Terumbu Karang
Sesuai pada Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
24/PERMEN-KP/2016 Tentang Tata Cara Rehabilitasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau
Kecil Pasal 1 nomor 4 Terumbu Karang adalah suatu ekosistem yang hidup di dasar perairan
danberupa bentukan batuan kapur terdiri atas polip-polip karang dan organisme-organisme
kecil lain yang hidup dalam koloni.
Namun tidak sedikit terumbu karang yang rusak, baik oleh alam, ataupun ulah tangan
manusia. Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang sangat rentan terhadap
perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya termasuk gangguan yang berasal dari
kegiatan manusia dan pemulihannya memerlukan waktu yang lama.Menurut Burke et all
(2002) bahwa terdapat beberapa penyebab kerusakan terumbu karang yaitu : 1) Pembangunan
di wilayah pesisir yang tidak dikelola dengan baik; 2) Aktivitas dilaut antara lain dari kapal
dan pelabuhan termasuk akibat langsung dari pelemparan jangkar kapal; 3) Penebangan hutan
dan perubahan tata guna lahan yangmenyebabkan peningkatan sedimentasi; 4) Penangkapan
ikan secara berlebihan memberikan dampak terhadap keseimbangan yang harmonis di dalam
ekosistem terumbu karang; 5) Penangkapan ikan dengan menggunakan racun dan bom; 6)
Perubahan iklim global.
Menurut Sukmara et.al (2001) ancaman manusia terhadap terumbu karang dapat
dideteksi dengan cara melihat indikasi yang tampak dan kemungkinan penanganan yang
dapat dilakukan. Ancaman terhadap ekosistem terumbu karang juga dapat disebabkan oleh
karena adanya faktor alam. Ancaman oleh alam dapat berupa angin topan, badai tsunami,
gempa bumi, pemangsaan oleh CoTs (crown-of-thorns starfish) dan pemanasan global yang
menyebabkan pemutihan karang.