KELOMPOK 1
DISUSUN OLEH:
MATA KULIAH:
MANAJEMEN KAMAR BEDAH
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................5
A. Kesimpulan...................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Setting Kamar Bedah” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
[dosen/guru] pada mata kuliah Manajemen Kamar Bedah. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Setting Kamar Bedah bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ns. Yunani, M. Kep, Sp. MB, selaku dosen
mata kuliah manajemen kamar bedah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang- Undang RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
dijelaskan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yangmenyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Kebutuhan pelayanan kesehatan pada masa sekarang ini harus profesional dan
memenuhi standar rumah sakit nasional maupun internasional sesuai tuntutan
masyarakat modern. Sehingga peningkatan pelayanan kesehatan rumah sakit mutlak
untuk dilakukan oleh seluruh rumah sakit. Oleh karena itu rumah sakit mempunyai
kewajiban memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, tidak
diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit terutama pada kamar bedah.
Peningkatan mutu dan kualitas rumah sakit sesuai standar terus dikembangkan
termasuk pada kamar bedah atau kamar operasi. Hal ini berkaitan tentang peningkatan
mutu pelayanan kerja SDM di kamar bedah (OK), patient safety, penerapan aspek
medikolegal, manajemen risiko akreditasi, peningkatan K3, dan penanganan limbah
serta penanganan infeksi nosokominal dan ILO (Infeksi Luka Operasi). Adapun
pengaturan pada kamar bedah yang harus dan wajib diperhatikan guna peningkatan
mutu pelayanan di Kamar Bedah terjamin.
Dengan adanya uraian diatas maka penulis ingin membuat makalah dengan
judul “ Setting pada Kamar Bedah di Rumah sakit”.
B. Rumusan Masalah
Dengan adanya uraian latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja persyaratan tekhnis sarana ruangan operasi di rumah sakit?
2. Apa saja persyaratan tekhnis prasarana ruang operasi di rumah sakit?
3. Apa saja peran perawat perioperatif diruang OK?
C. Tujuan
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, pengenalan dan pengamatan
mengenai setting kamar bedah.
2. Untuk mengetahui persyaratan tekhnis sarana ruangan operasi di rumah sakit
3. Untuk mengetahui persyaratan tekhnis prasarana ruang operasi di rumah sakit
4. Untuk mengetahui peran perawat perioperatif diruang OK
5. Dapat digunakan sebagai acuan referensi oleh pembaca
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal) Zona ini terdiri dari area
resepsionis (ruang administrasi dan pendaftaran), ruang tunggu keluarga
pasien, janitor dan ruang utilitas kotor.
2) Zona 2, Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter) Zona ini
terdiri dari ruang istirahat dokter dan perawat, ruang plester, pantri
petugas. Ruang Tunggu Pasien (;holding)/ ruang transfer dan ruang loker
(ruang ganti pakaian dokter dan perawat) merupakan area transisi antara
zona 1 dengan zone 2.
3) Zona 3, Tingkat Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter) Zona
ini meliputi kompleks ruang operasi, yang terdiri dari ruang persiapan
(preparation), peralatan/instrument steril, ruang induksi, area scrub up,
ruang pemulihan (recovery), ruang resusitasi neonates, ruang linen, ruang
pelaporan bedah, ruang penyimpanan perlengkapan bedah, ruang
penyimpanan peralatan anastesi, implant orthopedi dan emergensi serta
koridor-koridor di dalam kompleks ruang operasi. Merupakan area dengan
kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 – ISO 14644-1 cleanroom
standards, Tahun 1999)
4) Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium
Filter, Hepa Filter) Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara
positif. Merupakan area dengan kebersihan ruangan kelas 10.000 (ISO 7 –
ISO 14644-1 cleanroom standards, Tahun 1999)
5) Area Nuklei Steril Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah
(;laminair air flow) dimana bedah dilakukan. Merupakan area dengan
kebersihan ruangan kelas 1.000 sampai dengan 10.000 (ISO 6 s/d 7 – ISO
14644-1 cleanroom standards, Tahun 1999).
b. Sistem zonasi pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit bertujuan untuk
meminimalisir risiko penyebaran infeksi (;infection control) oleh micro-
organisme dari rumah sakit (area kotor) sampai pada kompleks ruang operasi.
c. Sistem zonasi tersebut menyebabkan penggunaan sistem air conditioning pada
setiap zona berbeda-beda. petugas dan pengunjung datang dari koridor kotor
mengikuti ketentuan berpakaian dan ketentuan tingkah laku yang diterapkan
pada zona.
d. Aliran (;flow) bahan-bahan yang masuk dan keluar Ruang Operasi Rumah
Sakit juga harus memenuhi tahap tahap yang spesifik.
e. Aspek esensial dari system zonasi ini dan denah bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit adalah mengatur arah tim bedah, tim anestesi, pasien dan setiap
pengunjung serta aliran bahan steril dan kotor.
f. Dengan menerapkan sistem zonasi ini dapat menimbulkan risiko infeksi pada
paska bedah. Kontaminasi mikrobiologi dapat disebabkan oleh:
1) Phenomena yang tidak terkait komponen bangunan, seperti:
a) Mikroorganisme (pada kulit) dari pasien atau infeksi yang mana
pasien mempunyai kelainan dari apa yang akan dibedah.
b) Petugas ruang operasi, terkontaminasi pada sarung tangan dan
pakaian.
c) Kontaminasi dari instrumen, kontaminasi cairan.
2) Persyaratan teknis bangunan (sarana), seperti:
a) Denah (layout) sarana Ruang Operasi Rumah Sakit. Jalur yang salah
dari aliran barang “bersih” dan “kotor” dan lalu lintas orang dapat
dengan mudah terjadi infeksi silang.
b) Sebagai upaya pencegahan dan pengendalian infeksi silang yang
disebabkan oleh alur sirkulasi barang “bersih” dan “kotor” dan alur
sirkulasi orang, maka harus dilengkapi dengan standar-standar
prosedur operasional.
c) Area-area dimana pelapis struktural dan peralatan yang
terkontaminasi.
d) Aliran udara. Udara dapat langsung (melalui partikel debu
pathogenic) dan tidak langsung (melalui kontaminasi pakaian, sarung
tangan dan instrumen) dapat menyebabkan kontaminasi. Oleh karena
itu, sistem pengkondisian udara mempunyai peranan yang sangat
penting untuk mencegah kondisi potensial dari kotaminasi yang
terakhir.
5. Aksesibilitas dan Hubungan Antar Ruang
a. Aksesibiltas
Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan
aksesibilitas tempat tidur. Ini berarti bahwa ruang operasi, area persiapan dan
lain-lain, dan area lalu lintas yang bersebelahan dengannya harus aksesibel
untuk tempat tidur. Selanjutnya, kebutuhan tempat tidur harus dapat melalui
area jalur lalu lintas. Pada tabel menunjukkan kesimpulan persyaratan dasar
yang berhubungan dengan aksesibilitas dari sarana Ruang Operasi Rumah
Sakit, dimana sejauh ini mempunyai konsekuensi terhadap lebar ruang/area
atau lorong ke ruangan/area.
Persyaratan Dasar Aksesibilitas
Persyaratan
Keterangan Area
Minimum
Area bebas lalu lintas (antara pegangan tangan/rail) 2,30 m
Sama diatas, apabila tempat tidur harus mampu berputar 2,40 m
Lebar bebas dari lorong ke akses area tempat tidur (ruang
1,10 m
operasi, area persiapan, dan lain-lain)
5. Persyaratan Kemudahan
a. Kemudahan hubungan horizontal
Setiap bangunan harus memenuhi syarat seperti jumlah, ukuran, dan
jenis pintu, dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan besaran
ruang, fungsi ruang, dan jumlah pengguna ruang; Arah bukaan daun pintu
dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan fungsi ruang dan aspek
keselamatan; Ukuran koridor sebagai akses horizontal antarruang
dipertimbangkan berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang dan jumlah
pengguna.
b. Kemudahan hubungan vertikal
Setiap bangunan rumah sakit bertingkat harus menyediakan sarana
hubungan vertikal antarlantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi
bangunan rumah sakit tersebut berupa tersedianya tangga, ram, lif, tangga
berjalan/ eskalator, dan/atau lantai berjalan/travelator.
c. Sarana evakuasi
Setiap bangunan rumah sakit, harus menyediakan sarana evakuasi yang
meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu eksit, dan jalur
evakuasi yang dapat dijamin kemudahan pengguna bangunan rumah sakit
untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan rumah sakit secara aman
apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.
d. Aksesibilitas
Setiap bangunan rumah sakit harus menyediakan fasilitas dan
aksesibilitas untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi penyandang
cacat dan lanjut usia masuk ke dan ke luar dari bangunan rumah sakit serta
beraktivitas dalam bangunan rumah sakit secara mudah, aman nyaman dan
mandiri.
E. Peran Perawat di Kamar Bedah
1. Peran Perawat Asministratif
Perawat administratif berperan dalam pengaturan manajemen penunjang
pelaksanaan pembedahan. Biasanya terdiri dari perencanaan dan pengaturan staf,
kolaborasi penjadwalan pasien bedah, perencanaan manajemen material, dan
manajemen kinerja.
DIM, S.A. 2012. Pedoman Teknis Ruang Operasi Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Keseaht
an RI.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2009 .Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, da
n Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
TOPIK : PENYAJI :
TANGGAL : MODERATOR :
WAKTU : NARASUMBER :
No ASPEK YANG DINILAI NILAI
1 2 3 4
I Makalah
1. Sistematika
2. Kelengkapan Isi
3. Kejelasan keseluruhan materi
4. Sumber yang digunakan relevan
5. Keaktifan konsultasi
II Presentasi
1. Ketepatan waktu
2. Kejelasan penyajian
3. Efektifitas alat bantu
4. Penampilan penyaji
5. Kejelasan media
6. Penguasaan materi
III Diskusi
1. Ketepatan menjawab
2. Kemampuan argumentasi
3.Kemampuan mengorganisasi kelompok
4. Penampilan professional dalam tanya ja
wab
NILAI AKHIR: Jumlah nilai keseluruhan
-----------------------------------
15
KETERANGAN: 4 = Sangat Baik
3= Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Penilai