Rumah sakit itu sebuah tempat, tetapi juga sebuah fasilitas, sebuah institusi,
sebuah organisasi. Untuk dapat mengatur rumah sakit dengan baik maka seseorang
tentu harus dapat mendefinisikannya dengan tepat pula. Definisi yang paling klasik
hanya menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi (fasilitas) yang menyediakan
pelayanan pasien rawat inap, ditambah dengan beberapa penjelasan lain. American
Hospital Association tahun 1978 menyatakan bahwa rumah sakit adalah suatu
diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan, baik yang
subspesialistik.
pengendalian untuk mencapai tujuan rumah sakit seperti : Menyiapkan sumber daya,
1
Banyak definisi manajemen yang ada, dan masing-masing akan menunjukkan
penekanan tertentu, yang penting diambil pada pokok fungsi manajemen dan unsur
dari manajemen.
Sistem dan fasilitas pelayanan kesehatan di rumah sakit sudah dikenal luas
sebagai salah satu institusi yang paling kompleks dan banyak bergantung pada
teknologi, seperti prosedur kerja, obat-obatan, dan berbagai fasilitas fisik. Rumah
sakit harus beroperasi 24 jam setiap hari, dan melibatkan para pakar dan teknologi
yang amat murni. Karena itu, perencanaan yang strategik perlu dapat perhatian
utama.
kesehatan meliputi:
1. Analisis kebutuhan
2. Penilaian teknologi
2. Koordinasi arsitektural
2
3. Dukung enjinering
bisa berpartisipasi aktif dalam melaksanakannya dengan batasan yang jelas, untuk itu
dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan
melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan, dan unit rawat inap. Dalam
masyarakat. Perkembangan ini tercermin pada perubahan fungsi klasik RS yang pada
pasien melalui rawat inap. Pelayangan RS kemudian bergeser karena kemajuan ilmu
3
(penyembuhan), tetapi juga bersifat pemulihan (rehabilitatif). Keduanya dilaksanakan
individu pasien, tetapi juga berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat
umum. Fokus perhatiannya memang pasien yang datang atau yang dirawat sebagai
individu dan bagian dari keluarga. Atas dasar sikap seperti itu pelayanan kesehatan di
Pelayanan RS di Indonesia saat ini sudah bersifat padat modal, padat karya, dan
padat teknologi dalam menghadapi persaingan global. Dalam hal rujukan medik, RS
juga diandalkan untuk memberikan pengayoman medik (pusat rujukan) untuk pusat-
pusat pelayanan yang ada di wilayah kerjanya. Sifat pengayoman sangat erat
lebih tinggi (A) mengayomi kelas Rumah Sakit yang lebih rendah dan mempunyai
pengayoman wilayah yang lebih luas. Pengayoman dilaksanakan melalui dua sistem
rujukan yaitu sistem rujukan kesehatan (berkaitan dengan upaya promotif dan
preventif seperti bantuan teknologi, bantuan sarana dan operasionalnya) dan rujukan
4
tersedianya peralatan yang lebih canggih, dan lebih sempurnanya sistem administrasi
RS yang akan bermanfaat untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan RS. JENIS
BUMN/ABRI, dan RS Swasta yang menggunakan dana investasi dari sumbar dalam
negeri (PMDN) dan sumber luar negeri (PMA). Jenis RS yang kedua adalah RS
Umum, RS Jiwa, RS Khusus (mata, paru, kusta, rehabilitasi, jantung, kanker, dsb).
mempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah, penyakit dalam, kebidanan, dan
organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum di Indonesia antara lain :
5
Pasal 2 : Rumah Sakit Umum mempunyai tugas melaksanakan pelayanan
kesehatan
Pasal 4 :
kelas C.
6
3. RS Umum kelas B adalah RSU yang melaksanakan pelayanan kesehatan
spesialistik paling sedikit empat spesialis dasar yaitu: Penyakit Dalam, Penyakit
Untuk Rumah Sakit Umum kelas A, susunan organisasinya diatur sesuai dengan SK
1. Direktur
untuk menyiapkan fasilitas agar pelayanan medik dan keperawatan dapat terlaksana
dengan baik. Instalasi RS dipimpin oleh seorang kepala yang diberikan jabatan non
struktural. Beberapa jenis instalasi RS yang ada pada RS kelas A adalah instalasi
7
rawat jalan, rawat darurat, rawat inap, rawat intensif, bedah sentral, farmasi, patologi
menghimpun anggota yang terdiri dari para kepala Staf Medik Fungsional (SMF).
KM diberikan dua tugas utama yaitu menyusun standar pelayanan mediks dan
khusus lepada SMF, program pelayanan medis, pendidikan dan pelatihan (diklat),
Semua kepala SMF diangkat oleh Dirjen Yan. Medik Depkes RI berdasarkan
usulan dari Direktur RS. Dengan mengkaji struktur organisasi dan tugas-tugas pokok
manajemen hotel. Yang berbeda, tujuan mereka yang berkunjung dan jenis
pelayanan medis karena kejadian sakit yang dideritanya, sedangkan mereka yang
8
Pembentukan KM di RS sangat diperlukan untuk membantu tugas-tugas direktur
Dirjen Yan. Medik Depkes RI sesuai dengan usul Direktur RS. Masa kerja Wadir
SMF yang menggantikan UPF ( Unit Pelaksanaan Fungsional) terdiri dari dokter
umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter subspesialis. Mereka mempunyai
minimal 15 buah yakni : (1) Bedah (2) Kesehatan Anak (3) Kebidanan dan Penyakit
Kandungan (4) Penyakit Dalam (5) Penyakit Saraf (6) Penyakit Kulit dan Kelamin
(7) THT (8) Gigi dan Mulut (9) Mata (10) Radiologi (11) Patologi Klinik (12)
Patologi Anatomi (13) Kedokteran Kehakiman (14) Rehabilitasi Medik (15) Anestesi.
dibagi lagi menjadi subbagian dan seksi ( sesuai dengan SK Menkes No. 134).
Susunan RSU kelas B hampir sama dengan kelas A. Bedanya hanya terletak pada
jumlah dan jenis-jenis masingmasing SMF. Untuk RSU kelasB tidak ada
subspesialisasinya.
9
Susunan organisasi RS kelas C dan D lebih sederhana jika dibandingkan dengan
kelas A dab B. Di sini tidak ada wakil direktur, tetapi dilengkapi dengan staf khusus
yang mengurus administrasi. Kondisi ini berpengaruh pada jenis pelayanan medis dan
jumlah staf profesional (medis dan paramedis) yang dipekerjakan pada tiap-tiap RS
ini. Secara umum, jenis kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan juga akan
kepuasan pelanggan. Untuk itu rumah sakit di Indonesia harus menciptakan kinerja
yang unggul. Kinerja yang unggul atau Performance Excellence merupakan salah satu
faktor utama yang harus diupayakan oleh setiap organisasi untuk memenangkan
persaingan global, begitu juga oleh perusahaan penyedia jasa pelayanan kesehatan.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh para pengelola rumah sakit untuk
bagus serta tindakan medis yang akurat dan mekanisme pengelolaan mutu tentunya.
Salah satu strategi yang dilakukan oleh pengelola rumah sakit swasta dalam
sesuai dengan meningkatnya kesadaran arti hidup sehat. Keadaan ini dipengaruhi oleh
10
tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi masyarakat yang perlu
Jakarta banyak sekali usaha rumah sakit dengan kualitas pelayanan dan peralatan
medis yang prima dapat kita temukan di setiap sudut kota, sehingga masyarakat
konsumen yang tadinya harus ke luar negeri demi servis dan kualitas dokter yang
berusaha untuk mempunyai tenaga dokter ahli yang tetap, sekaligus memperkerjakan
dokter waktu dan dokter kontrak. Bahkan di beberapa rumah sakit di kota besar
seperti Jakarta dapat kita jumpai pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD) yang
Bahkan ada rumah sakit yang menyediakan tempat dan sarana lengkap seperti
laboratorium dengan tenaga analis, radiologi dan tempat perawatan yang serba
spesialis yang terkenal dan pengelola rumah sakit menganggap dokter spesialis dan
Untuk menjaga agar dokter spesialis ternama tersebut tetap menjadi customer
mereka, maka pihak rumah sakit melakukan strategi sedemikian rupa. Diantaranya
dengan menyediakan peralatan medis yang dikehendaki oleh para dokter tersebut.
11
Sedangkan untuk menghasilkan mekanisme pengelolaan mutu yang bagus,
perusahaan dalam hal ini rumah sakit perlu menerapkan metode pengukuran yang
efektif untuk dapat menganalisis dan menemukan dimensi mutu 0 yang perlu
diperbaiki atau ditingkatkan untuk mencapai mutu yang tinggi. Salah satu model
pengukuran yang sudah dikenal luas dan terbukti secara efektif membantu
digunakan oleh industri jasa pelayanan kesehatan, yang disebut dengan Performance
Excellence for Health Care based on MBNQA. Kriteria dari Performance Excellence
for Health Care based on MBNQA terdiri dari 7 kategori, yaitu: Health Care Results,
Patient -and Other Customer- Focused Results, Financial and Market Results, Staff
menyeluruh dan model pengukuran tepat maka perusahaan akan menjadi perusahaan
perencanaan rumah sakit dan fungsi pergerakan dan pelaksanaan rumah sakit.
12
FUNGSI PERENCANAAN RUMAH SAKIT
strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan suatu organisasi.
terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan dan Positive benefit yaitu untuk
yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun
fungsi manajemen yang lainnya dan merupakan landasan dasar dari fungsi
pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa
yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan
13
Manfaat Perencanaan Rumah Sakit
2. Jenis dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Jumlah dan jenis kualifikasi staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya.
pengawasan.
14
1. Keterbatasan dalam ketepatan informasi dan fakta-fakta tentang masa yang
akan datang.
3. Hambatan psikologis.
1. Analisis situasi
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data atau fakta. Analisis situasi ini
masalah tersebut terjadi. Misalnya: data jenis penyakit yang dapat dicegah
dari imunisasi.
15
5. Ekonomi (pembiayaan kesehatan) meliputi pendapatan, tingkat pendidikan,
2. Data kependudukan.
Pengumpulan data dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, yaitu:
informal masyarakat.
16
5. Mempelajari peta wilayah, sensus penduduk, laporan khusus, hasil suatu
Masalah dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu masalah tentang penyakit, masalah
manajemen pelayanan kesehatan (masalah program), dan masalah perilaku, sikap dan
berdasarkan pengalaman staf, dana, dan mudah tidaknya maslah dipecahkan. Prioritas
Contoh masalah tentang penyakit antara lain KIA/ KB, tingginya prevalensi anemia
pada remaja putri dan wanita hamil, partus kasep, kematian ibu bersakin, BBLR,
kematian neonatal dan perinatal (misalnya akibat tetanus neonatorum, ISPA, diare),
infertility, mioma, Ca. Cervix, Ca. Mammae serta masalah komplikasi pemakaian
IUD.
17
Contoh masalah program adalah sebagai berikut:
1. Masalah input, jumlah staf kurang, keterampilan dan motivasi kerja rendah,
2. Masalah proses, terkait dengan fungsi manajemen (POAC) yaitu kurang jelas
Contoh masalah manajemen pelayanan kesehatan antara lain tingginya jumlah anak
yang menderita diare, air minum yang terkontaminasi air limbah, kebutuhan
jalan umum, pemilikan jamban keluarga yang masih rendah, kurangnya persediaan
oralit di Posyandu dan tervatasnya jumlah staf yang mampu melakukan deteksi dini
diare. Yang menjadi prioritas atau masalah utama adalah tingginya jumlah anak yang
menderita diare.
bayi?
18
4. Apakah masalah tersebut mengganggu kondisi kesehatan dan mengakibatkan
3. Berapa cakupan kegiatan program yang telah mampu dicapai selama ini?
kesehatan nasional?
5. Apakah masalah kesehatan tsb. dapat dipecahkan dengan potensi yg. Ada?
2. Tujuan harus sesuai dengan masalah, bisa dicapai, bisa diukur, bisa dilihat
hasilnya.
19
6. Tetapkan masalah dan faktor-faktor penghambat sebelum tujuan dan target
operasional ditetapkan.
pertama) dari 80% menjadi 100%, dan K4 60% menjadi 80%. Perlu didistribusikan
kesehatan yang pernah dialami atau diperkirakan baik yang bersumber dari
1. Hambatan pada sumber daya yaitu meliputi motivasi yang rendah pada staf
informasi tidak valid, dana yang kurang dan yang waktu kurang.
tingkat pendidikan rendah, sikap dan budaya masyarakat (mitos, tabu, salah
20
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah membuat daftar hambatan dan kendala
sumber daya yang dibutuhkan dan sebagai alat pemantau. Pembahasan rencana kerja
operasional meliputi:
RUMAH SAKIT
21
keluarganya.Mereka pada umumnya mempunyai beban sosialpsikologi akibat
ada tiga kemungkinan yaitu sembug sempurna, cacat (squalae), atau mati.
Kompleksitas ketenagaan dan jenis profesi yang dimiliki oleh RS, menuntut
seperti ini akan menjadi salah satu faktor yang ikut menentukan mutu pelayanan RS
terkait satu sama lain. Atas dasar ini, pelayanan di RS harus mengembangkan sistem
jaringan kerja internal (networking) yang solid dan menunjang satu sama lain.
Semua staf RS harus memahami visi dan misi pengembangan RS serta kebijakan
ditetapkan oleh setiap perkumpulan dokter ahli (ikatan profesi). Stanndar profesi
22
dikenal denga medical of conduct dan medical ethic juga harus selalu diperhatikan
oleh semua staf SMF dalam rangka menjaga mutu pelayanan RS (quality of care).
diemban oleh RS, penerapan fungsi actuating di RS akan sangat tergantung dari
empat faktor. Faktor pertama adalah kepemimpinan direktur RS; kedua adalah
SMF dan kepala instalasinya; ketiga adalah komitmen dan profesionalisme tenaga
medis dan non medis di RS (dokter, perawat, dan tenagapenunjang lainnya), dan
actuating ini. Sifat otonomi profesi di tiap-tiap SMF harus diiatur agar tidak menjadi
penghambat penerapan fungsi actuating di RS. Untuk itu, mereka harus memahami
benar visi dan misi RS yang ingin dikembangkan oleh pihak manajemen (direktur)
RS. Oleh karena itu, fungsi RS harus dilihat dalam konteks kesatuan kerja dari
adalah subsistemnya.
Di pihak lain, intensitas dan frekuensi komunikasi abtara pihak pimpinan RS dan
23
Ketiganya akan memudahkan penjabaran visi dan misi serta strategi pimpinan RS
oleh pihak manajemen RS dan pimpinan SMF, budaya kerja yang berorientasi kepada
bertindak sendiri, arogansi profesi dan dukungan sarana dan prasarana (input)
sebagainya) kurang mendapat perhatian. Untuk itu pengembangan budaya kerja staf
di SMF harus diarahkan untuk mendukung tercapainya visi dan misi RS. Meraka
harus menyadari akan peranannya sebagai staf RS yang diberikan tugas istimewa
praktik pribadi, peranan pencatatan Rekam Medik sangat penting dan sagat melekat
demikian akan berguna untuk merekam dan mengingatkan dokter engan keadaan,
24
hasilpemeriksaan dan pengobatan yang telah diberikan bila pasien daang kembali
kesehatan, IDI juga menerbitkan Fatwa IDI tentang RM, dalam SK No.
meaksanakan RM, tidak saja untuk dokter yang bekerja di rumah sakit tetapi juga
menggunakan istilah status pasien tetapi belakangan ini orang lebih cenderung
catatan segala kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien dar waktu ke waktu.
Catatan ini berupa tulisan maupun gambar, dan belakangan ini dapat pula berupa
pengertian RM adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada
25
2. RM untuk pasien rawat inap
Untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat RM mempunyai informasi
2. Riwayat penyakit
yang berwenang.
Untuk pasien rawat inap, sama seperti sebelumnya hanya denagan tambahan:
2. Catatan konsultasi
Untuk di rumah sakit biasanya yang terpenting pelu diperhatikan untuk pasien rawat
1. Anamnesis
26
2. Hasil penting pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, rongent dan lain
lain.
serta bahan yang berguna bagi dikter pad awaktu menerima pasien untuk
dirawat kembali.
seorang pasien.
4. Sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter ang mengirim, dan
dokter konsultan
1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenga kesehatan lainnya yang ikut
27
3. Sebagai bukti tertulis segala pelayanan, perkembnagna penyakit dan
5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan
6. Menyedikan data data khusus yang sangat berguna untuk penelitian dan
pendidikan
pasien
Dalam pelaksanaan kegunaan RM di atas maka staf medik dan tenaga kesehatan
lainnya dituntut untuk mengisi RM scara cepat, akurat, dan mudah dibaca. Tanpa
adanya informasi medik yang dicatat dengan baik oleh kalangan medik maupun
tercapai.
Mutu asuhan kesehatan sebuah RS akan selalu terkait dengan struktur, proses,
outcome sistem pelayanan RS yersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji
28
dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan
Struktur adalah semua masukan (input) untuk system pelayanan sebuah RS yang
meliputi tenaga, peralatan, dana dan sebagainya. Ada sebuah asuransi yang
mengatakan bahwa jika struktur sistem RS tertata dengan baik, akan lebih menjamin
mutu asuhannya. Baik tidaknya struktur RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas,
Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter dan tenaga professional lainnya yang
antara lain dalam bentuk penilaian tentang pasien, penegakan diagnosa, rencana
pengobatan.
Dalam hal ini juga dianut asumsi bahwa semakin patuh tenaga profesi
menjalankan standards of good practice yang telah diterima dan diakui oleh
masing masing ikatan profesi, akan semakin tinggi pula mutu asuhan terhadap
pasien. Baik tidaknya pelaksanaan proses pelayanan di RS dapat diukur dari tiga
aspek yaitu relevan tidaknya proses itu bagi pasien, efektivitas prosesnya, dan
Outcome
29
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya di RS
terhadap pasien. Di sini diperlukan pedoman untuk mengukur mutu asuhan pelayanan
30
4. BOR (Bed Occupancy Rate)
Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien dapat diukur dengan :
3. Surat kaleng
1. Jumlah dan pesentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak PS dengan asal
pasien
31
4. Jumlah kunjungan SMF spesialis
6. Contact rate
7. Hospitalization rate
Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka standar tersebut di atas
dibandingkan dengan standar (indikator) nasional. Jika tidak ada angka standar
nasional, penilaian dialkukan dengan menggunakan hasil pencatatan mutu pada tahun
direksi RS yang bersangkutan dengan masingmasing SMF dan staf lainnya yang
32
6. Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
7. Pemakaian obat tidak sesuai standar 8. Pemakaian air, listrik, gas, dan sebagainya.
manjaga mutu di RS (quality assurance) yang dilaksanakan oleh gugus kendali mutu
RS. Dalam hal ini, gugus kendali mutu dapat ditugaskan kepada komite medik RS
33