Anda di halaman 1dari 96

PENERAPAN PROGRAM

KESELAMATAN PASIEN (PATIEN

SAFETY) OLEH PERAWAT

PELAKSANA DI RUMAH SAKIT: LITERATUR REVIEW

SKRIPSI

ARIF SAHROJI

NIM: 1613261001

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

INSTITUT KESEHATAN INDONESIA

JAKARTA

2020
PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN (PATIEN SAFETY)

OLEH PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT: LITERATUR REVIEW

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna Memperoleh Gelar


Sarjana Administrasi Rumah Sakit Program Studi Strata Satu

Disusun Oleh:

Arif Sahroji
NIM: 1613261001
Program Studi: Administrasi Rumah Sakit

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

INSTITUT KESEHATAN INDONESIA

JAKARTA

2020
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
INSTITUT KESEHATAN INDONESIA
JAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN

Penelitian skripsi dengan judul :

Penerapan Program Keselamatan Pasien (Patien Safety) Oleh Perawat

Pelaksana Di Rumah Sakit: Literatur Review

Nama : Arif Sahroji

NPM : 1613261001

Telah diperiksa oleh pembimbing untuk ujian skripsi.

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 12 November 2020

Pembimbing I, Pembimbing II,

Sumijatun, S.Kp., MARS., PhD dr.Antonius MPS, SH., MARS

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :


Penerapan Program Keselamatan Pasien (Patien Safety) Oleh Perawat

Pelaksana Di Rumah Sakit: Literatur Review

Nama : Arif Sahroji


NPM : 1613261001

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi
Rumah Sakit pada Program Studi Administrasi Rumah Sakit, Institut Kesehatan
Indonesia pada tanggal 12 November 2020.

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 12 November 2020

Pembimbing : Sumijatun, S.Kp., MARS., PhD ( )

Pembimbing : dr.Antonius MPS, SH., MARS ( )

Penguji : Dr. Alih Germas Kodyat, SKM., MARS ( )

Penguji : Selviady Kurniawan, S.Kom., MARS ( )

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Administrasi Rumah Sakit

Sumijatun, S.Kp., MARS., PhD

ii
MOTO

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ِ َّ‫ضا هللاِ َكفَاهُ هللاُ ُم ْؤنَةَ الن‬


‫اس‬ َ َّ‫اس َو َم ْن أَسْخَ طَ الن‬
َ ‫اس بِ ِر‬ ِ َّ‫اس بِ َس َخ ِط هللاِ َو َكلَهُ هللاُ إِلَى الن‬ َ ْ‫َم ْن أَر‬
َ َّ‫ضى الن‬

“Barangsiapa mencari keridhoan manusia dengan membuat Allah murka, maka ia

diserahkan oleh Allah kepada manusia. Dan barangsiapa membuat manusia murka

dengan keridhoan Allah, maka Allah akan mencukupinya dari kejahatan

manusia.” (Shahih. HR. Ibnu Hibban no.277 (I/510), dari Aisyah. Dan

dishohihkan oleh syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no.6010).

iii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah ditujukan untuk

mendapat gelar akademik* (sarjana, magister, dan/atau doktor) di

perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dari Dosen Pembimbing dan

masukan dari Tim Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Penyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini,

maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

yang telah diperoleh, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang

berlaku di perguruan tinggi ini.

Jakrta, 9 November 2020

Arif Sahroji

NIM: 1613261001

iv
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

INSTITUT KESEHATAN INDONESIA

Skripsi, November 2020

Arif Sahroji

1613261001

Penerapan Program Keselamatan Pasien (Patien Safety) Oleh Perawat

Pelaksana Di Rumah Sakit: Literatur Review

xvi + 80 halaman + 7 tabel + 2 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang : Keselamatan pasien (Patient safety) saat ini menjadi issue

global yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan dan sedang hangat dibahas

di seluruh negara. Upaya peningkatan kualitas pelayanan dan upaya peningkatan

keselamatan pasien di rumah sakit sudah menjadi gerakan universal. Berbagai

negara maju bahkan telah menggeser paradigma “kualitas” ke paradigma baru

“kualitas-keamanan”. Artinya tidak hanya kualitas layanan yang harus

ditingkatkan tetapi yang lebih penting adalah menjaga keselamatan pasien secara

konsisten dan berkelanjutan.

Metode : Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat

deskriptif analitik. Metode yang digunakan adalah literature review. Jenis data

v
yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh melalui pencarian studi yang

dilakukan dengan memanfaatkan hasil penelitian-penelitian yang sudah ada

sebelumnya dan teori-teori yang berkaitan dengan topik. Sejumlah 20 artikel

penelitian dievaluasi dari berbagai sumber informasi online: Pubmed, dan google

scholar.

Hasil Penelitian : Faktor yang paling mempengaruhi perawat dalam pelaksanaan

sasaran keselamtan pasien merupakan tingkat pendidikan dan masa kerja atau

tingkat pengalaman. Perawat yang memeliki tingkat pengetahuan level tinggi

terbukti lebih kecil kemungkinannya melakukan insiden keselamatan pasien.Dari

hasil telusur jurnal bahwa tingkat pencapain sasaran keselamtan pasien khususnya

di Indonesia masih belum maksimal.

Kesimpulan : Tingkat Pengetahuan menjadi hal yang fundamental dalam

penerapan sasaran keselamtan pasien dirumah sakit dan diperlukannya intervensi

bagi rumah sakit untuk menegakan kebijakan yang tepat terkait pelaksanaan

sasaran keselamatan pasien serta Rumah sakit harus lebih meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap pelaksanaan sasaran keselamatan

pasien yang berkelanjutan melalui program pendidikan berkelanjutan, studi

banding, institusionalisasi, dan akreditasi.

Kata Kunci : Keselamatan pasien, Sasaran Keselamatan pasien, Rumah Sakit,

Kebijakan.

Daftar Pustaka : 44, Terdiri dari Buku, Dokumen Regulasi, dan Jurnal (2015

-2020)

vi
INDONESIAN INSTITUTE OF HEALTH
HOSPITAL ADMINISTRATION STUDY PROGRAM

Thesis, November 2020

Arif Sahroji

Application of Patient Safety Programs by Nurse Practitioners

in Hospitals: Literature Review

xvi + 80 pages + 7 Table + 2 Image

ABSTRACT

Background : Patient safety is currently a very important global issue in health

care and is a hot topic around the world. Efforts to improve service quality and

improve patient safety in hospitals have become a universal movement. Various

developed countries have even shifted the "quality" paradigm to a new "quality-

security" paradigm. This means that it is not only the quality of service that must

be improved, but more importantly, consistent and sustainable patient safety.

Methods : This research used a qualitative approach that was descriptive

analytic. The method used was literature review. The type of data used was

secondary data obtained through study searches conducted by utilizing the results

of pre-existing research and theories related to the topic. A total of 20 research

articles were evaluated from various online information sources: Pubmed, and

vii
google scholar.

Result : Factors that most influence nurses in implementing patient safety goals

are the level of education and years of service or level of experience. Nurses with

a high level of knowledge were shown to be less likely to have patient safety

incidents. From the results of journal searches, the level of achievement of patient

safety targets, especially in Indonesia, is still not optimal.

Conclusion : The level of knowledge is fundamental in the application of patient

safety targets in the hospital and interventions are needed for hospitals to enforce

the right policies related to the implementation of safety policies and hospitals

must improve knowledge, skills, and attitudes towards the implementation of

patient safety in a sustainable manner through continuing education programs,

comparative studies, institutionalization, and accreditation.

Keywords : Patient safety, Patient Safety Goals, Hospitals, Policies.

Bibliography : 44, consisting of books, regulatory documents, and journals (2015-2020)

viii
BIODATA

Foto Berwarna
Ukuran
4x6

Nama : Arif Sahroji


NPM : 1613261001
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 04 April 1998
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl.Budi Mulia No.77, Gg. Swadaya V Jakarta
Utara Kec. Pademangan Kel. Pademangan
Barat, 14420

Riwayat Pendidikan :
1. SDN 05 Jakarta : 2006-2010
2. SMPN 34 Jakarta : 2010-2013
3. SMAN 40 Jakarta : 2013-2016
4. Institut Kesehatan Indonesia : Program Studi Administrasi Rumah Sakit,
Jakarta, Tahun 2020

ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Institut Kesehatan Indonesia, saya yang bertanda


tangan dibawah ini :
Nama : Arif Sahroji
NPM : 16132610051
Program Studi : Administarasi Rumah Sakit
Institut : Institut Kesehatan Indonesia
Jenis Karya Ilmiah : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Institut Kesehatan Indonesia Hak Bebas Royalti Non eksklusif (None-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Penerapan Program Keselamatan Pasien (Patien Safety) Oleh Perawat Pelaksana
Di Rumah Sakit: Literatur Review”.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas
Royalti/Nonekslusif ini Institut Kesehatan Indonesia berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama tetap mencatumpakn
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 12 November 2020

Yang menyatakan

Arif Sahroji

x
KATA PENGANTAR

Berkat kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya, saya

panjatkan puja dan puji syukur,saya bisa menyelesaikan Skripsi dengan judul

“Penerapan Program Keselamatan Pasien (Patien Safety) Oleh Perawat Pelaksana

Di Rumah Sakit: Literatur Review” sebaik mungkin dan tepat pada waktunya.

Skripsi ini dibuat dengan semaksimal mungkin serta mendapatkan bantuan

dari berbagai sumber untuk memperlancar pembuatan Skripsi ini, maka dari itu

saya berterimakasih kepada banyak pihak yang telah membantu. Semoga Skripsi

ini dapat dipahami dan bermanfaat serta menambah pengalaman bagi siapapun

yang membacanya.

Terlepas dari semua itu, saya mengetahui masih ada banyak kekurangannya

karna keterbatasan pengetahuan melainkan atas bantuan dari berbagai pihak,

khususnya kepada para dosen pembimbing akademik Institut Kesehatan Indonesia

yang telah memberikan arahan serta masukan kepada penulis. Selama penulisan

skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan dan motivasi dari berbagi pihak,

oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan kelancaran sehingga

penulis dapat mengerjakan penulisan skripsi dengan baik dan benar.

2. Prof. Dr. Umar Fachmi Achmadi, MPH., PhD selaku Rektor Institut

Kesehatan Indonesia Jakarta.

3. Prof. Dr. Herman Sudiman, SKM., selakuWakil Rektor I Institut

Kesehatan Indonesia.

xi
4. Dr.drg. Idawaty Abbas, selaku Wakil Rektot II Institut Kesehatan

Indonesia

5. Drs., Rustam Effendi, M.Si selau Wakil Rektor III Institut Kesehatan

Indonesia

6. Sumijatun, SKp., MARS., PhD selaku Ketua Program Studi Administrasi

Rumah Sakit dan selaku selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

mengarahkan dan menuntun penulis selama penulisan skripsi.

7. Antonius, MPH., dr., SH., MARS selaku dosen pembimbing yang dengan

sabar mengarahkan dan menuntun penulis selama penulisan skripsi

8. Ratna Atina Riandhini, Ns., Skep., MARS selaku dosen Adminitrasi

Rumah Sakit.

9. Angsur Sudirja, dr., MARS selaku dosen Administrasi Rumah Sakit.

10. Ayu Muthia, Ns., S.Kep., MARS selaku dosen Administrasi Rumah Sakit.

11. Selviady Kurniawan, S,kom., MARS selaku dosen Administrasi Rumah

Sakit.

12. dr. Leni Astuty, MARS selaku dosen Program Studi Administrasi Rumah

Sakit.

13. Muhammad Rizki Fajriansyah, SE. MARS selaku dosen Administrasi

Rumah Sakit

14. Ibu tercinta dan kakak dan adik adik tersayang yang telah memberikan

bantuan moral, suport, maupun material dan doanya.

15. Farda Nurul Ngaini yang sudah memberikan bantuan moral, suport,

maupun material dan doanya.

xii
16. Teman-teman dan Administrasi Rumah Sakit yang terus semangat belajar

demi meraih impian masing-masing teman seangkatan 2016 dan seluruh

mahasiswa Institut Kesehatan Indonesia.

xiii
Daftar Isi

LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................ii
MOTO..............................................................................................................................iii
PERNYATAAN...............................................................................................................iv
ABSTRAK........................................................................................................................v
ABSTRACT.....................................................................................................................vii
BIODATA........................................................................................................................ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS........................................................................x
KATA PENGANTAR.....................................................................................................xi
Daftar Isi........................................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1. Latar Belakang Penelitian................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................7
1.3. Pertanyaan Penelitian.......................................................................................7
1.4. Tujuan Penelitian..............................................................................................8
1.5. Manfaat penelitian............................................................................................8
1.6. Ruang Lingkup Penelitian................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................11
2.1. Kajian Pustaka................................................................................................11
2.2. Rumah Sakit....................................................................................................11
2.2.1. Definisi Rumah Sakit...................................................................................11
2.2.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit......................................................................13
2.2.3. Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital by Law)..................................15
2.2.4. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit..............................................................16
2.3. Keperawatan...................................................................................................17
2.4. Keselamatan Pasien (Patient Safety)..............................................................19
2.4.1. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)..............................................19
2.4.2. Tujuan Keselamatan Pasien (Patient Safety)..............................................20
2.4.3. Standar Keselamatan Pasien (Patient Safety).............................................20
2.4.5. Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety Goals)...................................21

xiv
2.5. Standar Operasional Prosedure (SOP)...........................................................22
2.6. Literature Review.............................................................................................23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................................26
3.1. Metode Penelitian...........................................................................................26
3.2. Waktu Penyusunan.........................................................................................27
3.3. Metode Pengumpulan Data............................................................................27
3.4. Analisis Data....................................................................................................28
3.5. Jadwal Penelitian............................................................................................28
3.6. GANT CHART PENELITIAN......................................................................29
BAB IV HASIL PENCARIAN.....................................................................................30
4.1. Prisma Penelitian............................................................................................30
4.2. Tabel Analisis Penelitian Terdahulu.............................................................31
4.3. Keterbatasan Penelitian.................................................................................43
BAB V PEMBAHASAN................................................................................................44
5.1. Mind Mapping................................................................................................44
5.2. Pembahasan....................................................................................................45
5.3. Hasil Temuan Penelitian Kuantitatif.............................................................47
5.4. Hasil Temuan Penelitian Kualitatif...............................................................51
5.5. Hasil Temuan Penelitian Luar Negeri...........................................................56
5.6. Hasil Temuan Penelitian Literature Review.................................................57
5.7. Perbandingan Penelitian Kualitatif, Kuantitafif, Literature Review, dan
Penelitian Luar Negeri...............................................................................................59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................66
6.1. Kesimpulan......................................................................................................66
6.2. Saran...............................................................................................................67
Daftar Pustakta..............................................................................................................72

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Prisma Penelitian 30

Gambar 5.1 Mind Mapping 44

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Gant Chart 29

Tabel 4.2. Analisis Penelitian Terdahulu 31

Tabel 5.3. Temuan Penelitian Kuantitatif 47

Tabel 5.4. Temuan Penelitian Kualitatif 51

Tabel 5.5. Temuan Penelitian Luar Negeri 56

Tabel 5.6. Temuan Penelitian Literature Review 57

Tabel 5.7. Perbandingan Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Literature Review,

dan Penelitian Luar Negeri 59

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Keselamatan pasien (Patient safety) saat ini menjadi issue global yang

sangat penting dalam pelayanan kesehatan dan sedang hangat dibahas di

seluruh negara. Upaya peningkatan kualitas pelayanan dan upaya peningkatan

keselamatan pasien di rumah sakit sudah menjadi gerakan universal. Berbagai

negara maju bahkan telah menggeser paradigma “kualitas” ke paradigma baru

“kualitas-keamanan”. Artinya tidak hanya kualitas layanan yang harus

ditingkatkan tetapi yang lebih penting adalah menjaga keselamatan pasien

secara konsisten dan berkelanjutan. Ada beberapa pandagan mengenai

keselamatan pasien (Patient Safety) secara globaal. Pandangan pertama

mereflesikan patient safety sebagai tugas yang mudah apabila langsung

memperhatikan titik utama dari patient safety itu sendiri, untuk memastikan

keselamatan pasien yang absolut. Pandangan kedua yang cermat

mengungkapkan patient safety diresapi oleh seluruh tenaga kesahatan termasuk

perawat dengan ketengangan seperti: kesalah pahaman, kepentingan yang

saling bertentangan, kegagalan sistematik yang begitu kompleks.

