KONSEP PERIOPERATIF
1
5. Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh :
pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk mengkomponsasi terhadap
ketidakmampuan menelan makanan.
C. TINDAKAN PEMBEDAHAN
Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan pembedahan dapat
diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :
1. Kedaruratan/Emergency
Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi
dilakukan pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahan hebat, obstruksi kandung
kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sanagat
luas.
2. Urgen
Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan dalam 24-30 jam.
Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.
3. Diperlukan
Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat direncanakan dalam beberapa
minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung
kemih,Gangguan tyroid, katarak.
4. Elektif
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila tidak dilakukan
pembedahan maka tidak terlalu membahayakan. Contoh : perbaikan Scar, hernia
sederhana, perbaikan vaginal.
5. Pilihan
Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada pasien.
Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika.
Contoh : bedah kosmetik.
KEPERAWATAN PREOPERATIF
2
Preoperatif adalah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan yang
dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien berada di
meja bedah.
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang
dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir
ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan
psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
3
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan
yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan
pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya
puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00
WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari
aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi
feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca
pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera),
seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat
dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
5. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi
pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat
menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses
penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi
tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada
pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan
dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur.
Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien
merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis
operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin
(pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar
perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi
pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait daerah
pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus
sebelum pembedahan.
6. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang
kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada
daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk
mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya
jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri
maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
7. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter.
Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk
mengobservasi balance cairan.
8. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat
penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi,
seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri
setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih
4
mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain
itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah
setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara
efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera
setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Latihan nafas
dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan
lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang.
2. Letakkan tangan diatas perut
3. Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam
kondisi mulut tertutup rapat
4. Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan,
udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
5. Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
6. Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif
5
3. memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi
pernafasan optimal.
B. PERSIAPAN PENUNJANG
Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada
pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien,
namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien).
Pemeriksaan penunjang antara lain :
1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang
(daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography
Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy,
Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO,
EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka
leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin
dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum kretinin,
BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit
terkaut dengan kelainan darah.
3. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh
untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan
untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis
saja.
4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
5. Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien
dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10
jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan
pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).
2. ASA grade II
Status fisik : Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan diseababkan
oleh penyakit yang akan dibedah.
Misal : penderita dengan obesitas, penderita dengan bronkitis dan penderita
dengan diabetes mellitus ringan yang akan mengalami appendiktomi
Mortality (%) : 0,4
6
3. ASA grade III
Status fisik : Penyakit sistemik berat;
misal : penderita diabetes mellitus dengan komplikasi pembuluh darah dan
datang dengan appendisitis akut.
Mortality (%) : 4,5.
4. ASA grade IV
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang
tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan
misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard
Mortality (%) : 25
5. ASA grade V
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang
tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan
misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard
Mortality (%) : 50.
D. INFORM CONSENT
setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan
persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi). Inform Consent
sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka
pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk
menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang
dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan
tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya
E. PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS
Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan antara lain :
- Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat
mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga
operasi bisa dibatalkan
- Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi
lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda.
7
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan
adanya perubahan-perubahan fisik seperti :
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai
cara:
8
- Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain
karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti
valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan
dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
- Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi,
petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien
merasa lebih tenang.
- Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatan
untuk mengantar pasien sampai ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk
menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.
9
4. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi
immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ;
Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-
obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik
glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,
antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau
obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan
diri pasca operasi).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith,
2006) meliputi :
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap
perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang
berarti, krisis situasi atau krisis maturasi.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping
penanganan, factor budaya atau spiritual yang berpengaruh pada perubahan
penampilan.
3. Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan penampilan,
keluhan terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi, diagnosis kanker.
4. Proses keluarga, perubahan berhubungan dengan terapi yang kompleks,
hospitalisasi/perubahan lingkungan, reaksi orang lain terhadap perubahan
penampilan.
5. Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit/prognosis (misalnya kanker),
ketidakberdayaan.
6. Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kerusakan saraf/otot, dan nyeri.
10
Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria hasil :
klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat
stress.
klien mampu mempertahankan penampilan peran.
klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.
klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan
2. Gangguan citra tubuh adalah konfusi pada gaambaran mental dari fisik seseorang.
Tujuan : pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi
tubuh.
Kriteria hasil :
pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
memiliki keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.
menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh
11
Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien tentang
tubuhnya.
R : factor yang mengidentifikasikan adanya gangguan persepsi pada citra
tubuh.
Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh.
R : mungkin realita saat ini berbeda dengan yang diharapkan pasien sehingga
pasien tidak menyukai keadaan fisiknya.
Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui realitas adanya perhatian
terhadap perawatan, kemajuan dan prognosis.
R : meningkatkan perasaan berarti, memudahkan saran koping, mengurangi
kecemasan.
Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga privasi dan
martabat pasien.
R : menciptakan suasana saling percaya, meningkatkan harga diri dan perasaan
berarti dalam diri pasien.
12
4. Proses keluarga, perubahan adalah suatu perubahan dalam hubungan dan/atau
fungsi keluarga.
Tujuan : pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran
keluarga.
Kriteria hasil :
pasien/keluarga mampu mengidentifikasi koping
paien/keluarga berpartisipasi dalam proses membuat keputusan berhubungan
dengan perawatan setelah rawat inap.
5. Ketakutan adalah ansietas yang disebabkan oleh sesuatu yang dikenali secara sadar
dan bahaya nyata dan dipersepsikan sebagai bahaya yang nyata.
Tujuan : pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
Kriteria hasil :
mencari informasi untuk menurunkan ketakutan
menggunakan teknik relaksasi untuk menurnkan ketakutan.
mempertahankan penampilan peran dan hubungan social.
13
6. Mobilitas fisik, hambatan adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian,
pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.
Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil :
penampilan yang seimbang
melakukan pergerakkan dan perpindahan.
mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan
karakteristik:
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan
pengajaran.
3 =membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 =ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
D. EVALUASI
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi Tumor adalah :
1. Ansietas berkurang/terkontrol.
2. Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
3. Pasien menunjukkan koping yang efektif.
4. Pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga.
5. Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
6. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
14
PERAWATAN INTRAOPERATIF
Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah
dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas
keperawatan mencakup :
- pemasangan IV cath
- pemberian medikasi intaravena
- melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien
- Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anstesi, bertinda
k sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja
operasi denganmenggunakan prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
Perawat yang bekerja di kamar bedah harus telah mengambil program proregristation
education courses in anasthetic and operating theater nursing. Dalam pembedahan
perawat disebut scrubbed nurse yang bertindak sebagai asisten ahli bedah.
Perawat bertanggung jawab akan pemeliharaan sterilitas daerah pembedahan dan
instrument dan menjamin ketersediaan peralatan ahli bedah untuk terlaksananya
pembedahan yangdirencanakan. Circulating nurse bertanggung jawab untuk menjamin
terpenuhinya perlengkapanyang dibutuhkan oleh scrubbed nurse dan bertanggung jawab
terhadap observasi dan perawatan pasien tanpa menimbulkan kontaminasi daerah steril.
15
3. Dukungan Psikologis (Sebelum Induksi dan Jika Pasien Sadar)
a. Memberikan dukungan emosional pada pasien.
b. Berdiri dekat dan menyentuh pasien selama prosedur dan induksi.
c. Terus mengkaji status emosional pasien.
d. Mengkomunikasikan status emosional pasien ke anggota kes yang sesuai.
4. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Memberikan keselamatan untuk pasien
b. Mempertahankan lingk aseptic dan terkontrol
c. Secara efektif mengelola SDM
Definisi
Mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril khususnya jika akan
melakukan tindakan steril
Tujuan
a. Mencegah infeksi silang
b. Membebaskan kuman dan mencegah kontaminasi tangan
Prosedur pelaksanaan
a. Lepaskan perhiasan
b. Kenakan masker wajah, pastikan bahwa masker menutupi hidung dan mulut dengan
baik
16
c. Bila memungkinkan atur aliran air pada suhu hangat
d. Alirkan air. Hidupkan kran dengan siku atau tangan dengan sebelumnya bagian atas
kran ditutupi handuk atau tisu
e. Hindari memercikan air keseragam atau baju
f. Basahi tangan dan lengan bawah secara menyeluruh dibawah air mengalir.
Pertahankan tangan atas berada setinggi siku selama seluruh prosedur. Pertahankan baju
atau seragam dalam keadaan kering.
g. Alirkan 2-5 ml sabun cair ke tangan dan gosok tangan serta lengan sampai 5 cm di
atas siku.
h. Besihkan kuku dibawah air mengalir dengan pengikir, selanjutnya tempatkan pengikir
pada tempatnya
i. Basahi sikat dan oleskan sabun antimikrobial. Sikat ujung jari, tangan, lengan dengan
cara sebagai berikut :
• Sikat kuku tangan 15 kali gosokan
• Lakukan gerakan sirkular, sikat telapak tangan dan permukaan anterior jari, 10 kali
gosokan.
• Sikat bagian samping ibu jari 10 kali gosokan dan bagian posterior ibu jari, 10 kali
• Sikat bagian samping dan belakang tiap jari, 10 gosokan tiap area.
• Sikat punggung tangan 10 kali gosokan.
j. Cuci sikat, oleskan sabun kembali
k. Bayangkan anda membagi lengan menjadi 3 bagian. Sikat setiap pemukaan bagian
bawah lengan dengan gerakan sirkular selama 10 kali gosokan, sikat bagian tengah dan
atas lengan bawah dengan cara yang sama. Letakan sikat pada tempatnya.
l. Keringkan tangan secara menyeluruh, usap dari jari turun kepergelangan tangan dan
lengan bawah
m. Letakan handuk ke dalam wadah yang telah disediakan
n. Hentikan aliran air menggunakan siku atau pedal kran dari kaki atau gunakan handuk
bersih dan kering atau tisu bersih kering untuk menutup kran tersebut.
17
- Scrubing untuk pembedahan
- Mengatur meja steril, menyiapkan alat jahitan, dan peralatan khusus;
- Membantu dokter bedah dan asisten dokter bedah selama prosedur bedah dengan
mengantisipasi instrument yang dibutuhkan, spons, drainase dan peralatan lain ;
- Terus mengawasi waktu pasien di bawah pengaruh anesthesia dan waktu luka dibuka.
- Mengecek peralatan dan material untuk memastikan bahwa semua jarum, kasa dan
instrument sudah dihitung lengkap saat insisi ditutup.
- Memberi label pada specimen dan dikirim ke petugas laboratorium.
BAJU
MASKER
18
- Bersamaan itu pula, masker harus tidak mengganggu pernapasan, berbicara ,penglihatan
Masker diganti minimal antara pergantian pasien dan tidak dipakai di luar bagian bedah.
Karena masker kehilangan kefektifannya ketika lembab, maka masker harus diganti antar
prosedur bedah dan sesering mungkin jika perlu.
- Tali masker benar terikat dengan rapi
- Tali atas diikatkan di belakang kepala
- Tali bawah diikatkan di belakang leher
- Masker harus dipakai atau dilepas
- Tidak boleh menggantung di leher
- Saat melepas masker, hanya talinya saja yang dipegang untuk mencegah kontaminasi
pada tangan.
-
TUTUP KEPALA
- Tutup kepala harus secara menyeluruh menutup rambut ( kepala dan garis leher,
termasuk cambang) sehingga sehelai rambut, jepitan rambut, penjepit, ketombe dan debu
tidak jatuh ke dalam daerah steril.
- Jenis penutup kepala yang tersedia semuanya adalah sekali pakai, tidak berserabut dan
seperti kain.
SEPATU
- Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga; bakiak, sepatu tennis, sandal dan bot tidak
diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit untuk dibersihkan.
- Sepatu dibungkus dalam penutup sepatu sekali pakai atau kanvas.
- Penutup konduktif listrik bagi pemakai.
- Penutup sepatu dipakai hanya satu kali dan dilepaskan ketika meninggalkan area terlarang.
- Konduktometer biasanya terletak di pintu masuk daerah ruang operasi.
BAHAYA KESEHATAN
- Pemantauan internal dari ruang operasi meliputi analisis sample dari sapuan terhadap
agens infeksius dan toksik.
- Sejak 1987, CDC ( Center For Diseases Control ) melaporkan beberapa kasus tenaga
perawatan kesehatan yang terjangkit AIDS melalui pemajanan okupasi.
- Penggunaan sarung tangan ganda sudah rutin, setidaknya dalam trauma bedah dimana
terdapat fragmen tulang yang tajam.
- Kaca mata pelindung dipakai jika luka bedah diirigasi atau ada pengeboran tulang.
- Selain perlengkapan scrub rutin dan sarung tangan ganda, beberapa ahli bedah memakai
sepatu boot karet, gaun atau apron kedap air, dan pelindung lengan baju.
- Pada kasus bedah berdarah pelindung wajah yang dililitkan dapat digunakan untuk
mengganti kaca mata.
- Bagian tubuh pasien yang lain ditutup dengan kain steril.
19
Kontrol lingkungan
- Lantai dan permukaan horizontal dibersihkan secara teratur dengan sabun dan air atau
detergen germisida, dan peralatan yang disteril diinspeksi secara teratur untuk
memastikan pengoperasian dan performa yang optimal.
- Sebelum dapat dipaket, linen, kain dan larutan yang digunakan dibersihkan dan
disterilkan di unit dekat ruang operasi.
- Material – material steril dibungkus sendiri-sendiri digunakan bila di perlukan
material individual tambahan.
- Ruang operasi yang dilengkapi dengan system aliran udara laminar yang menyaring
bakteri dan debu dengan presentasi tinggi.
- Aliran laminar juga mempertukarkan udara dengan lebih efektif – sekitar 200 kali
perjam – jika dibandingkan dengan penyejuk udara, yang mempertukarkan udara 12 kali
perjam.
Umum
- Permukaan atau benda steril yang bersentuhan dengan permukaan atau benda lain yang
steril menjadi tetap steril;
- Permukaan atau benda steril kontak dengan benda tidak steril
pada beberapa titik membuat tidak steril.
- Jika terdapat keraguan tentang sterilitas pada perlengkapan atau area, maka dianggap
tidak steril atau terkontaminasi.
- Apapun yang steril untuk satu pasien (terbuka di baki steril atau meja dengan
perlengkapan steril) dapat digunakan hanya pada pasien ini.
- Perlengkapan steril yang tidak dipakai harus dibuang atau disterilkan kembali jika akan
digunakan kembali.
- Setelah pembedahan, luka dilindungi dari kemungkinan
kontaminasi dengan memasang balutan steril.
- Luka dibersihkan dengan normal salin dan menggunakan
antiseptic saat membersihkan dan mengganti balutan luka.
- Perawatan tertentu dilakukan untuk melindungi luka yang
belum sembuh agar tidak kontak dengan segala yang tidak steril.
Personel
- Personel yang scrub tetap dalam area prosedur bedah, jika personel scrub
meninggalkan ruang operasi, status sterilnya hilang.
- Untuk kembali kepada pembedahan, orang ini harus mengikuti lagi prosedur scrub,
pemakaian gown dan sarung tangan.
20
- Hanya sebagian kecil dari tubuh individu scrub dianggap steril: dari bagian depan
pinggang sampai pada daerah bahu, lengan bawah dan sarung tangan. Tangan yang
mengenakan sarung tangan harus berada di depan antara bahu dan garis pinggang.
- Pada beberapa ruang operasi, suatu pelindung khusus yang menutupi gaun dipakai,
yang memperluas area steril.
- Perawat instrumentasi dan semua personel yang tidak scrub tetap berada pada jarak
aman untuk menghindari kontaminasi di area steril.
Penutup/draping
- Selama menutup meja atau pasien, penutup steril dipegang dengan baik di atas
permukaan yang akan ditutup dan diposisikan dari depan ke belakang.
- Hanya bagian atas dari pasien atau meja yang ditutupi dianggap steril; penutup yang
menggantung melewati pinggir meja adalah tidak steril.
- Penutup steril tetap dijaga dalam posisinya dengan mengunakan penjepit atau perekat
agar tidak berubah selama prosedur bedah.
- Robekan atau bolongan akan memberikan akses kepermukaan yang tidak steril
dibawahnya, menjadikan area ini tidak steril. Penutup yang demikian harus diganti.
- Pak peralatan dibungkus atau dikemas sedemikian rupa sehingga mudah untuk dibuka
tanpa resiko mengkontaminasi isinya.
- Peralatan steril, termasuk larutan, disorongkan ke bidang steril atau diberikan ke orang
yang berscrub sedemikian rupa sehingga kesterilan benda atau cairan tetap terjaga.
- Tepian pembungkus yang membungkus peralatan steril atau bagian bibir botol terluar
yang mengandung larutan tidak dianggap steril.
- Lengan tidak steril perawatan instrumentasi tidak boleh menjulur di atas area steril.
Artikel steril akan dijatuhkan ke atas bidang steril, dengan jarak yang wajar dari pinggir
area steril.
Larutan
- Larutan steril dituangkan dari tempat yang cukup tinggi untuk mencegah sentuhan
tidak disengaja pada basin atau mangkuk wadah steril, tetapi tidak terlalu tinggi sehingga
menyebabkab cipratan. (bila permukaan steril menjadi basah, maka diangap
terkontaminasi)
- Adalah dokter yang secara khusus dilatih dalam seni dan sains ahli anestesi.
21
- Setelah berkonsultasi dengan ahli bedah, ahli anestesi biasanya memilih
anesthesia dan mengatasi segala masalah teknis yang berhubungan dengan pemberian
agens anestetik dan pengawasan kondisi pasien.
Anestetist
- Adalah perawat, dokter gigi, atau dokter yang berkualitas yang memberikan anestetik.
- Kebanyakan anesthetist adalah perawat yang telah lulus dari program perawat
anesthesia berakreditasi dan telah lulus sertifikasi oleh American association of nurse
anesthetist untuk menjadi perawat anesthetist tedaftar bersertifikat (Certified
registered nursing anesthetist CRNA).
o Pilihan agens anestetik dibicarakan, dan pasien diberi kesempatan untuk
mengemukakan reaksi dan informasi sebelumnya mengenai segala medikasi yang sedang
digunakan yang mungkin mempengaruhi pilihan terhadap suatu agens.
o Waktu tersebut, ahli anestesi mengkaji kondisi system kardiovaskuler dan
paru-paru pasien dan menyelediki tentang segala infeksi pulmonary yang sudah ada dan
diperluas hingga riwayat merokok pasien.
o Pada hari pembedahan, pasien diantar ke ruang operasi dan dipindahkan ke meja operasi,
di mana ahli anestesi atau perawat anesthetist akan melakukan lagi pemeriksaan kondisi
fisik, tekanan darah, nadi dan frekuensi pernafasan dicatat secara teliti, selanjutnya
anestetik diberikan.
o Selama pelaksanaan pembedahan, ahli anestesi memantau tekanan darah nadi, dan
pernapasan pasien, juga elektrokardiagram (EKG), volume tidal, kadar gas darah, pH
darah, konsentrasi gas alveolar dan suhu tubuh.
Pertimbangan Gerontologi
Pasien lansia mempunyai resiko anestesi dan pembedahan lebih tinggi dari orang
dewasa.
Resiko periop meningkat pada setiap sepuluh tahun di atas 60 tahun.
Beberapa kemungkinan yang harus diperhatikan :
Infuse iv berlebihan edema pulmunari
Penurunan TD mendadak atau berkepanjangan iskemik serebral, infark.
Menurunnya vaskularisasi termogulasi terganggu.
Aksi siliaris dan refleks batuk efektif berkurang menyebabkan resiko Pneumonia
Penurunan pertukaran gs menambah resiko hipoksia serebral.
Lansia membutuhkan lebih sedikit anestetik untuk menyebabkan anestesia dan waktu
yang lama untuk menghilangkan anestesi. Agens anestetik mempunyai afinitas terhadap
jaringan lemak, berkumpul dalam lemah tubuh dan otak
22
TAHAP INTRAOPERATIF
Di dalam ruangan tahanan sementara, perawat, anestesi, atau ahli anestesi memasang
kateter infus ke tangan klien untuk memberikan prosedur rutin penggantian cairan dan
obat-obatan melalui intravena. Biasanya menggunakan kateter IV yang berukuran
besar agar pemasukan cairan menjadi lebih mudah. Perawat juga memasang manset
tekanan darah. Manset juga terpasang pada lengan klien selama pembedahan
berlangsung sehingga ahli anestesi dapat mengkaji tekanan darah klien.
3. Pemberian Anestesi
a. Anestesi Umum
Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluluh sensasi dan
kesadarannya. Relaksasi mempermudah manipulasi anggota tubuh. Klien juga
mengalami amnesia tentang seluruh proses yang terjadi selama pembedahan yang
menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan
manipulasi jaringan yang luas.
Ahli anestesi memberi anestesi umum melalui jalur IV dan inhalasi melalui empat
tahap anestesi. Tahap 1 dimulai saat klien masih sadar. Klien menjadi pusing dan
kehilangan kesadaran secara bertahap, dan status analgesic dimulai. Tahap 2 adalah
eksitasi. Otot kilen kadang-kadang menegang dan hampir kejang. Reflek menelan
dan mudah tetap ada, dan pola nafas klien mungkin menjadi tidak teratur. Tahap 3
dimulai pada saat irama pernafasan mulai teratur. Fungsi vital terdepresi. Tahap 4
adalah tahap depresi pernafasan lengkap.
b. Anestesi Regional
Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah tubuh
tertentu. Selama pembedaan berlangsung klien dengan anestesi regional akan
tetap sadar kecuali jika dokter memprogramkan pemberian tranquilizer yang dapat
menyebabkan klien tidur. Perawat harus ingat bahwa luka bakar dan cidera
lainnya dapat terjadi pada bagian tubuh yang berada dibawah pengaruh anestesi
23
tanpa disadari oleh klien. Oleh karena itu posisi ekstermitas dan kondisi kulit
klien perlu sering observasi.
c. Anestesi Lokal
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan (mis,
adanya sel tumbuh pada kulit atau kornea mata). Obat anestesi (mis, lidokain )
menghambat konduksi saraf sampai obat terdifusi kedalam sirkulasi. Klien akan
kehilangan rasa nyeri dan sentuhan, aktifitas motorik, dan otonom.
Hal-hal yang dilakukan oleh perawat terkait dengan pengaturan posisi pasien meliputi :
a. Kesejajaran fungsional
Maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi yang
berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda pula. Contoh :
Supine (dorsal recumbent) : hernia, laparotomy, laparotomy eksplorasi,
appendiktomi, mastectomy atau pun reseksi usus.
Pronasi : operasi pada daerah punggung dan spinal. Misal : Lamninectomy
Trendelenburg : dengan menempatkan bagian usus diatas abdomen, sering
digunakan untuk operasi pada daerah abdomen bawah atau pelvis.
Lithotomy : posisi ini mengekspose area perineal dan rectal dan biasanya
digunakan untuk operasi vagina. Dilatasi dan kuretase dan pembedahan rectal
seperti : Hemmoiroidektomy
Lateral : digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul.
b. Pemajanan area pembedahan
Pemajanan daerah bedah maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan
tindakan pembedahan. Dengan pengetahuan tentang hal ini perawat dapat
mempersiapkan daerah operasi dengan teknik drapping
c. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
Posisi pasien di meja operasi selama prosedur pembedahan harus dipertahankan
sedemikian rupa. Hal ini selain untuk mempermudah proses pembedahan juga
sebagai bentuk jaminan keselamatan pasien dengan memberikan posisi fisiologis
dan mencegah terjadinya injury.
24
berlangsung dengan menggunakn tehnik aspek pembedahan yang ketat dan
terbiasa dengan intrumen pembedahan.
b. Perawat Sirkulator
Perawat Sirkulator adalah asisten perawat intrumentator dan dokter bedah. Perawat
sirkulator membantu mengatur posisi klien dan menyediakan alat dan duk bedah
yang di butuhkan dalam pembedahan. Perawat sirkulator menyediakan bahan-
bahan yang di butuhkan perawat instrumentator, membuang alat dan spon kasa
yang telah kotor, serta tetap hitung instrument jarum dan spon kasa yang telah di
gunakan. Perawat sirkulator juga dpat membantu mengubah posisi klien atau
memindahkan posisi lampu opersi. Perawat sirkulator juga menggunakan teknik
aseptik bedah. Apabila teknik aseptik telah hilang, Perawat sirkulator membantu
anggota tim bedah dengan mengganti dan memakai gaun dan sarung tangan steril.
Prosedur ini mencegah tertinggalnay bahan-bahan tersebut di dalam luka bedah
klien.
1. Pengkajian Keperawatan
Salah satu hal yang perlu di kaji dalam intra bedah adalah pengaturan posisi
pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek
pemantauan fisiologis, perubahan tanda vital, system, kardiovaskular
keseimbnagan cairan, dan pernafasan.
. Sebelum dilakukan operasi
a. Pengkajian psikososial
- Perasaan takut / cemas
- Keadaan emosi pasien
b. Pengkajian Fisisk
- Tanda vital : TN, N, R, Suhu.
- Sistem integumentum
• Pucat
• Sianosis
• Adakah penyakit kulit di area badan.
- Sistem Kardiovaskuler
• Apakah ada gangguan pada sisitem cardio ?
• Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?
• Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.
• Kebiasaan merokok, minum alcohol
• Oedema
25
• Irama dan frekuensi jantung.
• Pucat
- Sistem pernafasan
Apakah pasien bernafas teratur ?
Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.
- Sistem gastrointestinal
• Apakah pasien diare ?
- Sistem reproduksi
Apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?
- Sistem saraf
• Kesadaran ?
- Validasi persiapan fisik pasien
Apakah pasien puasa ?
Lavement ?
Kapter ?
Perhiasan ?
Make up ?
Scheren / cukur bulu pubis ?
Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?
Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperwatan selam 1 x 24 jam, masalah resiko
terjadinya cidera pada pasien dapat tertasi.
26
Kriteria Hasil
1. Tidak terjadinya resiko cedera pada pasien
2. Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman dan aman
Rencana tindakan
1. Gunakan semua alat atau instrument untuk tindakan pembedahan seperti
pemakaian baju bedah, tutup kepala, masker, penutup sepatu, celemek, dan
sarung tangan, serta penyucian tangan.
2. Lakukan Persiapan pelaksanaan anestesi sebelum tindakan pembedahan
3. Lakukan pemantauan selama masa tindakan pembedahan
27
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan doek steril agar daerah
seputar bedah tetap steril dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara
daerah yang steril dan tidak.
g. Pelaksanaan Anestesi
Terdiri dari anestesi umum, anestesi regional, dan anestesi lokal.
h. Pelaksanaan Pembedahan
Setelah dilakukan anestesi, timbedah akan melaksanakan pembedahan sesuai
dengan ketentuan pembedahan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti normalnya tanda vital,
kardiovaskular, pernapasan, ginjal, dan lain-lain.
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama
periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan
equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian
yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan
cepat, aman dan nyaman.
- Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery room),
- Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room)
- Transportasi pasien ke ruang rawat,
- Perawatan di ruang rawat.
Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari satu posisi ke
posisi lainnya. Seperti posisi litotomi ke posisi horizontal atau dari posisi lateral ke posisi
terlentang. Bahkan memindahkan pasien yang telah dianastesi ke brankard dapat
menimbulkan masalah gangguan vaskuler juga. Untuk itu pasien harus dipindahkan secara
perlahan dan cermat. Segera setelah pasien dipindahkan ke barankard atau tempat tidur,
gaun pasien yang basah (karena darah atau cairan lainnnya) harus segera diganti dengan
28
gaun yang kering untuk menghindari kontaminasi. Selama perjalanan transportasi tersebut
pasien diselimuti dan diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus
dipasang untuk mencegah terjadi resiko injury. Selain hal tersebut diatas untuk
mempertahankan keamanan dan kenyamanan pasien. Selang dan peralatan drainase harus
ditangani dengan cermat agar dapat berfungsi dengan optimal. Proses transportasi ini
merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat anastesi dengan koordinasi dari
dokter anastesi yang bertanggung jawab.
Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk memberikan penilaian
terhadap kondisi pasien. Jenis peralatan yang ada diantaranya adalah alat bantu pernafasan
: oksigen, laringoskop, set trakheostomi, peralatan bronkhial, kateter nasal, ventilator
mekanik dan peralatan suction. Selain itu di ruang ini juga harus terdapat alat yang
digunakan untuk memantau status hemodinamika dan alat-alat untuk mengatasi
permasalahan hemodinamika, seperti : apparatus tekanan darah, peralatan parenteral,
plasma ekspander, set intravena, set pembuka jahitan, defibrilator, kateter vena, torniquet.
Bahan-bahan balutan bedah, narkotika dan medikasi kegawatdaruratan, set kateterisasi dan
peralatan drainase.
Selain alat-alat tersebut diatas, pasien post operasi juga harus ditempatkan pada tempat
tidur khusus yang nyaman dan aman serta memudahkan akses bagi pasien, seperti :
pemindahan darurat. Dan dilengkapi dengan kelengkapan yang digunakan untuk
mempermudah perawatan. Seperti tiang infus, side rail, tempat tidur beroda, dan rak
penyimpanan catatan medis dan perawatan. Pasien tetap berada dalam PACU sampai pulih
sepenuhnya dari pegaruh anastesi, yaitu tekanan darah stabil, fungsi pernafasan adekuat,
saturasi oksigen minimal 95% dan tingkat kesadaran yang baik. Kriteria penilaian yang
digunakan untuk menentukan kesiapan pasien untuk dikeluarkan dari PACU adalah :
a. Fungsi pulmonal yang tidak terganggu
b. Hasil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat
c. Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah
d. Orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang
e. Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam
f. Mual dan muntah dalam kontrol
g. Nyeri minimal
29
3. TRANSPORTASI PASIEN KE RUANG RAWAT
Transportasi pasien bertujuan untuk mentransfer pasien menuju ruang rawat dengan
mempertahankan kondisi tetap stabil. Jika anda dapat tugas mentransfer pasien, pastikan
score post anastesi 7 atau 8 yang menunjukkan kondisi pasien sudah cukup stabil.
Waspadai hal-hal berikut : henti nafas, vomitus, aspirasi selama transportasi.
30
Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk
memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
e. Discharge Planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondis/penyakitnya post operasi.
A. PENGKAJIAN
Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan diantaranya adalah
kesadaran, kualitas jalan nafas, sirkulasi, dan perubahan tanda vital yang lain,
keseimbangan elektrolit , kardiovaskuler, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya,
serta alat yang digunkan dalm pembedahan.
I. Pengkajin awal
1. Status Respirasi, Melipuiti :
- Kebersihan jalan nafas
- Kedalaman pernafasaan.
- Kecepatan dan sifat pernafasan.
- Bunyi nafas
2. Status sirkulatori, Meliputi :
- Nadi
- Tekanan darah
- Suhu
- Warna kulit
3. Status neurologis, meliputi : tingkat kesadaran
31
4. Balutan, meliputi :
- Keadaan drain
- Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.
5. Kenyamanan, meliputi :
- Terdapat nyeri
- Mual
- Muntah
6. Keselamatan, meliputi :
- Diperlukan penghalang samping tempat tidur.
- Kabel panggil yang mudah dijangkau.
- Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
7. Perawatan, meliputi :
- Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
- Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat dan
jumlah drainage.
8. Nyeri, meliputi :
- Waktu
- Tempat.
- Frekuensi
- Kualitas
- Faktor yang memperberat / memperingan
32
V. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis, dan
manifestasi klinik post operasi.
Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :
1. Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.
2. Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko
dehidrasi dan insufisisensi ginjal.
intervensi :
Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman dan usaha nafas.
Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan
adanya bunyi tambahan
Pantau hasil gas darah dan kadar elektrolit
Pantau status mental
Observasi terhadap sianosis, terutama membran mukosa mulut
Pantau status pernapasan dan oksigenasi
Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen,
pengisap,spirometer)
Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi
Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data (misal: bunyi napas,
pola napas, sputum,efek dari pengobatan)
33
Berikan oksigen atau udara yang dilembabkan sesuai dengan keperluan
Intervensi :
Ganti balutan plester dan debris
Cukur rambut sekeliling daerah yang terluka, jika perlu
Catat karakteristik luka bekas operasi
Catat katakteristik dari beberapa drainase
Bersihkan luka bekas operasi dengan sabun antibakteri yang cocok
Rendam dalam larutan saline yang sesuai
Berikan pemeliharaan lokasi IV
Sediakan pemeliharaan luka bekas operasi sesuai kebutuhan
Berikan pemeliharaan kulit luka bernanah sesuai kebutuhan
Gunakan unit TENS (Transcutaneous Elektrikal Nerve Stimulation) untuk
peningkatan penyembuhan luka bekas operasi yang sesuai
Gunakan salep yang cocok pada kulit/ lesi, yang sesuai
Balut dengan perban yang cocok
Pertahankan teknik pensterilan perban ketika merawat luka bekas operasi
Periksa luka setiap mengganti perban
Bandingkan dan mencatat secara teratur perubahan-perubahan pada luka
Jauhkan tekanan pada luka
Ajarkan pasien dan anggota keluarga prosedur perawatan luka
Intervensi :
Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi ).
Observasi reaksi NV dr ketidak nyamanan.
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
klien
Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis).
Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri.
34
Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.
Evaluasi tindakan pengurang nyeri
Monitor TTV
D. EVALUASI
Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam mempertahnkan status kesehatan , seperti adanya peningkatan
proses penyembuhan luka, system sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit,
system eliminasi, serta tidak ditemukn tanda kecemasan lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
35