Asuhan adalah bantuan yang diberikan oleh tenaga paramedic (bidan, perawat) kepada
individu/klien. (Depkes, 1996) Asuhan pada pasien pre, intra dan post operasi merupakan suatu
bantuan yang diberikan oleh bidan kepada klien selama proses persiapan, proses pelaksanaan dan
proses pemulihan operasi untuk memenuhi kebutuhannya.
Keberhasilan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini
disebabkan fase preoperatif merupakan tahap awal yang menjadi landasan untuk kesuksesan
tahapan selanjutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap
berikutnya. Pengakajian secara integral meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat
diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan tindakan operasi. Adapun persiapan klien sebelum
memasuki kamar operasi, meliputi:
Konsultasi dalam rangka persiapan tindakan operasi, meliputi inform choice dan inform consent.
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum,
maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadap pasien wajib untuk menandatangani
surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien
terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan
konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut
akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan,
pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani (inform choice).
2. Pramedikasi
Pramedikasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi dilakukan. Sebagai persiapan atau
bagian dari anestesi. Pramedikasi dapat diresepkan dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan,
misalnya relaksan, antiemetik, analgesik dll. Tugas bidan adalah memberikan medikasi kepada
klien sesuai petunjuk/resep.
Semua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan, dll harus dilepas sebelum
pembedahan. Selubung gigi juga harus dilepas seandainya akan diberikan anestesi umum, karena
adanya resiko terlepas dan tertelan. Pasien mengenakan gelang identitas, terutama pada ibu yang
diperkirakan akan tidak sadar dan disiapkan juga gelang identitas untuk bayi.
5. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu persiapan di
unit perawatan dan persiapan di ruang operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan
terhadap pasien sebelum operasi antara lain :
Pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi
endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena
dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi
pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
b. Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lingkar lengan
atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen.
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan.
Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi
mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal
baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti
oligurianuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu
perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Tindakan yang bisa diberikan diantaranya
adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan
tindakan enemalavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa
dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk
menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi
feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan.
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah
yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan
luka.
f. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi, karena tubuh yang kotor dapat
merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Apabila
masih memungkinkan, klien dianjurkan membersihkan seluruh badannya sendiri/dibantu
keluarga di kamar mandi. Apabila tidak, maka bidan melakukannya di atas tempat tidur.
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk
pengongan isi kandung kemih, tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi
balance cairan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain latihan nafas dalam, latiihan
batuk efektif dan latihan gerak sendi.
Latihan nafas dalam bermanfaat untuk memperingan keluhan saat terjadi sesak nafas, sebagai
salah satu teknik relaksasi, dan memaksimalkan supply oksigen ke jaringan. Cara latihan
teknik nafas dalam yang benar adalah :
1) Tarik nafas melalui hidung secara maksimal kemudian tahan 1-2 detik
2) Keluarkan secara perlahan dari mulut
3) Lakukanlah 4-5 kali latihan, lakukanlah minimal 3 kali sehari (pagi, siang, sore)
Batuk efektif bermanfaat untuk mengeluarkan secret yang menyumbat jalan nafas. Cara batuk
efektif adalah :
Latihan gerak sendi bermanfaat untuk meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan
kekuatan otot, mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan, serta mencegah kontraktur dan
kekakuan pada sendi. Beberapa jenis gerakan sendi: fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, oposisi,
dll.
1) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah
fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnetic
Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop),
EKGECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk
memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan
apakah ada tumor ganasjinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD). Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui
apakah kadar gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan
dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan
pemeriksaan KGD 2 jam PP (post prandial).
Asuhan intra operasi merupakan bagian dari tahapan asuhan perioperatif. Aktivitas yang
dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh tenaga paramedis di
ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh paramedic difokuskan pada pasien yang menjalani
prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah-masalah fisik yang
mengganggu pasien. Perawatan intra operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang
dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang
dihadapi oleh pasien.
Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan ada tiga kelompok besar, meliputi ahli
anastesi dan perawat anastesi yang bertugas memberikan agen analgetik dan membaringkan
pasien dalam posisi yang tepat di meja operasi, ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub dan
pembedahan serta perawat intra operatif. Perawat intra operatif bertanggung jawab terhadap
keselamatan dan kesejahteraan pasien.
