Di susun oleh:
Rio Agus Efendi, S.Kep.,Ns
NIK. 199108152015115101
Rumah Sakit Universitas Airlangga
2020
Materi yang diberikan selama pelatihan meliputi:
4. Airway Management
a. Membuka jalan nafas dan pernafasan, dibagi menjadi 2:
1) Obstruksi total: sumbatan total pada jalan nafas yang disebabkan oleh benda
asing di pangkal laring. Pada kondisi ini dilakukan tindakan Haemlich Manouver,
Chest thrust manouver (pasien dengan obesitas), standing or sitting shest thrust
manouver, dan prone chest thrust manouver.
2) Obstruksi parsial: penyumbatan sebagian jalan nafas, misalnya disebabkan oleh
darah, sputum, gargling, lidah yang jatuh ke belakang, snoring, penyempitan
laring atau trachea.
b. Pengelolaan jalan nafas, dilakukan pada pasien penurunan kesadaran dengan cara
head tilt – chin manouver (prosedur ini kontra indikasi pada pasien dengan cedera
cervical), jaw thrust, suctioning, cross finger, & finger sweep.
a. Fisiologis:
1) Memperbaiki ventilasi alveolar (PCO2 & Ph)
2) Memperbaiki oksigenasi arteri (PO2, saturasi, & CaO2)
3) Meningkatkan inflasi paru akhir inspirasi
4) Meningkatkan kapasitas residu fungsional.
5) Menurunkan kerja otot – otot pernafasan (WOB)
b. Klinis:
1) Koreksi asidosis respiratorik akut
2) Koreksi hipoksemia
3) Untuk mencegah hipoksia jaringan
4) Menghilangkan respiratory distress
5) Mencegah dan mengembalikan atelektasis
6) Menghilangkan kelelahan otot bantu nafas
7) Untuk memfasilitasi akibat pemberian sedasi / relaksan.
8) Menurunkan konsumsi oksigen miokard.
9) Menurunkan tekanan intrakranial.
6. Terapi Oksigen
Terapi oksigen adalam memberikan aliran gas lebih dari 20% pada tekanan 1 atmosfer
sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah.
a. Proses respirasi: proses pertukaran gas yang masuk dan keluar melalui kerjasama
dengan sistem kardiovaskuler dan kondisi hematologis, oksigen diatmosver
mengandung konsentrasi 20.9% akan masuk ke alveoli melalui mekanisme ventilasi
kemudian terjadi proses pertukaran gas yang disebut difusi (perpindahan O2 dari
konsentrasi tinggi ke rendah – dari alveoli beralih ke kapiler paru).
Saturasi oksigen: 1.34 ml O2 yang terikat dg 1g Hb.
PaO2: 0.003 ml O2 terlarut dalam 100ml plasma dalam tekanan parsial O2 di arteri
(PaO2 1 mmHg)
b. Ventilasi Alveolar: ventilasi pada tingkat alveoli yang mengambil bagian dalam
proses difusi. Ventilasi alveolar berbanding lurus dengan banyaknya udara yang
keluar masuk paru, laju nafas, udara dalam jalan nafas, serta keaadaan metabolik.
Volume tidal: banyaknya udara keluar masuk paru dalam setiap kali bernafas (6-8 ml
/ kgBB).
Dead space: volume nafas yang berada di jalan nafas dan tidak ikut dalam pertukaran
gas. Nilai normal 150 – 180 ml terbagi atas 3 bagian yaitu: Anatomic dead space,
Alveolar dead space, Patophisiologic dead space.
c. Bahaya pemberian oksigen:
1) Kebakaran
2) Depresi ventilasi
3) Keracunan oksigen: pemberian oksigen konsentrasi tinggi dalam waktu yang
lama dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasis dan kerusakan
surfaktan.
4) Retrorentral fibroflasi
Kenaikan 10C suhu tubuh dapat meningkatkan kebutuhan oksigen 14% dan kebutuhan
cairan 10%.
7. ECG
a. Identifikasi dan interpretasi EKG:
1) Irama: teratur / tidak
2) Hearth rate:
- SA node: 60-100 x/menit
- AV node: 40-60 x/menit. Jika > 60x / menit disebut axcelerate.
- Bundle purkinje: 20-40 x/menit. Jika > 40x / menit disebut axcelerate.
3) Gelombang P: lebar ≤ 0.12 detik, (+) di lead II, (-) di lead aVR, merupakan
proses depolarisasi atrium.
4) Interval PR: 0.12 – 0.20 detik, di ukur dari awal P s.d permulaan QRS.
5) Gelombang QRS: lebar 0.06 – 0.12 detik, merupakan proses depolarisasi
ventrikel.
6) Gelombang Q: merupakan defleksi negatif pertama pada gelombang QRS, lebar
< 0.04 detik, kedalaman < 1/3 tinggi R, jika abnormal disebut “Q patologis (di
semua lead)”
7) Segmen ST: isoelektrik di semua lead, di ukur dari akhir QRS s.d awal
gelombang T. Segmen ST > tinggi dari isoelektrik = ST elevasi (infark), jika >
rendah = ST depresi (iskemia).
8) Gelombang T: gambaran proses repolarisasi ventrikel umumnya (+) di semua
lead kecuali aVR, < 1 mV di lead dada, < 0.5 mV di lead ekstremitas., untuk
mendeteksi iskemik atau infark dan kelainan elektrolit.
9) QT interval: untuk mendeteksi iskemik atau infark, diukur dari awal Q s.d akhir
T, panjang < 0.43 detik, lebar < 0.42 detik.
10) Axis: (-) 30 s.d (+) 1100 disebut NAD (normal axis deviasi).
b. Note:
1) Q patologis, ST depresi, T infertif bermakna bila berada pada 2 sandapan atau
lebih pada lokasi yang sama.
2) ST elevasi atau depresi bila lebih dari 0.1 mV di lead ekstremitas, dan 0.2 mV di
lead pericordial.
3) J point (titik junction): awal S sampai akhir S.
4) Sandapan EKG:
- Bipolar: merekam lead I, II, III.
Lead I tangan kanan dan tangan kiri.
Lead II tangan kanan dan kaki kiri.
Lead III tangan kiri dan kaki kiri.
- Sandapan unipolar:
Ektremitas: mengukur aVR, aVL, aVF
Pericordial: V1 – V9 dan V3R, V4R
5) Interpretasi: