekstensi. K : pasien dan keluarga tekanan inspirasi efektifitas ventilator
pasien mengetahui puncak, dan dan perubahan yang
penyebab dari parameter ektubasi harus dilakukan
gangguan pertukaran untuk memperbaiki
gas pertukaran gas
A : pasien dan keluarga 3. Sianosis kuku
pasien mampu 3. Observasi warna menunjukkan
menunjukan kulit, membran vasokontriksi
bagaimana cara mukosa dan kuku. respon tubuh
mengatasi gangguan Catat adanya terhadap
pertukaran gas sianosis perifer demam/menggigil
P : pasien dan keluarga (kuku) atau sianosis namun sianosis
pasien mampu sentral. pada daun telinga,
mengatasi gangguan membran mukosa
pertukaran gas dan kulit sekitar
P : - TTV normal : (TD mulut menunjukkan
: 110/70-120/80 hipoksemia
mmHg, Suhu: 36,5- sistemik.
37,50 C, RR: 16-24 4. Auskultasi dada 4. Krekel
x/mnt, Nadi: 60-100 terhadap suara nafas menunjukan
x/mnt kongesti paru,
-AGD normal : (PO2 : penurunan atau
80-95 mmHg, PCO2 : hilangnya suara
35-45 mmHg, HCOO-3 nafas menunjukan
: 21-26 mmHg, PH : 5. Berikan fisioterapi pneumothoraks
7,35- 7,45, SO2 : 90- dadasesuai resep 5. Membantu
100 mmHg) mencegah retensi
- suara nafas vesikuler sekresi dan
- jalan nafas tidak 6. Anjurkan untuk athelektasis
terganggu menarik nafas 6. Membantu
- mukosa dan dasar dalam, batuk efektif, menjaga jalan nafas
kuku berwarna merah berpindah posisi, tetap paten,
muda memakai spirometer mencegah
dan mematuhi terapi atelectasis dan
nafas. memungkinkan
pengembangan
paru.
3 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Observasi TTV. 1. Untuk
dengan trauma proses keperawatan mengetahui keadaan
operasi. selama 1x24 jam umum pasien.
diharapkan nyeri 2. Tentukan riwayat 2. Untuk
pasien dapat berkurang nyeri misalnya mengetahui skala
dengan KH: lokasi, frekuensi, nyeri.
K : pasien dan keluraga durasi
pasien mengetahui 3. Berikan tindakan 3. Meringankan
penyebab dari nyerinya kenyamanan dasar nyeri dan
A : pasien dan keluarga (reposisi, gosok memberikan rasa
pasien mampu punggung) dan nyaman.
menunjukan aktivitas hiburan
bagaimana cara 4. penggunaan
menangani nyerinya ketrampilan 4. Memberikan rasa
P : pasien dan keluarga manajemen nyeri nyaman pada saat
pasien mampu (teknik relaksasi, nyeri.
mengatasi nyerinya visualisasi,
P : - TTV normal : (TD bimbingan imajinasi)
: 110/70-120/80 musik, sentuhan
mmHg, Suhu: 36,5- terapeutik
37,50 C, RR: 16-24 5. kontrol Kolaborasi 5. Untuk
x/mnt, Nadi: 60-100 : berikan analgesik mempercepat
x/mnt sesuai indikasi hilangnya nyeri dan
Skala nyeri normal (1- misalnya Morfin untuk penghilang
3) metadon atau rasa nyeri.
Wajah tidak meringai campuran narkotik
kesakitan
4 Terjadinya Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui
hipertermi proses keperawatan khususnya suhu keadaan umum
berhubungan dengan selama x24 jam pasien pasien
terjadinya infeksi dapat melakukan 2. Gunakan teknik 2. Menurunkan
atau sindrom aktifitas seperti biasa steril saat mengganti kemungkinan
pascaperikardiotomi. dengan KH : balutan terjadinya infeksi
K : pasien dan keluarga
3. Observasi adanya 3. Terjadi pada 10%
pasien mengetahui gejala sindrom pasca sampai 40% pasien
penyebab hipertermi perikardiotomi : setelah bedah
atau demam demam, malese, jantung
A : pasien dan keluarga efusi pericardium,
pasien mampu nyeri sendi
menunjukan cara 4. Ajarkan teknik
mengurangi demam kompres air hangat 4. Untuk mengurangi
P : pasien dan keluarga untuk mengurangi demam
pasien mampu demam
melakukan 5. Kolaborasi
pengurangan demam pemberian 5. Untuk
P : - TTV normal : (TD antiradang sesuai menghilangkan
: 110/70-120/80 resep gejala peradangan
mmHg, Suhu: 36,5- (mis : demam,
37,50 C, RR: 16-24 bengkak, rasa
x/mnt, Nadi: 60-100 penuh, kaku atau
x/mnt gatal, dan
- tidak ada bengkak kelelahan)
- tidak ada kemerahan
- tidak ada rasa nyeri
3.3Contoh Implementasi
NO.
TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON TTD
DX
25-11-2012
1,2,3,4 08.00 1. Mengobservasi TTV 1. DS : keluarga pasien
mengatakan pasien agak
mendingan
DO : TTV normal : (TD :
110/70-120/80 mmHg, Suhu:
36,5-37,50 C, RR: 16-24
x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
1 2.Meraba nadi (radial, 2. DS : pasien bisa diajak
carotid, femoral, dorsalis kerja sama
pedis) catat frekuensi, DO : frekuensi nadi
keteraturan, amplitude seimbang, teratur, tidak ada
(penuh/kuat) dan simetris. defisit nadi
Mencatat adanya pulsus
alternan, nadi bigeminal, atau
deficit nadi.
1,2 3.Mengauskultasi bunyi 3. DS : pasien bisa diajak
jantung, dan suara nafas kerja sama
DO : tidak ada bunyi jantung
tambahan S3 (gallop) dan S4
(murmur)
- suara nafas vesikuler tidak
ada krekel
1,3,4 09.00 wib 4.Kolaborasi : memberikan4. DS : pasien mengatakan
obat anti aritmia, anti radang akan segera minum obat
dan anlgesik. DO : pasien kooperatif
1 10.00 wib 5.memantau status 5. DS : pasien sudah enakan
kardivaskuler melalui DO : Peralatan pemantau
parameter hemodinamik hemodinamik
memperlihatkan hasil normal
( tekanan vena central (CVP)
normal antara 2-8 mmHg
atau 3-11 cm air, curah
jantung normal antara 3-
5L/menit, tekanan kapiler
pulmonal (PCWP) normal
yaitu 6-12 mmHg, indeks
jantung normal 2,5-3,5
L/mnt/mm2, tekanan vaskuler
sistemik normal antara 600-
1400 dynes/sec, rerata
tekanan arteri normal 70-
100mmHg)
2 11.00 wib 6. Memantau gas darah, 6. DS : pasien sudah merasa
volume tidal, tekanan enak
inspirasi puncak, dan DO : AGD normal : (PO2 :
parameter ektubasi 80-95 mmHg, PCO2 : 35-45
mmHg, HCOO-3 : 21-26
mmHg, PH : 7,35- 7,45, SO2
: 90-100 mmHg)
4 12.00 wib 7. Mengganti balutan dengan 7. DS : pasien bisa diajak
teknik steril kerjasama
DO : tidak ada tanda-tanda
infeksi
2,3,4 13.00 wib 8. mengajarkan teknik 8. DS : pasien bisa menerima
relaksasi, kompres air hangat apa yang diajarkan
dan fisioterapi dada DO : skala nyeri berkurang,
demam menurun, tidak ada
sesak dan krekel.
3.4 Evaluasi
NO
. TGL/JAM EVALUASI TTD
DX
1 25-11-2012 S:-
O : TTV normal : (TD : 110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-
37,50 C, RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt, Peralatan
pemantau hemodinamik memperlihatkan hasil normal
( tekanan vena central (CVP) normal antara 2-8 mmHg atau
3-11 cm air, curah jantung normal antara 3-5L/menit,
tekanan kapiler pulmonal (PCWP) normal yaitu 6-12
mmHg, indeks jantung normal 2,5-3,5 L/mnt/mm2, tekanan
vaskuler sistemik normal antara 600-1400 dynes/sec, rerata
tekanan arteri normal 70-100mmHg)
tidak ada bunyi jantung tambahan baik S3 maupun S4
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
2 25-11-2012 S : pasien mengatakan tidak sesak nafas
O : TTV normal : (TD : 110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-
37,50 C, RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt,AGD
normal : (PO2 : 80-95 mmHg, PCO2 : 35-45 mmHg, HCOO-3
: 21-26 mmHg, PH : 7,35- 7,45, SO2 : 90-100 mmHg)
- suara nafas vesikuler
- jalan nafas tidak terganggu
- mukosa dan dasar kuku berwarna merah muda
tidak ada sianosis, tidak ada oedema, ekstremitas hangat
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
3 25-11-2012 S : pasien mengatakan nyeri berkurang
O : TTV normal : (TD : 110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-
37,50 C, RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
, skala nyeri 1-3
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
4 25-11-2012 S : pasien mengatakan demamnya berkurang
O : TTV normal : (TD : 110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-
37,50 C, RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt, tidak ada
bengkak, tidak ada kemerahan, tidak ada rasa nyeri
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bedah jantung adalahUsaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi kelainan
anatomi atau fungsi jantung.
1. Pemeliharaan keselamatan
2. Pematauan fisiologis
3. Dukungan psikologis
4. Penatalaksanaan keperawatan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA