Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA TN “H” DENGAN KASUS “HERNIA” DI RUANG OK RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH HAJJAH ANDI DEPU POLEWALI MANDAR

HUSNUL YAQIN S.Kep

N.21.005

C1 LAHAN C1 INSTITUSI

(.........................................) (.........................................)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI POLEWALI MANDAR


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (PROFESI NERS)

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena Berkat
Rahmat dan Bimbingan-Nya sehingga dapat melaksanakan praktek klinik stase Keperawatan
Gawat Darurat di Rumah Sakit Umum Daerah Hajjah Andi Depu Polewali Mandar dan dapat
menyelesaikan laporan ini di tepat pada waktunya.

Tujuan penyusunan laporan ini untuk memberikan gambaran hasil pengkajian


Asuhan/Resume Keperawatan Gawat Darurat di Rumah Sakit Umum Daerah Hajjah Andi
Depu Polewali Mandar. Dalam rangka memenuhi salah satu tugas praktek stase Keperawatan
Gawat Darurat Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Generasi
Polewali Mandar.

Penyusunan laporan ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, dukungan dan
motivasi berbagai pihak, baik secara material, maupun spiritual sehingga proses dalam stase
Gawat Darurat sampai pengumpulan laporan di ruangan ICU Rumah Sakit Umum Derah
Hajjah Andi Depu Polewali Mandar dapat terselesaikan.

Kami sangat menyadari, laporan yang kami berikan dalam bentuk serba kekurangan
dan kelemahan baik isi maupun tehnik penulisan. Untuk ini kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan agar kami lebih beik kedepannya, sehingga dapat menerapkan sistem
management dengan baik.

Pada akhirnya, kami mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami
Mahasiswa Keperawatan Program Studi Profesi Ners, institusi terkait dilingkungan Rumah
Sakit Umum Daerah Hajjah Andi Depu Polewali Mandar. Khususnya diruang ICU, institusi
pendidikan Stikes Bina Generasi Polewali Mandar Program Profesi Ners dimasa depan,
pembaca dan pada umumnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan
datang.

Polewali, Juni 2022

Husnul Yaqin,S.Kep
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
2. Etiologi
3. Tanda Dan Gejala
4. Patofisiologi
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Pathway
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Primer
2. Pengkajian Sekunder
3. Diagnosa Keperawatan Utama
4. Intervensi Dan Rasional

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejadian gawat darurat tentunya tidak bisa kita prediksi, kapanpun dan dimanapun
seseorang dapat mengalami kejadian kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan
segera. Keterlambatan dalam penanganan dapat berakibat kecacatan fisik atau bahkan
sampai kematian. Banyak hal yang dapat menyebabkan kejadian gawat darurat, antara lain
kecelakaan, tindakan anarkis yang membahayakan orang lain, kebakaran, penyakit dan
bencana alam yang terjadi di Indonesia. Kondisi ini memerlukan penanganan gawat darurat
yang tepat dan segera, sehingga pertolongan pertama pada korban/pasien dapat dilakukan
secara optimal.
Gawat Darurat adalah suatu keadaan yang mana penderita memerlukan pemeriksaan
medis segera, apabila tidak di lakukan akan berakibat fatal bagi penderita. Instalasi Gawat
Darurat merupakan salah satu unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan
pertolongan pertama dan sebagai jalan pertama masuknya pasien dengan kondisi gawat
darurat. Keadaan gawat darurat adalah suatu keadaan klinis dimana pasien membutuhkan
pertolongan medis yang cepat untuk menyelamatkan nyawa dan kecacatan lebih lanjut
(Kemenkes, 2009).
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah area dalam Rumah Sakit yang dirancang dan
di gunakan untuk memberikan standar perawatan gawat darurat untuk pasien yang
membutuhkan perawatan akut atau mendesak (QueenslandHealthED, 2012). Unit ini
memiliki tujuan utama yaitu untuk menerima, melakukan triage, menstabilisasi, dan
memberikan pelayanan kesehatan akut umtuk pasien, termasuk pasien yang membutuhkan
resusitasi dan pasien dengan tingkat kegawatan tertentu (Australian Collegefor Emergency
Medicine, 2014).
Instalasi gawat darurat juga menyediakan pelayanan untuk korban kecelakaan dan
situasi bencana. Terdapat beberapa tipe pasien khusus yang biasanya ditemui di IGD yang
mungkin membutuhkan pemeriksaan dan tindakan yang khusus antara lain pasien dengan
trauma mayor, pasien lansia, anak-anak dan remaja, pasien dengan gangguan jiwa, pasien
deng an penyakit infeksius, dan pasien yang terpapar bahan kimia, biologi atau kontaminasi
radiologi (Australian College for Emergency Medicine, 2014).
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang sebagai tempat untuk
melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi
streril dan kondisi khusus lainnya (Kemenkes, 2012).
Pelayanan kamar operasi merupakan salah satu bentuk pelayanan yang sangat
berpengaruh terhadap indikator layanan mutu suatu rumah sakit. Oleh karena itu, ruang
operasi harus dirancang dengan faktor keselamatan yang tinggi karena semua tindakan yang
dilakukan di ruang operasi menyangkut nyawa pasien. Selain itu pengelolaannya pun harus
khusus agar tindakan operasi yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar sehingga
meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan
kamar operasi, kerja sama yang baik sangat diperlukan antar tim bedah yang terdiri dari
dokter bedah, perawat kamar bedah, dokter anaestesi, maupun personel penunjang lainnya.
Perawat kamar bedah (operating room nurse) adalah perawat yang memberikan
asuhan keperawatan pre operatif, intra operatif, dan post operatif kepada pasien yang akan
mengalami pembedahan sesuai standar, pengetahuan, keputusan, serta keterampilan
berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan khususnya kamar bedah (HIPKABI, 2014).
Peran perawat kamar bedah bertanggung jawab secara klinis dan berfungsi sebagai
scrub nurse (instrumentator) dan circulating nurse (perawat sirkulasi). Perawat kamar bedah
memiliki kemahiran dan tanggung jawab dalam melakukan asuhan keperawatan, baik
asuhan keperawatan pre operatif, intra operatif, maupun post operatif (Kemenkes, 2010).
Tanggung jawab perawat kamar bedah terdiri dari perawat sebagai kepala bedah dan
perawat sebagai pelaksana. Kepala perawat kamar bedah adalah seorang tenaga perawat
professional yang bertanggung jawab dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di
kamar bedah. Perawat pelaksana yang terdiri dari perawat instrument (scrub nurse) dan
perawat sirkulasi (circulating nurse) adalah perawat yang akan mendominasi dalam
memberikan asuhan keperawatan pre operatif, intra operatif, dan post operatif. Perawat
instrument adalah seorang perawat profesional yang di beri wewenang dan ditugaskan
dalam pengelolaan paket alat pembedahan selama pembedahan berlangsung dan perawat
sirkulasi adalah tenaga perawat profesional yang diberikan wewenang dan tanggung jawab
untuk kelancaran pelaksanaan tindakan pembedahan (HIPKABI, 2014).
Tugas perawat kamar bedah bukan hal yang ringan untuk dipikul, perawat kamar
bedah bertanggung jawab menyediakan fasilitas sebelum pembedahan dan mengelola paket
alat pembedahan selama tindakan pembedahan berlangsung, administrasi dan dokumentasi
semua aktivitas/tindakan keperawatan selama pembedahan dan kelengkapan dokumen
medik antara lain kelengkapan catatan medis, laporan pembedahan, laporan anastesi,
pengisian formulir patologi, check-list pasient safety di kamar bedah, mengatasi kecemasan
dari pasien yang akan di operasi, persiapan alat, mengatur dan menyediakan keperluan
selama jalannya pembedahan baik menjadi scrub nurse atau pun circulating nurse, dan
asuhan keperawatan setelah pembedahan di ruang pulih sadar (recovery room) (Jangland,
2018).
Hernia berasal dari bahasa latin, herniae artinya penonjolan isi suatu dinding rongga.
Dinding rongga yang lemah itu membentuk kantong dengan pintu berupa cincin.Hernia bisa
juga disebut dengan nama Burut, yaitu lubang atau robekan pada otot yang menutupi rongga
perut di bawah lapisan kulit. Lubang ini memungkinkan belitan usus menonjol keluar dan
membentuk benjolan di bawah kulit (Masriadi,2016). Penonjolan ini sebenarnya merupakan
sebuah kantung yang letaknya di bawah kulit yang berbanding peritoneum (membran yang
melapisi ruang perut) biasanya terisi oleh organ yang biasanya merupakan selimut usus
yang istilah kedokterannya adalah omentum (Dr.H Masriadi, 2016).Hernia apabila tidak di
tangani akan terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga
isi hernia tidak dapat dikembalikan lagi, kebanyakan penderitanya akan merasakan nyeri
(liu & champel, 2013)
Hernia inguinal lateralis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah
apendisitis.Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan
masyarakat. Dari keseluruhan jumlah operasi di amerika serikat tindakan bedah hernia
sebanyak 24,1 %. Insiden hernia inguinalis di perkirakan di derita oleh 15 % populasi
dewasa, 5 – 8 % pada rentang usia 25– 40 tahun dan mencapai 45 % pada usia 75 tahun.
Menurut Medical Service (Ministry Of Health/ MOH) menatakan bahwa diantara
sepuluh macam penyakit yang menempati rangking tertinggi hospitalisasi pada tahun 2007
salah satu diantaranya adalah hernia yang menduduki peringkat ke lima dengan prevelensi
1,8 % dan jumlah 700.000 kasus. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia di Indonesia periode Januari 2010 sampai dengan Februari 2011 berjumlah 1.243
yang mengalami gangguan hernia inguinalis, termasuk berjumlah 230 orang (5,59%)
(DepKesRI, 2011).Pada tahun 2012, hernia inguinalis menempati urutan ke delapan dengan
jumlah 291.145 kasus (Monarchi A, Abdul R, Ismail H, 2013).
Secara umum hernia sering terjadi pada orang yang sudah lanjut usia, karena pada
usia lanjut dinding otot polos abdomen sudah lemah, sehingga sangat berpeluang terjadinya
hernia (Hidayat, 2009). Penyakit hernia disebabkan karena mengkonsumsi makanan kurang
serat, yang menyebabkan konstipasi sehingga mendorong mengejan saat defekasi dan
mengangkat beban berat (Rudi Haryono,2012).
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan.Hernia disebabkan karena adanya tekanan intra
abdomen seperti batuk dan mengejan. Hernia apabila tidak ditangani akan menyebabkan
terjadinya perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dikembalikan lagi. Penderita hernia memang kebanyakan laki-laki.
Kebanyakan penderitanya akan merasa nyeri jika terjadi infeksi di dalamnya. Pada orang
dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dankarena factor usia yang
menyebabkan lemahnya dinding otot perut (liu & champhell, 2011).
Hernia inguinalis lateralis yang perlu dilakukan oprasi adalah hernia dengan
komplikasi inkarserata dan hernia strangulate. Oprasi yang dilakukan untuk mengatasi hal
tersebut terdiri dari herniotomy dan herniorafi.(Jitowiyono, 2016).
Dampak kesehatan yang ditimbulkan pada klien yang di lakukan herniotomy
maupun herniorafi diantaranya nyeri, gangguan mobilisasi, intoleransi aktivitas, dan resiko
terjadinya infeksi, penurunan peristaltic usus, penurunan dieresis, dan nyeri sekitar luka post
operasi yaitu sekitar perut (Jitowiyono, 2010). Dampak mobilisasi yang tidak di lakukan
bisa menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, gangguan fungsi otot rangka, aliran darah
tersumbat sehingga berdampak pada lemahnya proses penyembuhan luka, dan peningkatan
intervensi nyeri.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat adalah memberikan asuhan keperawatan
dengan melakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi, observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan, gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien, bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan, lakukan
penanganan nyeri dengan non farmakologi yaitu teknik distraksi dan relaksasi (Nurarif &
Kusuma, 2015)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan pelayanan gawat darurat adalah untuk mencegah kematian dan cacat
pada penderita gawat darurat hingga dapat hidup dan sehat dan berfungsi
kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
2. Tujuan Khusus
Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah:
a. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat
hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat.
b. Merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan untuk
memperoleh penanganan yang lebih memadai.
c. Penanggulangan korban bencana, Penolong harus mengetahui
penyebab kematian agar dapat mencegah kematian.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau
bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia adalah sering
terjadinya dan muncul sebagai tonjolan dilipatan paha atau skrotum. Biasanya
Orang awam menyebutnya turun bero atau hernia. Terjadi Hernia inguinalis yaitu
ketika dinding abdomen bertambah ke bawah melalui dinding sehingga
menerobos usus. (Nurarif&kusuma 2016)

2. Etiologi
Hal-hal yang dapat mengakibatkan timbulnya hernia secara umum adalah
mengendong barang yang sangat berat, batuk, kegemukan, mengedan, asites
(terjadi kumpulan cairan abnormal di daerag rongga perut), aktifitas fisik yang
berlebihan.
Etiologi terjadinya hernia yaitu :
 Hernia Inguinal
a. Terjadi penurunan kekuatan otot dinding abdomen.
1) Kelemahan jaringan
2) Terdapat tempat dibagian lebar diligamen inguinal
3) Trauma
b. terjadi tekanan pada intra abdominal.
1) Obesitas
2) Mengaambil barang berat
3) Mengejan Konstipasi
4) Kehamilan
5) Batuk dalam jangka waktu lama
6) Prostate Hipertropi
c. Hernia Hiatal
faktor Hernia Hiatal biasanya belum diketahui, namun bisa terjadi
karena adanya kelemahan pada jaringan penyokong. Faktor resiko terjadinya
Hernia Hiatal adalah: Pertambahan usia, kegemukan, dan Merokok.
d. Hernia Umbilical
Hernia Umbilical/ Umbilikus terdapat jika penutupan umbilikus
(didapat tali pusar) tidak sempurna.
e. Hernia Femoralis
1) Akibat adanya hernia Femoralis adalah kehamilan multipara,
kegemukan dan keturunan penahan ikat.
2) Faktor kekurangan bagan fascia dan aponeurosis tranversa,
degenerasi/atropi, tekanan intra abdomen meningkat, pekerjaan
mengangkat benda-benda berat, batuk kronik, gangguan BAB, dan
gangguan BAK.
3. Tanda Dan Gejala
a. Hernia reponible tanda dan gejalanya:
1. Pasien merasa tidak nyaman di area penonjolan
2. Ada penonjolan di salah satu lokasi abdomen misalnya inguinal,
femoralis dan lain-lain. Benjolan timbul saat mengejan BAB, mengangkat
beban berat ataupun saat aktivitas berat dan hilang pada waktu istirahat
baring.
3. Kadang-kadang perut kembung.
4. Apabila terjadi perlengketan pada kantung hernia dan isi hernia maka
tidak dapat dimasukkan lagi (ireponibel).
b. Hernia inkarserata, tanda dan gejalanya :
1. Adanya gambaran obstruksi usus dimana pasien mengalami obstipasi,
muntah, tidak flatus, perut kembung dan dehidrasi.
2. Terjadi gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.
3. Bila lelah terjadi strangulasi.
4. Pasien mengalami nyeri hebat di daerah hernia, dimana nyeri menetap
karena rangsangan peritoneum. Pada pemeriksaan local ditemukan
benjolan yang tidak dapat dimasukkan lagi diserta nyeri tekan dan
tergantung keadaan isi hernia.
5. Dapat dijumpai tanda peritonitis atau terjadi abses local, keadaan ini
merupakan keadaan gawat darurat dan memerlukan pertolongan
segera.Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).

4. Patofisiologi
hernia inguinalis bisa didapatkan sebab anomali kongenital atau akibat
yang didapat. Hernia dapat diketahui jika setiap usia. Penyakit ini sering diderita
pada laki-laki ketimbang pada perempuan.Berbagai faktor akibat terjadi pada
depat pintu masuk anulus internus hernia yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, yang dapat mendorong melewati pintu
yang sudah terbuka cukup lebar itu diperlukan pula faktor isi herniayang ada.
Faktor peningakatan tekanan di dalam rongga karena peninggian tekanan di dalam
rongga perut perut yang dipandang berperan kausal. Kanalis inguinalis adalah
terjadi Pada bulan ke-8 kehamilan kanal yang normal pada fetus, terjadi melalui
kanal tersebut desensus testis. Penurunan testis terjadi penonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei yang akan menarik peritonium
ke daerah skrotum sehingga. prosesus ini telah mengalami obliterasi Pada bayi
yang sudah lahir, umumnya sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. kanalis ini tidak menutup dalam beberapa hal tersebut. Karena testis kiri
turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. jika
kanalis kanan terbuka maka biasanya yang kiri juga terbuka. Dalam keadaan
normal, pada usia 2 bulan kanalis yang terbuka ini akan menutup. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis
lateralis kongenital . kanalis inguinalis telah menutup Pada orang tua. tetapi
karena menyebabkan lokus minoris resistensie, sebab saat keadaan yang
terjadinya tekanan intra-abdominal lebih terasa, hernia inguinalis lateralis akuisita
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul. akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis
dan Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi Kelemahan otot dinding perut
terjadi akibatakibat jaringan kanal (Erfandi, 2016).
Pada hernia akan terjadi kelemahan atau kegagalan menutup yang
bersifat kongenital usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong skrotum,
disebabkan oleh prolaps sebagian. kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-
gejala obstruksi usus (perut kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak
ada feces, muntah). bila usus yang prolaps bisa menyebabkan Hernia inkarserata
terjadi konstriksi bila suplai darah ke kantong skrotum, Isi hernia dapat kembali
ke rongga peritoneum disebut hernia inguinal reponibilis, bila tidak dapat
kembali disebut hernia inguinal ireponibilis (Mansjoer, 2014). keluhan yang
timbul hanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin, mengedan, dan menghilang setelah berbaring terjadi pada hernia
reponibilis. Keluhan nyeri jarang dijumpai pada hernia ini, walaupun ada nyeri
dirasakan di daerah epigastrium atau didaerah umbilikal berupa viseral akibat
regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantung hernia.
Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi
gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit.
Keadaan ini disebut hernia strangulata. rasa sakit yang terus menerus Secara klinis
keluhan klien adalah Terjadi gangguan pada usus seperti nyeri padaperut kembung
dan muntah.
Akibat penimbunan racun yang akan mengakibatkan terjadinya infeksi dalam
tubuh Pembuluh darah yang terjepit . dinding usus yang akan berakibat buruk
yaitu kematian Infeksi ini akan menjadi sumber infeksi ke seluruh tubuh.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus
Hernia di antaranya sebagai berikut :
a. Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.
b. Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Primer
a. Identitas
1) Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS),
nomor register, dan diagnosa medik.

2) Identitas Penanggung Jawab


Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien.

b. Keluhan utama
Ada pembekakan di inguinal dan terasa nyeri.

c. Riwayat penyakit sekarang


Klien mengeluh nyeri, ada benjolan,mual muntah.

d. Riwayat penyakit dahulu


Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita
klien.

e. Riwayat penyakit keluarga


Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit serupa.

f. Pengkajian Data
1) Aktifitas dan istirahat :
a. Sebelum MRS:
• Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan.

b. Sesudah MRS:
• Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur.
• Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu
bagian tubuh.
• Tidak mampu melakukan aktivitas yang
biasanya dilakukan.
• Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena.
• Gangguan dalam berjalan.

2) Eliminasi
Gejala :
• Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
• Adanya retensi urine

3) Istirahat Tidur
Penurunan kualitas tidur
4) Personal Higiene
Penurunan kebersihan diri, ketergantungan
5) Integritas Ego
 Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah
pekerjaan finansial keluarga
 Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar darikeluarga/orang
terdekat

6) Kenyamanan
 Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada
hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku
pada leher.

2. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress,
sikap dan tingkah laku pasien.
2) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan Darah
• Nilai normalnya :Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg
• Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg
b) Nadi
• Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardiatau
takikkardi)
c) Pernafasan
• Nilai normalnya : Frekuensi : 16-60 x/menit
• Pada pasien : respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat /
aktivitas
d) Suhu Badan
• Metabolisme menurun
• Suhu menurun

3) Head to toe examination :


a) Kepala : bentuk , kesimetrisan
b) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?
c) Mulut: apakah ada tanda infeksi?
d) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
e) Muka; ekspresi, pucat
f) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
g) Dada: gerakan dada, deformitas
h) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan
i) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema,
clubbing, bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.
4) Pemeriksaan Penunjang
a) Cahya X abdomen menandadakan tanda tidak normalnya kadar gasyang
terdapat pada usus/ obstruksi usus.
b) Cara mengetahui darah lengkap dan serum elektrolit dapat menghaslkan
peningkatan konsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel
darah putih dan ketidakseimbangan nya elektrolit.

3. Diangnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan benjolan di inguinal
b. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
d. Resiko jatuh berhubungan dengan anastesi narkotik
e. Resiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan
f. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
g. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan
luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Tabel : 2.2 intervensi keperawatan

Dx. keperawatan NOC NIC

1. Nyeri akut Tujuan : - Kaji tingkat nyeri, durasi, lokasi dan intensitas
berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Observasi ketidaknyamanan non verbal
dengan benjolan keperawatan diharapkan nyeri - Gunakan strategi komunikasi terapetik
di inguinal berkurang. - Gunakan teknik distraksi
- ciptakan suasana lingkungan yang tenang
- kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
Kriterian hasil :
analgetik
1. Klien mengatakan nyeri
berkurang
2. Klien mengatakan perut
sudah tidak sebah
3. Wajah klien tenang tidak
nampak menahan sakit

2.Cemas Tujuan : - jelaskan prosedur, termasuk sensasi seperti


Setelah dilakukan tindakan keadaan selama prosedur.
berhubungan
keperawatan diharapkan masalah - Temani klien untuk meningkatkan keamanan
dengan prosedur teratasi. dan menurunkan kecemasan
- Dengarkan keluhan klien
pembedahan. - Identifikasi perubahan level kecemasan
Kriteria hasil :
- Dorong klien untuk mengungkapkan secara
1. Kecemasan klien berkurang verbal tentang perasaan, persepsi dan ketakutan
2. klien Nampak tenang - pertahankan kontak mata
3. klien mengatakan rasa takutnya - turunkan stimulus pembuat cemas
berkurang - tunjukkan penerimaan
4. klien menyatakan siap untuk - jaga ketenangan
dilakukan operasi
3. Kurang Tujuan : - Identifikasi factor internal dan eksternal yang
pengetahuan setelah dilakukan tindakan dapat meningkatkan motivasi orang tua dan
berhubungan keperawatan diharapkan masalah keluarga.Jelaskan pengertian, tanda gejala,
dengan kurang teratasi. komplikasi, rencana tindakan yang akan
terpapar informasi dilakukan.
Kriteria hasil : - Jelaskan mengenai jadwal, dan lokasi operasi
- Jelaskan durasi tindakan operasi
1.pengetahuan klien bertambah
- Identifikasi kecemasan klien
2. Klien tenang
3. Klien Nampak siap menjalani
operasi

4. Resiko jatuh Tujuan : - Berikan petunjuk sederhana dan singkat pada


berhubungan Setelah dilakukan tindakan pasien tentang posisi saat operasi
dengan anastesi keperawatan selama ± 45 menit - Siapkan peralatan dan bantalan untuk posisi
narkotik resiko jatuh dapat diminimalisir yang dibutuhkan sesuai prosedur operasi dan
dengan kriteria klien tidak jatuh kebutuhan spesifik klien
- Letakkan eletroda penetral (bantalan
elektrokauter) yang meliputi seluruh massa
otot-otot yang paling besar dan yakinkan
bahwa bantalan berada pada posisi yang baik
- Stabilkan baik kereta pasien maupun meja
operasi pada waktu memindahkan pasien ke
dan dari meja operasi

5. Resiko Tujuan : - Lindungi sekitar kulit dan anatomi yang sesuai


perdarahan Setelah dilakukan tindakan perawatan seperti penggunaan kassa untuk menghentikan
berhubungan selama ± 45 menit resiko perdarahan perdarahan
dengan proses dapat dicegah dengan kriteria - Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan
pembedahan selama prosedur operasi dilakukan
Kriteria hasil : - Pastikan keamanan elektrikal dan alat-alat yang
1. Tidak ada hematuria digunakan selama prosedur operasi. Misalnya
dan hematemesis kabel coter pada keadaan utuh.
2. TD dalam batas normal
3. Tidak ada perdarahan
6. Nyeri akut Tujuan : - Kaji tingkat nyeri, durasi, lokasi dan intensitas
berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Observasi ketidaknyamanan non verbal
dengan agen keperawatan selama 10 menit nyeri - Gunakan strategi komunikasi terapetik
injuri fisik klien berkurang dengan kriteria - Gunakan teknik distraksi
- ciptakan suasana lingkungan yang tenang
Kriteria Hasil : - kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
1. klien nampak tenang analgetik
2. klien mengatakan nyeri berkurang

7. Resiko infeksi Tujuan : - Bersihkan lingkungan sekitar klien


berhubungan Setelah dilakukan - Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
dengan prosedur tindakankeperawatan selama 5 menit perawatan pasien lain
invasive infeksi dapat dikontrol dengan kriteria - Jelaskan pada klien tentang tanda-tanda infeksi.

Kriteria Hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda ineksi
2. Vital sign dalam batas normal
5. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang


dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry,
2014).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga,
dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai
tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,
2012).
Menurut (Asmadi, 2013)Terdapat 2 jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini
meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah SOPA, yakni
subjektif (data keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisis data (perbandingan data dengan teori), dan perencanaan.

b. Evaluasi sumatif (hasil)


Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan
respon pasien dan keluarga terkai pelayanan keperawatan, mengadakan
pertemuan pada akhir layanan.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan


keperawatan, yaitu :
1) Tujuan tercapai/masalah teratasi.
2) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian.
3) Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratasi.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Hernia berarti penonjolan kantong peritoneum atau suatu organ atau lemak
praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita (dapatan). Hernia inguinalis
adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke rongga melalui
defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis. Sekitar
75% hernia terjadi di regio inguinalis, 50% merupakan hernia inguinalis indirek
dan 25% adalah hernia inguinal direk. Faktor risiko timbulnya hernia inguinalis
adalah usia tua, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan fisik yang menimbulkan
peningkatan tekanan intraabdomen yang dilakukan terus-menerus, batuk kronis,
dan obesitas. Hernia berupa benjolan di lipat paha yang timbul bila mengedan,
batuk, atau mengangkat benda berat. Hernia inguinalis ditatalaksana dengan
proses operasi, dengan tidak melupakan tatalaksana faktor risiko yang bisa diubah.
Sebagian besar hernia inguinalis adalah asimtomatik, dan kebanyakan ditemukan
pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada annulus inguinalis
superfisialis atau suatu kantong setinggi annulus inguinalis profundus. Pada
umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul
pada waktu mengedan. Batuk atau mengangkat benda berat, dan menghilang
waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang
timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia terjadi pada
anak atau bayi, gejalanya terlihat anak sering gelisah, banyak menangis, dan
kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan terjadi hernia.

Kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan
berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau
keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan
hernia, di raba konsistensinya dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat
direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking
pada anak-anak. Cincin hernia dapat diraba, dan berupa anulus inguinalis yang
melebar. Gambaran klinis yang penting dalam penilaian hernia inguinalis
meliputi tipe, penyebab, dan gambaran. Hernia inguinais direct, isi hernia tidak
terkontrol oleh tekanan pada cincin internal, secara khas menyebabkan benjolan
ke depan pada lipat paha, tidak turun ke dalam skrotum. Hernia inguinalis
indirect, isi hernia dikontrol oleh tekanan yang melewati cincin internal,
seringkali turun ke dalam skrotum.
Hernia inguinalis merupakan hernia yang mempunyai angka kejadian yang
paling tinggi. Sekitar 75% hernia terjadi di regio inguinalis, 50% merupakan
hernia inguinalis indirek dan 25% adalah hernia inguinal direk.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada Tn.H dengan Hernia Inguinalis memberikan pengalaman
yang nyata untuk penulis dengan menerapkan konsep teoritis pada aplikasinya. Penulis
menemukan kesenjangan teori dan praktik di lapangan yang merupakan satu keunikan
klien dalam merespon gangguan terhadap kesehatan. Pada bab ini penulis menyimpulkan
proses asuhan keperawatan sebagai berikut:

1. Pengkajian
Data – data yang didapatkan selama pengkajian yaitu klien mengeluh nyeri
dibagian abdomen kanan bawah, Manajemen Nyeri dengan Menggunakan Teknik
relaksasi Pada Pasien Post Herniorapi pada Hari ke 1 penulis kemudian melakukan
intervesi teknik relaksasi selama 3 hari pada pasien herniorapi mengalami perbaikan,
secara bertahap yaitu pada hari pertama sekala nyeri 6 sedang kan pada hari ketiga post
operasi skala nyeri 2, dan waktu merasakan sewaktu waktu. Meskipun demikan setelah
dilakukan manajemen teknik relaksasi nafas dalam,menunjukan keberhasilan walaupun
secara bertahap.Intervensi ini dilakukan penulis pada hari jumat tanggal 08 juni
2022.Sedangkan untuk jurnal Pengaruh Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi Abdomen
Terhadap Penyembuhan Luka dan Fungsi Abdomen penulis kemudian melakukan
intervensi Intervensi ini dilakukan penulis pada Hari Jumat tanggal 08 juni 2022 pada
shif pagi di ruangan pemulihan. Penulis memberikan pendidikan kesehatan mobilisasi
dini dan membantu melakukan mobilisasi pada Tn. H selama 25-30 menit. Sesudah
melakukan intervensi, Tn.H sudah bisa melakukan mobilisasi secara bertahap, luka post
op Tn.Htidak tampak tanda-tanda infeksi ,infeksi, fungsi pernafasan klien dalam batas
normal.

2. Diagnosis Keperawatan
Setelah melalui analisa data, maka penulis mendapatkan diagnosa keperawatan pada
Tn.H sebagai berikut:
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Diskontuinitas Jaringan akibat tindakan Operasi
b. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri
c.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Luka Operasi.

3. Perencanaan
Rencana tindakan keperawatan yang ditetapkan oleh penulis sesuai dengan kondisi,
kemampuan, sarana dan berdasarkan prioritas masalah keperawatan yang difokuskan
pada menurunkan atau menghilangkan tingkat nyeri, pengawasan tanda-tanda vital,
pengawasan nutrisi, dan pengawasan aktifitas. Penetapan tujuan dan rencana tindakan
didasarkan pada teori dengan mempertimbangkan kondisi klien.
4. Implementasi
Pelaksanaan pada Tn.H sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dengan
melibatkan keluarga klien sehingga termonitor selama 24 jam. Semua perencanaan yang
berhubungan dengan klien dapat diimplementasikan.

5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi akhir tanggal 08 Juni 2022 masalah yang muncul pada Tn. H
yaitu Masalah keperawatan yang pertama adalah nyeri akut berhubungan dengan
diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi. Dari hasil pengkajian didapatkan klien
mengatakan nyeri pada luka operasi, klien mengeluh seperti ditusuk-tusuk dengan skala
nyeri 6 (sedang),klien tampak meringis bila ada nyeri ,klien mengatakan nyeri saat
bergerak,Terlihat bekas luka post op sepanjang ± 8 cm sebanyak 7 jahitan di perut kanan
bawah klien.Dari masalah keperawatan di atas, sehubungan dengan masalah keperawatan
nyeri akut penulis tertarik melakukan teknik relaksasitarik nafas dalam dan dikeluarkan
melalui hidung untuk mengalihkan perasaan nyeri klien. Menurut jurnal (jamaludin dkk,
2014

B. SARAN
Dengan selesainya dilakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Hernia
Inguinalis, diharapkan dapat memberikan masukkan terutama pada :
1. Klien Dan Keluarga
Diharapkan klien hendaknya tidak melakukan kegiatan yang menguras tenaga atau
kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan intra abdomen, dalam jangka waktu 1-2 bulan
tidak mengangkat benda yang berat,serta menjaga kekambuhan pasca pembedahan serta
Kepada keluarga hendaknya selalu memantau dan mengingatkan pasien minum obat
pasien di rumah,tidak membebani pasien dengan pekerjaan yang menguras tenaga,
membatasi pasien untuk bekerja seperti mengangkat beban berat dan selalu mengingatkan
klien agar tidak melakukan pekerjaan berat agar pasienkekambuhan penyakit yang sama
seperti sebelumnya dan tidak memperparah keadaan yang sekarang.

2. Bagi Pembaca
Kepada pembaca agar mau memberikan kritik dan saran nya untuk masa yang
akan dating agar penulis dapat lebih baik lagi kedepan nya untuk menambah wawasan
dan pendalaman materi mengenai hernia -Pinguinalis.

3. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi ilmu
keperawatan tentang asuhan keperawatan klien dengan hernia inguinalis sehingga apabila
ada mahasiswa yang ingin melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
yang sama dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan kajian dan rujukan dalam
melakukan penelitian sejenis.
4. Bagi Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan prosedur kerja profesi, dalam
melakukan pelayanan kesehatan terhadap pemenuhan kebutuhan pasien secara
profesional sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam
menggunakan kemajuan tehnologi yang sesuai dengan standar yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Gusty RP.2013 jurnal Pengaruh mobilisasi dini pasien pasca operasi abdomen
terhadap penyembuhan luka dan funsi pernafasan.proram ilmu keperawatan FK
UNAND

Jamaludin. 2015.Jurnal Manajemen Nyeri Menggunakan Teknik Relaksasi Padda


Pasien post hernioprapi Hari ke 1 di Ruang Cempaka III RSUD Kudus. Kudus :
Akper Krida Husada Kudus.

Kementerian Kesehatan.2016. http://www.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 02


januari 2017. Jakarta.

Kristiyawati, Sri. 2013.jurnal Efektifitas Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing dan


Nafas Dalam terhadap penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi.
Semarang : STIKes Telogorejo.

Kurniawan A dkk. 2013. Jurnal Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pre Operasi


terhadap tingkat kecemasaan pada Pasien Pre hernia di RSUD KUDUs
Semarang. Semarang : Fikkes universitas muhamadiyah semarang

Masjoer A dkk,kapita selekta kedokteran jilid 2 2003,media Aesculapius:Jakarta


Medical Record, 2019 RSUD H. Hanafie Muara Bungo

Nurarif, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis jilid 1 . Jogjakarta : Mediaciton


Sabiston 2002, buku ajar bedah bagian 2, penerbitan buku kedokteran .jakarta
EGC

Sugiarto dkk. (2002). Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran , edisi 6 vol.
Jakarta : EGC.

A dkk,kapita selekta kedokteran jilid 2 2003,media Aesculapius:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai