Anda di halaman 1dari 19

KONSEP RUMAH SAKIT

MAKALAH

Untuk Memenuhi Syarat di Mata Kuliah Manajemen Pengelolaan Rumah Sakit

Program Studi Magister Kesehatan

Rhadiathul Islamiah (007710152021)


Umair Al Amir (002710152021)
Nur Afifah Gaffar (002910152021)
Musyaraffa Sukman (004710152021)
Ida (004210152021)
A. Tenri Arung (004610152021)
Andra Pratama Putra (002410152021)
Jumriah (005810152021)

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2022
DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………….… 3

1.1 LATAR BELAKANG ………………………………………………………………………... 3

2. PEMBAHASAN …………………………………………………………………………………… 4

2.1 DEFENISI RUMAH SAKIT ………………………………………………………………. 4

2.2 TUGAS RUMAH SAKIT …………………………………………………………………. 4

2.3 FUNGSI RUMAH SAKIT …………………………………………………………………. 5

2.4 BENTUK RUMAH SAKIT ……………………………………………………………….. 6

2.5 KLASIFIKASI RUMAH SAKIT ………………………………………………………….. 6

2.6 UNIT KERJA DI RUMAH SAKIT ……………………………………………………… 10

2.7 PERHITUNGAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT ……. 15

3. DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………. 18


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggrakan dua
jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.
Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilutasi
medik dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat
darurat, unit rawat jalan, dan unit rawat inap.
Pelayanan pada rumah sakit pada awalnya hanya memberikan pelayanan yang bersifat
penyembuhan (kuratif) terhadap pasien melalui rawat inap. Namun, pelayanan RS
kemudian bergeser karena kemajuan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran,
peningkatan pendapatan dan pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan di rumah sakit
saat ini tidak saja hanya bersifat kuratif (penyembuhan), tetapi juga bersifat pemulihan
(rehabilitatif)
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang
sangat strategis dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. selaim sebagai
penyedia fasilitas pelayanan medis, tetapi juga menyediakan tempat untuk pendidikan.
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat rumah sakit berhubungan
langsung dengan pasien, dengan harus mengutamakan pelayanan kesehatan yang bermutu
aman dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit. Salah satu diantaranya yang dianggap dapat mempunyai peranan
yang cukup penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik,salah satunya pelayanan di rumah sakit.
Rumah sakit sebagai penyedia jasa untuk memberikan pelayanan bagi msyarakat,
sarana dan prasarana yang lengkap bukan segalanya dalam namun juga harus bisa
memberikan kinerja yang baik terhadap pasien.Kualitas pelayanan rumah sakit terhadap
para konsumen merupakan suatu hal yang sangat penting, yang pada akhirnya dapat
memberikan kepuasan pada konsumen, sehingga diharapkan fungsi dan tujuan rumah sakit
tersebut dapat tercapai.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Rumah Sakit
Beberapa pengertian rumah sakit, antara lain:
A. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes RI No.3, 2020).
B. Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang
sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan
(Permenkes RI No. 1204, 2004).
C. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis professional
yang terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.
(supartiningsih, 2017)
Dari definisi di atas diketahui bahwa rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan
diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan,
pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat pendidikan
dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat penelitian dan pengembangan
ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk menghindari risiko dan gangguan
kesehatan.
2.2 Tugas Rumah Sakit
Adapun tugas rumah sakit dalam Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia
Nomor :159/KMENKES/Per/II/1988, adalah melaksanakan pelayanan kesehatan dengan
mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan dan
jiwa yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan (promotif) dan
pencegahan (preventif) serta melaksanakan upaya rujukan.
Tugas rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan adalah memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat terutama di wilayah
cakupannya. Sedangkan fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan spesialistik
atau medik sekunder dan pelayanan subspesialistik atau medik tersier. Oleh karena itu
produk utama (core product) rumah sakit adalah pelayanan medic.
Menurut (Rikomah, 2017) rumah sakit memiliki tugas dan fungsi berdasarkan undang-
undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Tugas rumah sakit adalah melaksanakan
upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan, rumah sakit juga
mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara
berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta
pelaksanaan upaya rujukan (Listiyono, 2015).
2.3 Fungsi Rumah Sakit
Rumah sakit juga memiliki fungsi dalam pelaksanaannya, Fungsi Rumah sakit dilihat dari UU
No 44/2009. memiliki fungsi Untuk menjalankan tugas yaitu :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis; penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan.
c. Pemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan penyelenggaraan penelitian
dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam.
d. Rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang.
Untuk menyelenggarakan fungsinya, maka rumah sakit menyelenggarakan kegiatan:
a) Pelayanan medis.
b) Pelayanan dan asuhan keperawatan.
c) Pelayanan penunjang medis dan nonmedis.
d) Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan.
e) Pendidikan, penelitian dan pengembangan.
f) Administrasi umum dan keuangan
2.4 Bentuk Rumah Sakit
Rumah Sakit dapat berbentuk Rumah Sakit statis, Rumah Sakit bergerak, atau Rumah
Sakit lapangan.Rumah sakit statis merupakan Rumah Sakit yang didirikan di suatu lokasi dan
bersifat permanen untuk jangka waktu lama dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
kegawatdaruratan.
Rumah sakit bergerak merupakan Rumah Sakit yang siap guna dan bersifat sementara
dalam jangka waktu tertentu dan dapat dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain. Rumah
sakit bergerak dapat berbentuk bus, pesawat, kapal laut, karavan, gerbong kereta api, atau
kontainer.Rumah sakit bergerak difungsikan pada daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan,
daerah yang tidak mempunyai Rumah Sakit, dan/atau kondisi bencana dan situasi darurat
lainnya.
Rumah sakit lapangan merupakan Rumah Sakit yang didirikan di lokasi tertentu dan
bersifat sementara selama kondisi darurat dan masa tanggap darurat bencana, atau selama
pelaksanaan kegiatan tertentu. Rumah sakit lapangan dapat berbentuk tenda, kontainer,
atau bangunan permanen yang difungsikan sementara sebagai Rumah Sakit.
2.5 Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis
pelayanan, kepemilikan, jangka waktu pelayanan, kapasitas tempat tidur dan fasilitas
pelayanan, dan afiliasi pendidikan (Permenkes RI No. 340, 2010).
a. Berdasarkan jenis pelayanannya rumah sakit dapat digolongkan menjadi:
1) Rumah Sakit Umum
2) Rumah Sakit Khusus
b. Berdasarkan kepemilikan, rumah sakit dibagi atas:
1) Rumah Sakit Umum Pemerintah
2) Rumah Sakit Umum Swasta, terdiri atas:
a) Rumah Sakit Umum Swasta Pratama
b) Rumah Sakit Umum Swasta Madya
c) Rumah Sakit Umum Swasta Utama
c. Berdasarkan Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur
1) Rumah Sakit Kelas A
2) Rumah Sakit Kelas B
3) Rumah Sakit Kelas C
4) Rumah Sakit Kelas D
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 56 tahun 2014 ada dua
macam rumah sakit :
1. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit.
2. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur,organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.
Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas
rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara
serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan
(Listiyono, 2015).
Rumah Sakit umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
penyakit. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit umum paling sedikit terdiri
atas:
a. pelayanan medik dan penunjang medik terdiri atas:
1. pelayanan medik umum;
2. pelayanan medik spesialis; dan
3. pelayanan medik subspesialis.
b. pelayanan keperawatan dan kebidanan meliputi asuhan keperawatan generalis dan/atau
asuhan keperawatan spesialis, dan asuhan kebidanan.
c. pelayanan nonmedik terdiri atas pelayanan farmasi, pelayanan laundry/binatu, pengolahan
makanan/gizi, pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan, informasi dan komunikasi,
pemulasaran jenazah, dan pelayanan nonmedik lainnya.
Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas:
a. Rumah Sakit umum kelas A; merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah
tempat tidur paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah. Rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas)
subspesialis.
b. Rumah Sakit umum kelas B; merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah
tempat tidur paling sedikit 200 (dua ratus) buah. Rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4
(empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis
dasar.
c. Rumah Sakit umum kelas C; merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah
tempat tidur paling sedikit 100 (seratus) buah. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah
rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.
d. Rumah Sakit umum kelas D. merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah
tempat tidur paling sedikit 50 (lima puluh) buah. Rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.
Rumah Sakit umum kelas D terdiri atas:
a. Rumah Sakit umum kelas D; dan
b. Rumah Sakit kelas D pratama. Rumah Sakit kelas D pratama diselenggarakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rumah Sakit khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis
penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau
kekhususan lainnya. Rumah sakit khusus dapat menyelenggarakan pelayanan lain di luar
kekhususannya, meliputi pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan kegawatdaruratan.Pelayanan
rawat inap untuk pelayanan lain di luar kekhususannya paling banyak 40% dari seluruh jumlah
tempat tidur.
Rumah Sakit khusus terdiri atas :
a. ibu dan anak;
b. mata;
c. gigi dan mulut;
d. ginjal;
e. jiwa;
f. infeksi;
g. telinga-hidung-tenggorok kepala leher;
h. paru;
i. ketergantungan obat;
j. bedah;
k. otak;
l. orthopedi;
m. kanker; dan
n. jantung dan pembuluh darah.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit khusus paling sedikit terdiri atas:
a. pelayanan medik dan penunjang medik;
b. pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan;dan
c. pelayanan nonmedik.
Klasifikasi Rumah Sakit khusus terdiri atas:
a. Rumah Sakit khusus kelas A merupakan Rumah Sakit khusus yang memiliki jumlah
tempat tidur paling sedikit 100 (seratus) buah.
b. Rumah Sakit khusus kelas B; merupakan Rumah Sakit khusus yang memiliki jumlah
tempat tidur paling sedikit 75 (tujuh puluh lima) buah.
c. Rumah Sakit khusus kelas C merupakan Rumah Sakit khusus yang memiliki jumlah
tempat tidur paling sedikit 25 (dua puluh lima) buah.
Penetapan klasifikasi rumah sakit didasarkan pada 3 (tiga) aspek utama, yaitu
pelayanan; Sumber Daya Manusia (SDM); peralatan; serta bangunan dan prasarana. Bangunan
dan prasarana rumah sakit sebagaimana dimaksud harus memenuhi persyaratan tata bangunan
dan lingkungan serta persyaratan keandalan bangunan dan prasarana rumah sakit. Persyaratan
tata bangunan dan lingkungan tersebut antara lain (PERMENKES No. 56/2014):
I. Peruntukan lokasi dan intensitas bangunan sesuai ketentuan peraturan daerah
setempat.

II. Desain bangunan rumah sakit, yang meliputi:

a. Bentuk denah bangunan rumah sakit simetris dan sederhana untuk mengantisipasi
kerusakan apabila terjadi gempa.

b. Massa bangunan harus mempertimbangkan sirkulasi udara dan pencahayaan.

c. Tata letak bangunan (siteplan) dan tata ruang dalam bangunan harus
mempertimbangkan zonasi berdasarkan tingkat resiko penularan penyakit, zonasi
berdasarkan privasi, dan zonasi berdasarkan kedekatan hubungan fungsi antar ruang
pelayanan.

d. Tinggi rendah bangunan harus dibuat tetap menjaga keserasian lingkungan dan peil
banjir.

e. Aksesibilitas di luar dan di dalam bangunan harus mempertimbangkan kemudahan


bagi semua orang termasuk penyandang cacat dan lansia.

f. Bangunan rumah sakit harus menyediakan area parkir kendaraan dengan jumlah
area yang proporsional disesuaikan dengan peraturan daerah setempat.

g. Perancangan pemanfaatan tata ruang dalam bangunan harus efektif sesuai dengan
fungsi-fungsi pelayanan.
III. Pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Persyaratan keandalan bangunan dan prasarana rumah sakit meliputi (PERMENKES No.
56/2014):
1. Persyaratan keselamatan struktur bangunan, kemampuan bangunan
menanggulangi bahaya kebakaran, bahaya petir, bahaya kelistrikan, persyaratan
instalasi gas medik, instalasi uap dan instalasi bahan bakar gas.
2. Persyaratan sistem ventilasi, pencahayaan, instalasi air, instalasi pengolahan
limbah, dan bahan bangunan.
3. Persyaratan kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kenyamanan
termal, kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan.
4. Persyaratan tanda arah (signage), koridor, tangga, ram, lift, toilet dan sarana
evakuasi yang aman bagi semua orang termasuk penyandang cacat dan lansia.
2.6 Unit Kerja di Rumah Sakit
Unit Kerja di RS Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas: a. kepala Rumah Sakit
atau direktur Rumah Sakit; b. unsur pelayanan medis; c. unsur keperawatan; d. unsur
penunjang medis; e. unsur administrasi umum dan keuangan; f. komite medis; dan g. satuan
pemeriksaan internal (Perpres RI No. 77, 2015).
Sesuai penjelasan dalam Perpres RI No. 77 tahun 2015, diketahui unit-unit di rumah
sakit adalah sebagai berikut:
a. Kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit
Kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit adalah pimpinan tertinggi dengan nama
jabatan kepala, direktur utama, atau direktur. Kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah
Sakit bertugas memimpin penyelenggaraan Rumah Sakit. Dalam melaksanakan tugas kepala
Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit menyelenggarakan fungsi:
1) koordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi unsur organisasi;
2) penetapan kebijakan penyelenggaraan Rumah Sakit sesuai dengan
kewenangannya;
3) penyelenggaraan tugas dan fungsi Rumah Sakit;
4) pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan tugas dan fungsi unsur
organisasi; dan
5) evaluasi, pencatatan, dan pelaporan.
b. Unsur pelayanan medis
Unsur pelayanan medis merupakan unsur organisasi di bidang pelayanan medis yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah
Sakit. Unsur pelayanan medis meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan gawat
darurat. Dalam melaksanakan tugas, unsur pelayanan medis menyelenggarakan fungsi:
1) penyusunan rencana pemberian pelayanan medis;
2) koordinasi dan pelaksanaan pelayanan medis;
3) pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya, dan keselamatan pasien dan
4) pemantauan dan evaluasi pelayanan medis.
d. Unsur keperawatan
Unsur keperawatan merupakan unsur organisasi di bidang pelayanan keperawatan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah
Sakit. Unsur keperawatan bertugas melaksanakan pelayanan keperawatan. Dalam
melaksanakan tugasnya, unsur keperawatan menyelenggarakan fungsi:
1) penyusunan rencana pemberian pelayanan keperawatan;
2) koordinasi dan pelaksanaan pelayanan keperawatan;
3) pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya, dan keselamatan pasien dan
4) pemantauan dan evaluasi pelayanan keperawatan.
e. Unsur penunjang medis
Unsur penunjang medis merupakan unsur organisasi di bidang pelayanan penunjang
medis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau
direktur Rumah Sakit. Unsur penunjang medis bertugas melaksanakan pelayanan penunjang
medis. Rumah Sakit dapat membentuk unsur pelayanan penunjang non medis sesuai
dengan kebutuhan. Dalam melaksanakan tugasnya, unsur penunjang medis
menyelenggarakan fungsi:
1) penyusunan rencana pemberian pelayanan penunjang medis;
2) koordinasi dan pelaksanaan pelayanan penunjang medis;
3) pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya, dan keselamatan pasien di bidang
pelayanan penunjang medis;
4) pengelolaan rekam medis; dan
5) pemantauan dan evaluasi pelayanan penunjang medis.
f. Unsur administrasi umum dan keuangan
Unsur administrasi umum dan keuangan merupakan unsur organisasi di bidang
pelayanan administrasi umum dan keuangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit. Unsur administrasi umum dan
keuangan bertugas melaksanakan administrasi umum dan keuangan. Dalam melaksanakan
tugas administrasi umum, unsur administrasi umum dan keuangan menyelenggarakan
fungsi pengelolaan:
1) ketatausahaan;
2) kerumahtanggaan;
3) pelayanan hukum dan kemitraan;
4) pemasaran;
5) kehumasan;
6) pencatatan, pelaporan, dan evaluasi;
7) penelitian dan pengembangan;
8) sumber daya manusia; dan
9) pendidikan dan pelatihan.
a. Dalam melaksanakan tugas keuangan, unsur administrasi umum dan keuangan
menyelenggarakan fungsi:
1) perencanaan anggaran;
2) perbendaharaan dan mobilisasi dana; dan
3) akuntansi.
g. Komite medis
Komite Medis merupakan unsur organisasi yang mempunyai tanggung jawab untuk
menerapkan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance). Komite Medis dibentuk
oleh dan bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit. Komite
Medis bertugas meningkatkan profesionalisme staf medis yang bekerja di rumah sakit
dengan cara:
1) melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan
medis di rumah sakit;
2) memelihara mutu profesi staf medis; dan
3) menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis.
Dalam melaksanakan tugas kredensial Komite Medis menyelenggarakan fungsi:
1) penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan
masukan dari kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang
berlaku;
2) penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian kompetensi, kesehatan fisik dan
mental, perilaku, dan etika profesi;
3) evaluasi data pendidikan profesional kedokteran atau kedokteran gigi
berkelanjutan;
4) wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis;
5) penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat;
6) pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi
kewenangan klinis kepada komite medik;
7) pelaksanaan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat
penugasan klinis dan adanya permintaan dari komite medik; dan
8) rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat penugasan klinis.
Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis, Komite Medis
menyelenggarakan fungsi:
1) pelaksanaan audit medis;
2) rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan
berkelanjutan bagi staf medis;
3) rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi
staf medis rumah sakit tersebut; dan
4) rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang
membutuhkan.
Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf
medis, Komite Medis menyelenggarakan fungsi:
1) pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;
2) pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin;
3) rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di rumah sakit; dan
4) pemberian nasehat atau pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis
pada asuhan medis pasien.
Selain Komite Medis dapat dibentuk komite lain untuk penyelenggaraan fungsi
tertentu di Rumah Sakit sesuai kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien. Komite lain dapat berupa komite: 1) keperawatan; 2) farmasi dan terapi; 3)
pencegahan dan pengendalian infeksi; 4) pengendalian resistensi antimikroba; 5)
etika dan hukum; 6) koordinasi pendidikan; dan 7) manajemen risiko dan
keselamatan pasien.
h. Satuan pemeriksaan internal
Satuan pemeriksaan internal merupakan unsur organisasi yang bertugas melaksanakan
pemeriksaan audit kinerja internal rumah sakit. Satuan pemeriksaan internal berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit.
Dalam melaksanakan tugas, satuan pemeriksaan internal menyelenggarakan fungsi:
1) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan manajemen risiko di unit kerja rumah
sakit;
2) penilaian terhadap sistem pengendalian, pengelolaan, dan pemantauan
efektifitas dan efisiensi sistem dan prosedur dalam bidang administrasi
pelayanan, serta administrasi umum dan keuangan;
3) pelaksanaan tugas khusus dalam lingkup pengawasan intern yang ditugaskan
oleh kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit;
4) pemantauan pelaksanaan dan ketepatan pelaksanaan tindak lanjut atas laporan
hasil audit; dan
5) pemberian konsultasi, advokasi, pembimbingan, dan pendampingan dalam
pelaksanaan kegiatan operasional rumah sakit.
2.7 Perhitungan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut
bersumber dari sensus harian rawat inap (Depkes RI, 2005).
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur
pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal
adalah antara 60-85%.

b. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)


AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien.Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.
Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari.

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur
tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur
pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50

kali.

e. NDR (Net Death Rate)


NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit.

f. GDR (Gross Death Rate)


GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap
1000 penderita keluar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Permenkes RI. 2020. peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 3 tahun 2020 tentang
klasifikasi dan perizinan rumah sakit.
2. Kartikasari dhian, 2019. Administrasi Rumah Sakit. Wineka media. Malang
3. Supartiningsih, S. 2017. Kualitas Pelayanan Kepuasan Pasien Rumah Sakit: Kasus Pada
Pasien Rawat Jalan. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 6(1), pp.9-
15.
4. Listiyono, R. A. 2015. Studi Deskriptif Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan di Rumah
Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pasca Menjadi Rumah Sakit
Tipe B. Pelayanan Kesehatan. 1(1):7.
5. Topan mohammad, dkk. 2017. Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Berbasis Web Studi Kasus : Rumah Sakit TNI AU Lanud Sam Ratulangi. E-journal Teknik
Informatika, volume 6, No. 1 (2015), ISSN : 2301-8364.
6. Oktamianti pupu, dkk. 2019. Kajian Kebutuhan Pengembangan Rumah Sakit Pemerintah
Daerah Kelas B di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal ARSI/Februari 2019
7. Rikomah Enti Setya, 2017. Farmasi Rumah Sakit. Yogyakarta:Deepublish
8. Al ghifari, satria. 2019. Hubungan persepsi pasien tentang fasilitas dan pelayanan
rumah sakit terhadap kepuasan pasien di RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu.
Bachelor thesis, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai