Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

HOSPITALITY

“PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT”

KELOMPOK 5 :
1. Nabila Khairunnisa (1713261009)
2. Reyna Nursyifa Dewi (1713261012)

PRODI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


INSTITUT KESEHATAN INDONESIA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga Tugas Makalah Pasien Safty II “Pengelolaan Resiko Klinik”
ini dapat kami selesaikan.Makalah ini kami buat sebagai kewajiban untuk memenuhi
tugas.
Dalam kesempatan ini, kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi
terwujudnya makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, dan untuk masa yang akan datang
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 14 Oktober 2019

Penyusun

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I............................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................3

PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Instalasi Gawat Darurat...............................................................................3

2.1.1 Definisi Instalasi Gawat Darurat.............................................................3

2.1.2 Klasifikasi Instalasi Gawat Darurat.........................................................5

2.2 Permasalahan di Instalasi Gawat Darurat.................................................6

2.3 Standar Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat.........................................6

BAB III.........................................................................................................................9

PENUTUP....................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan....................................................................................................9

3.2 Saran..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................10

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pentingnya perawatan terpadu di IGD merupakan salah satu kunci keberhasilan


merawat pasien pada tingkat lanjutan. Hal ini menjadi kompleks karena IGD bekerja
secara tim yang terdiri dari berbagai multidisplin ilmu dan keterbatasan sumber daya
manusia, sarana dan prasarananya.

Menurut World Health Organisation rumah sakit merupakan suatu organisasi


sosial dan kesehatan yang mempunyai fungsi sebagai pelayanan, meliputi pelayanan
paripurna (komperhensif) penyembuhan penyakit (kuratif) dan juga sebagai
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat.Sebagai bentuk peningkatan
kualitas pelayanan perawatan di Inggris dilakukan evaluasi dengan pendekatan sistem
dan prinsip pelayanan pasien. Hal itu bertujuan supaya pasien mendapatkan
perawatan dengan kualitas yang tinggi dan tepat waktu (Leading Practices in
Emergency Departement , 2010).

Salah satu kompetensi dokter IGD adalah melalukan triase serta melakukan
tindakan resusitasi sesuai kondisi pasien.Resusitasi yang merupakan kompetensi
wajib seorang dokter IGD adalah memberikan bantuan hidup dasar. Bantuan hidup
dasar adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan napas (airway) tetap terbuka,
menunjang pernapasan dan sirkulasi tanpa menggunakan alat-alat bantu. Selain itu
standar pelayanan operasional (SOP) IGD di rumah sakit telah diatur oleh Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 856/Menkes/SK/IX/.

Pelayanan IGD merupakan tantangan bagi setiap Rumah Sakit untuk terus
meningkatkan kualitas pelayanan. Gambaran kualitas pelayanan Rumah Sakit dapat

1
terlitas dari pelayanan di IGD. Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan pelayanan
yang beroperasi selama 24 jam dan sebagai pintu masuk setiap pasien Rumah Sakit
yang harus segera diberikan pelayanan agar tidak mengakibatkan konsekuensi serius
dan berkaitan dengan hilangnya nyawa. Makalah ini memeberikan gambaran
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas mengenai pelayanan di Instalasi Gawat Darurat


maka yang akan dibahas dalam makalah ini adalah definisiserta klasifikasi Instalasi
Gawat Darurat, permasalahan yang ada di Instalasi Gawat Darurat dan standar
pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mendiskripsikan mengenai Instalasi Gawat Darurat


2. Untuk mengetahui permasalahan yang ada di Instalasi Gawat Darurat
3. Untuk mengetahui standar pelayanan di Intalasi Gawat Darurat

1.4 Manfaat Penulisan

1. Dapat mengetahui Instalasi Gawat Darurat


2. Dapat mengetahui permasalahan yang ada di Instalasi Gawat Darurat
3. Dapat mengetahui standar pelayanan di Intalasi Gawat Darurat

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Instalasi Gawat Darurat

2.1.1 Definisi Instalasi Gawat Darurat

Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan


kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera (imediately) untuk
menyelamatkan kehidupannya (life saving). Instalasi kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat disebut dengan nama Instalasi Gawat
Darurat (emergency unit).

Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit pelayanan di rumah sakit
yang memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan pertama masuknya pasien
dengan kondisi gawat darurat. Keadaan gawat darurat adalah suatu keadaan klinis
dimana pasien membutuhkan pertolongan medis yang cepat untuk menyelamatkan
nyawa dan kecacatan lebih lanjut (DepKes RI, 2009).

Yang termasuk kriteria kegawatdaruratan yaitu:

a. mengancam nyawa, membahayakan diri dan orang lain/lingkungan;


b. adanya gangguan pada jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi;
c. adanya penurunan kesadaran;
d. adanya gangguan hemodinamik; dan/atau
e. memerlukan tindakan segera

IGD adalah suatu unit integral dalam satu rumah sakit dimana semua
pengalaman pasien yang pernah datang ke IGD tersebut akan megalami pengaruh

3
yang besar bagi masyarakat tentang gambaran Rumah Sakit itu sebenarnya.
Fungsinya adalah untuk menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang
menunjukkan gejala yang bervariasi dan gawat serta juga kondisi-kondisi yang
sifatnya tidak gawat. IGD juga menyediakan sarana penerimaan untuk
penatalaksanaan pasien dalam keadaan bencana, hal ini merupakan bagian dari
perannya di dalam membantu keadaan bencana yang terjadi di tiap daerah. Fungsinya
adalah untuk menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang menunjukkan gejala
yang bervariasi dan gawat serta juga kondisi-kondisi yang sifatnya tidak gawat.
Ruang IGD, selain sebagai area klinis, IGD juga memerlukan fasilitas yang dapat
menunjang beberapa fungsi-fungsi penting sebagai berikut: kegiatan ajar mengajar,
penelitian/riset, administrasi, dan kenyamanan staff. Adapun area-area yang ada di
dalam kegiatan pelayanan kesehatan bagi pasien di IGD adalah :

1. Area administratif
2. Reception/Triage/Waiting area
3. Resuscitation area
4. Area Perawat Akut (pasien yang tidak menggunakan ambulan)
5. Area Konsultasi (untuk pasien yang menggunakan ambulan)
6. Staff work stations
7. Area Khusus, misalnya: Ruang wawancara untuk keluarga pasien,
Ruang Prosedur, Plaster room, Apotik, Opthalmology/ENT, Psikiatri,
Ruang Isolasi, Ruang Dekontaminasi, Area ajar mengajar.
8. Pelayanan Penunjang, misalnya: Gudang / Tempat Penyimpanan,
Perlengkapan bersih dan kotor, Kamar mandi, Ruang Staff, Tempat
Troli Linen,
9. Tempat peralatan yang bersifat mobile Mobile X-Ray equipment bay,
10. Ruang alat kebersihan.
11. Area tempat makanan dan minuman
12. Kantor Dan Area Administrasi
13. Area diagnostic misalnya medis imaging area laboratorium

4
14. Departemen keadaan darurat untuk sementara/ bangsal observasi
jangka pendek/ singkat (opsional)
15. Ruang Sirkulasi.

Salah satu kompetensi dokter IGD adalah melalukan triase serta melakukan
tindakan resusitasi sesuai kondisi pasien. Resusitasi yang merupakan
kompetensi wajib seorang dokter IGD adalah memberikan bantuan hidup
dasar. Bantuan hidup dasar adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan
napas (airway) tetap terbuka, menunjang pernapasan dan sirkulasi tanpa
menggunakan alat-alat bantu. Selain itu standar pelayanan operasional (SOP)
IGD di rumah sakit telah diatur oleh Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
856/Menkes/SK/IX/.

2.1.2 Klasifikasi Instalasi Gawat Darurat

Menurut Kemenkes Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009Klasifikasi pelayanan


Instalasi Gawat Darurat terdiri dari:

1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level IV sebagai standar minimal untuk


Rumah Sakit Kelas A.
2. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III sebagai standar minimal untuk
Rumah Sakit Kelas B.
3. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level II sebagai standar minimal untuk
Rumah Sakit Kelas C.
4. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level I sebagai standar minimal untuk
Rumah Sakit Kelas D

Pelayanan Kegawatdaruratan meliputi penanganan kegawatdaruratan:

5
1. Prafasilitas pelayanan kesehatan
Penanganan prafasilitas pelayanan kesehatan meliputi tindakan pertolongan dan
evaluasi medik.
2. Intrafasilitas pelayanan kesehatan
Penanganan kegawatdaruratan intrafasilitas pelayanan kesehatan dikategorikan
berdasarkan atas kemampuan pelayanan sumber daya manusia, sarana,
prasarana, obat, bahan medis habis pakai dan alat kesehatan yang diberikan
kepada pasien didalam fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai dengan standar.
3. Antarfasilitas pelayanan kesehatan.
Penanganan antarfasilitas merupakan tindakan rujukan terhadap pasien dari
suatu Fasilitas PelayananKesehatan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainyang
lebih mampu sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan dan
dilakukan diruang pelayanan Gawat Darurat atau ruang tindakanuntuk
Puskesmas, Klinik, dan tempat praktik mandiriDokter, Dokter Gigi, serta tenaga
kesehatan dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) untu k Rumah Sakit

Keberhasilan penanganan kegawatdaruratan intrafasilitas pelayanan kesehatan sangat


ditentukan oleh penanganan kegawatdaruratan prafasilitas pelayanan kesehatan.

2.2 Permasalahan di Instalasi Gawat Darurat

Pemerintah Indonesia memberikan layanan kesehatan kepada masyarakta


secara gratis. Banyak dari masyarakat yang merasa senang karena mereka dapat
berobat secraa gratis.

1. Membuat kebijakan terlebih dahulu

Dengan di mulainya kebijakan ini, kita akan mendapat banyak pasien yang datang
untuk berobat di rumah sakit. Hal ini akan timbul permasalahan-permasalahan yang
baru.

6
Pertama, banyak pasien yang datang ke IGD sehingga pihak Rumah sakitpun
kwalahan. Antrian yaang panjang di IGD merupakan suatu hal yang aneh karna para
pasien diruang ini harus dan berhak mendapatkan perawatan cepat, sehingg peran
IGD dianggap gagal.

Kedua, perjalanan pasien menuju IGD tidak mudah. Hal ini disebabkan karena
adanya kemacetan di jalur menju IGD yang tidak efisien. Diketahui bahwa kemacetan
adalah salah satu masalah utama di Indonesia, terutama di Jakarta. Oleh karena itu
kemacetan dijalan akan menjadi slaah satu faktor menghambat pasien untuk
mendapatkan penangan cepat. Dan juga masih banyak rumah sakit yang memiliki
lahan parkir yang sempit. Bisa dibayangkan jika kita melewati parkiran yang sempit
untuk menuju IGD yang menghambat jalannya ambulans untuk menuju kesana.

Mengingat semakin banyaknya jumlah penduduk di Indonesia sebaiknya


pemerintah membuat rumah sakit baru untuk menampung setiap pasien yang ada.
Selain itu pemerintah bisa membuat jalur khusus untuk pasien yang akan menuju
ruang IGD karena bahayanya apabila seseorang sudah dalam keadaan darurat tidak
dapat penanganan dan pertolongan cepat. Karna harta yang paling berharga untuk
tenaga kesehatan adalah keselamatan nyawa seseorang.

2. Kondisi yang Harus Segera Ditangani UGD

Sebagian orang tidak benar-benar tahu apa saja kondisi yang bisa atau harus ditangani
di UGD.  Berikut ini adalah beberapa kondisi yang harus segera mendapatkan
penanganan khusus di UGD:

 Serangan jantung dan henti jantung

Serangan jantung merupakan kondisi di mana salah satu pembuluh darah


jantung mengalami penyumbatan. Serangan jantung terkadang menunjukkan
gejala seperti sesak napas tiba-tiba, nyeri dada, dada terasa seperti ditekan,

7
dan terasa penuh.
Rasa nyeri pada dada juga bisa timbul dan dapat menyebar ke bagian lain
seperti pundak, kedua lengan, punggung, perut, bahkan rahang bawah. Ini
merupakan kondisi gawat darurat yang membutuhkan penanganan cepat, dan
perlu segera dibawa ke UGD rumah sakit, karena serangan jantung yang tidak
diobati dengan cepat dapat menyebabkan henti jantung.
Henti jantung adalah kondisi di mana fungsi jantung pasien berhenti secara
tiba-tiba, menyebabkan aliran darah terhenti. Kondisi ini dapat membuat
pasien hilang kesadaran dan tidak bernapas.

 Cedera fisik akibat kecelakaan

Kecelakaan yang menyebabkan banyak luka atau cedera fisik juga merupakan
kondisi yang diutamakan oleh UGD. Misalnya saja cedera akibat kecelakaan
lalu lintas, luka bakar, perdarahan yang tidak kunjung berhenti, cedera pada
kepala atau tulang belakang, cedera karena tersengat listrik atau tersambar
petir, dan lain sebagainya.

 Kesulitan bernapas

Semua kondisi yang menyebabkan kesulitan bernapas, sesak napas, atau gagal


napas sehingga tubuh kekurangan oksigen, termasuk dalam kategori kondisi
yang memerlukan penanganan di
Kesulitan bernapas bisa terjadi karena adanya masalah pada paru-paru dan
saluran pernapasan, seperti pada serangan asma, emboli paru, pneumothorax,
pneumonia, pembengkakan paru, anemia, penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), gagal jantung, hingga sesak napas karena anafilaktik. Kondisi-
kondisi tersebut merupakan kegawatdaruratan dalam pernapasan.

 Stroke

8
Salah satu kondisi gawat darurat yang perlu secepatnya ditangani di UGD
adalah stroke. Kondisi ini dapat disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh
darah otak, atau karena pecahnya pembuluh darah otak. Gejalanya berupa
kesulitan berbicara atau berjalan, kelemahan atau lumpuh pada anggota gerak
tubuh, gangguan penglihatan, sakit kepala, dan penurunan kesadaran.

 Keracunan

Keracunan merupakan kondisi yang juga memerlukan penanganan UGD


segera. Keracunan di sini bisa berarti menghirup, menelan atau menyentuh zat
beracun, misalnya saja keracunan makanan, serta overdosis obat atau alkohol.

Selain beberapa kondisi di atas, masih banyak kondisi atau tanda gejala lain yang
juga harus ditangani di UGD yaitu:

 Pingsan
 Nyeri dada berat yang menjalar ke lengan, bahu atau rahang.
 Sakit kepala yang tidak biasa dan muncul secara tiba-tiba.
 Kejang.
 Perdarahan aktif yang sulit dihentikan.
 Batuk atau muntah darah.
 Demam tinggi dengan sakit kepala dan leher kaku.
 Diare yang tidak kunjung berhenti.
 Percobaan bunuh diri.

3. Prioritas Pelayanan di UGD Berdasarkan Kegawatannya

UGD juga menangani kondisi non-emergensi, namun skala prioritas pelayanan yang
lebih diutamakan adalah kondisi pasien yang gawat darurat. Tidak seperti jika Anda
berobat ke poliklinik, di mana diberlakukan nomor antrian berdasarkan yang

9
mendaftar atau yang datang terlebih dahulu. UGD memberlakukan sistem
penanganan prioritas berdasarkan tingkat kedaruratan kondisi pasien, yakni:

 Kategori I: Harus segera ditolong

Orang yang membutuhkan perawatan segera dan harus ditangani tim medis
paling lambat dua menit setelah tiba di UGD, dikategorikan sebagai pasien
dengan kondisi kritis yang mengancam nyawa. Misalnya pada pasien henti
jantung, henti napas, dan koma.

 Kategori II: Gawat

Pasien dengan kondisi kritis dan sangat kesakitan, misalnya pasien dengan
nyeri dada berat, kesulitan bernapas atau patah tulang yang parah, dan kejang.
Kondisi ini masuk dalam kategori darurat atau memiliki kondisi yang
mengancam nyawa, yakni pasien yang membutuhkan perawatan segera
setidaknya dalam waktu 10 menit setelah tiba di UGD.

 Kategori III: Berpotensi mengalami perburukan

Orang yang membutuhkan perawatan setidaknya dalam waktu 30 menit


setibanya di UGD, masuk kategori penting atau urgent, yakni pasien yang
memiliki kondisi yang berpotensi mengancam nyawa, misalnya menderita
penyakit berat, pendarahan hebat akibat luka, atau mengalami dehidrasi berat.

 Kategori IV: Kondisi serius namun bukan kegawatan

Pasien dengan kondisi cedera atau gejala dalam tahap sedang, misalnya pasien
dengan benda asing yang masuk ke mata, keseleo pergelangan kaki, migrain
atau sakit telinga. Kondisi-kondisi tersebut masuk dalam kategori kategori
serius namun bukan kegawatan. Pasien yang masuk di kategori ini

10
membutuhkan perawatan setidaknya dalam waktu satu jam setelah tiba di
UGD.

 Kategori V: Tidak mendesak

Pasien dengan kondisi cedera atau gejala ringan, yang biasanya telah dialami
lebih dari seminggu, seperti ruam atau rasa sakit dan nyeri ringan, masuk
dalam kategori kelima atau kondisi yang tidak mendesak. Pasien dalam
kategori ini dapat menunggu hingga paling lama dua jam, sebelum ditangani
dokter.

Mengenai seberapa darurat kondisi Anda saat datang ke UGD, akan ada dokter atau
perawat khusus di UGD yang menentukan kategori kondisi Anda. Jadi, pasien
diharapkan dapat memahami sistem pelayanan di UGD dan sabar menunggu, terlebih
jika jumlah pasien yang kondisinya lebih serius dari Anda ada banyak. Dokter dan
perawat UGD akan semaksimal mungkin bekerja agar pasien merasa nyaman dan
tidak menunggu terlalu lama. Sementara menunggu, perawat UGD akan terus
memantau kondisi pasien, dan segera melaporkannya pada dokter apabila kondisi
pasien berubah atau memburuk.

2.3 Standar Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat

Didalam Permenkes Nomor 47 tahun 2018 dijelaskan bahwa pengaturan


Pelayanan Kegawatdaruratan bertujuan untukmemberikan acuan bagi Dokter, Dokter
Gigi, tenagakesehatan lain, dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam memberikan
Pelayanan Kegawatdaruratan.

11
Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib memiliki PelayananKegawatdaruratan
yang minimal mempunyai kemampuan:

1. Pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu untuk Rumah
Sakit.
2. Memberikan pelayanan Kegawatdaruratan sesuai jam operasional untuk
Puskesmas, Klinik, dan tempat praktik mandiri Dokter, Dokter Gigi, dan
tenaga kesehatan.
3. Menangani Pasien segera mungkin setelah sampai di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
4. Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan berdasarkan kemampuan
pelayanan, sumber daya manusia, sarana, prasarana, obat dan bahan medis
habis pakai, dan alat kesehatan.
5. Proses triase untuk dipilah berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya, sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh profesi kedokteran dan/atau pimpinan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
6. Membuat alur masuk Pasien dengan penyakit infeksius khusus atau yang
terkontaminasi bahan berbahaya sebaiknya berbeda dengan alur masuk Pasien
lain. Jika fasilitas ruang isolasi khusus dan dekontaminasi tidak tersedia,
Pasien harus segera dirujuk ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain yang
memiliki fasilitas ruang isolasi khusus.

Setiap unit di Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan harus


memiliki standar minimal disetiap pelayanan yang diberikan, meliputisumber daya
manusia serta sarana, prasarana, obat dan bahan medis habis pakai, dan alat
kesehatan.

12
Menurut Permenkes Nomor 47 tahun 2018 Penanganan kegawatdaruratan di Rumah
Sakit meliputi pelayanankegawatdaruratan level I, level II, level III, dan level IV.
Adapun jenispelayanan gawat darurat pada level I sampai dengan level IV sebagai

berikut:

1. Level I
Memberikan pelayanan sebagaiberikut:
1) Diagnosis dan penanganan: permasalahan pada:
A. Jalan nafas(airwayproblem),
B. Ventilasi pernafasan (breathing problem), dan
C. Sirkulasipembuluhdarah(circulationproblem)
2) Melakukanresusitasidasar,stabilisasi danevakuasi
2. Level II
1) Memberikan pelayanan sebagaiberikut: Diagnosis dan
penanganan:permasalahan pada jalannafas
(airwayproblem),ventilasipernafasan(breathingproblem) dansirkulasi
2) Melakukanresusitasidasar,Penilaiandisability,penggunaanobat,
EKG,defibrilasi
3) Evakuasi danrujukan antarFasyankes.
4) Bedahemergensi
3. Level III
1) Memberikanpelayanan sebagaiberikut:
Diagnosa dan penangananpermasalahanpada A, B, C,dengan alat yang
lebih lengkaptermasukventilator
2) Melakukanresusitasi dasar, penilaiandisability,penggunaanobat,
EKG,defibrilasi
3) Evakuasi danrujukan antarFasyankes.
4) ROE (RuangObservasiEmergensi)
5) Bedah emergens

13
4. Level IV
1) Memberikan pelayanan sebagai berikut:
Diagnosis dan penanganan:permasalahanpada A,B,Cdengan
alatlengkaptermasukventilator
2) Melakukan resusitasi dasar, Penilaian disability, penggunaan obat, EKG,
defibrilasi
3) Observasi ROE (Ruang Observasi Emergensi)
4) Bedah emergensi
5) Anestesi emergensi

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan – pembahasan dalam bab


sebelumnya,maka dapat disimpulkan bahwa: Kegawatdaruratan atau dapat pula
disebut sebagai emergency adalah suatu situasi yang mendesak yang beresiko
terhadap kesehatan, kehidupan, kesejahteraan atau lingkungan. Suatu insiden dapat
menjadi suatu kegawatdaruratan apabila merupakan suatu insiden dan mendesak atau
mengancam nyawa, kesehatan, kesejahteran ataupun lingkungan; insiden yang
sebelumnya menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, kecacatan, merusak
kesejahteraan, ataupun merusak lingkungan; atau insiden yang memiliki probabilitas
yang tinggi untuk menyebabkan bahaya langsung ke kehidupan, kesehatan,
kesejahteraan ataupun lingkungan.
Kegawatdaruratan medis dapat diartikan menjadi suatu keadaan cedera yang
membutuhkan intervensi segera untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah atau
mencegah kecacatan serta rasa sakit pada pasien. Pasien gawat darurat merupakan
pasien yang memerlukan pertolongan segera dengan tepat dan cepat untuk mencegah
terjadinya kematian atau kecacatan.
Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta
harus dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui
(orang awam, perawat, para medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit
karena kejadian ini dapat terjadi setiap saat dan menimpa siapa saja.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
disarankan bahwa : Setiap Rumah Sakit harus melakukan sistem pengendalian gawat

15
darurat terpadu yaitu dengan merancang mekanisme untuk memberikan pertolongan
pada korban bencana atau gawat darurat untuk mencegah kematian atau kerusakan
organ sehingga produktifitasnya dapat didipertahankan setara sebelum terjadinya
bencana atau peristiwa gawat darurat.
Dengan menggunakan sistem Code blue, yaitu isyarat yang digunakan dalam
rumah sakit yang menandakan adanya seseorang yang menandakan mengalami
seragan jantung ( Cardiac Arrest ) gagal nafas akut (Respiratory Arrest). Code Blue
merupakan stabilisasi kondisi gawat darurat medis yang terjadi di dalam area sakit.
Kondisi darurat medis ini membutuhkan perhatian segera. Code blue terdiri dari
dokter dan paramedis untuk menangani seseorang dengan penyakit jantung ( cardiac
arrest ) atau respiratory arrest dan membutuhkan resusitasi jantung dan paru segera.
Kegawatdaruratan harus cepat dan tepat serta harus dilakukan segera oleh setiap
orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang awam, perawat, para medis,
dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat terjadi
setiap saat dan menimpa siapa saja

16
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856 Tahun 2009, Standar
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. 2009. Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Formulir 2. Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2018,


Pelayananan Kegawatdaruratan. 2018. Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018. Jakarta

Bagus, Budi Santoso. 2017. Mengenal Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Pediatric
Intensive Care Unit (PICU) di Rumah Sakit. Jakarta
Kurniawan, Marlina. 2016. Sudahkah Unit Gawat Darurat Menjalankan Fungsinya dengan
Benar? dari:
https://www.kompasiana.com/marlinakurniawan/56f56e3abb22bd110cb62270/sudahkah-
unit-gawat-darurat-ugd-menjalankan-fungsinya-dengan-benar?page=all

Adrian, Kevin. 2018. Kondisi yang harus ditangani di UGD .


https://www.alodokter.com/ini-dia-kondisi-yang-harus-ditangani-di-ugd

Siarif, Tammy. 2019. Kegawatdaruratan Medis. Bandung. dari :


https://www.kompasiana.com/tammysiarif/5cf0ef703ba7f778c2544333/kegawatdaru
ratan-medis?page=all

Foraldy, Thendy. 2017. 5 Kode di Unit Gawat Darurat untuk Menentukan Prioritas. Jakarta.
dari : Internet

17
Kartika, Dewi. 2011. Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawtan Gawat Darurat. Jakarta. dari :
Perpustakaan

18

Anda mungkin juga menyukai