1. Prinsip-Prinsip Umum
Antisepsis dan asepsis adalah suatu usaha agar dicapainya keadaan yang memungkinkan
terdapatnya kuman-kuman pathogen dapat dikurangi atau ditiadakan, baik secara kimiawi,
tindakan mekanis atau tindakan fisik. Termasuk dalam cakupan tindakan antisepsis adalah selain
alat-alat bedah, seluruh sarana kamar operasi, alat-alat yang dipakai personel operasi (sandal,
celana, baju, masker, topi dan lain-lainnya) dan juga cara membersihkan/melakukan desinfeksi
dari kulit/tangan.
Teknik persiapan personel sebelum operasi meliputi 3 tahap, yaitu : scrubbing (cuci tangan
steril), gowning (teknik peggunaan gaun operasi), dan gloving (teknik pemakaian sarung tangan
steril). Semua anggota tim operasi harus memahami konsep tersebut di atas untuk dapat
memberikan penatalaksanaan operasi secara asepsis dan antisepsis sehingga menghilangkan atau
meminimalkan angka kuman. Hal ini diperlukan untuk meghindarkan bahaya infeksi yang
muncul akibat kontaminasi selama prosedur pembedahan (infeksi nosokomial).
Pasien yang akan menjalani pembedahan harus diasepsiskan. Maksudnya adalah dengan
melakukan berbagai macam prosedur yang digunakan untuk membuat medan operasi steril.
Prosedur-prosedur itu antara lain adalah kebersihan pasien, desinfeksi daerah/bagian tubuh
pasien yang dioperasi.
Instrumen bedah yang digunakan untuk pembedahan pasien harus benar-benar berada dalam
keadaan steril. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah perawatan dan sterilisasi alat,
mempertahankan kesterilan alat pada saat pembedahan dengan menggunakan teknik tanpa
singgung dan menjaga agar tidak bersinggungan dengan benda-benda non steril.
2. Hal-hal yang dilakukan oleh paramedis terkait dengan pengaturan posisi pasien
meliputi :
a. Kesejajaran fungsional
Maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi yang berbeda akan
membutuhkan posisi yang berbeda pula.
Pemajanan daerah bedah maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan tindakan
pembedahan. Dengan pengetahuan tentang hal ini paramedis dapat mempersiapkan daerah
operasi dengan teknik drapping.
b) Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi
d) Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan (jika ada perubahan)
Asuhan post operasi (segera setelah operasi) harus dilakukan di ruang pemulihan tempat adanya
akses yang cepat ke oksigen, pengisap, peralatan resusitasi, monitor, bel panggil emergensi, dan
staf terampil dalam jumlah dan jenis yang memadai.
1. Pengkajian tingkat kesadaran. Pada pasien yang mengalami anastesi general, perlu dikaji
tingkat kesadaran secara intensif sebelum dipindahkan ke ruang perawatan. Kesadaran
pasien akan kembali pulih tergantung pada jenis anastesi dan kondisi umum pasien.
2. Pengkajian suhu tubuh, frekuensi jantung/ nadi, respirasi dan tekanan darah. Tanda-tanda
vital pasien harus selalu dipantau dengan baik.
3. Mempertahankan respirasi yang sempurna. Respirasi yang sempurna akan meningkatkan
supply oksigen ke jaringan. Respirasi yang sempurna dapat dibantu dengan posisi yang
benar dan menghilangkan sumbatan pada jalan nafas pasien. Pada pasien yang
kesadarannya belum pulih seutuhnya, dapat tetap dipasang respirator.
4. Mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat.
5. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara memonitor input serta
outputnya.
6. Mempertahankan eliminasi, dengan cara mempertahankan asupan dan output serta
mencegah terjadinya retensi urine
7. Pemberian posisi yang tepat pada pasien, sesuai dengan tingkat kesadaran, keadaan
umum, dan jenis anastesi yang diberikan saat operasi.
8. Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi secara terapeutik.
9. Mengurangi rasa nyeri pada luka operasi, dengan teknik-teknik mengurangi rasa nyeri.
10. Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot sebelum ambulatory.
11. Meningkatkan proses penyembuhan luka dengan perawatan luka yang benar, ditunjang
factor lain yang dapat meningkatkan kesembuhan luka.
V. Referensi
A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir semua pasien.
Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak
heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan
kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala
macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa
akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat mempunyai
peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama
maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan
klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada
setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter
bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses
perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan
yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang
paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar.
Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang
pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan
pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang
berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan
kesembuhan pasien.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui apa yang dimaksud dengan perawatan perioperatif, dari fase perawatan praoperatif,
intraopratif, dan fase postoperatif.
b. Tujuan Khusus
a) Pembahasan Intraoperatif
1. Perlindungan terhadap injuri.
2. Monitoring pasien/klien.
3. Peran perawat.
b) Pembahasan Postoperatif
1. Faktor yang mempengaruhi paska operasi.
2. Tindakan keperawatan paska operasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi berlangsung.
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman
fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Keperawatan
perioperatif adalah fase penatalaksanaan pembedahan yang merupakan pengalaman yang unik
bagi pasien.
(http://akperppnisolojateng.blogspot.com/2008/10/keperawatan-perioperatif-pada-
fraktur_30.html#ixzz1mt9MHO83 )
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman
fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. ( Keperawatan
medikal-bedah : 1997 )
Kata perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencangkup 3 fase pengalaman
pembedahan yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.
a. Fase Praoperatif
Merupakan ijin tertulis yang ditandatangani oleh klien untuk melindungi dalam proses operasi
yang akan dilakukan. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama adalah inform consent
yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yang
berguna untuk mencegah ketidaktahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga
menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan
tersebut. Pada periode pre operatif yang lebih diutamakan adalah persiapan psikologis dan fisik
sebelum operasi.
b. Fase Intraoperatif
Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan
ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas keperawatan, memasang infus, memberikan medikasi
intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan
menjaga keselamatan pasien.
c. Fase Posotperatif
Dimulai pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut
pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktifitas keperawatan, mengkaji efek agen anestesi,
membantu fungsi vital tubuh, serta mencegah komplikasi. Peningkatan penyembuhan pasien dan
penyuluhan, perawatan tindak lanjut, rujukan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil
dan rehabilitasi diikuti dengan pemulangan.
B. Fase Intraoperatif
a. Fase Intraoperatif dimulai Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas keperawatan, memasang
infus, memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
Perawat yang bekerja di ruang bedah harus telah mengambil program Proregristation Education
Courses in Anasthetic and Operating Teather Nursing . Dalam pembedahan perawat disebut
scrubbed nurse yang bertindak sebagai asisten ahli bedah. Perawat bertanggung jawab akan
pemeliharaan sterilitas daerah pembedahan dan instrumen dan menjamin ketersediaan peralatan
ahli bedah untuk terlaksananya pembedahan yang direncanakan.
a) Perlindungan terhadap injury
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh
perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien yang
menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah –
masalah fisik yang mengganggu pasien. Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul
permasalahan baik fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra
operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi,
namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga pada
akhirnya akan menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.
b) Monitoring pasien
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal, yaitu :
1. Safety Management
Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien selama prosedur
pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk jaminan keamanan diantaranya adalah :
1) Pengaturan posisi pasien
Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan kenyamanan pada klien dan memudahkan
pembedahan. Perawat perioperatif mengerti bahwa berbagai posisi operasi berkaitan dengan
perubahan-perubahan fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkan pada posisi tertentu.
2. Monitoring Fisiologis
Pemantauan fisiologis yang dilakukan oleh perawat meliputi hal – hal sebagai berikut :
1) Melakukan balance cairan
Penghitungan balance cairan dilakuan untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien. Pemenuhan
balance cairan dilakukan dengan cara menghitung jumlah cairan yang masuk dan yang keluar
(cek pada kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi terhadap imbalance cairan yang
terjadi. Misalnya dengan pemberian cairan infus.
C. Fase Postoperatif
a. Keperawatan postoperatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama periode
ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium
fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan
intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan
nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang
kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat
dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau
membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan postoperatif sama
pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
b) Tindakan Postoperatif
Ketika pasien sudah selasai dalam tahap intraoperatif, setelah itu pasien di pindahkan keruang
perawatan, maka hal – hal yang harus perawat lakukan, yaitu :
1. Monitor tanda – tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage, tube/selang, dan komplikasi.
Begitu pasien tiba di bangsal langsung monitor kondisinya. Pemerikasaan ini merupakan
pemmeriksaan pertama yang dilakukan di bangsal setelah postoperatif.
2. Manajemen Luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal.
Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi
perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan.
3. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang
penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi
dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi
pasien seperti sedia kala.
5. Discharge Planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya
tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post
operasi.
Ada 2 macam discharge planning :
1) Untuk perawat : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada klien (sebagai
dokumentasi)
2) Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi berlangsung, yang
mana tugas seorang perawat yaitu memberikan kenyamanan terhadap pasien supaya saat
dilaksanakannya operasi hingga paska operasi sampai pemulihan pasien, sampai pasien sembuh,
pasien merasa nyaman dan tercukupi kebutuhan – kebutuhannya.
b. Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tugas perawat yaitu
memberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap keluarga dan pasien itu
sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan terawat dengan baik, sehingga pasien sehat seperti
sediakala.
B. Saran
a. Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran perawat
yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan penuh tanggung jawab, dan
selalu mengembangkan ilmu keperawatan.
B.
Tindakan Keperawatan preoperatif
1.
Pengertian
Tindakan keperawatan adalah setiap terapi perawatan langsung yang
dilakukan perawat untuk kepentingan klien, terapi tersebut termasuk terapi
yang dilakukan perawat berdasarkan diagnosis keperawatan, pengobatan yang
dilakukan dokter berdasarkan diagnosis medis, dan melakukan fungsi penting
sehari –hari untuk klien yang tidak dapat melakukannya ( Mc. Closkey dan
Bulechek 1992 ) yang dikutip Barbara J. G ( 2008 ).
Tindakan keperawatan preoperatif merupakan tindakan yang dilakukan
oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan
pembedahan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan pasien intraoperatif.
Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta persiapan
mental sangat diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan pembeda
han klien
berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan.
Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya
dapat berdampak pada tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan
kerjasama yang baik antara masing
-
masing komponen yang berkompeten
untuk menghasilkan outcome yang optimal, yaitu kesembuhan pasien secara
paripurna ( Rothrock, 1999 ).
Pengakajian secara integral dari fungsi pasien
meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk
keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
2.
Persiapan
Klien di Unit Perawatan
a.
Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien
dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan p
ersiapan di ruang operasi.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien
sebelum operasi menurut Brunner & Suddarth ( 2002 ), antara lain :
1)
Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum,
meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, statuskardiovaskuler,
status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
Selain itu pasien nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara
dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut. Lakukan hal ini berulang kali (15 kali). Lakukan
latihan dua kali sehari
praopeartif.
b)
Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien
terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general.
Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas
selama
dalam kondisi teranestesi. Sehingga ketika sadar pasien
akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan
terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif
sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan
lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik
batuk efektif dengan cara :
Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang
diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.
Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas
dalam (3-5 kali)
Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan
terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengandalkan kekuatan
tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. Hal ini
bisa menimbulkan ketidaknyamanan,
namun tidak berbahaya
terhadap incisi. Ulangi lagi
sesuai kebutuhan. Jika selama batuk
daerah operasi terasa nyeri, pasien
bisa menambahkan dengan
menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut
untuk menahan
daerah operasi dengan hati-hati
sehingga dapat
mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
c)
Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien
sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai
pergerakan
yang diperlukan untuk
mempercepat
proses
penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang
keliru tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien
yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi
sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti
ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera
bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus
(peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus.
Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir
pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan
terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar
sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi
pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi
tubuh dan juga
Range
of Motion
(ROM). Latihan perpindahan
posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun
kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka
pasien diminta melakukan secara mandiri.
Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat
penting
bagi pasien yang akan mengalami pembedahan, keadaan umum
yang baik akan mendukung dan mempengaruhi proses
penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat
mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor
usia/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan merupakan
faktor resiko pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk
mempersiapkan
fisik
pasien
sebelum
dilakukan
pembedahan/operasi.
b.
Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari tinda
kan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penun
jang,
maka dokter bedah tidak m
ungkin bisa menentukan tindakan operasi yang
harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud
adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun peme
riksaan
lain seperti ECG, dan lain
-
lain.
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada
pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan
penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang
diderita pasien.
Setelah dokter bedah memutuskan
bahwa pasien harus
operasi maka dokter an
e
stesi
berperan untuk menentukan apakah
kondisi
pasien layak menjala
ni operasi. Untuk itu dokter ane
stesi juga memerlukan
berbagai macam pem
erik
saan laboratorium terutama pemeriksaan
masa
perdarahan (
bledding time
) dan masa pembekuan (
clotting time
) darah
pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan
radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
B
erbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada
pasi
en sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap
pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani
oleh pasien). Pemeriksaan penunjang
yang dilakukan pada pasien
preoperasi
antara lain :
1)
Pemeriksaan Radiologi dan di
agnostik, seperti : Foto thoraks,
abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (
Ultra Sono Grafi
), CT
scan (
computerized Tomography Scan
) , MRI (
Magnetic Resonance
Imagine
), BNO
-
IVP,
Renogram, Cystoscopy, Mammografi
, CIL
(
Colon in Loop
), EKG/ECG (
Electro
Cardio Grafi
), ECHO, EEG
(
Electro Enchephalo Grafi
), dll.
2)
Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah :
hemoglobin
,
angka
leukosit, limfosit
, LED (
laju enap darah
), jumlah trombosit,
protein total (
albumin dan globulin
), elektrolit (
kalium, natrium,
dan
chlorida
), CT/BT,
ureum
,
kreatinin
, BUN, dll. Bisa juga d
ilakukan
pemeriksaan pada sumsum tulang jika penyakit terkai
t dengan kelainan
darah.
3)
Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan
jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasi
en sebelum operasi.
Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor
ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
4)
Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
5)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula
darah pasien dalan rentang n
ormal atau tidak. Uji KGD biasanya
dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil
darahnya jam 8 pagi) dan juga dilaku
kan pemeriksaan KGD 2 jam PP
(
post prandial
).
c.
Pemeriksaan Status Ane
stesi
Pemeriksaaan stat
us fisik untuk dilakukan
pembiusan ditujukan
untuk
keselamatan selama p
embedahan. Sebelum dilakukan ane
stesi demi
kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik
yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri
pasien. Pemeriksaan yan
g biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan metode ASA (
American Society of Anasthesiologist
).
Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya
akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
d.
Informed
Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap
pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan
tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu
Informed Consent
. Baik pasien
maupun keluarganya harus menyadari bahwa
tindakan medis, operasi
sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan
menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan
dilakukan ti
ndakan medis (pembedahan dan ane
stesi).
Meskipun mengandung resiko tinggi
tetapi seringkali tindakan operasi
tidak dapat dihindari dan merupakan satu
-
satunya pilihan bagi pasien. Dan
dalam kondisi nyata, tidak semua tindakan operasi mengakibatkan
komplikasi yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat
pulang kembal
i ke rumah dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau
resiko apapun segera setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait
dengan berbagai faktor seperti: kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup
istirahat, kepatuhan terhadap pengobatan, kerjasama yang b
aik dengan
perawat dan tim selama dalam perawatan.
Informed Consent
sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung
tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab
terh
a
dap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetuj
uan
operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait
dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala
resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum
menandatangani surat pernyataan ters
eb
ut akan mendap
atkan informasi
yang detail terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan,
pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum
menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk
menanyakan kembali sampai betul
-
betul paha
m. Hal ini sangat penting
untuk dilak
ukan karena jika tidak ma
ka penyesalan akan dialami oleh
pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak
sesuai dengan gambaran keluarga.
e.
Persiapan Mental/Psikis
Persiapan mental merupakan hal ya
ng tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Masalah mental yang biasa muncul pada pasien preoperasi adalah
kecemasan. Maka perawat harus mengatasi pe
rmasalahan yang sedang
dihadapi klien.
Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa
digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres.
Disamping itu perawat
perlu mengkaji hal
-
hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam
menghadapi mas
alah ketakuta
n dan kecemasan preoperasi
, seperti adanya
orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support
system.
Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat
menanyakan hal
-
hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
P
engalaman operasi sebelumnya, Persepsi pasien dan keluarga tentang
tujuan/alasan tindakan operasi, Pengetahuan pasien dan keluarga tentang
persiapan operasi baik fisik maupun penu
njang,
Pengetahuan pasien dan
keluarga tentang situasi/kondisi kamar ope
rasi
dan petugas kamar operasi.,
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post
operasi), Pengetahuan tentang latihan
-
latihan yang harus dilakukan
sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan
nafas dalam, batuk efe
ktif, ROM, dll.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang
pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya
pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari k
emudian datang lagi ke
rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda
operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu.
Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan dan did
ukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan
perawat. Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan
mental pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum
operasi, memberi
kan doa dan dukungan pasien dengan kata
-
kata yang
menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk
menjalani operasi.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental
menurut Taylor
( 1997 ),
dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1)
Membantu pa
sien mengetahui tentang tindakan
-
tindakan yang dialami
pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang
waktu operasi, hal
-
hal yang akan dialami oleh pasien selama proses
operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
Dengan mengetahui b
erbagai informasi selama operasi maka
diharapkan
pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun
demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui
tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami
pasien.
2)
Memberikan pen
jelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan
persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan
bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa,
perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan,
manfaatnya untuk
apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu
diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan,
dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan
yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan
mental pasi
en dengan baik
.
3)
Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan
tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada
pasien dan keluarga untuk berdoa bersama
-
sama sebelum pasien di
antar ke kamar operasi.
4)
Mengoreksi pengertian yang
salah tentang tindakan pembedahan dan
hal
-
hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan
kecemasan pada pasien.
5)
Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi,
seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk
menu
runkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan
istirahatnya terpenuhi.
Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di
kamar operasi, petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri
sehingga membuat pasien merasa lebih tenang.
Untuk memberikan
ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesem
patn untuk
mengantar pasien sam
p
a
i ke batas kamar operasi dan diperkenankan
untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.
f.
Obat
-
Obatan Prem
edikasi
Sebelum operasi
dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan
obat
-
obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien
mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat
-
obatan premedikasi yang
diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Ant
ibiotik profilaksis
biasa
nya diberikan sebelum pasien di
operasi. Antibiotik profilaksis yang
diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama
tindakan operasi, anti
biotika profilaksis biasanya di
berikan 1
-
2 jam
sebelum operasi dimulai dan dil
anjutkan pasca bedah 2
-
3 kali
( Sjamsuhidayat dan Dejong, 2004 ).
3.
Jenis
–
jenis Tindakan Keperawatan Preoperatif
Kegiatan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai peran perawat
perioperatif antara lain mengidentifikasi factor
–
factor yang
mempengaruhi
resiko pelaksanaan operasi, mengkaji kebutuhan fisik dan psikologis dan
memfasilitasi persiapan fisik dan psikolo
gis selama masa pra pembedahan
(
Taylor
,
1997 ).
Menurut Chitty Kay. K ( 1997)
,
Peran perawat dalam
perawatan klien adalah pemberi
pelayanan, pendidik, konselor, manager,
peneliti,
dan
kolaborator. Adapun implementasi ( tindakan) keperawatan yang
diselenggarakan dapat berupa melakukan tindakan, mendelegasikan tindakan,
melakukan pengajaran, memberikan konseling, melakukan pencatatan
dan
pelaporan serta tetap menjalankan pengkajian berkelanjutan
Pengkajian terhadap kondisi fisik, psikologis, sosiokultural dan
dimensi spiritual pada klien penting karena pembedahan merupakan stressor
utama psikologis, mempengaruhi pola koping, support
system dan kebutuhan
sosiokultural. Penurunan rasa cemas dan takut merupakan hal yang sangat
penting selama masa pre operatif karena stress emosional ditambah dengan
stress fisik meningkatkan resiko pembedahan (Taylor, 1997 ).
Adapun tindakan
ke
perawat
an
preoperatif yang dapat dilakukan sesuai peran
perawat perioperatif
antara lain :
a.
Membina hubungan terpeutik, memberi kesempatan pada klien untuk
menyatakan rasa takut dan perhatiannya terhadap rencana operasi
b.
Melakukan sentuhan untuk menunjukkan adanya em
pati dan perhatian
c.
Menjawab atau menerangkan tentang berbagai prosedur operasi
d.
Meningkatkan pemenuhan nutrisi dan hidrasi
e.
Mengajarkan batuk dan nafas dalam
f.
Mengajarkan manajemen nyeri setelah pembedahan
g.
Mengajarkan latihan lengan dan ambulasi
h.
Menerangkan alat
–
alat yang akan digunakan oleh klien selama operasi.
Sehari sebelum operasi :
i.
Memberikan dukungan emosional, menjawab pertanyaan dan memberikan
dukungan spiritual bila diperlukan
j.
Melakukan pembatasan diet pre operasi
k.
Menyiapkan kebutuhan
eliminasi selama dan setelah pembedahan
l.
Mencukur dan menyiapkan daerah operasi
Hari pembedahan :
m.
Mengecek bahwa bahan dan obat
–
obatan telah lengkap
n.
Mengecek tanda
–
tanda vital
o.
Mengecek inform consent
p.
Melanjutkan persiapan nutrisi dan hidrasi
q.
Melepaskan
protese dan kosmetik
r.
Melakukan perawatan mulut
s.
Mengosongkan blas dan bowel
t.
Mempersiapkan catatan yang diperlukan selama pre operasi
u.
Memberikan obat
–
obatan yang perlu diberikan ( sesuai order dokter )
Sedangkan tindakan preoperasi menurut Kozier dan Erb (
2009 ), diantaranya:
1)
Menjelaskan perlunya dilakukan pemeriksaan preoperasi ( misalnya
laboratorium, sinar
–
X, dan elektrokardiogram )
2)
Mendiskusikan persiapan usus bila diperlukan.
3)
Mendiskusikan persiapan kulit termasuk daerah yang akan dilakukan
operasi
dan mandi ( shower preoperasi ).
4)
Mendiskusikan pengobatan preoperasi bila diprogramkan.
5)
Menjelaskan terapi individu yang diprogramkan oleh dokter seperti terapi
intravena, pemasangan kateter urin, atau selang nasogastrik, penggunaan
spirometer, atau stoki
ng anti emboli.
6)
Menjelaskan kunjungan ahli anestesi
7)
Menjelaskan perlunya pembatasan makanan atau minuman oral minimal 8
jam sebelum pembedahan.
8)
Menyediakan table waktu yang umum untuk periode preoperasi termasuk
periode pembedahan.
9)
Mendiskusikan perlunya
melepas perhiasan, menghapus make up dan
melepas semua prosthesis ( misalnya kaca mata,gigi palsu, wig ) segera
sebelum pembedahan.
10)
Menginformasikan kepada klien mengenai area operasi serta beritahu
lokasi ruang tunggu bagi individu pendukung.
11)
Mengajarkan
latihan nafas dalam dan batuk, latihan tungkai, cara
mengubah posisi dan gerak.
12)
Melengkapi daftar tilik preoperasi.
Adapun tindakan keperawatan yang perlu diberikan pada pasien
preoperatif menurut Potter & Perry ( 2005 ), pada hari pembedahan
diantaranya:
a.
Memeriksa isi rekam medis dan melengkapi pencatatan, seperti
pemeriksaan penunjang dan inform consent
b.
Melakukan pengukuran tanda
–
tanda vital
c.
Melakukan pembersihan pasien
d.
Melakukan pemeriksaan rambut dan kosmetik
e.
Melakukan pemeriksaan prostese
f.
Mempersiapkan usus dan kandung kemih
g.
Melakukan pemasangan stoking anti emboli atau alat kompresi sekuensial
h.
Meningkatkan martabat pasien dengan memberikan privasi terhadap klien
i.
Melakukan prosedur khusus seperti pemasangan NGT
j.
Menyimpan barang
–
barang be
rharga pasien
k.
Memberikan obat preopera
Tif
Dosen pembimbing
Disusun Oleh :
kelompok 1
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2015
PENDAHULUAN
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir semua
pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien.
Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan
dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan
segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan
jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat dan bidan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa
sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk
mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat
tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan
yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang
kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien
merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah
hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling
mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig
untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan perioperatif
yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan
kesembuhan pasien.
Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah KDPK, menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
Perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai pre operasi (pre
bedah), intra operasi (bedah), dan post operasi (pasca bedah). Pre bedah merupakan masa
sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir
sampai pasien di meja bedah. Intra bedah merupakan masa pembedaahan dimulai sejak ditransfer
ke meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pasca bedah merupakan
masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
1. Pembedahan diagnosis, ditunjukan untuk menentukan sebab terjadinya gejala penyakit seperti
biopsy, eksplorasi, dan laparotomi.
2. Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit. Misalnya pembendahan
apendektomi.
3. Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaiki deformitas, menyambung daerah yang
terpisah.
4. Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa menyembuhkan penyakit.
5. Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam tubuh seperti rhinoplasti.
2.3 ANASTESIA
a) Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak dengan menghilangkan
kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa. Pada umumnya, metode pemberiannya
adalah dengan inhalasi dan intravena.
b) Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar untuk meniadakan
proses konduktivitas pada ujung atau serabut saraf sensoris di bagian tubuh tertentu, sehingga
dapat menyebabkan adanya hilang rasa pada daerah tubuh tersebut. Metode umum yang
digunakan adalah melakukan blok saraf, memblok regional intravena dengan torniquet, blok
daerah spinal, dan melalui epidural.
c) Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada daerah yang akan
dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar. Metode yang digunakan adalah infiltrasi
atau topikal.
d) Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif secara artifisial
sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau perintah serta untuk mengurangi
kesadaran sehingga perhatian menjadi terbatas. Metode yang digunakan adalah hipnotis.
e) Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri dengan merangsang
keluarnya endorfin tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang banyak digunakan adalah
jarum atau penggunaan elektrode pada permukaan kulit.
Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan,
dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap pra oprasi adalah pegetahuan tentang persiapan
pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama adalah
inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidak tahuan klien tentang prosedur yang akan
dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan keluarganya
mengenai tindakan tersebut.
Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun, 8 jam sebelum
bedah tersebut dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan. Sedangkan cairan tidak
diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan dan cairan dalam lambung dapat
menyebabkan aspirasi.
Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari mikroorganisme
dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksakloforin atau sejenisnya yang sesuai dengan
jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus di cukur.
a) Atur posisi tidur semifowler, lutut dilipat untuk mengembangkan toraks.
f) Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga tiga kali setelah napas
terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
g) Istirahat.
Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan
bedah adalah:
b. Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya cincin, gelang, dan lain-
lain.
f. Alat bantu pendengaran dapat dapat digunakan jika pasien tidak dapat mendengar.
h. Gunakan kaos kaki anti emboli jika pasien berisiko terjadi tromboflebitis.
Intra operasi (bedah) merupakan masa pembedaahan dimulai sejak ditransfer ke meja
bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan.
Hal yang perlu di dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan posisi pasien. Berbagai
masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek pemantauan fisiologis perubahan
tanda vital, sistem kardiovaskular, keseimbangan cairan, dan pernafasan. Selain itu lakukan
pengkajian terhadap tim, dan instrumen pembedahan, serta anestesia yang diberikan.
A. Rencana tindakan:
Penggunaan baju seragam bedah didesain khusus dengan harapan dapat mencegah
kontaminasi dari luar. Hal itu dilakukan dengan berprinsip bahwa semua baju dari luar harus
diganti dengan baju bedah yang steril, atau baju harus dimasukkan ke dalam celana atau harus
menutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri, serta gunakan tutup kepala, masker,
sarung tangan, dan celemek steril.
Sebelum memasuki wilayah bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan ulang di ruang
penerimaan untuk mengecek kembali nama, bedah apa yang akan dilakukan, nomor status
registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium dan X-ray, persiapan darah setelah dilakukan
pemeriksaan silang dan golongan darah, alat protesis, dan lain-lain.
Pelaksanaan tindakan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan dibedah bebas dari
kotoran dan lemak kulit, serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakan dalam
membersihkan kulit ini harus memiliki spektrum khasiat, kecepatan khasiat, potensi yang baik
dan tidak menurun apabila terdapat kadar alkhohol, sabun deterjen, atau bahan organik lainnya.
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan duk steril agar tetap sterilnya di
daerah seputar bedah dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara daerah steril dan tidak.
Pelaksanaan anestesia dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain anestesia
umum, inhalasi atau intravena, anestesia regional, dan anestesia lokal.
Setelah dilakukan anestesia, tim bedah akan melaksanakan pembedahan sesuai dengan
ketentuan embedahan.
Setelah tindakan pembedahan (pra oprasi), beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya
adalah status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi dan perubahan tanda vital yang lain,
keseimbangan elektrolit, kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat-
alat yang digunakan dalam pembedahan. Selama periode ini proses asuhan diarahkan pada
menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri
dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien
kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah
yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat
sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau
membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan postoperasi sama pentingnya
dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
entilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilaot
mekanik atau nasal kanul.
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran plasma ekspander.
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti
kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh
anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk
dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien. Cairan harus balance untuk
mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan
yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi eleminasi
pasien.
B. Tindakan:
1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan
manajemen luka. Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen
luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan. Kemudian memperbaiki
asupan makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu
pembentukan kolagen dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
2. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik napas yang dalam
dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan. Atau, dapat pula
dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dan menggunakan diafragma, kemudian napas
dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
3. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko tromboflebitis atau
pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna
untuk memperlancar vena.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan cairan sesuai
kebutuhan pasien, monitor input dan output , serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5. Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output, serta mencegah
terjadinya retensi urine.
6. Mobilisasi dini, dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting
untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot sebelum ambulatori.
8. Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi
dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi
pasien seperti sedia kala.
9. Discharge Planning. Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada
klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondis/penyakitnya post operasi.
1) Untuk perawat/bidan : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada klien
(sebagai dokumentasi)
2) Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pre operasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai prebedah
(preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi). Pre operasi merupakan masa
sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir
sampai pasien di meja bedah. Intrabedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak
ditransfer ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pra oprasi
merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang
pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat
tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan
yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang
kooperatif selama proses perioperatif. Tindakan prebedah, bedah, dan pasca bedah yang
dilakukan secara tepat dan berkesinambungan akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya
pembedahan dan kesembuhan pasien.
3.2 Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran
tenaga kesehatan yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan penuh
tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmunya.