Anda di halaman 1dari 19

PERSIAPAN OPERASI BEDAH KEBIDANAN DAN

PERAWATAN LUKA

Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Ajeng Puspita Wahyu K


Arda Marlin Cahya
Atikah Trisna Sari
Lutfi afnani
Husna Nafiah
Nurul Sri rahayu
Dewanti Sanjaya
Ulfah Faizah

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


2015/2016

A. Persiapan dan Asuhan Pre Operasi Bedah Kebidanan


Tingkat keberhasilan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat
tergantung pada fase preoperatif. Karena fase preoperatif merupakan tahap
awal yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan selanjutnya.
Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap
berikutnya. Pengakajian secara integral meliputi fungsi fisik biologis dan
psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan tindakan
operasi pembedahan.
Fase preoperatif lebih berorientasi pada kesiapan pasien yang akan
menjalan operasi bedah. Adapun persiapan pasien sebelum memasuki kamar
operasi, meliputi:
1. Konsultasi dengan dokter obstetric-ginekologi dan dokter anestesi
Konsultasi dalam rangka persiapan tindakan operasi, meliputi inform
choice dan inform consent.Inform Consent sebagai wujud dari upaya
rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang
yang bertanggung jawab terhadap pasien wajib untuk menandatangani
surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang
dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui
manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya.
Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani

surat

pernyataan tersebut akan mendapatkan informasi yang detail terkait


dengan segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan
yang akan dijalani (inform choice).
2. Pramedikasi
Pramedikasi adalah obat yang diberikan kepada pasien sebelum
operasi bedah dilakukan. Sebagai salah satu persiapan utama operasi bedah
atau bagian dari anestesi. Pramedikasi dapat diresepkan dalam berbagai
bentuk sesuai kebutuhan, misalnya relaksan, antiemetik, analgesik dan lain
lain. Tugas bidan adalah memberikan medikasi kepada pasien sesuai
petunjuk/resep.

3. Perawatan kandung kemih dan usus


Konstipasi dapat terjadi sebagai masalah pascabedah setelah puasa
dan imobilisasi, oleh karena itu lebih baik bila dilakukan pengosongan
usus sebelum operasi. Kateter residu atau indweling dapat tetap dipasang
untuk mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih selama operasi.
4. Mengidentifikasi dan melepas prosthesis
Semua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu,
perhiasan dan lainnya

harus dilepas sebelum menjalani operasi

pembedahan. Selubung gigi juga harus dilepas seandainya akan diberikan


anestesi umum, karena adanya resiko terlepas dan tertelan. Pasien
mengenakan gelang identitas, terutama pada ibu yang diperkirakan akan
tidak sadar dan disiapkan juga gelang identitas untuk bayi.
5. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi antara lain :
a. Status kesehatan fisik secara umum
Pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas
pasien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika,
status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik,
fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik,
tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat
hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak
akan memicu terjadinya haid lebih awal.

b. Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen.
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Balance atau keseimbangan cairan perlu diperhatikan dalam


kaitannya dengan input dan output cairan. Keseimbangan cairan dan
elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi
mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan
anastesi.
Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik.
Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oligurianuria,
insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda
menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang
mengancam jiwa.
d. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Tindakan
yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enemalavement.
Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa
dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung
dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan
lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan

sehingga

menghindarkan

terjadinya

infeksi

pasca

pembedahan.
e. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman
dan

juga

mengganggu/menghambat

proses

penyembuhan

dan

perawatan luka.
f. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
bedah, karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan
dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Apabila masih
memungkinkan, pasien dianjurkan membersihkan seluruh badannya
sendiri/dibantu keluarga di kamar mandi. Apabila tidak, maka bidan
melakukannya di atas tempat tidur.

g. Pengosongan kandung kemih


Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi kandung kemih,
tindakan

kateterisasi

juga

diperlukan

untuk

mengobservasi balance cairan.


h. Latihan Pra Operasi
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain
latihan nafas dalam, latiihan batuk efektif dan latihan gerak
sendi.Latihan nafas dalam bermanfaat untuk memperingan keluhan saat
terjadi sesak nafas, sebagai salah satu teknik relaksasi, dan
memaksimalkan supply oksigen ke jaringan. Cara latihan teknik nafas
dalam yang benar adalah :
1) Tarik nafas melalui hidung secara maksimal kemudian tahan 1-2
detik
2) Keluarkan secara perlahan dari mulut
3) Lakukanlah 4-5 kali latihan, lakukanlah minimal 3 kali sehari (pagi,
siang, sore)
Batuk efektif bermanfaat untuk mengeluarkan secret yang menyumbat
jalan nafas. Cara batuk efektif adalah :
1)
2)
3)
4)

Tarik nafas dalam 4-5 kali


Pada tarikan selanjutnya nafas ditahan selama 1-2 detik
Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukan dengan kuat
Lakukan empat kali setiap batuk efektif, frekuensi disesuaikan

dengan kebutuhan
5) Perhatikan kondisi pasien
Latihan

gerak

sendi

bermanfaat

untuk

meningkatkan

atau

mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot, mempertrahankan


fungsi jantung dan pernapasan, serta mencegah kontraktur dan
kekakuan pada sendi. Beberapa jenis gerakan sendi: fleksi, ekstensi,
adduksi, abduksi, oposisi, dan sebagainya.
i. Persiapan/ Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan penunjang yang

dimaksud

adalah

berbagai

pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain,

seperti pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa


pembekuan

(clotting

time)

darah

pasien,

elektrolit

serum,

hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa


foto thoraks, EKG dan ECG.
2) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks,
abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT
scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnetic Resonance
Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL
(Colon in Loop), EKGECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG
(Electro Enchephalo Grafi).
3) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin,
angka leukosit, limfosit, LED (laju endap darah), jumlah trombosit,
protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan
chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan
kelainan darah.
4) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan
jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi.
Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor
ganasjinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
5) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD). Pemeriksaan KGD
dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan
rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan
puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8
pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post
prandial).
6. Persiapan Pasien Di Kamar Operasi
Persiapan operasi bedah dilakukan terhadap pasien
dimulai sejak pasien masuk ke ruang perawatan sampai
saat pasien berada di kamar operasi sebelum tindakan
bedah

dilakukan.

diantaranya

Persiapan

adalah

prosedur

di

ruang

serah

administrasi,

anastesi dan kemudian prosedur drapping.

terima

persiapan

Di

dalam

kamar

operasi

persiapan

yang

harus

dilakukan terhdap pasien yaitu berupa tindakan drapping


yaitu penutupan pasien dengan menggunakan peralatan
alat tenun (disebut : duk) steril dan hanya bagian yang
akan

di

incisi

saja

yang

dibiarkan

terbuka

dengan

memberikan zat desinfektan seperti povide iodine 10% dan


alkohol 70%.
Prinsip tindakan drapping adalah:
a. Seluruh anggota tim operasi harus bekerja sama dalam
pelaksanaan prosedur drapping.
b. Perawat yang bertindak sebagai instrumentator harus
mengatahui dengan baik dan benar prosedur dan
prinsip-prinsip drapping.
c. Sebelum tindakan drapping dilakukan, harus yakin
bahwa sarung tangan tang digunakan steril dan tidak
bocor.
d. Pada saat pelaksanaan tindakan drapping, perawat
bertindak sebagai omloop harus berdiri di belakang
instrumentator untuk mencegah kontaminasi.
e. Gunakan duk klem pada setiap keadaaan dimana alat
tenun mudah bergeser.
f. Drape yang terpasang tidak boleh dipindah-pindah
sampai operasi selesai dan harus di jaga kesterilannya.
g. Jumlah lapisan penutup yang baik minimal 2 lapis, satu
lapis menggunkan kertas water prof atau plastik steril
dan lapisan selanjutnya menggunakan alat tenun steril.
Teknik Drapping :
a. Letakkan drape di tempat yang kering, lantai di sekitar
meja operasi harus kering
b. Jangan memasang drape dengan tergesa-gesa, harus
teliti dan memepertahankan prinsip steril
c. Pertahankan jarak antara daerah steril dengan daerah
non steril
d. Pegang drape sedikit mungkin

e. Jangan melintasi daerah meja operasi yang sudah


terpasang drape/alat tenun steril tanpa perlindungan
gaun operasi.
f. Jaga kesterilan bagian depan gaun operasi, berdiri
membelakangi daerah yang tidak steril.
g. Jangan melempar drape terlalu tinggi saat memasang
drape (hati-hati menyentuh lampu operasi)
h. Jika alat tenun yang akan dipasang terkontaminasi.
Maka

perawat

bertugas

menyingkirkan

alat

tenun

tersebut.
i. Hindari tangan yang sudah steril menyentuh daerah
kulit pasien yang belum tertutup.
j. Setelah semua lapisan alat tenun terbentang dari kaki
sampai bagian kepala meja operasi, jangan menyentuh
hal-hal yang tidak perlu.
k. Jika ragu-ragu terhdap kesterilan alat tenun, lebih baik
alat tenun tersebut dianggap terkontaminasi.
Tindakan

keperawatan

pre

operetif

merupakan

tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam rangka


mempersiapkan

pasien

untuk

dilakukan

tindakan

pembedahan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan


pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan
penunjang serta pemeriksaan mental sangat diperlukan
karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan klien
berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama
tahap persiapan.
Kesalahan

yang

dilakukan

pada

saat

tindakan

preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak pada


tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama
yang

baik

antara

masing-masing

komponen

yang

berkompeten untuk menghasilkan outcome yang optimal,


yaitu kesembuhan pasien secara paripurna.

7. Persiapan Mental/Psikis
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah
pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental
pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh
terhadap kondisi fisiknya.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami
pasien

dapat

dideteksi

dengan

adanya

perubahan-

perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi nadi dan


pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol,
telapak

tangan

yang

lembab,

gelisah,

menayakan

pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering


berkemih.
Untuk mengurangi dan mengatasi kecemasan pasien,
perawat dapat menanyakan hal-hal yang terkait dengan
persiapan operasi, antara lain :
a. Pengalaman operasi sebelumnya
b. Pengertian pasien tentang tujuan/alasan

tindakan

operasi
c. Pengetahuan pasien tentang persiapan operasi baik fisik
maupun penunjang.
d. Pengetahuan pasien

tentang

situasi/kondisi

kamar

operasi dan petugas kamar operasi.


e. Pengetahuan pasien tentang prosedur (pre, intra, post
operasi)
f. Pengetahuan

tentang

latihan-latihan

yang

harus

dilakukan sebelum operasi dan harus dijalankan setalah


operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif,
ROM, dll.
Persiapan
mempengaruhi

mental

yang

pengambilan

kurang

memadai

keputusan

pasien

dapat
dan

keluarganya. Oleh karena itu persiapan mental pasien


menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung
oleh keluarga/orang terdekat pasien.

Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan


keluarga dan perawat. Kehadiran dan keterlibatan keluarga
sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga
hanya

perlu

mendampingi

pasien

sebelum

operasi,

memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata


yang

menenangkan

hati

pasien

dan

meneguhkan

keputusan pasien untuk menjalani operasi.


Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental
dapat dilakukan dengan berbagai cara:
a. Membantu
tindakan

pasien
yang

mengetahui

dialami

pasien

tentang

tindakan-

sebelum

operasi,

memberikan informasi pada pasien tentang waktu


operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama
proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
b. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi
maka diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi
operasi.
c. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap
tindakan

persiapan

operasi

sesuai

dengan

tingkat

perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan


jelas.
d. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya
untuk menanyakan tentang segala prosedur yang ada,
dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga
untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke
kamar operasi.
e. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan
pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian yang
salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
f. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian
obat pre medikasi, seperti valium dan diazepam tablet
sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan

dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya


terpenuhi.
Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima
pasien di kamar operasi, petugas kesehatan di situ akan
memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa
lebih tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien,
keluarga

juga diberikan kesempatn untuk mengantar

pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan


untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan
kamar bedah operasi.

B. Perawatan Postoperasi
Asuhan postoperasi harus dilakukan di ruang pemulihan tempat
adanya akses yang cepat ke oksigen, penghisap, peralatan resusitasi, monitor,
bel panggil emergency, dan staf terampil dalam jumlah dan jenis yang
memadai.
Setelah tindakan pembedahan, beberapa hal yang perlu dikaji
diantaranya adalah setatus kesadaran, kualitas jalan nafas, sirkulasi dan
perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit, kardiovaskular,
lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang digunakan dalam
pembenahan.

Rencana Tindakan:
1. Pengkajian tingkat kesadaran. Pada pasien yang mengalami anastesi
general, perlu dikaji tingkat kesadaran secara intensif sebelum dipindahkan
ke ruang perawatan. Kesadaran pasien akan kembali pulih tergantung pada
jenis anestesi dan kondisi umum pasien.
2. Pengkajian suhu tubuh, frekuensi jantung/nadi, respirasi, dan tekanan
darah. Tanda-tanda vital pasien harus selalu dipantau dengan baik

3. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat


dilakukan dengan cara merawat luka, serta memperbaiki asupan makanan
tinggi protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu
pembentukan kolagen dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
4. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan nafas, tarik
nafas yang dalam dengan mulut yang terbuka, lalu tahan nafas selama 3
detik dan hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan menarik nafas
melalui hidung dengan menmggunakan diafragma, kemudian nafas
dikeluarkan pelahan lahan melalui mulut yang di kuncupkan.
5. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang beresiko
tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus
meninggikan kaki pada tempat duduk guna mempelancar vena balik.
6. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan
cairan sesuai dengan kebutuhan pasien; monitor input dan output; serta
mempertahankan nutrisi yang cukup.
7. Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output;
serta mencegah terjadinya lentensi urin.
8. Pemberian posisi yang tepat pada pasien, sesuai dengan tingkat kesadaran,
keadaan umum, dan jenis anestesi yang diberikan saat operasi.
9. Mempertahankan aktifitas dengan latihan yang memperkuat otot sebelum
ambulator.
10. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara terapautik.
11. Mengurangi rasa nyeri pada luka operasi, dengan teknik-teknik
mengurangi rasa nyeri.
12. Meningkatkan proses penyembuhan luka dengan perawatan luka yang
benar, ditunjang faktor lain yang dapat meningkatkan faktor kesembuhan
luka.

C. Perawatan Luka Operasi Kebidanan


1. Ganti Balutan

A. Perawatan Luka Ganti Balutan pada Bedah Kebidanan


a). Pengertian

Mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih


b). Persiapan Alat
1) Alat Steril
a) Pinset anatomis 1 buah
b) Pinset sirugis 1 buah
c) Gunting bedah/jaringan 1 buah
d) Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
e) Kassa desinfektan dalam kom tertutup
f) sarung tangan 1 pasang
g) korentang/forcep
2) Alat-alat tidak steril
a) Gunting verban 1 buah
b) Plester
c) Pengalas
d) Kom kecil 2 buah (bila dibutuhkan)
e) Nierbeken 2 buah
f) Kapas alcohol
g) Aceton/bensin
h) Sabun cair anti septik
i) NaCl 9 %
j) Cairan antiseptic (bila dibutuhkan)
k) Sarung tangan 1 pasang
l) Masker
m) Air hangat (bila dibutuhkan)
n) Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah

c). Pelaksanaan
1)

Menjelaskan kepada pasien tentang tindakan yang

2)
3)
4)
5)

akan dilakukan
Mendekatkan alat-alat ke pasien
Memasang sampiran
Bidan mencuci cuci tangan
Memasang masker dan sarung tangan yang tidak

steril
6) Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
7) Letakkan pengalas dibawah area luka
8) Letakkan nierbeken didekat pasien

9)

Buka

balutan

menyentuh

lama

luka)

(hati-hati

dengan

jangan

sampai

menggunakan

pinset

anatomi, buang balutan bekas kedalam nierbeken.


Jika menggunakan plester lepaskan plester dengan
cara

melepaskan

ujungnya

dan

menahan

kulit

dibawahnya, setelah itu tarik secara perlahan sejajar


dengan kulit dan kearah balutan. ( Bila masih
terdapat

sisa

perekat

dikulit,

dapat

dihilangkan

dengan aceton/ bensin )


10)
Bila balutan melekat pada jaringan dibawah,
jangan

dibasahi,

tapi

angkat

balutan

dengan

berlahan
11)
Letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu buang
kekantong

plastik,

hindari

kontaminasi

dengan

permukaan luar wadah


12)
Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari
luka
13)
larutan

Membuka set balutan steril dan menyiapkan


pencuci

luka

dan

obat

luka

dengan

memperhatikan tehnik aseptic


14)
Buka sarung tangan ganti dengan sarung
tangan steril
15)
Membersihkan luka dengan sabun anti septic
atau NaCl 9 %
16)
Memberikan obat atau antikbiotik pada area
luka (disesuaikan dengan terapi)
17)
Menutup luka ada sua cara yatitu:
a) Balutan kering
Lapisan pertama kassa kering steril

untuk

menutupi daerah insisi dan bagian sekeliling kulit.


Lapisan kedua adalah kassa kering steril yang
dapat menyerap. Lapisan ketiga kassa steril yang
tebal pada bagian luar
b) Balutan basah kering

Lapisan pertama kassa steril yang telah diberi


cairan steril atau anti mikkrobial untuk menutupi
area luka. Lapisan kedua kasa steril yang lebab
yang sifatnya menyerap. Lapisan ketiga kassa
steril yang tebal pada bagian luar.

c) Balutan basah basah


Lapisan
pertama
kassa
dilembabkan

dengan

steril

cairan

yang

telah

fisiologik

untuk

menutupi area luka. Lapisan kedua kassa kering


steril yang bersifat menyerap. Lapisan ketiga
(lapisanpaling
18)
19)

luar)

kassa

steril

yang

sudah

dilembabkan dengan cairan fisiologik.


Plester dengan rapi
Buka sarung tangan dan masukan kedalam

nierbeken
20)
Lepaskan masker
21)
Atur dan rapikan posisi pasien
22)
Buka sampiran
23)
Evaluasi keadaan umum pasien
24)
Rapikan
peralatan
dan

kembalikan

ketempatnya dalam keadaan bersih, kering dan rapi


25)
Bidan mencuci tangan
26)
Dokumentasikan oleh Bidan
d). Hal Hal Yang Harus Diperhatikan
1) Membalut harus rata, jangan terlalu longgar dan
jangan

terlalu

erat,

hal

ini

untuk

mencegah

terjadinya pembendungan. Contoh pada kaki dan


tangan.
2) Pembalut harus sesuai dengan tujuan, contoh : untuk
menjaga agar luka jangan terkontaminasi, untuk

merapatnya

luka,

atau

untuk

menghentikan

perdarahan.
3) Menggunting plester jangan terlalu panjang/ terlalu
pendek.
4) Pembalut yang kotor/ basah segera diganti. Pada luka
operasi tanpa drain sampai angkat jahitan ( minimal
5 hari ), pembalut yang tepat berada di atas luka
tidak boleh diganti. Jadi bila pembalut kotor/ basah
hanya

bagian

atasnya

saja

yang

diganti,

atau

pembalut diganti sesuai dengan instruksi dokter.


5) Memperhatikan apakah ada perdarahan, atau
kotoran kotoran yang lain untuk menetukan kapan
drain dapat diangkat.
6) Memperhatikan komplikasi

luka

operasi,

contoh

haematom, adanya pus, pengerasan, perdarahan,


kemerahan atau lecet lecet pada kulit sekitarnya

2. Angkat Jahitan
Angkat jahitan adalah suatu tindakan yang dilakukan pada
hari

5-7

(sesuai

dengan

penyembuhan

luka),

untuk

mengangkat jahitan luka bedah atau mengambil jahitan luka


bedah dengan cara memotong simpul jahitan, bertujuan
mencegah

infeksi

silang

dan

mempercepat

proses

penyembuhan luka.
a) Alat dan Bahan
1) Pinset anatomi
2) Pinset cirurghi
3) Kapas bulat
4) Gunting angkat jahitan
5) Lidi kapas (lidi yang diberi atau dilapisi kapas pada
ujungnya)

6) Kasa steril
7) Gunting pembalut
8) Plaster
9) Alkohol 70%
10) Betahin 10%
11) Larutan H2O2lisol/savlon
12) Obat luka
13) 2 Bengkok
14) Handskon steril
15) Korentang
b) Langkah Kerja
1) Jelaskan prosedur pada klien dengan menggambarkan
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

langkah-langkah perawatan luka


Dekatkan semua peralatan yang diperlukan
Letakkan bengkok dekat pasien
Tutup ruangan atau tirai disekitar tempat tidur
Bantu klien pada posisi nyaman
Cuci tangan secara menyeluruh
Pasang perlak dan alas
Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai

lepaskan plester
9) Lepaskan plester

dengan

melepaskan

ujung

dan
dan

menariknya dengan perlahan, sejajar pada kuit dan


mengarahkan pada balutan (apabila pasien merasa
sakit maka olesi bagian ujung-ujung plester dengan
larutan NaCl sebelum dilepas)
10) Angkat balutan dengan menggunakan pinset
11) Observasi karakter dan jumlah drainase
12) Buang balutan kotor pada bengkok, lepaskan sarung
tangan dan buang pada bengkok yang berisi Clorin 5%
13) Buka bak instrumen, siapkan betadin dan larutan
NaCl pada kom, siapkan plester
14) Kenakan sarung tangan steril
15) Inspeksi luka, perhatikan kondisinya, letak drain,
integritas jahitan dan karakter drainase serta palpasi
luka (jika perlu)
16) Bersihkan luka dengan NaCl dan betadin dengan
menggunakan pinset. Gunakan satu kasa untuk setiap
kali

usapan.

Bersihkan

dari

area

yang

kurang

terkontaminasi ke area yang terkontaminasi. Gunakan


dalam tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi
luka
17) Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka atau
insisi. Usap dengan cara seperti pada langkah tadi
18) Melepaskan jahitan satu persatu selang seling
dengan cara : menjepit simpul jahitan dengan pinset
cirurgis

dan

ditarik

menggunting

benang

sedikit
tepat

ke

atas

dibawah

kemudian

simpul

yang

berdekatan dengan kulit atau pada sisi lain yang tidak


ada simpul
19) Oleh luka dengan betadin
20) Menutup luka dengan kasa steril dan diplester
21) Merapikan pasien
22) Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada
tempatnya
23) Melepaskan sarung tangan
24) Mencuci tangan.
c) Perawatan luka pasca angkat jahitan
1) Sebaiknya bekas luka pasca jahitan tidak boleh terkena
air sekitar selama satu minggu
2) Setelah 7 hari perban sudah bisa dilepas dan ibu bisa
melakukan aktivitas normal
3) Untuk merawat bekas jahitan juga bisa menggunakan
salep berkandungan antibiotik
4) Setelah melakukan buang air kecil sebaiknya langsung
dikeringkan
5) Tidak harus menggunakan antiseptik
6) Dianjurkan memperbanyak konsumsi serat seperti buah
dan sayuran agar feses yang dihasilkan tidak keras,
sehingga ibu tidak harus mengejan.

http://mymidwifejunior.blogspot.co.id/2015/04/perawatan-bedah-kebidanan.html

Anda mungkin juga menyukai