Disusun oleh :
1803016
Prinsip
a. Respiratory (pernafasan)
b. Perfusion (sirkulasi)
c. Mental state (status mental)
a. Prioritas nol (hitam): pasien meninggal /cidera parah yg jelas tidak mungkin utk
diselamatkan
b. Prioritas pertama (merah): penderita cedera berat & memerlukan penilaian cepat
& tindk medik/transportasi utk menyelamatkan hidup. Ex : gagal nafas, henti
jantung, lb berat, perdarahan parah & ckb.
c. Prioritas kedua (kuning): pasien memerlukan bantuan, namun dengan cidera &
tinkat kurang berat& dipastiakn tidak akan mengalami ancaman jiwa dlm wkt
dekat. Ex : cidera abdomen tanpa shock, fraktur tanpa shock & jns pyk lain.
d. Prioritas ketiga (hijau): pasien dg cidera minor& tingkat pykt yg tdk membutuhkan
pertolongan segera tdk mengancam nyawa & tdk menimbulkan kecacatan.
Klasifikasi Triage
c. Benda asing
a. Suction
b. Posisi lateral
Diagnosa Airway:
“Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi
fungsi yang baik dari paru-paru, dinding dada dan diafragma.”
g. Keadekuatan Ventilasi
1) Denyut jantung : awal takikardi, hipoksemia brt dpt sebabkan bradikardia
2) Warna kulit : awal pucat, hipoksia sebabkan pelepasan katekolamin &
vasokonstriksi; sianosis sentral ( jk psn anemik, hipoksemia brt mngk tdk
sebabkan sianosis)
3) Status mental : awal agitasi, mengantuk, konfusi (bingung) & ggn kesadaran
h. Dx breathing
1) Resiko pola nafas tidak efektif b/d ……
2) Gangguan pertukaran gas b/d …...
4. C : Circulation; dengan control perdarahan
a. Look : Warna tangan dan jari
CRT > 2 detik
b. Listen : TD
Hipotensi menyebabkan shock. Shock dg TD normal : sebagai mekanisme
kompensasi utk meningkatkan kompensasi utk meningkatkan resistensi perifer
sebagai respons thd penururnan CO2. Diastolik rendah : vasodilatasi arterial
(anafilaksis, sepsis). Tekakan HR sempit (tek. atr sistolik & diastolik) normal 35-
45 mmHG : vasokonstriksi arterial ( shock kardiogenik, shock hipovolemik).
c. Feel
Suhu kulit / akral , akral dingin : perfusi jaringan perifer buruk, palpasi denyut
nadi perifer dan sentral (frekuensi, kualitas, keteraturan), denyut lemah : co
buruk, denyut keras : sepsis, vena kolaps/ krg terisi : hipovolemia.
d. Penyebab gangguan circulation: Sindroma koroner akut, Aritmia jantung,
Shock : hipovolemia, septik & anafilaktik, Gagal jantung, Embolisme paru.
e. Penanganan gangguan sirkulasi:
1) Penanganan spesifik tergantung pd penyebabnya; penggantian cairan, kontrol
perdarahan, pengembalian perfusi jaringan biasanya akan diperlukan
2) Sindom koroner akut : oksigen, aspirin 300mg, gliseril trinitrat sublingual &
morfin, th reperfusi
3) Shock : cairan IV line
f. Diagnosa gangguan sirkulasi
1) Kurang volume cairan b/d ….
2) Gangguan perfusi jaringan perifer b/d …..
3) Gangguan perfusi jaringan serebri b/d ….
4) Nyeri
5. D : Disability
a. tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
b. GCS
c. AVPU
d. Penyebab Penurunan kesadaran:
Hipoksia berat, Hiperkapnia, Hipoperfusi serebral (baru saja diberikan obat2an
sedatif/ analgesik), hipoglikemi, Alkohol, Tinjau kembali ABC utk
menyingkirkan hipoksemia & hipotensi.
e. Penanganan: Prioritas I : menilai ABC, Akibat obat : antidot (nalokson utk
keracunan opiat), Hipoglikemik : glukosa
6. E : Exposure/ Elektokardiografi
Kontrol lingkungan, Membuka baju pasien, Pemeriksaan tubuh yg berkontribusi.
Ex : kecurigaananafilaksis-------px kulit = urtikaria. Beri Selimut tebal mencegah
kedinginan & privacy. Lakukan anamnesa klinis secara lengkap Px. Cat. Kasus,
daftar observasi & obat2an yang dikonsumsi pasien, TTV yg terekam, Obat yg
diresepkan dokter, Analisa hsl px. Lab, radiologi, EKG
7. Selama primary survey, keadaan yang mengancam nyawa harus dikenali, dan
resusitasinya dilakukan pada saat itu juga.
D. Secondary Survey
1. Pengkajian sekunder dilakukan hanya setelah survai primer selesai, resusitasi
dilakukan dan penderita stabil. Fokus Assesment
2. Pengkajian Riwayat Penyakit
3. Pengkajian Head To Toe
4. Pelaksanaan: Komprehensive, Humanistik dan holistic
E. Penilaian Kondisi Pasien secara Komprehensif
Keparahan, Waktu serangan, Jari tabuh / clubing fingers, Bentuk dada,Perkusi dada,
Auskultasi dada, Obat yg sdg dikonsumsi, Halitosis, Posisi pasisn RPD , RPK,
Riwayat Kebiasaan, pekerjaan & social, Usia pasien, R. baru saja bepergian ke suatu
t4 terpapar dg virus / bakteri, Alergi
F. Evaluasi
Evaluasi berdasarkan pada criteria tiap katagori kegawatan, dan dilakukan paling
sedikit tiap jam, kecuali pasien dengan kondisi emergency atau urgen tiap 15 menit.
Issue End Of Life dalam Area Keperawatan Kritis
A. Planning for the end of life
Perawatan akhir-hidup (End of life care) mengacu pada perawatan kesehatan, tidak
hanya pasien di jam-jam terakhir atau hari–hari kehidupan mereka, tetapi lebih dari
sekedar peduli pada orang dengan penyakit terminal atau kondisi terminal yang
berlanjut, progresif dan tidak dapat disembuhkan.
1. End of life
2. Advance directives
3. Advance care planning
4. Ethical and legal issues in advance care planning
5. Critical care issues in advance planning
6. Decision making and communication
7. Comfort care and symptom management
8. Providing comfort
9. Withdrawing life support
10. Professional issues regarding end of life in the icu
11. Collaborative care
B. Ethical and Legal Issues in Advance Care Planning
1. Prinsip hukum dan etika memandu banyak keputusan kita dalam merawat pasien
sekarat dan keluarga pasien.
2. Pasien dihormati sebagai otonomi dan mampu mengambil keputusan sendiri. Bila
pasien tidak mampu mengambil keputusan sendiri dialihkan pada keluarga.
3. Menghentikan dan melanjutkan perawatan dianggap moral dan hukum setara.
C. Critical care issue in advance planning
1. Cardiopulmonary resucitation (CPR): Keluarga hadir diruangan selama CPR
2. Kesalahpahaman perintah Do Not Resuciation (DNR): Menyamakan dengan tidak
ada perlakuan
3. Prognosis dan ketidakpastian: Sulit untuk diramalkan
D. Decision making and communication
Rekomendasi perawatan kritis meningkatkan interaksi keluarga, pengaruh budaya dan
agama, membahas prognosis, konflik dan staf distress.
E. Comfort care and symptom management
1. Step toward comfort care: penghentian tindakan yang tidak bermanfaat atau
menimbulkan ketidaknyamanan.
2. Paliative care dan hospice: Anggapan salah bahwa paliative care hanya dekat
kematian.
3. Pain Management: Penilaian non verbal. Intervensi yaitu pemberian opioid
4. Non Pain Symptom Management:
a. Dyspnea
Pasien yang mendekati kematian sering dapat melaporkan dyspnea. Dispnea
dapat dikelola dengan evaluasi dari pasien dan penggunaan opioid, diuretik,
sedatif, dan intervensi nonfarmakologis (oksigen, posisi, dan peningkatan aliran
udara).
b. Mual dan Muntah
Mual dan muntah yang umum dapat diatasi dengan antiemetik. Penyebab mual
dan muntah mungkin obstruksi usus. Namun, pengobatan untuk dekompresi
seperti tabung nasogastrik mungkin tidak nyaman pada pasien sekarat, dan
penggunaannya harus ditimbang menggunakan perseptif manfaat.
c. Demam dan Infeksi
Pengelolaan demam dengan antipiretik mungkin sesuai untuk kenyamanan
pasien, tetapi metode lainnya seperti mandi pendinginan, es, atau selimut
hipotermia harus seimbang terhadap pengalaman ketidaknyamanan pasien.
d. Edema
Edema dapat menyebabkan ketidaknyamanan, dan diuretik mungkin efektif jika
fungsi ginjal masih utuh. Dialisis tidak dibenarkan di akhir kehidupan.
e. Kecemasan
Kecemasan harus dinilai secara lisan, jika memungkinkan dinilai perubahan
dalam tanda-tanda vital atau gelisah. Benzodiazepam, terutama midazolam
dengan cepat sering digunakan.
f. Delirium
Delirium umumnya diamati pada pasien sakit kritis dan pasien yang mendekati
kematian. Haloperidol dianjurkan namun pengekangan harus dihindari.
g. Kekacauan metabolisme
Intervensi hanya untuk mempromosikan agar lebih kenyamanan
h. Integritas kulit
Luka dan masalah kulit lainnya dapat menjadi sumber ketidaknyamanan pasien
pada akhir kehidupan.
i. Anemia
Anemia dilakukan transfusi hanya bila dapat meningkatkan kualitas pasien
hidup, seperti menyediakan energi untuk berpartisipasi dengan keluarga.
j. Pendarahan
Tujuan perawatan adalah kenyamanan, dan untuk memungkinkan kematian
alami, maka transfusi untuk mengatasi perdarahan mungkin tidak tepat.
F. Providing Comfort: Intervensi Keperawatannya adalah Fokus perawatan kenyamanan
(sebagai layanan aktif, diinginkan, dan penting bagi pasien).
G. Withdrawing life support
Ekstubasi dan terminal lalu ventilator yang harus disetujui oleh keluarga setelah itu
menyiapkan withdraw life support seperti opioid dan henzodiazepam.
H. Professional Issues Regarding End Of Life In The Icu
Healthcare providers menyebabkan munculnya suatu ISSUE seperti donasi organ dan
family care yaitu Peyampaikan Berita Buruk,Tanggapan keluarga, kebijakan Ttg
keberadaan Keluarga saat CPR, Jam Kunjungan, Keberlanjutan Perawatan.
I. Colaborative Care
Kemampuan untuk berkolaboratif, perawatan dengan penuh kasih sayang pada akhir
kehidupan adalah tanggung jawab semua tenaga kesehatan yang bekerja di Area
kritis. Upaya kolaboratif interdisipliner yang dikaitkan dengan perbaikan dalam
perawatan.
J. Peace of endlife (Teori Rulland and Moore):
Menghilangkan nyeri, kenyamanan, menghargai martabat, kedamaian, hubungan
dekat dengan orang lain.
K. Jurnal terkait End of Life
The American Journal of Critical Care yang berjudul Providing A “Good Death”:
Critical Care Nurses’ Suggestions For Improving End-Of-Life Care oleh Renea L.
Beckstrand, Lynn Clark Callister, and Karin T. Kirchhoff.
“Hasil penelitian dari 861 perawat perawatan kritis yang menanggapi survei,
didapatkan 530 saran untuk meningkatkan perawatan akhir-hidup. Menyediakan
"good death" adalah tema utama; saran spesifik termasuk cara-cara untuk membantu
memastikan kenyamanan, kematian dengan yang berharga dan kematian yang damai.”
Mekanisme Trauma
A. Trauma
Interaksi penderita (host) dan energi (agent) dalam lingkungan tertentu. Penyerapan
energi pada korban menimbulkan trauma. Mekanisme trauma disebut juga proses
cedera
B. Macam- macam Trauma
1. Trauma tumpul
2. Trauma tembus
3. Trauma termal
4. Ledakan / blast injury
C. Mekanisme trauma
1. Deselerasi cepat kedepan (rapid forward deceleration).
2. Deselerasi cepat vertikal (rapid vertical deceleration).
3. Penetrasi proyektil (projectil penetration).
D. Trauma akibat kecelakaan
Yang perlu diperhatikan yaitu: Benturan mesin (the machine collision), Benturan bodi
(the body collision), Benturan organ (the organ collision).
Bentuk- bentuk Kecelakaan:
1. Tabrakan depan (the head on collision):
a. Benturan dengan benda didepan kendaraan → kurangi kecepatan tiba-tiba.
b. Penumpang tanpa seatbelt ››
c. Deselerasi cepat kedepan → kaca depan → trauma:ggn jalan napas,tr.servikal
d. Gambaran jaring laba-laba kaca depan → curiga tr.servikal tersembunyi.
e. Perubahan bentuk setir → curiga trauma muka, leher, dada, perut.
f. Trauma dashboard → trauma muka, lutut, fraktur acetabulum atau pelvis
g. Trauma akibat benda dalam mobil
2. Tabrakan samping (the T bone atau lateral impact collision):
a. Benturan bagian samping kendaraan → akselerasi penumpang menjauhi titik
benturan.
b. Penyebab kematian & trauma ke-2.
c. Trauma yang sering terjadi: kepala, leher, lengan/bahu, thorax, abdomen, pelvis
& tungkai.
3. Tabrakan belakang (the rear end collision):
a. Terjadi ketika kendaraan berhenti & ditabrak dari belakang oleh kendaraan lain.
b. Kendaraan & penumpang → akselerasi kedepan oleh perpindahan energi dari
benturan.
c. Trauma Whisplash: posisi seatbelt dan badan → badan diakselerasi kedepan
bersama kendaraan tapi kepala sering tidak diakselerasi bersama badan →
sandaran kepala fungsional (-) → hiperekstensi leher.
d. Kendaraan tiba-tiba menabrak atau direm mendadak → deselerasi cepat
kedepan.
4. Terguling (the rollover collision)
a. Penumpang dapat terbentur pada semua bagian.
b. Jenis trauma diprediksi dengan mempelajari titik benturan pada kulit penderita.
c. Trauma serius lebih berat pada penumpang tanpa seatbelt.
E. Deselerasi cepat vertikal:
Mekanisme jatuh dari ketinggian. Tergantung oleh 3 faktor: jarak ketinggian, bagian
tubuh yang membentur, permukaan yang terbentur. Kelompok yang sering terkena :
dewasa dan balita.
F. Balistik luka
1. Luka akibat peluru dibedakan atas: luka masuk, keluar, dalam.
2. Kerusakan yang terjadi sesuai densitas jaringan.
3. Peluru yang menembus badan alurnya tidak selalu lurus.Segera transpor: peluru
tembus kepala, thorax, abdomen.
4. Tertembak dg memakai pelindung:memar jantung dan organ lain.
G. Trauma Ledakan
1. Sebagai hasil perubahan sangat cepat suatu bahan dengan volume relatif kecil
(padat, semi padat, cairan atau gas).
2. Mekanisma trauma ledakan : primer, sekunder, tertier.
3. Setiap trauma ledakan curiga kerusakan paru. Pada telinga ruptur membran
tympani. Pada paru kontusio, edem, dan ruptur yg dpt menyebabkan
pneumotorak. Pada mata perdarahan intra okuler dan ablasio retina
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KRITIS
A. Perbedaan Alur Pemeriksaan Diagnostik
Pada kasus non kritis:
1. Pemeriksaan kepala dan leher
2. Pemeriksaan thorax
3. Pemeriksaan abdomen
4. Pemeriksaan genetalia
5. Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas
6. Pemeriksaan neurologi
LOOK for,
b. Perdarahan/ Hemorhage
d. sesak/ dyspnea,
LISTEN for,
g. Carotid bruit
FEEL for,
c. Assesing rate
d. Quality
e. Regularity
f. Symmetri
E. Cardiac Problem
1. Normal Sinus Rhythm (NSR)
a. Impuls dari nodus SA Irama Sinus (Sinus rhythm – SR)
b. Kriteria :
- Irama teratur, Frekuensi 60-100 x/m
- Gelombang P : normal
- P : QRS = 1 : 1
- Interval PR : 0,12 – 0,20 detik
- Kompleks QRS : ≤ 0,12 detik (sempit)
2. Aritmia (Tidak memenuhi kriteria irama sinus):
Atrial fibrillation
Atrial Fluter
Ventricular fibrilation
Ventricular tachycardia
Ventricular asystole
3. Coroner Acut Syndrome
Kriteria Diagnostik WHO 2 dari 3
- Keluhan : Nyeri dada (angina) Angina equivalent
- Gambaran EKG : “Normal” T ↓, ST ↓, ST ↑
- Marka jantung (enzim) : CKMB
- Troponin I – Troponin T
F. Kegawat-Daruratan Medical/ Non Bedah
1. Kegawat daruratan umum : gagal nafas, emboli paru, gagal ginjal, hipertensi,
infeksi & syok septik
2. Kegawat daruratan infeksi : Dengue Hemoraghic Fever dan dengue shock
syndrome
3. Kegawat daruratan pada jantung: kelainan EKG, Aritmia, sindroma koroner akut
G. Kegawat darutan Bedah – khusus trauma
1. Trauma multiple
2. Cedera/ trauma kepala
3. Trauma Thoraks
4. Trauma abdomen
5. Trauma muskuloskeletal
6. Hal khusus (luka bakar, tenggelam
H. Kegawatdaruratan pada bayi dan anak
1. Gawat nafas (biru)
2. Syok pada anak
3. Hipothermia