Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SETTING KAMAR BEDAH

KELOMPOK 1

DISUSUN OLEH:

1. Arisa Vira Oktafiani (1803016)


2. Dwi Febri SN (1803034)
3. Hasan Albana (1803044)
4. Istyana Dyah M (1803050)
5. Noor Putri Elliya (1803064)
6. Siti Nur Khasanah (1803094)
7. Tiyas Puji Rahayu (1803101)

MATA KULIAH:
MANAJEMEN KAMAR BEDAH
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C. Tujuan.............................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6

A. Pengertian Kamar Bedah / Ruang Operasi......................................................................6

B. Lingkup Materi Persyaratan............................................................................................6

C. Persyaratan Teknis Bangunan (Sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit............................7

D. Persyaratan Teknis Prasarana (Utilitas) Ruang Operasi Rumah Sakit..........................12

E. Peran Perawat di Kamar Bedah.....................................................................................15

BAB III PENUTUP..................................................................................................................17

A. Kesimpulan...................................................................................................................17

B. Saran..............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Setting Kamar Bedah” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
[dosen/guru] pada mata kuliah Manajemen Kamar Bedah. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Setting Kamar Bedah bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ns. Yunani, M. Kep, Sp. MB, selaku dosen
mata kuliah manajemen kamar bedah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, September 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang- Undang RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
dijelaskan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yangmenyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Kebutuhan pelayanan kesehatan pada masa sekarang ini harus profesional dan
memenuhi standar rumah sakit nasional maupun internasional sesuai tuntutan
masyarakat modern. Sehingga peningkatan pelayanan kesehatan rumah sakit mutlak
untuk dilakukan oleh seluruh rumah sakit. Oleh karena itu rumah sakit mempunyai
kewajiban memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, tidak
diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit terutama pada kamar bedah.
Peningkatan mutu dan kualitas rumah sakit sesuai standar terus dikembangkan
termasuk pada kamar bedah atau kamar operasi. Hal ini berkaitan tentang peningkatan
mutu pelayanan kerja SDM di kamar bedah (OK), patient safety, penerapan aspek
medikolegal, manajemen risiko akreditasi, peningkatan K3, dan penanganan limbah
serta penanganan infeksi nosokominal dan ILO (Infeksi Luka Operasi). Adapun
pengaturan pada kamar bedah yang harus dan wajib diperhatikan guna peningkatan
mutu pelayanan di Kamar Bedah terjamin.
Dengan adanya uraian diatas maka penulis ingin membuat makalah dengan
judul “ Setting pada Kamar Bedah di Rumah sakit”.

B. Rumusan Masalah
Dengan adanya uraian latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja persyaratan tekhnis sarana ruangan operasi di rumah sakit?
2. Apa saja persyaratan tekhnis prasarana ruang operasi di rumah sakit?
3. Apa saja peran perawat perioperatif diruang OK?
C. Tujuan
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, pengenalan dan pengamatan
mengenai setting kamar bedah.
2. Untuk mengetahui persyaratan tekhnis sarana ruangan operasi di rumah sakit
3. Untuk mengetahui persyaratan tekhnis prasarana ruang operasi di rumah sakit
4. Untuk mengetahui peran perawat perioperatif diruang OK
5. Dapat digunakan sebagai acuan referensi oleh pembaca
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kamar Bedah / Ruang Operasi


Kamar operasi adalah suatu ruangan yang terdapat pada penyedia fasilitas
kesehatan dimana prosedur bedah yang mengguanakan pembiusan dilakukan. Definisi
lain dari kamar operasi adalah suatu unit khusus yang digunakan untuk melakukan
tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan steril
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993). Menurut Wiliamson (2002)
kamar operasi adalah ruangan di dalam rumah sakit yang dipakai untuk melaksanakan
operasi mayor dan secara khusus hanya dipakai untuk prosedur bedah bukan untuk
invetervensi pengobatan. Luas ruangan harus cukup untuk petugas bergerak
sekeliling peralatan bedah. Ruang operasi harus dirancang dengan factor keselamatan
yang tinggi.
Kamar operasi terdapat tiga pembagian area. Pertama adalah area non steril
yang terdiri dari ruangan administrasi, ruangan penerimaan pasien, ruang konfrensi,
area persiapan pasien, ruang istirahat dokter, ruang ganti pakaian. Area yang kedua
adalah area semi steril yang terdiri dari ruang pemulihan atau recovery room, ruang
penyimpanan alat dan material operasi steril, ruang penyimpanan obat-obatan, ruang
penampungan alat dan instrumen kotor, ruang penampungan linen kotor, ruang
penampungan limbah atau sampah operasi, ruang resusitasi bayi dan ruang untuk
tindakan radiologi sederhana. Area yang ketiga adalah area steril yang terdiri dari
ruang tindakan operasi, ruang cuci tangan atau scrub area dan ruang induksi. Pada
area steril harus selalu terjaga kebersihan dan kondisi steril harus benar-benar dijaga
(Kemenkes, 2012).
Di ruang operasi, pasien dipindahkan dari stretcher khusus Ruang Operasi
Rumah Sakit ke meja operasi/bedah. Di ruang ini pasien operasi dilakukan pembiusan
(anestesi). Setelah pasien operasi tidak sadar, selanjutnya proses operasi dimulai oleh
Dokter Ahli Bedah dibantu petugas medik lainnya.
B. Lingkup Materi Persyaratan
Lingkup materi kamar bedah / Ruang Operasi Rumah Sakit Rumah Sakit ini adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran umum yang meliputi latar belakang, maksud dan tujuan,
serta lingkup materi pedoman.
2. Ruang Operasi Rumah Sakit memberikan gambaran mengenai alur kegiatan pada
bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, kebutuhan ruang, zoning dan persyaratan
umum komponen bangunan intalasi bedah .
3. Ruang Operasi Rumah Sakit memberikan gambaran mengenai persyaratan utilitas
bangunan yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan, kesehatan
bangunan, kenyamanan dan kemudahan.
4. Evaluasi
C. Persyaratan Teknis Bangunan (Sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit
1. Pengertian
Setiap bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit merupakan tempat
untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang
membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya. Fungsi bangunan (sarana)
Ruang Operasi Rumah Sakit dikualifikasikan berdasarkan tingkat sterilitas dan
tingkat aksesibilitas.
2. Persyaratan Struktur Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
a. Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, strukturnya harus direncanakan
kuat/kokoh, dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi
persyaratan kelayanan (;serviceability) selama umur layanan yang
direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit, lokasi, keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.
b. Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh aksi
sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur layanan
struktur, baik beban muatan tetap maupun beban muatan sementara yang
timbul akibat gempa dan angin.
c. Dalam perencanaan struktur bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit terhadap
pengaruh gempa, semua unsur struktur bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit,
baik bagian dari sub struktur maupun struktur bangunan, harus diperhitungkan
memikul pengaruh gempa rancangan sesuai dengan zona gempanya.
d. Struktur bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus direncanakan secara
detail sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan,
apabila terjadi keruntuhan, kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan
pengguna bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit menyelamatkan diri.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembebanan, ketahanan terhadap gempa
dan/atau angin, dan perhitungan strukturnya mengikuti pedoman dan standar
teknis yang berlaku.
3. Alur Sirkulasi Ruang
Alur sirkulasi (pergerakan) ruang pada bangunan (sarana) Ruang Operasi
Rumah Sakit.

4. Pembagian Zona pada Sarana Ruang Operasi Rumah Sakit


a. Ruangan-ruangan pada bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit dapat
dibagi kedalam beberapa zona, yaitu:
Keterangan :
5 = Area Nuklei Steril (Meja Operasi)
4 = Zona Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan prefilter, medium filter dan
hepafilter, Tekanan Positif)
3 = Zona Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)
2 = Zona Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)

1 = Zona Tingkat Resiko Rendah (Normal)

Pembagian zona pada bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit

1) Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal) Zona ini terdiri dari area
resepsionis (ruang administrasi dan pendaftaran), ruang tunggu keluarga
pasien, janitor dan ruang utilitas kotor.
2) Zona 2, Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter) Zona ini
terdiri dari ruang istirahat dokter dan perawat, ruang plester, pantri
petugas. Ruang Tunggu Pasien (;holding)/ ruang transfer dan ruang loker
(ruang ganti pakaian dokter dan perawat) merupakan area transisi antara
zona 1 dengan zone 2.
3) Zona 3, Tingkat Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter) Zona
ini meliputi kompleks ruang operasi, yang terdiri dari ruang persiapan
(preparation), peralatan/instrument steril, ruang induksi, area scrub up,
ruang pemulihan (recovery), ruang resusitasi neonates, ruang linen, ruang
pelaporan bedah, ruang penyimpanan perlengkapan bedah, ruang
penyimpanan peralatan anastesi, implant orthopedi dan emergensi serta
koridor-koridor di dalam kompleks ruang operasi. Merupakan area dengan
kebersihan ruangan kelas 100.000 (ISO 8 – ISO 14644-1 cleanroom
standards, Tahun 1999)
4) Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium
Filter, Hepa Filter) Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara
positif. Merupakan area dengan kebersihan ruangan kelas 10.000 (ISO 7 –
ISO 14644-1 cleanroom standards, Tahun 1999)
5) Area Nuklei Steril Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah
(;laminair air flow) dimana bedah dilakukan. Merupakan area dengan
kebersihan ruangan kelas 1.000 sampai dengan 10.000 (ISO 6 s/d 7 – ISO
14644-1 cleanroom standards, Tahun 1999).
b. Sistem zonasi pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit bertujuan untuk
meminimalisir risiko penyebaran infeksi (;infection control) oleh micro-
organisme dari rumah sakit (area kotor) sampai pada kompleks ruang operasi.
c. Sistem zonasi tersebut menyebabkan penggunaan sistem air conditioning pada
setiap zona berbeda-beda. petugas dan pengunjung datang dari koridor kotor
mengikuti ketentuan berpakaian dan ketentuan tingkah laku yang diterapkan
pada zona.
d. Aliran (;flow) bahan-bahan yang masuk dan keluar Ruang Operasi Rumah
Sakit juga harus memenuhi tahap tahap yang spesifik.
e. Aspek esensial dari system zonasi ini dan denah bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit adalah mengatur arah tim bedah, tim anestesi, pasien dan setiap
pengunjung serta aliran bahan steril dan kotor.
f. Dengan menerapkan sistem zonasi ini dapat menimbulkan risiko infeksi pada
paska bedah. Kontaminasi mikrobiologi dapat disebabkan oleh:
1) Phenomena yang tidak terkait komponen bangunan, seperti:
a) Mikroorganisme (pada kulit) dari pasien atau infeksi yang mana
pasien mempunyai kelainan dari apa yang akan dibedah.
b) Petugas ruang operasi, terkontaminasi pada sarung tangan dan
pakaian.
c) Kontaminasi dari instrumen, kontaminasi cairan.
2) Persyaratan teknis bangunan (sarana), seperti:
a) Denah (layout) sarana Ruang Operasi Rumah Sakit. Jalur yang salah
dari aliran barang “bersih” dan “kotor” dan lalu lintas orang dapat
dengan mudah terjadi infeksi silang.
b) Sebagai upaya pencegahan dan pengendalian infeksi silang yang
disebabkan oleh alur sirkulasi barang “bersih” dan “kotor” dan alur
sirkulasi orang, maka harus dilengkapi dengan standar-standar
prosedur operasional.
c) Area-area dimana pelapis struktural dan peralatan yang
terkontaminasi.
d) Aliran udara. Udara dapat langsung (melalui partikel debu
pathogenic) dan tidak langsung (melalui kontaminasi pakaian, sarung
tangan dan instrumen) dapat menyebabkan kontaminasi. Oleh karena
itu, sistem pengkondisian udara mempunyai peranan yang sangat
penting untuk mencegah kondisi potensial dari kotaminasi yang
terakhir.
5. Aksesibilitas dan Hubungan Antar Ruang
a. Aksesibiltas
Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan
aksesibilitas tempat tidur. Ini berarti bahwa ruang operasi, area persiapan dan
lain-lain, dan area lalu lintas yang bersebelahan dengannya harus aksesibel
untuk tempat tidur. Selanjutnya, kebutuhan tempat tidur harus dapat melalui
area jalur lalu lintas. Pada tabel menunjukkan kesimpulan persyaratan dasar
yang berhubungan dengan aksesibilitas dari sarana Ruang Operasi Rumah
Sakit, dimana sejauh ini mempunyai konsekuensi terhadap lebar ruang/area
atau lorong ke ruangan/area.
Persyaratan Dasar Aksesibilitas

Persyaratan
Keterangan Area
Minimum
Area bebas lalu lintas (antara pegangan tangan/rail) 2,30 m
Sama diatas, apabila tempat tidur harus mampu berputar 2,40 m
Lebar bebas dari lorong ke akses area tempat tidur (ruang
1,10 m
operasi, area persiapan, dan lain-lain)

b. Hubungan Antar Ruang


Persyaratan dasar berikut diterapkan untuk hubungan antar ruang
dalam bangunan (sarana) instalasi bedah.
1) Bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit harus bebas dari lalu
lintas dalam lokasi rumah sakit, dalam hal ini lalu lintas melalui bagian
Ruang Operasi Rumah Sakit tidak diperbolehkan.
2) Bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit secara fisik disekat rapat
oleh sarana “air-lock” di lokasi rumah sakit.
3) Kompleks ruang operasi adalah zone terpisah dari ruang-ruang lain pada
bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit.
4) Petugas yang bekerja dalam kompleks ruang operasi harus diatur agar
jalur yang dilewatinya dari satu area “steril” ke lainnya dengan tidak
melewati area “infeksius”.

D. Persyaratan Teknis Prasarana (Utilitas) Ruang Operasi Rumah Sakit


1. Pengertian
Setiap prasarana (utilitas) Ruang Operasi Rumah Sakit merupakan pekerjaan
instalasi dan jaringan yang menyatu dengan bangunan dan lingkungannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang
bertujuan memfungsikan bangunan (sarana) sebagai tempat memberikan
pelayanan tindakan bedah/operasi kepada pasien. Fungsi prasarana Ruang Operasi
Rumah Sakit dikualifikasikan berdasarkan tingkat sterilitas.
2. Persyaratan Keselamatan pada Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit
Pelayanan pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, termasuk “daerah
pelayanan kritis”, sesuai SNI 03 – 7011 – 2004, Keselamatan pada bangunan
fasilitas kesehatan”.
a. Sistem Proteksi Petir
Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit yang berdasarkan letak, sifat
geografis, bentuk, ketinggian dan penggunaannya berisiko terkena sambaran
petir, harus dilengkapi dengan instalasi proteksi petir.
b. Sistem Proteksi Kebakaran
Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, harus dilindungi terhadap
bahaya kebakaran dengan sistem proteksi pasif dan proteksi aktif.
c. Sistem Kelistrikan
1) Sumber daya listrik
Sumber daya listrik pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit,
termasuk katagori “sistem kelistrikan esensial 3” , di mana sumber daya
listrik normal dilengkapi dengan sumber daya listrik siaga dan darurat
untuk menggantikannya, bila terjadi gangguan pada sumber daya listrik
normal.
2) Jaringan
Kabel listrik dari peralatan yang dipasang di langit-langit tetapi yang
bisa digerakkan, harus dilindungi terhadap belokan yang berulang-ulang
sepanjang track, untuk mencegah terjadinya retakan-retakan dan
kerusakan-kerusakan pada kabel.
3) Terminal
- Kotak kontak (stop kontak)
- Sakelar
4) Pembumian
Kabel yang menyentuh lantai, dapat membahayakan petugas. Sistem
harus memastikan bahwa tidak ada bagian peralatan yang dibumikan
melalui tahanan yang lebih tinggi dari pada bagian lain peralatan yang
disebut dengan sistem penyamaan potensial pembumian (Equal potential
grounding system). Sistem ini memastikan bahwa hubung singkat ke
bumi tidak melalui pasien.
5) Peringatan
Semua petugas harus menyadari bahwa kesalahan dalam pemakaian
listrik membawa akibat bahaya sengatan listrik, padamnya tenaga listrik,
dan bahaya kebakaran. Kesalahan dalam instalasi listrik bisa
menyebabkan arus hubung singkat, tersengatnya pasien, atau petugas.
d. Sistem Gas Medik Dan Vakum Medik
Vakum, udara tekan medik, oksigen, dan nitrous oksida disalurkan
dengan pemipaan ke ruang operasi. Outlet-outletnya bisa dipasang di
dinding, pada langit-langit, atau digantung di langit-langit.
3. Persyaratan Kesehatan Bangunan
a. Sistem ventilasi
Ventilasi di ruang operasi harus pasti merupakan ventilasi tersaring
dan terkontrol. Pertukaran udara dan sirkulasi memberikan udara segar dan
mencegah pengumpulan gas-gas anestesi dalam ruangan.
b. Sistem pencahayaan
1) Pencahayaan Umum
Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus mempunyai pencahayaan
alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat
sesuai dengan fungsinya.
2) Pencahayaan Tempat Operasi/Bedah
Pencahayaan tempat operasi/bedah tergantung dari kualitas
pencahayaan dari sumber sinar lampu operasi/bedah yang menggantung
(overhead) dan refleksi dari tirai. Cahaya atau penyinaran haruslah
sedemikian sehingga kondisi patologis bisa dikenal.
c. Sistem Sanitasi
Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, setiap bangunan Ruang
Operasi Rumah Sakit harus dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem
pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta
penyaluran air hujan.
4. Persyaratan Kenyamanan
a. Sistem pengkondisian udara
Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di
dalam ruangan dapat dilakukan dengan pengkondisian udara dengan
mempertimbangkan:
1) Fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan,
dan penggunaan bahan bangunan.
2) Kemudahan pemeliharaan dan perawatan, dan
3) Prinsip-prinsip penghematan energi dan kelestarian lingkungan.
b. Kebisingan
Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan pada
bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, pengelola bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit harus mempertimbang kan jenis kegiatan, penggunaan
peralatan, dan/ atau sumber bising lainnya baik yang berada pada bangunan
Ruang Operasi Rumah Sakit maupu di luar bangunan Ruang Operasi Rumah
Sakit. Indeks kebisingan maksimum pada ruang operasi adalah 45 dBA
dengan waktu pemaparan 8 jam.
c. Getaran
Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap getaran pada
bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, pengelola bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit harus mempertimbang kan jenis kegiatan, penggunaan
peralatan, dan/ atau sumber getar lainnya baik yang berada pada bangunan
Ruang Operasi Rumah Sakit maupun di luar bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit.

5. Persyaratan Kemudahan
a. Kemudahan hubungan horizontal
Setiap bangunan harus memenuhi syarat seperti jumlah, ukuran, dan
jenis pintu, dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan besaran
ruang, fungsi ruang, dan jumlah pengguna ruang; Arah bukaan daun pintu
dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan fungsi ruang dan aspek
keselamatan; Ukuran koridor sebagai akses horizontal antarruang
dipertimbangkan berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang dan jumlah
pengguna.
b. Kemudahan hubungan vertikal
Setiap bangunan rumah sakit bertingkat harus menyediakan sarana
hubungan vertikal antarlantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi
bangunan rumah sakit tersebut berupa tersedianya tangga, ram, lif, tangga
berjalan/ eskalator, dan/atau lantai berjalan/travelator.
c. Sarana evakuasi
Setiap bangunan rumah sakit, harus menyediakan sarana evakuasi yang
meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu eksit, dan jalur
evakuasi yang dapat dijamin kemudahan pengguna bangunan rumah sakit
untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan rumah sakit secara aman
apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.
d. Aksesibilitas
Setiap bangunan rumah sakit harus menyediakan fasilitas dan
aksesibilitas untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi penyandang
cacat dan lanjut usia masuk ke dan ke luar dari bangunan rumah sakit serta
beraktivitas dalam bangunan rumah sakit secara mudah, aman nyaman dan
mandiri.
E. Peran Perawat di Kamar Bedah
1. Peran Perawat Asministratif
Perawat administratif berperan dalam pengaturan manajemen penunjang
pelaksanaan pembedahan. Biasanya terdiri dari perencanaan dan pengaturan staf,
kolaborasi penjadwalan pasien bedah, perencanaan manajemen material, dan
manajemen kinerja.

2. Peran Perawat Scrub


Perawat scrub atau di Indonesia dikenal sebagai perawat instrumen memiliki
tanggung jawab terhadap manajemen instrumen operasi pada setiap jenis
pembedahan. Perawat scrub melakukan diantaranya seperti menjaga kelengkapan
alat instrument steril yang sesuai jenis OP, mengawasi prosedur dan teknik aseptic,
menghitung kasa, jarum, instrument, melakukan suplai alat instrument OP, dll.
3. Peran Perawat Sirkulasi
Perawat sirkulasi atau dikenal juga dengan sebutan perawat unloop bertanggun
g jawab menjamin terpenuhinya perlengkapan yang dibutuhkan oleh perawat instr
umen dan mengobservasi pasien tanpa menimbulkan kontaminasi terhadap area st
eril.
4. Peran Perawat Anestesi
Perawat anestesi adalah perawat dengan pendidikan perawat khusus anestesi.
Peran utama sebagai perawat anestesi pada tahap praoperatif adalah memastikan i
dentitas pasien yang akan dibius dan melakukan medikasi praanestesi. Kemudian
pada tahap intraoperatif bertanggung jawab terhadap manajemen pasien, instrume
n dan obat bius membantu dokter anestesi dalm proses pembiusan sampai pasien s
adar penuh setelah operasi.
5. Peran Perawat Ruang Pemulihan
Perawat ruang pemulihan adalah perawat anestesi yang menjaga kondisi pasie
n sampai sadar penuh agar bisa dikirim kembali ke ruang rawat inap. Tanggung ja
wab perawat ruang pemulihan sangat banyak karena kondisi pasien dapat membur
uk dengan cepat pada fase ini. Perawat yang bekerja diruangan ini harus siap dan
mampu mengatasi setiap keadaan darurat. Walaupun pasien di ruang pemulihan m
erupakan tanggung jawab ahli anestesi, tetapi ahli anestesi mengandalkan keahlian
perawat untuk memantau dan merawat pasien sampai bbenar-benar sadar dan ma
mpu dipindahkan keruang rawat inap.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan manajemen dalam Rumah Sakit salah satunya adalah manajemen
kamar operasi. Manajemen Kamar Operasi adalah pengkoordinasian aktifitas kerja
beberapa orang atau merupakan bagian integral yang penting dari pelayanan suatu
rumah sakit berbentuk suatu unit yang terorganisir dan sangat terintegrasi, dimana
didalamnya tersedia sarana dan prasarana penunjang untuk melakukan tindakan
pembedahan. Dalam manajemen diruang bedah terdapat peran- peran tenaga
kesehatan yang saling berkolaborasi. Seperti halnya peran perawat terbagi menjadi
beberapa bagian yang saling berkolaborasi dan kerjasama guna meminimalisir
kejadian yang tidak diiginkan dan meningkatkan upaya terbaik bagi pasien saat di
kamar bedah.
Oleh karena itu sangat penting dalam suatu pelayanan kesehatan menerapkan
manajemen untuk dapat melakukan perencanaan.pengorganisasian,fungsi kontrol dan
pelaksanaan sehingga tercapai tujuan yang di harapkan.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca agar dapat memahami tentang setting kamar bedah atau
operasi. Khususnya bagi mahasiwa kesehatan terutama di bidang keperawatan dapat
mendalami isi teori sehingga dapat membantu pembaca mengamalkan tindakan yang
sesuai standar di kamar bedah . Kami menyadari bahwa banyak kekurangan dari
makalah ini, maka dari itu kami menerima kritik dan saran dari para pembaca sekalian
atas kekurangan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini akan bisa
dikembangkan menjadi lebih baik lagi sesuai perkembangan kemajuan dunia
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

DIM, S.A. 2012. Pedoman Teknis Ruang Operasi Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Keseaht
an RI.

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2009 .Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, da
n Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Di unduh pada Rabu, 23 September 2020.


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/11519/BAB%20II%20PKU
%20b5.pdf?s

Di unduh pada Rabu, 23 September 2020.


https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/20084/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
Format  Penilaian Seminar

TOPIK : PENYAJI :
TANGGAL : MODERATOR :
WAKTU : NARASUMBER :
 
 
No ASPEK YANG DINILAI NILAI
1 2 3 4
I Makalah
1. Sistematika
2. Kelengkapan Isi
3. Kejelasan keseluruhan materi
4. Sumber yang digunakan relevan
5. Keaktifan konsultasi
II Presentasi
1. Ketepatan waktu
2. Kejelasan penyajian
3. Efektifitas alat bantu
4. Penampilan penyaji
5. Kejelasan media
6. Penguasaan materi
III Diskusi
1. Ketepatan menjawab
2. Kemampuan argumentasi
3.Kemampuan mengorganisasi kelompok
4. Penampilan professional dalam tanya ja
wab
 
NILAI AKHIR:  Jumlah nilai keseluruhan
  -----------------------------------
                     15
 
 
KETERANGAN:      4 = Sangat Baik
        3= Baik
        2 = Cukup
        1 = Kurang
        
Penilai
 
 
 

Anda mungkin juga menyukai