World Health Organization (WHO) mengidentifikasi resiko bahaya

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) pada pelayanan kesehatan yang bersifat

serius dan mengancam secara global. Pada penelitian di negeri paman SAM

1
2

pada akhir tahun 1990-an ditemukan angka 3,7% dan 2,9% angka kejadian tidak

diharapkan (KTD) pada pasien rawat inap. WHO (World Health Organitation)

tahun 2004 mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai

negara yaitu Amerika, Inggris, Denmark dan Australia dan ditemukan kejadian

tidak diharapkan (KTD) dengan rentang 3,2% –16,6%. Data tersebut menjadi

pemicu di berbagai negara untuk melakukan penelitian dan pengembangan

sistem keselamatan pasien (Astuti, 2013). Studi Iberoamerican Study of Adverse

Events (IBEAS) di 58 rumah sakit dari 5 negara di Amerika Latin menunjukkan

bahwa KTD sebesar 10,5% Sedangkan di Eropa, kejadian pasien dengan risiko

infeksi sebanyak 83,5% dan bukti kesalahan medis menunjukkan 50 - 72,3%.

Resiko ini terdeteksi semenjak terbitnya laporan “To err is human, building a

safer system” dari Institute of Medicine” (IOM) pada tahun 2000 hingga studi-

studi terkini, masih menunjukkan penerapan keselamatan pasien masih belum

sesuai dengan harapan. Prinsip “First, do no harm” tidak cukup kuat untuk

mencegah berkembangnya masalah keselamatan pasien.

World Health Organization pada tahun, 2018 menduga bahwa di negara

maju, dari setiap 100 pasien yang dirawat di rumah sakit pada waktu tertentu

selalu mengalami kerugikan pada saat menerima perawatan di rumah sakit, dan

7 di negara maju dan 10 di negara berkembang akan memperoleh HCAI (Health

Care Associated Infections)  . Harrison et al. (2015) mendukung Fakta

Kesehatan WHO yang menyatakan bahwa di Asia Tenggara pengetahuan yang

terbatas tentang patient harm merupakan ancaman keselamatan pasien. Di sisi

lain, Joint Commission International (JCI) membantu untuk membakukan,


3

meningkatkan kualitas layanan, dan mempromosikan keselamatan pasien

sebagai tanggapan atas kepedulian yang semakin meningkat terhadap bahaya

pasien (Joint Commission International, 2007). PSG (Patient Safety Goals)

selalu berubah dan terus dimodifikasi untuk memenuhi permintaan layanan

kesehatan tetapi mengandung elemen inti dan tujuan yang sama untuk

memastikan keselamatan pasien. Tujuan ini berfungsi sebagai panduan dan

tantangan bagi institusi perawatan kesehatan. PSG (Patient Safety Goals)

merupakan indikator identifikasi masalah kesehatan yang berpotensi

menimbulkan kejadian atau dampak yang tidak diharapkan. 

Komite akreditasi rumah sakit (KARS) memasukkan keselamatan pasien

rumah sakit ke dalam komponen penilaian akreditasi rumah sakit tahun 2007

yang kemudian diperbarui dengan memasukkan 6 sasaran keselamatan pasien

dalam pedoman akreditasi rumah sakit tahun 2012 yang bersumber dari

International Patient Safety Goals (IPSG). Setiap rumah sakit harus berusaha

untuk memenuhi tujuan keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien

mencakup pencapaian sebagai berikut: akurasi identifikasi pasien,

meningkatkan komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu

diwaspadai, lokasi yang tepat, prosedur yang tepat, operasi pasien yang tepat,

mengurangi risiko infeksi yang terkait dengan layanan, pengurangan risiko

pasien jatuh. Dalam penerapan standar keselamatan rumah sakit, aspek sumber

daya manusia (SDM) memiliki peran yang sangat penting. Sebenarnya, tidak

ada satupun petugas kesehatan di rumah sakit yang dirawat yang berniat

melukai pasiennya. Namun pada kenyataannya selalu ada kasus kejadian tak
4

terduga (KTD), KNC, KPC dan kejadian sentinel dalam proses pelayanan

kesehatan dan asuhan keperawatan baik kejadian ringan sampai berat.

Saat ini data tentang kejadian tak terduga (KTD) di Indonesia, kejadian

cedera potensial (KPC), kejadian non cedera (KTC) terutama kejadian nyaris

celaka atau hampir cedera (KNC) masih sulit diperoleh. Berdasarkan hasil

survei yang dilakukan oleh Ramsay Health Care Clinical Governance Unit pada

tahun 2005 bidang keperawatan di rumah sakit swasta di Indonesia, dari total

sampel 236 tenaga perawat dirawat inap, sekitar 57 orang (24%) melakukan

kesalahan pengobatan. Menurut Komisi Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Nasional (KNKPRS) pada tahun 2019 jumlah cedera hampir 2534, jumlah non-

cedera adalah, 2554, dan jumlah kejadian tak terduga adalah 2.567 kasus.

Sementara 243 kematian disebabkan, 89 cedera parah, 449 cedera sedang, 1.247

cedera ringan, dan 5.630 non-cedera. Banyak insiden terjadi pada kelompok

usia produktif, yaitu 15-30 tahun, 1125, dan 30-60 tahun, 3821 kasus

(Kementerian Kesehatan) RI, 2019).

Faktor yang mempengaruhi pencapaian target keselamatan pasien

diantaranya adalah sikap dan pengetahuan perawat. Sikap dan pengetahuan

perawat dinilai sesuai dengan materi sistem keselamatan pasien berdasarkan

pedoman JCI (Joint Commission International) dan Nasional beserta Pedoman

Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (PPIKP). Dalam lingkup keselamatan

pasien, pengetahuan tentang sumber daya manusia kesehatan termasuk perawat

merupakan hal yang berkaitan dengan  komitmen yang sangat diperlukan dalam

upaya membangun budaya keselamatan pasien.


5

Kejadian Tidak Dinginkan terkait keselamatan pasien khususnya di Rumah

Sakit dari beberapa penelitian, berupa kesalahan manajemen dan keterlambatan

dalam mendiagnosa penyakit pasien dan manajemen dalam pengobatan. Faktor

yang paling mempengaruhi dalam kesalahan menurut Reason (Hughes, 2008)

adalah:

1) Faktor sifat perkerjaan ( the nature of work) mengacu pada sifat pekerjaan

itu sendiri termasuk sejauh mana SOP itu di perhatikan dengan baik serta

alur kerja ada atau tidak adanya kerjasama, kompleksitas perawatan dan

2) Faktor lingkungan fisik, Standarisasi sistem fasilitas dan peralatan dengan

kebutuhan pasien, pengunjungan, dan pekerja. Seluruh gangguan kesehatan

dan kenyaman yang berakibat Human Eror karena pekerja kehilangan

konsentrasi, kelelahan, dan menurunkan kinerja serta manual skill pekerja

apabila lingkungan fisik tidak sesuai dengan stadnar yang di bentuk

bedasarkan tingkat nasional ataupun internasional.

Dalam Permenkes No. 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien pasal 5

ayat (5) disebutkan bahwa setiap rumah sakit wajib mengupayakan tercapainya

Sasaran Keselamatan Pasien. Sasaran Keselamatan Pasien meliputi tercapainya

hal-hal sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi pasien dengan benar

2. Meningkatkan komunikasi yang efektif

3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai


6

4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,

pembedahan pada pasien yang benar,

5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan, dan

6. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.

Sasaran keselamatan pasien adalah mendorong peningkatan spesifik dalam

keselamatan pasien. Sasaran ini menyoroti area yang bermasalah dalam

pelayanan kesehatan dan menguraikan tentang solusi atas consensus berbasis

bukti dan keahlian terhadap permasalahan ini. Patient safety adalah suatu sistem

yang mencegah terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) akibat tindakan

yang dilakukan atau bahkan tidak dilakukan oleh tenaga medis maupun non

medis. Sistem tersebut meliputi: assessmen resiko, identifikasi dan pengelolaan

hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporam dan analisis insiden,

kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi

untuk meminimalkan timbulnya resiko (Depkes, 2008 dalam Pambudi,

Sutriningsih & Yasin, 2018).

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien harus

menerapkan patient safety. Perawat harus melibatkan kognitif, efektif, dan

tindakan yang mengutamakan keselamatan pasien. Perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan harus diperhatikan. Persepsi perawat dalam menjaga

keselamatan pasien berperan dalam mencegah, mengontrol dan meningkatkan

keselamatan pasien (Choo j., 2010).


7

Berdasarkan pemaparan di atas bahwa masih kurangnya pencapaian

penerapan enam indikator sasaran keselamatan pasien, maka penulis tertarik

untuk menkaji Penerapan Program Keselematan Pasien (Patient Safety) Oleh

Perawat Pelaksana.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan permasalahan di atas bahwa masih kurangnya

pencapaian penerapan enam indikator sasaran keselamatan pasien dan dengan

adanya kejadian insiden pasien jatuh serta masih tingginya angka infeksi terkait

perawatan kesehatan di rumah sakit, maka peneliti tertarik untuk meneliti

penerapan program keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di Rumah Sakit.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan memastikan

implementasi yang tepat dari 6 sasaran keselamatan pasien yang

menyelamatkan jiwa. Penelitian ini berdasarkan kepada pendekatan sistem yang

meliputi aspek masukan (input), proses dan keluaran (output) Peneliti berharap

dapat menemukan kendala dalam pelaksanaan sasaran keselamatan pasien.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan penjelasan latar belakang penelitian di atas, maka di rumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor faktor yang menajdi penyebab tidak terlaksananya penerpan

program keselamatan pasien (patien safety) di Rumah Sakit ?


8

2. Apa saja kendala dalam penerapan program keselamatan pasien (patien

safety) di Rumah Sakit ?

3. Apa saja upaya untuk mengatasi kendala dalam penerapan program

keselamatan pasien (patien safety) di Rumah Sakit ?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis Penerapan Program Keselamatan Pasien (patien safety) oleh

Perawat Pelaksana di Rumah Sakit X Tahun 2020

2. Tujuan Khusus

b. Mengetahui faktor faktor ekternal lain yang memiliki pengaruh

terhadap penerapan program keselamatan pasien (patien safety) di

Rumah Sakit.

c. Mengetahui kendala dalam penerapan program keselamatan pasien

(patien safety) di Rumah Sakit.

d. Mengetahui upaya untuk mengatasi kendala dalam penerapan program

keselamatan pasien (patien safety) di Rumah.

1.5. Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pengetahuan yang bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung

untuk penulis dan pembaca.


9

1. Aspek Akademik

a.) Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

sarana untuk bahan penelitian selanjutnya di bidang penerapan program

keselamatan pasien (patien safety) di Rumah Sakit.

b.) Menambah wawasan peneliti tentang permasalahan dalam pelaksanaan

program kesalamatan pasien di Rumah Sakit, serta mengaplikasikan

teori ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.

2. Aspek Kebijakan

Sebagai sarana informasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

masalah yang berhubungan dengan penerapan program keselamatan pasien

(patien safety) di Rumah Sakit.

3. Aspek Praktis

a) Sebagai referensi dan masukan dalam menyusun standar operasional

pelayanan khususnya penerapan program keselamatan pasien (patien

safety) di Rumah Sakit.

b) Dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pasien rumah

sakit menghadapi masalah terkait dengan program keselamatan pasien

dan memudahkan pasien dalam berkonsultasi mengenai patien safety.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor faktor penghambat yang

berhubungan dengan terlaksananya atau tidak terlaksananya penerapan program

keselamatan pasien dan sasaran kesalamatan pasien di Rumah Sakit. Penelitian


10

ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi literatur atau literature

review yang dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2020.

Penulis melakukan analisi melalui jurnal – jurnal nasional maupun

internasional. Penelitian ini disusun dengan menggunakan sumber literatur yang

telah disesuaikan dengan kriteria inklusi dan diperoleh melalui beberapa

database, yaitu PubMed, dan Google Scholar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti

buku, jurnal papers, artikel, disertai tesis, skripsi, hand uts, laboratory manual,

dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan Skripsi. Semua

referensi yang tertulis dalam kajian pustaka harus dirujuk didalam skripsi.

Berikut adalah kajian pustaka dalam penelitian ini:

2.2. Rumah Sakit

2.2.1. Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan

kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna

(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit

(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat

pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (WHO, 2017).

Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, menjelaskan bahwa

Rumah sakit mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Rumah sakit merupakan layanan jasa yang

memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat. Rumah sakit

merupakan tempat yang sangat kompleks yang terdapat berbagai macam

obat, tes dan prosedur, banyak alat dengan teknologinya, berbagai jenis

tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24

11
12

jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila

tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan peluang untuk terjadinya

kesalahan pelayanan yang dapat berakibat terhadap keselamatan pasien.

Rumah sakit juga memiliki tujuan yaitu: mempermudah akses masyarakat

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, memberikan perlindungan

terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan

sumber daya manusia di rumah sakit, meningkatkan mutu dan

mempertahankan standar pelayanan rumah sakit, dan memberikan

kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah

sakit, dan Rumah Sakit itu sendiri.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 56 pasal 5 Tahun 2014, di

jelaskana bahwa:

1) rumah sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum

yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan.

2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi

Rumah Sakit publik yang diselenggarakan oleh badan hukum yang

bersifat nirlaba.

3) Sifat nirlaba sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuktikan dengan

laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik.

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik perseorangan maupun secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat serta dengan syarat memiliki beberapa macam sumber daya


13

manusia yaitu tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan,

tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga

nonkesehatan.

Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang efektif dan efisien

adalah tersedianya SDM yang cukup dengan kualitas yang tinggi,

profesional sesuai dengan fungsi dan tugas setiap personel. Ketersediaan

SDM rumah sakit disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit berdasarkan

tipe rumah sakit dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Untuk

itu ketersediaan SDM di rumah sakit harus menjadi perhatian pimpinan.

Salah satu upaya penting yang harus dilakukan pimpinan rumah sakit

adalah merencanakan kebutuhan SDM secara tepat sesuai dengan fungsi

pelayanan setiap unit, bagian, dan instalasi rumah sakit (Ilyas, 2004)

2.2.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah

melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan

berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan

pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan. Untuk menyelenggarakan

fungsinya, maka rumah sakit menyelenggarakan kegiatan:

1) Pelayanan medis.
14

2) Pelayanan dan asuhan keperawatan.

3) Pelayanan penunjang medis dan nonmedis.

4) Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan.

5) Pendidikan, penelitian dan pengembangan.

6) Administrasi umum dan keuangan.

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang

rumah sakit, disebutkan bahwa rumah sakit memiliki tugas memberikan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna baik itu dalam hal

preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif. Untuk

menjalankan tugasnya rumah sakit memiliki fungsi:

1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

3) Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan

kesehatan.

4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta pengaplikasian

teknologi dalam bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan.
15

2.2.3. Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital by Law)

Dalam rangka melindungi penyelenggaraan rumah sakit, tenaga

kesehatan dan melindungi pasien maka rumah sakit perlu mempunyai

peraturan internal rumah sakit yang biasa disebut hospital by laws.

Peraturan tersebut meliputi aturan-aturan berkaitan dengan pelayanan

kesehatan, ketenagaan, administrasi dan manajemen. Bentuk peraturan

internal rumah sakit (HBL) yang merupakan materi muatan pengaturan

dapat meliputi antara lain: Tata tertib rawat inap pasien, identitas pasien,

hak dan kewajiban pasien, dokter dan rumah sakit, informed consent,

rekam medik, visum et repertum, wajib simpan rahasia kedokteran,

komete medik, panitia etik kedokteran, panitia etika rumah sakit, hak

akses dokter terhadap fasilitas rumah sakit, persyaratan kerja, jaminan

keselamatan dan kesehatan, kontrak kerja dengan tenaga kesehatan dan

rekanan.

Bentuk dari Hospital by laws dapat merupakan Peraturan Rumah

Sakit, Standar Operating Procedure (SOP), Surat Keputusan, Surat

Penugasan, Pengumuman, Pemberitahuan dan Perjanjian (MOU).

Peraturan internal rumah sakit (HBL) antara rumah sakit satu dengan yang

lainnya tidak harus sama materi muatannya, hal tersebut tergantung pada:

sejarahnya, pendiriannya, kepemilikannya, situasi dan kondisi yang ada

pada rumah sakit tersebut. Namun demikian peraturan internal rumah sakit
16

tidak boleh bertentangan dengan peraturan diatasnya seperti Keputusan

Menteri, Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah dan Undang-undang.

Dalam bidang kesehatan pengaturan tersebut harus selaras dengan

Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan dan peraturan

pelaksanaannya.

2.2.4. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah

Sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan

pengelolaannya. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit

dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.

Rumah Sakit Umum yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Sedangkan Rumah Sakit

Khusus yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu

bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,

golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi

Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit privat. Rumah Sakit publik

sebagaimana dimaksud dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit privat

sebagaimana dimaksud dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit

yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.


17

Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara

berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus

diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah

Sakit. Klasifikasi Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud terdiri atas:

1) Rumah Sakit umum kelas A

2) Rumah Sakit umum kelas B

3) Rumah Sakit umum kelas C

4) Rumah Sakit umum kelas D

Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud terdiri atas:

1) Rumah Sakit khusus kelas A

2) Rumah Sakit khusus kelas B

3) Rumah Sakit khusus kelas C

a. Fasilitas dan Sarana Rumah Sakit

Sarana prasarana infrastruktur merupakan suatu dasar atau

kerangka pada suatu permukiman yang bermanfaat sebagai komponen

pelayan masyarakat yang berfungsi mendukung segala aktifitas yang

ada dipermukiman tersebut melalui fasilitas-fasilitas yang disiapkan.

Sarana Infrastruktur itu sendiri dibedakan menjadi 2 (dua) macam:

1. Sarana prasarana yang bersifat fisik merupakan bangunan

pendukung permukiman yang terlihat seperti jalan, drainase,

jembatan.
18

2. Sarana prasarana yang bersifat sistem, dimana sarana prasarana ini

dirasakan manfaatnya oleh masyarakat tetapi karena sistemnya yang

berjalan baik seperti SAB, telekomunikasi, jaringan IPAL.

2.3. Keperawatan

Menurut Undang-undang Nomor 38 tahun 2014, keperawatan merupakan

kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau

masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Perawat mengembangkan

rencana pasien serta tim lainnya untuk fokus pada perawatan penyakit dan

meningkatkan kualitas hidup.asuhan keperawatan, bekerja sama dengan dokter,

terapis, pasien, keluarga, sedangkan Keperawatan menurut Lokakarya

Keperawatan Nasional (1983) yang dikutip oleh (Asmadi:2005) dalam judul

Konsep Dasar Keperawatan, Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan

kesehatan professional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan

berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual

komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat baik sehat maupun sakit, yang mencakup keseluruhan proses

kehidupan manusia.

Tujuan keperawatan adalah meningkatkan respons adaptasi yang

berhubungan dengan empat model respons adaptasi. Perubahan internal,

eksternal, dan stimulus input bergantung dari kondisi koping individu. Kondisi

koping menggambarkan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi ditentukan

oleh stimulus fokal kontekstual, dan residual. Stimulus fokal adalah suatu
19

respons yang diberikan secara langsung terhadap input yang masuk.

Penggunaan fokal pada umumnya bergantung pada tingkat perubahan yang

berdampak terhadap seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua stimulus

lain yang merangsang seseorang baik internal maupun eksternal serta

mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif

disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik atau riwayat

seseorang dan timbul secara relevan sesuai dengan situasi yang dihadapi tetapi

sulit diukur secara objektif.

Tindakan keperawatan yang diberikan adalah meningkatkan respons

adaptasi pada situasi sehat dan sakit. Tindakan tersebut dilaksanakan oleh

perawat dalam memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, atau residual pada

individu. Dengan-memanipulasi semua stimulus tersebut, diharapkan individu

akan berada pada zona adaptasi. Jika memungkinkan, stimulus fokal yang dapat

mewakili semua stimulus harus dirangsang dengan baik.

2.4. Keselamatan Pasien (Patient Safety)

2.4.1. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan

Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 tahun 2011 tentang

Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi tolak ukur

utama operasionalisasi keselamatan pasien di rumah Sakit seluruh

Indonesia.

Menurut PMK No. 1691 Tahun 2011, Keselamatan Pasien adalah


20

suatu sistem di rumah sakit yang menjadikan pelayanan kepada pasien

menjadi lebih aman, oleh karena itu dilaksanakannya asesmen resiko,

identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan

tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan

timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh

kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil

tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut merupakan sistem

yang seharusnya dilaksanakan secara normatif.

Keselamatan pasien merupakan pencegahan cedera terhadap

pasien. Pencegahan cedera didefinisikan sebagai bebas dari bahaya

yang terjadi dengan tidak sengaja atau dapat dicegah sebagai hasil

perawatan medis. Sedangkan praktek keselamatan pasien diartikan

sebagai

menurunkan risiko kejadian yang tidak diinginkan yang berhubungan

dengan paparan terhadap lingkup diagnosis atau kondisi perawatan

medis. Hughes (2008) dalam Sutanto (2014).

2.4.2. Tujuan Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit yaitu (Depkes RI, 2011):

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan

masyarakat

3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit


21

4. Terlaksananya program–program pencegahan sehingga tidak

terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan (KTD)

2.4.3. Standar Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Pentingnya akan keselamatan pasien dirumah sakit, maka dibuatlah

standar keselamatan pasien dirumah sakit. Standar keselamatan pasien

dirumah sakit ini akan menjadi acuan setiap asuhan yang akan diberikan

kepada pasien. Menurut Depkes RI, (2011) ada tujuh standar

keselamatan pasien yaitu:

1) Hak pasien

2) Mendidik pasien dan keluarga

3) Keselamatan pasien daam kesinambungan pelayanan

4) Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan

evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien.

2.4.5. Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety Goals)


22

Selain dari standar keselamatan, ada lagi yang menjadi poin penting

dalam pelaksanaan keselamatan pasien yaitu sasaran keselamat pasien

atau Patient Safety Goals. Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat

untuk diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh komisi

akreditasi rumah sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine

Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007)

yang digunakan juga oleh komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit

PERSI (KKPRSI), dan Joint Commission International (JCI). Menurut

Joint Commission International (2013) terdapat enam sasaran

keselamatan pasien yaitu:

1) Identifikasi pasien dengan benar

2) Meningkatkan komunikasi yang efektif

3) Meningkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai

4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi

5) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

6) Pengurangan risiko pasien jatuh.

Dari sasaran keselamatan pasien (patient safety) diatas, dapat

disimpulkan bahwa keselamatan pasien merupakan tolak ukur utama

bagi keselamatan pasien, untuk mencegah kejadian tidak diharapakan

untuk menurunkan risiko kejadian yang tidak diinginkan yang

berhubungan dengan paparan terhadap lingkup diagnosis atau kondisi

perawatan medis.
23

2.5. Standar Operasional Prosedure (SOP)

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu perangkat

instruksi/langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin

tertentu dengan memberikan langkah-langkah yang benar dan terbaik

berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan

fungsi pelayanan untuk membantu mengurangi kesalahan dan pelayanan sub

standar. SOP bermanfaat sebagai acuan dan dasar bagi tenaga pelaksana dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan bermutu. Selain hal tersebut standar dapat

meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, serta melindungi masyarakat

dari pelayanan tidak bermutu. Staf medis dan non medis berperan aktif dalam

pembuatan SOP serta disahkan oleh Kepala Dinas Kesehatan/Kepala

Puskesmas. SOP harus disertai dengan instruksi kerja yang menjelaskan secara

rinci tata cara tentang hal tersebut di atas. Seluruh kegiatan yang berkaitan

harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan instruksi kerja yang ada. SOP

dan instruksi kerja tersebut harus dievaluasi secara berkala. SOP yang harus

dimiliki Puskesmas ada dua macam, yaitu:

a. SOP medis

b. SOP non medis,

minimal mencakup:

a. Pendaftaran, penerimaan dan pemulangan pasien.

b. Pelayanan pasien JAMKESMAS, JAMKESDA dan JAMPERSAL.

c. Pengiriman pasien yang akan dirujuk inter dan antar sarana pelayanan

kesehatan lain.
24

d. Persetujuan/penolakan tindakan medis.

e. Pembayaran di Unit Gawat Darurat dan kebijakan perkecualian bagi

keluarga miskin.

f. Manajemen keluhan bagi pasien, keluarga, pengunjung.

g. Pengisian kartu rawat jalan.

h. Penerimaan, penyimpanan dan pemusnahan spesimen.

i. Pemeriksaan laboratorium.

2.6. Literature Review

2.6.1. Definisi Literature Review

Literature Review merupakan analisa kritis dari penelitian yang

sedang dilakukan terhadap topik khusus atau berupa pertanyaan terhadap

suatu bagian dari keilmuan. Literature Review membantu kita dalam

menysusun kerangka berfikir yang sesuai dengan teori, temuan, maupun

hasil penelitian sebelumnya dalam  menyelesaikan rumusan masalah

pada penelitian yang kita buat.

Menurut Hasibuan, Literatur review berisi uraian tentang teori,

temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan untuk

dijadikan landasan kegiatan penelitian. Uraian dalam literatur review ini

diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas tentang

pemecahan masalah yang sudah diuraikan dalam sebelumnya pada

perumusan masalah. Literatur review berisi ulasan, rangkuman, dan

pemikiran penulis tentang beberapa sumber pustaka (dapat berupa


25

artikel, buku, slide, informasi dari internet, dan lain-lain) tentang topik

yang dibahas, dan biasanya ditempatkan pada bab awal. Hasil-hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain dapat juga dimasukkan

sebagai pembanding dari hasil penelitian yang akan dicobakan disini.

Semua pernyataan dan/atau hasil penelitian yang bukan berasal dari

penulis harus disebutkan sumbernya, dan tatacara mengacu sumber

pustaka mengikuti kaidah yang ditetapkan. Suatu literatur review yang

baik haruslah bersifat relevan, mutakhir (tiga tahun terakhir), dan

memadai.

2.6.2. Manfaat Literature Review

Literature review meresap di berbagai disiplin ilmu akademik, dan

dengan demikian terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan

untuk secara efektif mengatur dan menulis, berikut manfaat literature

review :

1. Mengdentifikasi kesenjangan (identify gaps) penelitian terdahulu.

2. Menghindari pembuatan ulang (reinventing the wheel), sehingga bisa

hemat waktu dan untuk menghindari kesalahan kesalahan yang

pernah dilakukan peneliti terdahulu.

3. Mengidentifikasi metode yang pernah dilakukan dan yang relevan

dengan penelitian yang dilakukan.


26

4. Meneruskan penelitian sebelumnya yang telah tercapai, sehingga

penelitian yang akan dilakukan dapat dibangun diatas platform

pengetahuan atau ide yang sudah ada.

5. Untuk mendapatkan informasi tentang orang lain yang melakukan

penelitian di area/fokus riset sama, sehingga dapat bergabung didalam

komunitas ynga dapat memberikan kontribusi penelitian yang

berharga.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


27

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pada peran perawat dalam

menerapkan 6 SKP (sasaran keselamatan pasien) dan mengetahui faktor-faktor

penghambat yang berhubungan dengan tidak terlaksananya sasaran keselamatan

pasien di Rumah Sakit. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif

dengan pendekatan literatur review, yaitu suatu perbandingan atau analisis

antara satu jurnal dengan jurnal lainnya dari berbagai sumber seperti referensi

jurnal, buku teks dan e-book. Studi literatur digunakan karena dapat menjawab

berbagai jenis pertanyaan penelitian, topik, atau teori tertentu dengan

merangkum, menganalisis, dan mengevaluasi beberapa literatur yang sudah

dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan topik yang ingin diketahui

(Wolverhampton University, 2018).

Jurnal – jurnal dan artikel penelitian yang akan dianalisis dalam penelitian

ini terdiri dari 10 jurnal penelitian kuantitatif, 4 penelitian kualitatif, dan 1

penelitian literature. Jurnal terdiri dari 11 jurnal nasional dan 4 jurnal

internasional. Dengan kata kunci Sasaran Keselamatan Pasien, Penerapan

Keselamatan Pasien, Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit.

3.2. Waktu Penyusunan

Penulisan ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Agustus

2020. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan review kepustakaan yang

bersumber dari pencarian pada database online serta teori pada buku.
28

3.3. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Data

tersebut diperoleh melalui pencarian studi yang dilakukan dengan

memanfaatkan hasil penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya dan

teori-teori yang berkaitan dengan topik, yaitu mengenai program keselamatan

pasien, perawat, faktor-faktor penyebab, dan sasaran keselamatan pasien, yang

terjadi di indoensia.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah penelitian dengan semua jenis

metode yang dapat menjawab topik, menggunakan Bahasa Indonesia maupun

Bahasa Inggris, dan merupakan penelitian dengan rentang waktu 10 tahun

terakhir. Sumber data tersebut dapat berasal dari buku, website, skripsi atau

thesis, dan jurnal dari beberapa search engine, seperti Google Scholar dan lain-

lain. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah penelitian yang memiliki

rentang waktu lebih dari 10 tahun, penelitian yang tidak dapat menjawab

pertanyaan penelitian, dan bukan menggunakan Bahasa Indonesia maupun

Bahasa Inggris. Setelah melakukan pencarian, dilakukan pemilihan penelitian

yang ditemukan sesuai dengan kriteria lalu dilakukan review dan analisis

terhadap penelitian-penelitian tersebut.

3.4. Analisis Data


29

Analisis yang digunakan pada penelitian ini bersifat deskriptif analitik, di

mana hasil penelitian-penelitian yang telah didapat kemudian dianalisis untuk

diambil kesimpulannya. Hasil dari informasi-informasi yang telah didapatkan

dari studi literatur akan diuraikan dalam bentuk tabel hasil dan juga narasi,

kemudian peneliti akan melakukan analisis dengan mengaitkan teori yang sudah

dijelaskan sebelumnya dengan hasil dari informasi-informasi yang telah

terkumpul.

3.5. Jadwal Penelitian

Jadwal Penelitian merupakan jadwal pelaksanaan yang dipaparkan dalam

Grant Chart. Dalam penerapan jadwal penelitian, proses pelaksanaan penelitian

dibagi menurut tahapan-tahapan berjadwal dengan mempertimbangkan batas

waktu masa studi untuk menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu.

3.6. GANT CHART PENELITIAN

Tabel 3.1
Gant Chart

No. Keterangan Tahun 2020


Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
30

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
1. Proposal                                                        
Studi
2. Pendahuluan                                                        
Pengumpulan
3. Referensi                                                        
Penulisan BAB
4. I-III                                                        
Pendaftaran
Seminar
5. Proposal                                                        
Seminar
6. Proposal                                                        
Pengumpulan
7. Data                                                        
8. Analisis Data                                                        
Penulisan BAB
9. IV-V                                                        
Penyusunan
10. Skripsi                                                        
Pendaftaran
11. Sidang Skripsi                                                        
BAB IV

HASIL PENCARIAN

4.1. Prisma Penelitian

Artikel/jurnal yang
teridentifikasi melalui
pencarian berdasarkan
database sesuai kriteria
inklusi:
Artikel/jurnal yang tereksklusi setelah dilakukan
PubMed, n= 948
Google Schoolar, n= 18.400 skrining berdasarkan judul:
PubMed, n= 579
Artikel/jurnal yang tersisa Google Schoolar, n=431
setelah melalui proses Alasan eksklusi:
skrinning berdasarkan -Artikel/jurnal merupakan penelitian di luar rumah
judul: sakit
PubMed, n= 425 -Artikel/jurnal merupakan penelitian mengenai
Google Schoolar, n= 586 patient safety goals, bukan kesenjangan antara
perawat
-Artikel/jurnal tidak mencantumkan negara yang
Artikel/jurnal yang tersisa
diteliti dan tempat yang diteliti
setelah melalui proses Artikel/jurnal yang tereksklusi setelah dilakukan
skrining berdasarkan
skrining berdasarkan abstrak:
abstrak:
PubMed, n= 32
PubMed, n= 63
Google Schoolar, n= 213 Google Schoolar, n= 186

Artikel/jurnal yang tersisa


setelah melalui proses Artikel/jurnal yang tereksklusi setelah dilakukan
skrining berdasarkan skrining berdasarkan eligibilitas full text paper:
eligibilitas full text paper: PubMed, n= 23
PubMed, n= 9
Google Schoolar, n= 743
Google Schoolar, n= 16

Jurnal/artikel yang dianalisis


dalam penelitian
(n= 20 )

Gambar 4.1. Prisma Penelitian

31
32

4.2. Tabel Analisis Penelitian Terdahulu

Tabel 4.2

Analisis Penelitian Terdahulu

Jenis Metode
No Penulis, Tahun, Lokasi Jurnal Tipe Studi Tujuan Penelitian Sampel Pengumpulan Temuan Penting
Penelitian Data

Memberikan gambaran
mengenai pengaruh variabel
Dari hasil pengolahan data
independen karakteristik
diperoleh Variabel supervisi,
Jurnal Kuantitatif paramedis, supervisi,
Sarasanti, J., Soepangat, Cross- Data primer fasilitas, dan budaya memiliki
Bidang Ilmu non fasilitas, dan budaya
1 S., & Hutapea, F. 2018. 48 orang sectional dan sekunder. pengaruh terhadap penerapan
Kesejatan , eksperime organisasi, serta variabel
Jakarta  sasaran keselamatan pasien yang
8(2), 17. ntal dependen yaitu penerapan
signifikan jika dibandingkan
sasaran keselamatan pasien
dengan usia dan masa bekerja.
di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit X, Jakarta.

Mengetahui factor-faktor Dari data hasil penelitian


yang berhubungan dari didapatkan hubungan bermakna
Jurnal kuantitas dan kualitas tenaga antara kompetensi tenaga
Administrasi keperawatan terhadap Cross- keperawatan di RS X terhadap
Friyanti, E. S. 2018. Kuesioner dan insiden keselamatan pasien,
2 Rumah Sakit Kuantitatif kejadian insiden 44 orang sectional
Jakarta Observasi semakin tinggi level kompetensi
Indonesia, 2 keselamatan di RSIA X,
(1). dengan menganalisis faktor yang tersedia maka semakin kecil
faktor tersebut kepada peluang terjadinya insiden.
subjek penelitian. Dengan demikian perlu untuk
dilakukan tindakan agar
kompetensi tenaga keperawatan
33

Jenis Metode
No Penulis, Tahun, Lokasi Jurnal Tipe Studi Tujuan Penelitian Sampel Pengumpulan Temuan Penting
Penelitian Data

yang ada di RS X dapat tersedia


sesuai dengan standar.

Pelaksanaan sasaran keselamatan


pasien di rawat inap, dilihat dari
Memberikan gambaran
pendektan sistem terlihat pada
secara mendalam tentang
Pedoman komponen output pencapain
Jurnal pelaksanaan sasaran
wawancara, target kepatuhan petugas dalam
Neri, R. A., Lestari, Y., & Kesehatan keselamatan pasien di rawat Seluruh pegawai Focus
3 Kualitatif observasi, dan pelaksanaan sasaran keselamatan
Yetti, H. 2018. Padang Andalas, 7, inap. Penelitian rumah sakit Group observasi pasien belum menunjukkan hasil
48-55. dilaksanakan di rawat inap Discussion dokumen yang diharapkan. Jumlah rata rata
(Bedah dan Non Bedah)
capaian keenam sasaran
RSUD
keselamatan pasien yaitu 73,4%
(standar KARS 100%)

Dari hasil observasi pelaksanaan


pencegahan infeksi dari cuci
Informan dalam
tangan dengan handrub, dapat
penelitian ini
dilihat dari tabel di atas bahwa
adalah yang
Pedoman dokter dan perawat belum
Mengeksplorasi informasi terlibat langsung
wawancara, melakukan 5 momen cuci tangan
yang lebih mendalam maupun tidak content
4 Keles, A. W. 2015. Biak JIKMU, 5(3) Kualitatif observasi, dan sesuai dengan pedoman 5 momen
tentang pelaksanaan sasaran langsung dalam analysis
observasi cuci tangan, seperti yang
keselamatan pasien. pelaksanaan
dokumen didapatkan dari 3 dokter dan 3
sasaran
perawat yang diobservasi terdapat
keselamatan
2 dokter dan 2 perawat yang tidak
pasien.
melakukan cuci tangan sebelum
menyentuh pasien.
34

Jenis Metode
No Penulis, Tahun, Lokasi Jurnal Tipe Studi Tujuan Penelitian Sampel Pengumpulan Temuan Penting
Penelitian Data

59 puskesmas, Penelitian ini menunjukan staf


sedangkan 14 Puskesmas lebih tinggi tingkat
rumah sakit kesadaran diri dibandingkan
Random
diikutsertakan dengan staf Rumah Sakit.
Al-Mandhari, A., Al- BMC health Mengekplorasi kesadaran sampling,
dalam survei. Cross- Variabel yang berpengaruh adalah
Zakwani, I., Al-Adawi, S., services diri berdsarakan praktik Kuesioner,
5 Kuantitatif Jumlah sectional usia, lama bekerja dan kesehatan
Al-Barwani, S., & research, 16 sembilan solusi keselamatan pedoman
keseluruhan 800 primer di pusat kota. Penelitiaan
Jeyaseelan, L. 2016. Oman (1), 533. pasien wawancara,
peserta (590 dari ini meniktik berat pada sembilan
dan observasi
puskesmas dan solusi keselamatan pasien sebagai
210 dari rumah upaya meningkatkan keselamatan
sakit). pasien di negara Oman.

Dari hasil content analysis


ditemukan faktor faktor yang
Pubmed,
Jurnal Ilmu berhubungan dengan budaya
Mengeksplorasi faktor yang MEDLINE,
Idris, H. (2017). Kesehatan content keselamatan pasien seperti : 1.
6 Literatur berpengaruh terhadap 40 artikel Web of science
Palembang Masyarakat,  analysis Kepemimpinan, 2. Kerja tim, 3.
Review budaya keselamtan pasien dan google
8(1), 58039. Berbasis bukti, 4. Komunikasi, 5.
scholar.
Pembelajaran, 6. Tepat, 7.
Berfokus pada pasien.

Pembagian Dari hasil pengolahan data


Nursing 124 orang kuisioner diperoleh, faktor tanggungan,
News: ditentukan kepada lama bekerja, pengetahuan,
Pambudi, Y. D. W., Mengukur factor faktor yang Cross-
Jurnal dengan teknik responden dan motivasi, supervisi, dan pengaruh
7 Sutriningsih, A., & Yasin, mempengaruhi perawat sectional
Ilmiah proporsional cheklist kepada organisasi. Namu faktordominan
D. D. F. 2018. Malang Kuantitafif dalam penerapan 6 SKP
Keperawata simple random observer ke yang berpengaruh pada penerapan
n, 3(1). sampling setiap ruang 6 SKP adalah pengetahuan
rawat inap. perawat
35

Jenis Metode
No Penulis, Tahun, Lokasi Jurnal Tipe Studi Tujuan Penelitian Sampel Pengumpulan Temuan Penting
Penelitian Data

Capaian Implementasi Sasaran


Keselamatan Pasien sebesar
74.2% (23 perawat) baik, namun
belum optimal dan konsisten
karena menurut KARS (2013)
Untuk mengetahui capaian implementasi sasaran
implementasi sasaran keselamatan harus 100%.
keselamatan pasien terkait
ketepatan identifikasi pasien, Terdapat hubungan antara
komunikasi efektif dan hand 64 orang dengan pendidikan terakhir, lama bekerja
Setyani, M. D., hygiene di Ruang Rawat metode dan pelatihan patient safety
Jurnal Cross- Kuesione dan dengan implementasi sasaran
Zuhrotunida, Z., & Inap dan mengetahui faktor pengambilan
8 JKFT, 1(2), Kuantitatif sectional lembar keselamatan pasien.
Syahridal, S. 2017. yang mempengaruhi sampel
59-69. observasi
Tanggerang implementasi sasaran menggunakan
Dan peluang terbesar terdapat
keselamatan pasien total sampling
pada hubungan pelatihan patient
(Pendidikan terakhir, lama
safety dengan implementasi
bekerja dan pelatihan patient
sasaran keselamatan pasien, Odds
safety) serta besar peluang
Ratio (OR) = 13.200, artinya
dari faktor tersebut.
perawat yang sudah mengikuti
pelatihan patient safety memiliki
peluang 13.200 kali untuk
mengimplementasikan sasaran
keselamatan pasien dengan baik
dibandingkan dengan yang belum
mengikuti pelatihan patient safety.
36

Jenis Metode
No Penulis, Tahun, Lokasi Jurnal Tipe Studi Tujuan Penelitian Sampel Pengumpulan Temuan Penting
Penelitian Data

Terdapat pengaruh yang


signifikan antara karakteristik
organisasi, karakteristik individu
dan karakteristik kerja terhadap
Journal supervisi berbasis experiential
Mengembangkan model
Ners, 12(2), stratified learning. Hasil ini menunjukkan
Maulidiawati, I., supervisi berbasis survei
158163-163. random bahwa peningkatan karakteristik
9 Nursalam, N., & Hanik, E. Kuantitatif experiential learning dalam 112 orang eksplanato
Journal sampling, organisasi, individu dan pekerjaan
N. 2017. Surabaya penerapan tujuan ri
Ners, 12(2), Kuesioner juga meningkatkan pelaksanaan
keselamatan pasien
158163-163. supervisi berbasis experiential
learning. Supervisi berdasarkan
pengalaman belajar
mempengaruhi implementasi
tujuan keselamatan pasien.

Tingkat pencapaian PSG yang


bervariasi dari satu rumah sakit ke
rumah sakit lainnya menandakan
Penelitian ini bertujuan variasi dalam penerapan budaya
 Nurse descriptive
untuk mengevaluasi tingkat keselamatan pasien. Meskipun
Media and
Abe, K. H. C., & Tuppal, pencapaian PSG (Patient institusi memiliki standar yang
10 Journal of Kuantitatif 214 orang historical Kuesioner
C. P. 2018. Philippines. Safety Goals) di rumah sakit sama dalam memastikan asuhan
Nursing, 8(1 research
tersier terpilih di Metro keperawatan yang aman dan
), 1-12 survey
Manila, Filipina berkualitas yang merupakan
faktor penyumbang keselamatan
pasien, terdapat variasi dalam cara
observasi dan praktiknya.
37

Jenis Metode
No Penulis, Tahun, Lokasi Jurnal Tipe Studi Tujuan Penelitian Sampel Pengumpulan Temuan Penting
Penelitian Data

Dari hasil analisi ditemukan


faktor penghambat yaitu faktor
sosial dan faktor teknis. perawat
yang belum memahami dengan
baik SPO yang ada dan motivasi
belajar yang kurang sehingga
mempengaruhi pelaksanaan
Mengeksplorasi pengaturan Patient Safety dan keterbatasan
SOEPRA, 5( peran perawat dalam waktu dan dana dalam melakukan
Widayati, C. N., Yustina, 2), 254-268. pelaksanaan patient safety pelatihan maka Rumah sakit
yuridis purposive
11 E. W., & Sulistyanto, H. Jurnal Kualitatif dan perlindungan hak pasien 32 orang hanya melakukan pelatihan
sosiologis sampling
(2020). Purwodadi Hukum serta faktor faktor yang internal saja dengan melakukan
Kesehatan mempengaruhi dalam sosialisasi kepada perawat, selain
pelaksanaan patient safety . itu jumlah pasien dengan perawat
jaga tidak seimbang sehingga
mempengaruhi dalam pelaksanaan
Patient Safety tidak optimal.

JMMR Hasil penelitian hubungan antara


Menganalisis hubungan pengetahuan dan implementasi
(Jurnal
antara sikap dan SKP menunjukkan bahwa p-value
Medicoetico
Syam, N. S., Hastuti, W., pengetahuan dengan Cross- cluster random α (0,631> 0,05), artinya tidak ada
legal dan
12 & Kurnia, S. (2018). Kuantitatif penerapan tujuan 80 orang sectional sampling, hubungan antara pengetahuan
Manajemen
Yogyakarta  keselamatan pasien oleh Kuesioner perawat dengan implementasi
Rumah
perawat di RSUD tujuan keselamatan pasien (SKP).
Sakit), 7(3),
Yogyakarta. Hasil kajian hubungan sikap
205-211
dengan Implementasi SKP dapat
38

Jenis Metode
No Penulis, Tahun, Lokasi Jurnal Tipe Studi Tujuan Penelitian Sampel Pengumpulan Temuan Penting
Penelitian Data

diketahui bahwa p-value α (0,045


<0,05), artinya terdapat hubungan
antara sikap perawat dengan
implementasi tujuan keselamatan
pasien (SKP).

Hasil penelitian menunjukkan


bahwa ada hubungan antara sikap
Menganalisis faktor-faktor
perawat gawat darurat dengan
Nursing yang berhubungan dengan
penerapan teknik komunikasi
Current penerapan teknik
Rut, A., Laowo, T., Cross- Kuesioner dan SBAR saat melakukan serah
Jurnal komunikasi SBAR saat
13 Pakpahan, M., & Octaria, Kuantitatif 12 orang sectional Lembar terima pasien (p value <0,05),
Keperawata melakukan serah terima
M. (2019). Indonesia Observasi namun tidak ada hubungan antara
n, 6(2), 38- pasien oleh perawat IGD di
motivasi perawat dengan
46. Rumah Sakit Swasta
penerapan teknik komunikasi
Wilayah Barat Indonesia.
SBAR saat melakukan serah
terima pasien (nilai p> 0,05).

Mengetahui bagaimana Berdasarkan hasil penelitian yang


Wawancara
Jurnal pelaksanaan program telah diperoleh peneliti,
mendalam dan
Dewi, A. N., Arso, S. P., & Kesehatan keselamatan pasien dengan deskriptif pelaksanaan program keselamatan
berdasarkan
14 Fatmasari, E. Y. (2019). Masyarakat Kualitatif melihat aspek input, proses, 6 orang pasien belum optimal dikarenakan
analitik kriteria
Malang (e-Journal),  serta output di unit rawat SOP yang belum optimal, saran
purposive
7(1), 20-30. inap RS Wava Husada yang tidak terpenuhi, dan tidak
sampling
Kabupaten Malang tercapainya taget,
39

Jenis Metode
No Penulis, Tahun, Lokasi Jurnal Tipe Studi Tujuan Penelitian Sampel Pengumpulan Temuan Penting
Penelitian Data

Berdasarkan hasil penelitian,


Tidak terdapat hubungan antara
Jurnal deskriptif pendidikan, jenis kelamin, usia
Ilmiah Mengeksplor karakteristik analitik dan masa kerja dengan
Surahmat, R., Neherta, M., Kuesioner
Universitas perawat terhadap melalui pelaksanaan sasaran keselamatan
15 & Nurariati, N. (2019). Kuantitatif 96 orang
Batanghari pelaksanaan sasaran pendekatan pasien oleh perawat pasca
Palembang.
Jambi, 19(1) keselamatan pasien. Cross Akreditasi Rumah Sakit “X” di
, 1-10. Sectional Kota Palembang

16 Faluzi, A., Machmud, R., Jurnal Kualitatif Mendapatkan gambaran 27 orang deskriptif wawancara Hasil penelitian ini didapatkan
& Arif, Y. (2018). Kesehatan mendalam tentang mendalam dan bahwa capaian target kepatuhan
Sumatera Barat. Andalas, 7, penerapan pencapapaian analitik observasi serta dalam penerapan upaya
34-43. standar sasaran keselamatan dengan metode pencapaian standar enam sasaran
pasien bagi profesional pengumpulan keselamatan pasien di RSUP DR.
pemberi asuhan di rawat data skunder M.Djamil Padang, belum
inap RSUP DR.M.Djamil melalui telaah seluruhnya sesuai yang
Padang dokumen. Data diharapkan. Data tersebut
juga diperoleh dibuktikan dari dokumen laporan
melalui diskusi hasil capaian SKP di KMMR dan
kelompok laporan suvey PPI setiap bulan
terarah FGD dan tahunan. Dari keenam sasaran
tersebut yang sangat menjadi
perhatian utama bagi keempat
PPA dalam penerapan
keselamatan pasien adalah
kepatuhan petugas terhadap
pelaksanaan identifikasi pasien
dan pencegahan kejadian pasien
40

Jenis Metode
No Penulis, Tahun, Lokasi Jurnal Tipe Studi Tujuan Penelitian Sampel Pengumpulan Temuan Penting
Penelitian Data

jatuh serta kepatuhan hand


hygiene karena masih ada profesi

Hasil penelitian ini didapatkan


Sumber daya manusia yaitu
perawat pelaksana dan TKPRS
belum mencukupi, kebijakan dan
SOP dari Identifikasi Pasien dan
Keamanan Obat High Alert telah
17 tersedia. Sarana dan prasana
identifikasi pasien tersedia gelang
identitas berwarna merah muda,
Jurnal biru, kuning dan merah, rekam
Kesehatan Mendalami permasalah
Sakinah, S., Wigati, P. A., Observasi dan medik dan form pelaporan. Dalam
Masyarakat dalam pelaksanaan sasaran Explorator
& Arso, S. P. (2017). Kualitatif 6 orang wawancara menjaga keamanan obat tersedia
(e-Journal),  keselamatan pasien y Research
Jakarta mendalam label obat, lemari obat terpisah
5(4), 145- menggunakan teori sistem.
152. dan form pelaporan.Dalam
melakukan identifikasi pasien,
masih belum sesuai dengan PMK
1691/MENKES/PER/VIII/2011
dan surat keputusan Kepala RS,
komitmen perawat pelaksana dan
TKPRS terhadap kebijakan dan
SOP serta dalam melaksanan
tugasnya masih kurang
berkomitmen.
41

Jenis Metode
No Penulis, Tahun, Lokasi Jurnal Tipe Studi Tujuan Penelitian Sampel Pengumpulan Temuan Penting
Penelitian Data

hasil penelitian dan penelitian


terkait menunjukkan bahwa
implementasi sasaran keselamatan
pasien berhubungan dengan status
kepegawaian yang berdampak
pada kerjasama tim, sehingga
Mengukur hubungan antar diharapkan perbedaan status
Babul Ilmi variabel (pendidikan, jenis kepegawaian tidak menjadi faktor
Jurnal kelamin, masa kerja, status penyebab kurang baiknya
Surahmat, R., Fitriah, N.,
Ilmiah Multi kepegawaian dan Cross implementasi sasaran keselamatan
18 & Sari, S. M. Kualitatif 70 orang Kuesioner
Science implementasi sasaran Sectional pasien. Karena, di dalam diri
(2019).Sumatera Selatan
Kesehatan,  keselamatan pasaien) yang seseorang terdapat standar
10(1). dilakukan dalam satu satuan keunggulan individu yang
waktu dipengaruhi oleh keadaan
jasmani, intelegensi, kepribadian,
minat, pengalaman keberhasilan,
tingkat pendidikan, usia, masa
kerja, pelatihan, lingkungan
masyarakat serta komitmen
terhadap organisasi.

Hasil penelitian menunjukkan


JURNAL bahwa pelaksanaan enam sasaran
KEPERAWA Mengetahui bagaimana Focus cluster keselamatan pasien oleh perawat
Nursery, S. M. C. TAN SUAKA Explanato pelaksanaan program Group sampling dan adalah baik sebesar 51,4% .
19 107 orang
(2018).Banjarmasin. INSAN ry design keselamatan pasien dalam Discussion simple random Adapun enam sasaran
(JKSI), 3(2), pencegahan adverse event. (FGD) sampling. keselamatan pasien tersebut
1-10.
meliputi pelaksanaan ketepatan
identifikasi pasien adalah baik
42

Jenis Metode
No Penulis, Tahun, Lokasi Jurnal Tipe Studi Tujuan Penelitian Sampel Pengumpulan Temuan Penting
Penelitian Data

sebesar 64,5%, pelaksanaan


komunikasi efektif adalah baik
sebesar 56,1%, peningkatan
keamanan obat yang perlu adalah
baik sebesar 50,5%, kepastian
tepat lokasi, prosedur dan pasien
operasi adalah sebesar 59,8%,
pengurangan risiko infeksi adalah
baik sebesar 50,5%, dan
pengurangan resiko jatuh adalah
baik sebesar 61,7%.

Tujuan Penelitian ini adalah Hasil penelitian bahwa RSUD


untuk mengetahui gambaran Kota Yogtakarta belum
Jurnal menerapkan Satndar Nasional
Admmirasi. All tentang pemenuhan upaya 6
Sundoro, T., Rahaded, A. Wawancara, untuk Akreditasi Rumah
rights reserved. (Enam) sasaran keselamatan Seluruh anggota
B., Zitri, I., Agustina, M., P-ISSN: 2477- observasi, dan Sakit(SNARS) Edisi 1ST. Hasil
20 Kualitatif pasien di Standar Akreditasi manajemen, staf, Case Study
Fatihah, Z., & Karimah, N. 6937 E-ISSN: telusur Penerapan target keselamatan
Nasional Rumah Sakit Edisi dan pasien
M. (2019). Yogyakarta. 2685-8142 dokumen. pasien di RSUD Kota Yogyakarta
. 1 (terkait regulasi, berdsarkan SNARS Edisi 2 sudah
implementasi, hambatan dan diimeplentasikan dengan baik.
rekomendasi).

4.3. Keterbatasan Penelitian


43

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah terdapat banyak sumber yang tersedia, rata-rata mendapatkan hasil yang sama

sehingga hasil jawaban penelitian yang didapatkan tidak variatif . Hal ini mungkin disebabkan karena penelitian-penelitian

yang dibuat untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tidak terlaksananya patient safety goals atau sasaran keselamatan

pasien tersebut mengikuti kriteria faktor-faktor penyebab yang sudah terdapat pada teori. Sehingga hasil yang didapatkan

hanya seputar faktor-faktor yang terdapat pada teori.


BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Mind Mapping

Sasaran Keselamatan Karakteristik Perawat pelaksana :


Pasien Usia
Jenis Kelamin
Identifikasi pasien Masa Bekerja
Pendidikan/Pengetahuan
Komunikasi yang efektif

Meningkatkan keamanan obat-

obatan

Memastikan tepat lokasi, Faktor – faktor penyebab tidak


terlaksananya Patient Safety
tepat prosedur, dan tepat Goaals/Sasaran Keselamatan Pasien
pada Perawat Pelaksana di Rumah
pasien operasi. Sakit
Mengurangi risiko infeksi

pelayanan kesehatan.

Mengurangi risiko cedera Faktor Internal Rumah Sakit :


Kebijakan/SOP
pasien akibat jatuh. Anggaran
Fasilitas Sarana/Prasana
Tenaga/SDM

Gambar 5.1 Mind Mapping

Berdasarkan dari mind map yang telah penulis susun, terdapat

beberapa faktor variabel independen yang penulis akan teliti, yaitu

pertama dari faktor karakteristik perawat pelaksana (yang terdiri dari usia,
45

jenis kelamin, masa bekerja,pendidikan dan pelatihan patient safety yang

pernah diikuti), kedua yaitu sasaran keselamatan pasien yang terdiri dari 6

(enam) sasaran keselamatan pasien, ketiga yaitu faktor eksternal (yang

terdiri dari status pernikahan, jumlah tanggungan, dan motivasi), dan

faktor keempat yaitu faktor internal rumah sakit (yang terdiri dari

kebiijakan, anggarn, fasilitas sarana/prasana, pedoman/SOP, dan

tenaga/SDM). Keempat variabel tersebut mempengaruhi faktor-faktor

yang menjadi penyebab tidak terlaksananya sasaran keselamatan passien

oleh perawat pelaksana di rumah sakit.

5.2. Pembahasan

Undang-Undang No 012 Tahun 2020 tentang Akreditasi Rumah Sakit,

yang tertuang dalam undang undang bahwa akreditasi bertujuan

meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit dan meningkatkan

perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit

dan rumah sakit sebagai institusi. Standar akreditasi rumah sakit disusun

sebagai upaya untuk mencegah kejadian yang tidak diingingkan dan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit serta menjalankan

amanah Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit yang

mewajibkan rumah sakit untuk melaksanakan akreditasi dalam rangka

peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit minimal dalam jangka waktu

3 (tiga) tahun sekali.


46

Secara komprehensif umum rumah sakit sangat luas dan kompleks,

untuk itulah penulis hanya menitik beratkan penelitian pada pelaksanaan

sasaran keselamatan pasien. Dalam hal ini penulis ingin mengetahui faktor

faktor tidak terlaksananya sasaran keselamatan pasien sesuai dengan

standar akreditasi. Sasaran keselamatan pasien dipilih penulis untuk

diteliti, selain merupakan salah satu standar dalam akreditasi rumah sakit,

untuk mencegah tidak terjadinya insiden yang apabila terjadi insiden

keselamatan pasien di rumah sakit akan memberikan dampak yang

merugikan bagi pihak rumah sakit, staf, dan pada pasien khususnya

sebagai penerima pelayanan selain itu untuk menekan tingkat insiden

rumah sakit dengan menerapkan sasaran keselamatan pasien maka

terciptanya pelayanan yang paripurna. Menurut Cahyono (2008), Adapun

dampak lainnya yang ditimbulkan adalah menurunnya tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Rendahnya kualitas atau mutu

asuhan yang diberikan, karena keselamatan pasien merupakan bagian dari

mutu.
47

5.3. Hasil Temuan Penelitian Kuantitatif.

Tabel 5.3.

Temuan Penelitian Kuantitatif

No Penulis, Tahun, Lokasi Tujuan Penelitian Temuan Penting

Pambudi, Y. D. W., Sutriningsih, A.,


& Yasin, D. D. F. (2018).
Malang. Nursing News: Jurnal
Ilmiah Keperawatan, 3(1). Dari hasil pengolahan data diperoleh, fakor faktor yang
Mengukur factor faktor yang mempengaruhi perawat dalam penerapan 6 SKP yaitu: tanggungan,
1 (n:124) ditentukan dengan teknik mempengaruhi perawat dalam penerapan lama bekerja, pengetahuan, motivasi, supervisi, dan pengaruh
proporsional simple random 6 SKP organisasi. Namun factor dominan yang berpengaruh pada
sampling penerapan 6 SKP adalah pengetahuan perawat.
Cross-sectional

Surahmat, R., Neherta, M., &


Nurariati, N. (2019). Jambi. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Berdasarkan hasil penelitian,
Jambi, 19(1), 1-10. Mengeksplor karakteristik perawat Tidak terdapat hubungan antara pendidikan, jenis kelamin, usia dan
2 terhadap pelaksanaan sasaran masa kerja dengan pelaksanaan sasaran keselamatan pasien oleh
(n:96) keselamatan pasien perawat pasca Akreditasi Rumah Sakit “X” di Kota Palembang
Cross-sectional

3 Rut, A., Laowo, T., Pakpahan, M., & Menganalisis faktor-faktor yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap
Octaria, M. (2019). Indonesia. berhubungan dengan penerapan teknik perawat gawat darurat dengan penerapan teknik komunikasi SBAR
48

No Penulis, Tahun, Lokasi Tujuan Penelitian Temuan Penting

Nursing Current Jurnal komunikasi SBAR saat melakukan serah saat melakukan serah terima pasien (p value <0,05), namun tidak
Keperawatan, 6(2), 38-46. terima pasien oleh perawat IGD di ada hubungan antara motivasi perawat dengan penerapan teknik
(n:12) Rumah Sakit Swasta Wilayah Barat komunikasi SBAR saat melakukan serah terima pasien (nilai p>
Indonesia. 0,05).
Cross-sectional
Syam, N. S., Hastuti, W., & Kurnia,
S. (2018). Yogyakarta. JMMR Hasil penelitian hubungan antara pengetahuan dan implementasi
(Jurnal Medicoeticolegal dan SKP menunjukkan bahwa p-value α (0,631> 0,05), artinya tidak
Manajemen Rumah Sakit), 7(3), 205- Menganalisis hubungan antara sikap dan
ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan implementasi
211. pengetahuan dengan penerapan tujuan
4 tujuan keselamatan pasien (SKP). Hasil kajian hubungan sikap
keselamatan pasien oleh perawat di
dengan Implementasi SKP dapat diketahui bahwa p-value α (0,045
(n:80) RSUD Yogyakarta.
<0,05), artinya terdapat hubungan antara sikap perawat dengan
Cross-sectional implementasi tujuan keselamatan pasien (SKP).

Maulidiawati, I., Nursalam, N., & Terdapat pengaruh yang signifikan antara karakteristik organisasi,
Hanik, E. N. (2017). Surabaya. karakteristik individu dan karakteristik kerja terhadap supervisi
Journal Ners, 12(2), 158163-163. Mengembangkan model supervisi berbasis experiential learning. Hasil ini menunjukkan bahwa
5 berbasis experiential learning dalam peningkatan karakteristik organisasi, individu dan pekerjaan juga
(n:112) penerapan tujuan keselamatan pasien. meningkatkan pelaksanaan supervisi berbasis experiential learning.
Supervisi berdasarkan pengalaman belajar mempengaruhi
survei eksplanatori implementasi tujuan keselamatan pasien.

6 Untuk mengetahui implementasi sasaran Capaian Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien sebesar 74.2%
keselamatan pasien terkait ketepatan (23 perawat) baik, namun belum optimal dan konsisten karena
Setyani, M. D., Zuhrotunida, Z., & identifikasi pasien, komunikasi efektif menurut KARS (2013) capaian implementasi sasaran keselamatan
Syahridal, S. (2017). Tanggerang . dan hand hygiene di Ruang Rawat Inap harus 100%. Terdapat hubungan antara pendidikan terakhir, lama
Jurnal JKFT, 1(2), 59-69. dan mengetahui faktor yang bekerja dan pelatihan patient safety dengan implementasi sasaran
mempengaruhi implementasi sasaran keselamatan pasien. Dan peluang terbesar terdapat pada hubungan
49

No Penulis, Tahun, Lokasi Tujuan Penelitian Temuan Penting

pelatihan patient safety dengan implementasi sasaran keselamatan


(n:64), dengan metode pengambilan
keselamatan pasien (Pendidikan terakhir, pasien, Odds Ratio (OR) = 13.200, artinya perawat yang sudah
sampel menggunakan total sampling
lama bekerja dan pelatihan patient mengikuti pelatihan patient safety memiliki peluang 13.200 kali
Cross-sectional safety) serta besar peluang dari faktor untuk mengimplementasikan sasaran keselamatan pasien dengan
tersebut. baik dibandingkan dengan yang belum mengikuti pelatihan patient
safety.

Memberikan gambaran mengenai


Sarasanti, J., Soepangat, S., & pengaruh variabel independen
Hutapea, F. (2018). Jakarta. urnal Dari hasil pengolahan data diperoleh Variabel supervisi, fasilitas,
karakteristik paramedis, supervisi,
Bidang Ilmu Kesehatan, 8(2), 17. dan budaya memiliki pengaruh terhadap penerapan sasaran
7 fasilitas, dan budaya organisasi, serta
keselamatan pasien yang signifikan jika dibandingkan dengan usia
(n:48) variabel dependen yaitu penerapan
dan masa bekerja
sasaran keselamatan pasien di Instalasi
Cross-sectional Rawat Inap Rumah Sakit X, Jakarta.

Friyanti, E. S. (2018). Jakarta. urnal Dari data hasil penelitian didapatkan hubungan bermakna antara
Administrasi Rumah Sakit Mengetahui factor-faktor yang kompetensi tenaga keperawatan di RS X terhadap insiden
Indonesia, 2(1). berhubungan dari kuantitas dan kualitas keselamatan pasien, semakin tinggi level kompetensi yang tersedia
tenaga keperawatan terhadap kejadian maka semakin kecil peluang terjadinya insiden. Dengan demikian
8 perlu untuk dilakukan tindakan agar kompetensi tenaga
(n:44) insiden keselamatan di RSIA X, dengan
menganalisis faktor faktor tersebut keperawatan yang ada di RS X dapat tersedia sesuai dengan
Cross-sectional kepada subjek penelitian. standar.

KESIMPULAN
50

1. Pambudi, Y. D. W., Sutriningsih, A., & Yasin, D. D. F. (2018). Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 3(1). fakor faktor yang mempengaruhi
perawat dalam penerapan 6 SKP yaitu: tanggungan, lama bekerja, pengetahuan, motivasi, supervisi, dan pengaruh organisasi. Namun factor dominan yang
berpengaruh pada penerapan 6 SKP adalah pengetahuan perawat.
2. Surahmat, R., Neherta, M., & Nurariati, N. (2019). Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(1), 1-10. Tidak terdapat hubungan antara
pendidikan, jenis kelamin, usia dan masa kerja dengan pelaksanaan sasaran keselamatan pasien oleh perawat.
3. Rut, A., Laowo, T., Pakpahan, M., & Octaria, M. (2019). Indonesia. Nursing Current Jurnal Keperawatan, 6(2), 38-46. Terdapat hubungan antara sikap
perawat gawat darurat dengan penerapan teknik komunikasi SBAR saat melakukan serah terima pasien (p value <0,05), namun tidak ada hubungan antara
motivasi perawat dengan penerapan teknik komunikasi SBAR saat melakukan serah terima pasien (nilai p> 0,05).
4. Syam, N. S., Hastuti, W., & Kurnia, S. (2018). Yogyakarta. JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit), 7(3), 205-211. Tidak ada
hubungan antara pengetahuan perawat dengan implementasi tujuan keselamatan pasien (SKP) <0,05). Terdapat hubungan antara sikap perawat dengan
implementasi tujuan keselamatan pasien (SKP).
5. Maulidiawati, I., Nursalam, N., & Hanik, E. N. (2017). Surabaya. Journal Ners, 12(2), 158163-163. Terdapat pengaruh yang signifikan antara karakteristik
organisasi, karakteristik individu dan karakteristik kerja terhadap supervisi berbasis experiential learning. Supervisi berdasarkan pengalaman belajar
mempengaruhi implementasi tujuan keselamatan pasien.
6. Setyani, M. D., Zuhrotunida, Z., & Syahridal, S. (2017). Tanggerang . Jurnal JKFT, 1(2), 59-69. Capaian Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien sebesar
74.2% (23 perawat) baik, namun belum optimal dan konsisten karena menurut KARS (2013) capaian implementasi sasaran keselamatan harus 100%.
Terdapat hubungan antara pendidikan terakhir, lama bekerja dan pelatihan patient safety dengan implementasi sasaran keselamatan pasien.
7. Sarasanti, J., Soepangat, S., & Hutapea, F. (2018). Jakarta. urnal Bidang Ilmu Kesehatan, 8(2), 17. Variabel supervisi, fasilitas, dan budaya memiliki
pengaruh terhadap penerapan sasaran keselamatan pasien yang signifikan jika dibandingkan dengan usia dan masa bekerja.
8. Friyanti, E. S. (2018). Jakarta. urnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia, 2(1). Terdapatkan hubungan yang bermakna antara kompetensi tenaga
keperawatan di RS X terhadap insiden keselamatan pasien, semakin tinggi level kompetensi yang tersedia maka semakin kecil peluang terjadinya insiden.
51

5.4. Hasil Temuan Penelitian Kualitatif.


Tabel 5.4.
Temuan Penelitian Kualitatif

No Penulis, Tahun, Lokasi Tujuan Penelitian Temuan Penting

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan enam sasaran


Nursery, S. M. C. (2018). keselamatan pasien oleh perawat adalah baik sebesar 51,4% .
Banjarmasin. Jurnal Keperawatan Adapun enam sasaran keselamatan pasien tersebut meliputi
Suaka Insan (JKSI), 3(2), 1-10. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien adalah baik sebesar
1 program keselamatan pasien dalam 64,5%, pelaksanaan komunikasi efektif adalah baik sebesar 56,1%,
(n:107)
pencegahan adverse event peningkatan keamanan obat yang perlu adalah baik sebesar 50,5%,
Focus Group Discussion (FGD) kepastian tepat lokasi, prosedur dan pasien operasi adalah sebesar
59,8%, pengurangan risiko infeksi adalah baik sebesar 50,5%, dan
pengurangan resiko jatuh adalah baik sebesar 61,7%.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk


mengetahui gambaran tentang Hasil penelitian bahwa RSUD Kota Yogtakarta belum menerapkan
Sundoro, T., Rahaded, A. B., Zitri, I.,
pemenuhan upaya 6 (Enam) sasaran Standar Nasional untuk Akreditasi Rumah Sakit(SNARS) Edisi
Agustina, M., Fatihah, Z., &
2 keselamatan pasien di Standar Akreditasi 1ST. Hasil Penerapan target keselamatan pasien di RSUD Kota
Karimah, N. M. (2019). Yogyakarta.
Nasional Rumah Sakit Edisi 1 (terkait Yogyakarta berdsarkan SNARS Edisi 2 sudah diimeplentasikan
(n: Seluruh anggota manajemen, staf, regulasi, implementasi, hambatan dan dengan baik.
dan pasien) rekomendasi.
52

No Penulis, Tahun, Lokasi Tujuan Penelitian Temuan Penting

Case Study

Hasil penelitian ini didapatkan Sumber daya manusia yaitu perawat


pelaksana dan TKPRS belum mencukupi, kebijakan dan SOP dari
Identifikasi Pasien dan Keamanan Obat High Alert telah tersedia.
Sakinah, S., Wigati, P. A., & Arso, S. Sarana dan prasana identifikasi pasien tersedia gelang identitas
P. (2017). Jakarta. Jurnal Kesehatan Mendalami permasalah dalam berwarna merah muda, biru, kuning dan merah, rekam medik dan
3 Masyarakat (e-Journal), 5(4), 145- pelaksanaan sasaran keselamatan pasien form pelaporan. Dalam menjaga keamanan obat tersedia label obat,
152. menggunakan teori system. lemari obat terpisah dan form pelaporan.Dalam melakukan
identifikasi pasien, masih belum sesuai dengan PMK
(n:6) 1691/MENKES/PER/VIII/2011 dan surat keputusan Kepala RS,
Exploratory Research komitmen perawat pelaksana dan TKPRS terhadap kebijakan dan
SOP serta dalam melaksanan tugasnya masih kurang berkomitmen.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa capaian target kepatuhan


dalam penerapan upaya pencapaian standar enam sasaran
Faluzi, A., Machmud, R., & Arif, Y. keselamatan pasien di RSUP DR. M.Djamil Padang, belum
(2018). Sumatera Barat. Jurnal Mendapatkan gambaran mendalam
seluruhnya sesuai yang diharapkan. Data tersebut dibuktikan dari
Kesehatan Andalas, 7, 34-43. tentang penerapan pencapapaian standar
dokumen laporan hasil capaian SKP di KMMR dan laporan suvey
4 sasaran keselamatan pasien bagi
PPI setiap bulan dan tahunan. Dari keenam sasaran tersebut yang
(n:27) profesional pemberi asuhan di rawat inap
sangat menjadi perhatian utama bagi keempat PPA dalam
RSUP DR.M.Djamil Padang.
Deskriptif analitik penerapan keselamatan pasien adalah kepatuhan petugas terhadap
pelaksanaan identifikasi pasien dan pencegahan kejadian pasien
jatuh serta kepatuhan hand hygiene karena masih ada profesi
53

No Penulis, Tahun, Lokasi Tujuan Penelitian Temuan Penting

Dewi, A. N., Arso, S. P., &


Fatmasari, E. Y. (2019). Malang. Mengetahui bagaimana pelaksanaan
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e- Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti,
program keselamatan pasien dengan
Journal), 7(1), 20-30. pelaksanaan program keselamatan pasien belum optimal
5 melihat aspek input, proses, serta output
dikarenakan SOP yang belum optimal, saran yang tidak terpenuhi,
di unit rawat inap RS Wava Husada
(n:6) dan tidak tercapainya taget.
Kabupaten Malang.
Deskriptif analitik.

Dari hasil analisis ditemukan faktor penghambat yaitu faktor sosial


Widayati, C. N., Yustina, E. W., & dan faktor teknis. perawat yang belum memahami dengan baik SPO
Sulistyanto, H. (2020). Purwodadi. Mengeksplorasi pengaturan peran yang ada dan motivasi belajar yang kurang sehingga mempengaruhi
SOEPRA, 5(2), 254-268. perawat dalam pelaksanaan patient pelaksanaan Patient Safety dan keterbatasan waktu dan dana dalam
6 safety dan perlindungan hak pasien serta melakukan pelatihan maka Rumah sakit hanya melakukan pelatihan
(n:32). internal saja dengan melakukan sosialisasi kepada perawat, selain
faktor faktor yang mempengaruhi dalam
yuridis sosiologis. pelaksanaan patient safety. itu jumlah pasien dengan perawat jaga tidak seimbang sehingga
mempengaruhi dalam pelaksanaan Patient Safety tidak optimal.

Neri, R. A., Lestari, Y., & Yetti, H. Pelaksanaan sasaran keselamatan pasien di rawat inap, dilihat dari
(2018). Padang. urnal Kesehatan Memberikan gambaran secara mendalam
pendektan sistem terlihat pada komponen output pencapain target
Andalas, 7, 48-55. tentang pelaksanaan sasaran keselamatan
kepatuhan petugas dalam pelaksanaan sasaran keselamatan pasien
7 pasien di rawat inap. Penelitian
belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Jumlah rata rata
(n:Seluruh Pegawai Rumah Sakit) dilaksanakan di rawat inap (Bedah dan
capaian keenam sasaran keselamatan pasien yaitu 73,4% (standar
Non Bedah) RSUD.
Focus Group Discussion. KARS 100%).
54

No Penulis, Tahun, Lokasi Tujuan Penelitian Temuan Penting

Keles, A. W. (2015). Biak.


JIKMU, 5(3).
Dari hasil observasi pelaksanaan pencegahan infeksi dari cuci
(n: Informan dalam penelitian ini tangan dengan handrub, dapat dilihat dari tabel di atas bahwa
Mengeksplorasi informasi yang lebih dokter dan perawat belum melakukan 5 momen cuci tangan sesuai
adalah yang terlibat langsung
8 mendalam tentang pelaksanaan sasaran dengan pedoman 5 momen cuci tangan, seperti yang didapatkan
maupun tidak langsung dalam
keselamatan pasien. dari 3 dokter dan 3 perawat yang diobservasi terdapat 2 dokter dan
pelaksanaan sasaran keselamatan
pasien) 2 perawat yang tidak melakukan cuci tangan sebelum menyentuh
pasien.
content analysis.

KESIMPULAN
1. Nursery, S. M. C. (2018). Banjarmasin. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI), 3(2), 1-10. Enam sasaran keselamatan pasien di Rumah Sakit
Banjarmasin, hampir 48.6% kurang baik. Adapun enam sasaran keselamatan pasien tersebut meliputi pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien yang kurang
35.5%, pelaksanaan komunikasi efektif masih kurang sebesar 43.9%, peningkatan keamanan obat yang perlu kurang sebesar 49.5%, kepastian tepat lokasi,
prosedur dan pasien operasi yang kurang 40.2%, pengurangan risiko infeksi masih kurang sebesar 49.5%, dan pengurangan resiko jatuh masih kurang
sebesar 38,3 %. Artinya masih belum optimal dalam pelaksanaan sasaran keselamatan pasien.

2. Sundoro, T., Rahaded, A. B., Zitri, I., Agustina, M., Fatihah, Z., & Karimah, N. M. (2019). Yogyakarta. Hasil Penerapan sasaran keselamatan pasien sudah
mencapi target di RSUD Kota Yogyakarta berdsarkan SNARS Edisi 2 sudah diimeplentasikan dengan baik. Namun belum menerapkan Standar Nasional
untuk Akreditasi Rumah Sakit(SNARS) Edisi 1ST. Secara keseluruhan RSUD Kota Yogyakarta sudah baik menjaga keselamatan untuk pasien.
55

3. Sakinah, S., Wigati, P. A., & Arso, S. P. (2017). Jakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(4), 145-152. Penerapan sasaran keselamatan pasien
berhubungan dengan ssumber daya manusia yang belum mencukupi , hal ini berdampak pada kerjasama tim dan komitmen dalam melaksanakan tugasnya.

4. Faluzi, A., Machmud, R., & Arif, Y. (2018). Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Andalas, 7, 34-43. : Capaian target kepatuhan dalam penerapan sasaran
keselamatan pasien, upaya pencapaian standar enam sasaran keselamatan pasien di RSUP DR. M.Djamil Padang, belum seluruhnya sesuai yang diharapkan.

5. Dewi, A. N., Arso, S. P., & Fatmasari, E. Y. (2019). Malang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7(1), 20-30. Pelaksanaan program keselamatan
pasien belum optimal dikarenakan SOP yang belum optimal, saran yang tidak terpenuhi, dan tidak tercapainya taget.

6. Widayati, C. N., Yustina, E. W., & Sulistyanto, H. (2020). Purwodadi. SOEPRA, 5(2), 254-268. Pelaksanaan program keselamatan pasien belum optimal
dikarenakan perawat yang belum memahami SPO dengan baik, dan motivasi belajar yang kurang sehingga mempengaruhi pelaksanaan Patient Safety serta
keterbatasan waktu dalam melakukan pelatihan.

7. Neri, R. A., Lestari, Y., & Yetti, H. (2018). Padang. jurnal Kesehatan Andalas, 7, 48-55. Diperoleh jumlah rata rata pencapaian ke enam sasaran
keselamatan pasien yaitu 73,4% (standar KARS 100%).

8. Keles, A. W. (2015). Biak. JIKMU, 5(3). : Tingkat kepatuhan perawat dalam mencuci tangan sebelum memegang pasien masih sangat rendah.

Hampir seluruh hasil penelitian di rumah sakit menyatakan kurang optimalnya penerapan keselamatan pasien ,terkecuali RSUD Yogyakaartaa
yang sudah menerapkannya dengan baik.

5.5. Hasil Temuan Penelitian Luar Negeri.


Tabel 5.5.
Temuan Penelitian Luar Negeri
56

No Penulis, Tahun, Lokasi Tujuan Penelitian Temuan Penting

Al-Mandhari, A., Al-Zakwani, I., Al-


Adawi, S., Al-Barwani, S., &
Jeyaseelan, L. (2016). Oman. BMC
health services research, 16(1), 533. Penelitian ini menunjukan staf Puskesmas lebih tinggi tingkat
kesadaran diri dibandingkan dengan staf Rumah Sakit. Variabel
(n: 59 puskesmas, sedangkan 14 Mengekplorasi kesadaran diri
yang berpengaruh adalah usia, lama bekerja dan kesehatan primer
1 rumah sakit diikutsertakan dalam berdsarakan praktik sembilan solusi
di pusat kota. Penelitiaan ini meniktik berat pada sembilan solusi
survei. Jumlah keseluruhan 800 keselamatan pasien.
keselamatan pasien sebagai upaya meningkatkan keselamatan
peserta (590 dari puskesmas dan 210
pasien di negara Oman.
dari rumah sakit).)
Cross-sectional

Abe, K. H. C., & Tuppal, C. P. Tingkat pencapaian PSG yang bervariasi dari satu rumah sakit ke
(2018). Philippines. Nurse Media Penelitian ini bertujuan untuk
rumah sakit lainnya menandakan variasi dalam penerapan budaya
Journal of Nursing, 8(1), 1-12. mengevaluasi tingkat pencapaian PSG
2 keselamatan pasien. Meskipun institusi memiliki standar yang sama
(Patient Safety Goals) di rumah sakit
(n: 214) dalam memastikan asuhan keperawatan yang aman dan berkualitas
tersier terpilih di Metro Manila, Filipina.
yang merupakan faktor penyumbang keselamatan pasien, terdapat
descriptive and historical research variasi dalam cara observasi dan praktiknya.
survey

KESIMPULAN
1. Al-Mandhari, A., Al-Zakwani, I., Al-Adawi, S., Al-Barwani, S., & Jeyaseelan, L. (2016). Oman. BMC health services research, 16(1), 533. Tingkat
kesadaran staf puskesmas lebih baik dar istaf rumah sakit. Upaya peningkatan kesadaran keselamatan pasien di negara oman menggunakan 9 Solusi
Keselamtan Pasien.
2. Abe, K. H. C., & Tuppal, C. P. (2018). Philippines. Nurse Media Journal of Nursing, 8(1), 1-12. Penerapan budaya keselamatan pasien bervariasi dari setiap
rumah sakit hal ini terlihat dalam cara observasi dan praktiknya.
57

5.6. Hasil Temuan Penelitian Literature Review


Tabel 5.6.
Temuan Penelitian Literature Review

No Penulis, Tahun, Lokasi Tujuan Penelitian Temuan Penting

Idris, H. (2017). Palembang. Jurnal


Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(1),
58039. Dari hasil content analysis ditemukan faktor faktor yang
Mengeksplorasi faktor yang berpengaruh berhubungan dengan budaya keselamatan pasien seperti : 1.
1 (n: Sejumlah 40 artikel penelitian terhadap budaya keselamtan pasien. Kepemimpinan, 2. Kerja tim, 3. Berbasis bukti, 4. Komunikasi, 5.
dievaluasi dari berbagai sumber Pembelajaran, 6. Tepat, 7. Berfokus pada pasien.
informasi online)

Content analysis

KESIMPULAN
1. Idris, H. (2017). Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(1), 58039. Faktor factor yang diperlukan dalam budaya kselamatan pasien adalah :
a. Kepemimpinan,
b. Kerja tim,
c. Berbasis bukti,
58

d. Komunikasi,
e. Pembelajaran,
f. Tepat,
g. Berfokus pada pasien.
Selain Faktor diatas untuk merubah budaya organisasi menjadi budaya keselamatan pasien menjadi lebih baik, memelui :
a. manajemen/tim leadership mempunyai komitmen terhadap safety, dengan cara mencegah terjadi error dan bukan dengan menghukum pelakunya.
b. Staf yang sehat dan bahagia menjadi bagian esensial di dalam pelayanan kesehatan yang aman. Staf memperhatikan kesehatan dan keselamatan
pribadi dan anggota tim lainnya secara serius dan bisa menyadari ketika terjadi kesalahan
c. Setiap staf secara konsisten akan menegur staf lain jika melakukan tindakan yang tidak aman, dan mengutamakan keamanan daripada efisiensi.
d. Keselamatan pasien dipandang sebagai sesuatu hal yang esensial dan menarik .

5.7. Perbandingan Penelitian Kualitatif, Kuantitafif, Literature Review, dan Penelitian Luar
Negeri.
Tabel 5.7.
59

Perbandingan Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Literature Review, dan Penelitian Luar Negeri

Kualitatif Indonesia Kuantitatif Indonesia Literature Review Penelitian Luar Negeri Hasil Penelitian

1. Nursery, S. M. C. (2018). 1. Pambudi, Y. D. W., 1. Idris, H. (2017). Palembang. 1. Al-Mandhari, A., Al- 1. Karakteristik individu terdiri dari
Banjarmasin. Jurnal Sutriningsih, A., & Yasin, Jurnal Ilmu Kesehatan Zakwani, I., Al-Adawi, S., usia, jenis kelamin, tingkat
Keperawatan Suaka Insan D. D. F. (2018). Masyarakat, 8(1), 58039. Al-Barwani, S., & pendidikan, dan masa kerja. Usia
(JKSI), 3(2), 1-10. Enam sasaran Malang. Nursing News: Faktor faktor yang Jeyaseelan, L. (2016). dan Jenis kelasmin menjadi salah
keselamatan pasien di Rumah Jurnal Ilmiah diperlukan dalam budaya Oman. BMC health faktor yang tidak mempengaruhi
Sakit Banjarmasin, hampir 48.6% Keperawatan, 3(1). fakor kselamatan pasien adalah : services research, 16(1), perawat dalam melaksanakan
kurang baik. Adapun enam faktor yang mempengaruhi h. Kepemimpinan, 533. Tingkat kesadaran sasaran keselamatan pasien. Usia
sasaran keselamatan pasien perawat dalam penerapan 6 i. Kerja tim, staf puskesmas lebih baik muda ataupun tua tetap
tersebut meliputi pelaksanaan SKP yaitu: tanggungan, j. Berbasis bukti, dar istaf rumah sakit. mengerjakan tindakan sesuai SOP.
ketepatan identifikasi pasien yang lama bekerja, pengetahuan, k. Komunikasi, Upaya peningkatan Rata-rata perawat yang baru masuk
kurang 35.5%, pelaksanaan motivasi, supervisi, dan l. Pembelajaran, kesadaran keselamatan pun sudah memiliki pengalaman di
komunikasi efektif masih kurang pengaruh organisasi. Namun m. Tepat, pasien di negara oman tempat lain, bukan langsung fresh
sebesar 43.9%, peningkatan factor dominan yang n. Berfokus pada pasien. menggunakan 9 Solusi graduate karena perawat bekerja
keamanan obat yang perlu kurang berpengaruh pada penerapan Keselamtan Pasien. karena pengetahuan yang
Selain Faktor diatas untuk
sebesar 49.5%, kepastian tepat 6 SKP adalah pengetahuan dimilikinya . Faktor yang
merubah budaya organisasi
lokasi, prosedur dan pasien perawat. berperngaruh dalam pelaksanaan
menjadi budaya keselamatan
operasi yang kurang 40.2%, 2. Abe, K. H. C., & Tuppal, sasaran kesealamatan pasien
pasien menjadi lebih baik,
pengurangan risiko infeksi masih 2. Surahmat, R., Neherta, M., C. P. (2018). Philippines. merupakan, Masa kerja dan
60

Kualitatif Indonesia Kuantitatif Indonesia Literature Review Penelitian Luar Negeri Hasil Penelitian

kurang sebesar 49.5%, dan & Nurariati, N. memelui : Nurse Media Journal of Tingkat pendidikan. Perawat yang
pengurangan resiko jatuh masih (2019). Jambi. Jurnal Nursing, 8(1), 1-12. memiliki masa kerja > 3 tahun
a. manajemen/tim leadership
kurang sebesar 38,3 %. Artinya Ilmiah Universitas Penerapan budaya termasuk dalam kategori senior.
mempunyai komitmen
masih belum optimal dalam Batanghari Jambi, 19(1), 1- keselamatan pasien Masa kerja yang lama akan
terhadap safety, dengan cara
pelaksanaan sasaran keselamatan 10. Tidak terdapat bervariasi dari setiap memberikan pengalaman kerja
mencegah terjadi error dan
pasien. hubungan antara rumah sakit hal ini terlihat yang positif terhadap pekerjaannya
bukan dengan menghukum
pendidikan, jenis kelamin, dalam cara observasi dan termasuk kepatuhan perawat dalam
2. Sundoro, T., Rahaded, A. B., pelakunya.
usia dan masa kerja dengan praktiknya. menerapkan prosedur keselamatan
Zitri, I., Agustina, M., Fatihah, b. Staf yang sehat dan bahagia
pelaksanaan sasaran pasien akan meningkat. Tingakat
Z., & Karimah, N. M. (2019). menjadi bagian esensial di
keselamatan pasien oleh pendidikan merupakan hal yang
Yogyakarta. Hasil Penerapan dalam pelayanan kesehatan
perawat. fundamental dalam pelaksanaan
sasaran keselamatan pasien sudah yang aman. Staf
sasaran keselamatan pasien.
mencapi target di RSUD Kota memperhatikan kesehatan
3. Rut, A., Laowo, T., Perawat yang memeliki tingkat
Yogyakarta berdsarkan SNARS dan keselamatan pribadi dan
Pakpahan, M., & Octaria, pengetahuan level tinggi terbukti
Edisi 2 sudah diimeplentasikan anggota tim lainnya secara
M. (2019). Indonesia. lebih kecil kemungkinannya
dengan baik. Namun belum serius dan bisa menyadari
Nursing Current Jurnal melakukan insiden keselamatan
menerapkan Standar Nasional ketika terjadi kesalahan
Keperawatan, 6(2),38-46. c. pasien.
untuk Akreditasi Rumah Setiap staf secara konsisten
Terdapat hubungan antara 2. Rumah sakit yang terpilih 7 dari 9
Sakit(SNARS) Edisi 1ST. Secara akan menegur staflain jika
sikap perawat gawat darurat rumah sakit nasional dan
keseluruhan RSUD Kota melakukan tindakan yang
dengan penerapan teknik internaisonal dalam penelitian ini
Yogyakarta sudah baik menjaga tidak aman, dan
menunjukkan pencapaian yang
61

Kualitatif Indonesia Kuantitatif Indonesia Literature Review Penelitian Luar Negeri Hasil Penelitian

keselamatan untuk pasien. komunikasi SBAR saat mengutamakan keamanan tinggi tentang tujuan keselamatan
melakukan serah terima daripada efisiensi. pasien. Perawat dari berbagai
3. Sakinah, S., Wigati, P. A., &
pasien (p value <0,05), d. Keselamatan pasien bidang meskipun memiliki
Arso, S. P. (2017). Jakarta.
namun tidak ada hubungan dipandang sebagai sesuatu pandangan dan praktik yang
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
antara motivasi perawat hal yang esensial dan berbeda, keselamatan pasien tetap
Journal), 5(4), 145-152.
dengan penerapan teknik menarik. menjadi inti dari pemberian
Penerapan sasaran keselamatan
komunikasi SBAR saat layanan. Namun, pasien, anggota
pasien berhubungan dengan
melakukan serah terima keluarga, dan praktisi kesehatan
ssumber daya manusia yang
pasien (nilai p> 0,05). lainnya juga harus dilibatkan dalam
belum mencukupi , hal ini
pelaksanaan, pemantauan, dan
berdampak pada kerjasama tim
4. Syam, N. S., Hastuti, W., & evaluasi program sasaran
dan komitmen dalam
Kurnia, S. keselamtan pasien. Banyak upaya
melaksanakan tugasnya.
(2018). Yogyakarta. JMMR telah dilakukan untuk

4. Faluzi, A., Machmud, R., & Arif, (Jurnal Medicoeticolegal mengintensifkan tanggapan

Y. (2018). Sumatera Barat. dan Manajemen Rumah Departemen Kesehatan terhadap

Jurnal Kesehatan Andalas, 7, 34- Sakit), 7(3), 205-211. Tidak perintah administratif keselamatan

43. : Capaian target kepatuhan ada hubungan antara pasien, namun masih terdapat

dalam penerapan sasaran pengetahuan perawat kelangkaan bukti dalam

keselamatan pasien, upaya dengan implementasi tujuan mengevaluasi pencapaian PSG

pencapaian standar enam sasaran keselamatan pasien (SKP) (Patient Safety Goals).
62

Kualitatif Indonesia Kuantitatif Indonesia Literature Review Penelitian Luar Negeri Hasil Penelitian

keselamatan pasien di RSUP DR. <0,05). Terdapat hubungan 3. Hambatan nasional dalam
M.Djamil Padang, belum antara sikap perawat dengan pelaksanaan sasaran kesealamatan
seluruhnya sesuai yang implementasi tujuan pasien adalah tidak adanya
diharapkan. keselamatan pasien (SKP). Kebijakan Direktur yang belum
memuat semua aspek pelayanan
5. Dewi, A. N., Arso, S. P., &
5. Maulidiawati, I., Nursalam, yaitu kebijakan tentang penerapan
Fatmasari, E. Y. (2019). Malang.
N., & Hanik, E. N. (2017). ceklis pembedahan yang aman di
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Surabaya. Journal Instalasi Rawat Jalan dan
Journal), 7(1), 20-30.
Ners, 12(2), 158163-163. infrastruktur masih banyak yang
Pelaksanaan program
Terdapat pengaruh yang belum lengkap. Faktor internal
keselamatan pasien belum
signifikan antara rumah sakit menjadi hambatan
optimal dikarenakan SOP yang
karakteristik organisasi, untuk tidak terlaksananya sasaran
belum optimal, saran yang tidak
karakteristik individu dan keselamatan pasien. Anggaran dan
terpenuhi, dan tidak tercapainya
karakteristik kerja terhadap sumber daya manusia menjadi
taget.
supervisi berbasis faktor yang sangat berperngaruh

6. Widayati, C. N., Yustina, E. W., experiential learning. untuk terlaksananya sasaran

& Sulistyanto, H. (2020). Supervisi berdasarkan keselamtan pasien, sebagian rumah

Purwodadi. SOEPRA, 5(2), 254- pengalaman belajar sakit sudah mencukupi terkait

268. Pelaksanaan program mempengaruhi anggaran untuk pelaksanaan

implementasi tujuan sasaran keselamatan pasien, namun


keselamatan pasien belum
masih banyak pula rumah sakit
63

Kualitatif Indonesia Kuantitatif Indonesia Literature Review Penelitian Luar Negeri Hasil Penelitian

optimal dikarenakan perawat keselamatan pasien. tidak memilki perencaan yang baik
yang belum memahami SPO untuk anggara program keselamtan
dengan baik, dan motivasi belajar 6. Setyani, M. D., pasien. Rumah sskit harus lebih
yang kurang sehingga Zuhrotunida, Z., & berkolaborasi dengan baik antar
mempengaruhi pelaksanaan Syahridal, S. (2017). unit dalam penggunaan anggaran
Patient Safety serta keterbatasan Tanggerang . Jurnal agar dapat mendukung pelaksanaan
waktu dalam melakukan JKFT, 1(2), 59-69. Capaian program keselamtan pasien
pelatihan. Implementasi Sasaran khususnya untuk pengadaan sarana

Keselamatan Pasien sebesar prasarana terkait patient safety


7. Neri, R. A., Lestari, Y., & Yetti, goals dan pemeliharan.
74.2% (23 perawat) baik,
H. (2018). Padang. jurnal
namun belum optimal dan
Kesehatan Andalas, 7, 48-55.
konsisten karena menurut
Diperoleh jumlah rata rata
KARS (2013) capaian
pencapaian ke enam sasaran
implementasi sasaran
keselamatan pasien yaitu 73,4%
keselamatan harus 100%.
(standar KARS 100%).
Terdapat hubungan antara
8. Keles, A. W. (2015). Biak. pendidikan terakhir, lama
JIKMU, 5(3). : Tingkat bekerja dan pelatihan patient
kepatuhan perawat dalam safety dengan implementasi
mencuci tangan sebelum sasaran keselamatan pasien.
64

Kualitatif Indonesia Kuantitatif Indonesia Literature Review Penelitian Luar Negeri Hasil Penelitian

memegang pasien masih sangat


rendah. 7. Sarasanti, J., Soepangat, S.,
& Hutapea, F. (2018).
Jakarta. urnal Bidang Ilmu
Kesehatan, 8(2), 17.
Variabel supervisi, fasilitas,
dan budaya memiliki
pengaruh terhadap
penerapan sasaran
keselamatan pasien yang
signifikan jika dibandingkan
dengan usia dan masa
bekerja.

8. Friyanti, E. S.
(2018). Jakarta. urnal
Administrasi Rumah Sakit
Indonesia, 2(1).
Terdapatkan hubungan yang
bermakna antara kompetensi
65

Kualitatif Indonesia Kuantitatif Indonesia Literature Review Penelitian Luar Negeri Hasil Penelitian

tenaga keperawatan di RS X
terhadap insiden
keselamatan pasien,
semakin tinggi level
kompetensi yang tersedia
maka semakin kecil peluang
terjadinya insiden.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Literature review ini berfokus kepada faktor-faktor yang menjadi

penyebab tidak terlaksananya program keselamatan pasien yaitu patient

safet goals pada perawat pelaksana di rumah sakit baik itu yang berada

di Indonesia, maupun di beberapa negara lain dan negara tetangga. Dari

jurnal-jurnal dan artikel penelitian yang ditemukan pada proses

pencarian, hampir seluruhnya merupakan penelitian sasaran keselamatan

pasien, program keselamatan pasien, yang dilakukan di rumah sakit

miliki pemerintah dan swasta, khususnya di Indonesia. Dibutuhkan lebih

banyak lagi penelitian yang dilakukan di rumah sakit pemerintah agar

mendapatkan perbandingan antara faktor yang menjadi penyebab tidak

terlaksananya sasaran keselamtan pasien pada perawat pelaksana di

rumah sakit swasta dengan di rumah sakit pemerintah. Karena terdapat

salah satu penelitian yang menyebutkan bahwa salah satu faktor

penyebab dari tidak terlaksannanya sasaran keselamtan pasien oleh

perawat pelaksana di rumah sakit tersebut adalah karena perawat tidak

memilki tingkat pengetahuan yang tinggi. Pengetahuan dikombinasikan


67

dengan pengalaman menjadi landasan untuk terlaksananya sasaran

keselamtan pasien yang komprehensif. Evaluasi sikap keperawatan

terhadap pelaporan kesalahan medik penting dilakukan karena sikap

dapat mempengaruhi perilaku. Pembelajaran bagaimana sistem dan sikap

6.2. Saran

1. Karakteristik individu terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

dan masa kerja. Usia dan Jenis kelasmin menjadi salah faktor yang

tidak mempengaruhi perawat dalam melaksanakan sasaran keselamatan

pasien. Usia muda ataupun tua tetap mengerjakan tindakan sesuai SOP.

Rata-rata perawat yang baru masuk pun sudah memiliki pengalaman di

tempat lain, bukan langsung fresh graduate karena perawat bekerja

karena pengetahuan yang dimilikinya. Mayoritas perawat memiliki

rentang umur < 35 tahun dan > 35 tahun , rata rata rumah sakit memiliki

perawat dengan rentag umur 31 tahun yang memiliki tingkat

implementasi sasaran keselamatan pasien dengan baik dan rentang umur

tersebut memiliki rasa ingin tahu dan mudah beradaptasi. Jenis kelamin,

ditemukan bahwa perawat perempuan lebih mendominasi diabandingkan

perawat laki laki, dikarenakan perawat perempuan memiliki sikap yang

baik dan patuh pada aturan otoritas ,sedangkan pria lebih agresif,

sehingga lebih besar kemungkinan mencapai sukses walaupun perbedaan

ini terbukti sangat kecil. Berdasarkan dari karakter, perempuan lebih

banyak memiliki ketertarikan di dalam pekerjaan keperawatan


68

dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan perawat perempuan

lebih memberikan perhatian (caring). Faktor yang berperngaruh dalam

pelaksanaan sasaran kesealamatan pasien merupakan, Masa kerja dan

Tingkat pendidikan. Perawat yang memiliki masa kerja > 3 tahun

termasuk dalam kategori senior yang berarti bahwa perawat yang bekerja

di rumah sakit memiliki masa kerja yang lama artinya perawat yang

bekerja rara rata lebih dari 3 tahun sangat mendukung untuk mencapai

kepatuhan perawat dalam penerapan 6 SKP. Masa kerja yang lama akan

memberikan pengalaman kerja yang positif terhadap pekerjaannya

termasuk kepatuhan perawat dalam menerapkan prosedur keselamatan

pasien akan meningkat. Hal tersebut sangat mendukung perawat dalam

implementasi sasaran keselamatan pasien, karena setiap perawat harus

mengimplementasikan keselamatan pasien sejak dinyatakan menjadi

bagian dari pelayanan keperawatan di rumah sakit. Tingakat pendidikan

merupakan hal yang fundamental dalam pelaksanaan sasaran

keselamatan pasien. Perawat yang memeliki tingkat pengetahuan level

tinggi terbukti lebih kecil kemungkinannya melakukan insiden

keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien harus mendapatkan

prioritas sesuai dengan pelatihan penyedia layanan kesehatan dan evalusi

pelayanan. Solusi tentang pengetahuan profesial perawat terkait sasaran

keselamatan pasien dapat ditingkatkan dengan menyediakan kursus

pelatihan. Namum kursus pelatihan bukanlah solusi yang berdiri sendiri

dibutuhkan komitmen yang kuat. Pengetahuan tentang sasaran


69

keselamatan pasien merupakan elemen kunci dalam meningkatkan

keselamatan pasien.

2. Rumah sakit yang terpilih 7 dari 9 rumah sakit nasional dan internaisonal

dalam penelitian ini menunjukkan pencapaian yang tinggi tentang tujuan

keselamatan pasien. Perawat dari berbagai bidang meskipun memiliki

pandangan dan praktik yang berbeda, keselamatan pasien tetap menjadi

inti dari pemberian layanan. Namun, pasien, anggota keluarga, dan

praktisi kesehatan lainnya juga harus dilibatkan dalam pelaksanaan,

pemantauan, dan evaluasi program sasaran keselamtan pasien. Rumah

sakit harus lebih meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap

terhadap pelaksanaan sasaran keselamatan pasien yang berkelanjutan

melalui program pendidikan berkelanjutan, studi banding,

institusionalisasi, dan akreditasi. Banyak upaya telah dilakukan untuk

mengintensifkan tanggapan Departemen Kesehatan terhadap perintah

administratif keselamatan pasien, namun masih terdapat kelangkaan

bukti dalam mengevaluasi pencapaian PSG (Patient Safety Goals).

Hambatan nasional dalam pelaksanaan sasaran kesealamatan pasien

adalah tidak adanya Kebijakan Direktur yang belum memuat semua

aspek pelayanan yaitu kebijakan tentang penerapan ceklis pembedahan

yang aman di Instalasi Rawat Jalan dan infrastruktur masih banyak yang

belum lengkap seperti hand riil yang belum semua terpasang di selasar

bangsal ruang perawatan rawat inap, kelengkapan prasarana yang belum

tersedia setiap saat seperti label identitas, dan hand rub untuk setiap bed
70

pasien, banyak rumah sakit yang sudah memenuhi sarana dan

prasananya namun apabila terjadi kerusakan cenderung lambat

diperbaiki hal ini yang menjadi penghambat untuk terlaksananya sasaran

keselamatan pasien yang optimal.

3. Faktor internal rumah sakit menjadi hambatan untuk tidak terlaksananya

sasaran keselamatan pasien. Anggaran dan sumber daya manusia

menjadi faktor yang sangat berperngaruh untuk terlaksananya sasaran

keselamtan pasien, sebagian rumah sakit sudah mencukupi terkait

anggaran untuk pelaksanaan sasaran keselamatan pasien, namun masih

banyak pula rumah sakit tidak memilki perencaan yang baik untuk

anggara program keselamtan pasien. Rumah sakit harus lebih

berkolaborasi dengan baik antar unit dalam penggunaan anggaran agar

dapat mendukung pelaksanaan program keselamtan pasien khususnya

untuk pengadaan sarana prasarana terkait patient safety goals dan

pemeliharan. Selain anggara hal penting selanjutnya adalah sumber daya

mansuai (SDM). Kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan

menjadi idaman bagi setiap pasien, banyak rumah sakit yang belum

terpenuhi terkait sumber daya manusia, hal ini terlihat banyak perawat

yang mengeluh terhadap beban kerja yang tinggi bagi perawat pelaksana,

dimana jumlah SDM yang sangat sedikit dan jumlah pasien yang

banyak serta banyak tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien

sehingga sering terjadi masalah dalam keselamatan pasien. Rumah sakit

perlu mengkaji ulang sumber daya manusia sebagai pemenuhan


71

pelayanan yang optimal, rumah sakit perlu mengihitung kebutuhan

perawat tiap shift, mengalokasikan jumlah perawat sesuai kebutuhan

ruangan, melakukan supervisi secara terjadwal dan berkala


Daftar Pustakta

Buku - Buku:

1. Asmadi, 2005. Konsep Dasar keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

2. Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan.Jakarta : PT Bina

Rupa Aksara

3. Bustami. 2011. Penjamin Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akseptabilitasnya.

Jakarta : Erlangga

4. Gaspersz, Vincent. (2002). Pedoman Implementasi Program Six Sigma.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

5. Gillies, D. A. (1996). Manajemen keperawatan suatu pendekatan sistem.

Illinois.

6. Ismainar, H. (2015). Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.

7. Morath, J. M., & Turnbull, J. E. (2005). To do no harm: ensuring patient

safety in health care organizations.

8. Pandiangan, Liberty. 2014. Administrasi Perpajakan. Jakarta: Erlangga.

9. Robbins, P, S., & Judge, A, T. (2008). Perilaku organisasi. Jakarta : Salemba

empat

10. Siagian, Sondang P. 2001. Administrasi Pembangunan, Konsep, Dimensi

dan Strategi. Jakarta: Bina Aksara.

11. Tahir. A. (2014). Perilaku organisasi. Yogyakarta : Deepublish

12. Tingle, J., & Bark, P. (Eds.). (2011). Patient safety, law policy and practice

13. Walshe, K., & Boaden, R. (2005). Patient safety: research into practice.
73

Dokumen:

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia no. 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan

Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2014.

2. Departemen Kesehatan RI. 2006. “PANDUAN NASIONAL

KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT (Patient Safety)”. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI.

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017

tentang keselamatan pasien.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2019

tentang rumah sakit

Jurnal:

1. Abe, K. H. C., & Tuppal, C. P. (2018). Patient Safety Goals’ Level of

Attainment in Selected Tertiary Hospitals in Manila, Philippines: A

Preliminary Study. Nurse Media Journal of Nursing, 8(1), 1-12.

2. Al-Mandhari, A., Al-Zakwani, I., Al-Adawi, S., Al-Barwani, S., &

Jeyaseelan, L. (2016). Awareness and implementation of nine World Health

Organization’s patient safety solutions among three groups of healthcare

workers in Oman. BMC health services research, 16(1), 533.

3. Anwar, A., Rochadi, K. R., Daulay, W., & Yuswardi, Y. (2016). Hubungan

fungsi manajemen kepala ruang dengan penerapan patient safety culture di


74

Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Idea Nursing

Journal, 7(1), 26-34.

4. Budihardjo, A. (2012). Pentingnya Safety Culture DI Rumah Sakit Upaya

Meminimalkan Adverse Events. International Research Journal of Business

Studies, 1.

5. Dewi, A. N., Arso, S. P., & Fatmasari, E. Y. (2019). Analisis Pelaksanaan

Program Keselamatan Pasien Di Unit Rawat Inap RS Wava Husada

Kabupaten Malang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7(1), 20-30.

6. Faluzi, A., Machmud, R., & Arif, Y. (2018). Analisis Penerapan Upaya

Pencapaian Standar Sasaran Keselamatan Pasien Bagi Profesional Pemberi

Asuhan Dalam Peningkatan Mutu Pelayanan di Rawat Inap RSUP Dr. M.

Djamil Padang Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Andalas, 7, 34-43.

7. Friyanti, E. S. (2018). Analisis Kualitas dan Kuantitas Tenaga Keperawatan

Terhadap Persepsi Insiden Keselamatan Pasien di RS X Jakarta Tahun

2015. Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia, 2(1).

8. Hidayati, R. I. (2015). Pengaruh pengetahuan, motivasi, sikap perawat dan

bidan terhadap penerapan budaya patient safety di RSIA ‘Aisyiyah

Klaten (Doctoral dissertation, Tesis Pascasarjana. Yogyakarta: UMY).

9. Idris, H. (2017). Dimension of patient safety culture. Jurnal Ilmu Kesehatan

Masyarakat, 8(1), 58039.

10. Keles, A. W. (2015). Analisis pelaksanaan standar sasaran keselamatan

pasien di unit gawat darurat RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano sesuai

dengan akreditasi rumah sakit versi 2012. JIKMU, 5(3).


75

11. Maulidiawati, I., Nursalam, N., & Hanik, E. N. (2017). Development Of A

Supervision Model Based On Experiential Learning For The Implementation

Of Patient Safety Goals At A Teaching Hospital In Surabaya. Journal

Ners, 12(2), 158163-163.

12. Nasution, S. S. (2020). Nurse's perception of patient safety culture in an effort

to improve service quality in the operating room of Riau Province

Hospital. Britain International of Exact Sciences (BIoEx) Journal, 2(1), 84-

94.

13. Nasution, S. S. (2020). Persepsi Perawat Tentang Budaya Keselamatan

Pasien dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan di Ruang Bedah RSUD

Teluk Kuantan.

14. Neri, R. A., Lestari, Y., & Yetti, H. (2018). Analisis Pelaksanaan Sasaran

Keselamatan Pasien di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Padang

Pariaman. Jurnal Kesehatan Andalas, 7, 48-55.

15. Nursery, S. M. C. (2018). Pelaksanaan Enam Sasaran Keselamatan Pasien

Oleh Perawat Dalam Mencegah Adverse Event Di Rumah Sakit. Jurnal

Keperawatan Suaka Insan (JKSI), 3(2), 1-10.

16. Pambudi, Y. D. W., Sutriningsih, A., & Yasin, D. D. F. (2018). Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Perawat Dalam Penerapan 6 Skp (Sasaran Keselamatan

Pasien) Pada Akreditasi Jci (Joint Commission International) Di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluya Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah

Keperawatan, 3(1).
76

17. Pronovost, P., & Sexton, B. (2005). Assessing safety culture: guidelines and

recommendations. BMJ Quality & Safety, 14(4), 231-233.

18. Rut, A., Laowo, T., Pakpahan, M., & Octaria, M. (2019). The Correlation

Between Attitude And Motivation With The Implementation Of Sbar

Communication Technique Done By Emergency Room Nurses While Doing

Patient Handover In A Private Hospital In West Region Of

Indonesia. Nursing Current Jurnal Keperawatan, 6(2), 38-46.

19. Sade, S., Razak, A., & Thaha, R. (2012). Kebutuhan Jumlah Tenaga Perawat

berdasarkan Beban Kerja pada Instalasi Rawat Inap RSUD Mamuju Utara

Provinsi Sulawesi Barat. J Kesehat Masy Unhas, 1(2), 88-98.

20. Sakinah, S., Wigati, P. A., & Arso, S. P. (2017). Analisis Sasaran

Keselamatan Pasien Dilihat Dari Aspek Pelaksanaan Identifikasi Pasien Dan

Keamanan Obat Di Rs Kepresidenan Rspad Gatot Soebroto Jakarta. Jurnal

Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(4), 145-152.

21. Sarasanti, J., Soepangat, S., & Hutapea, F. (2018). Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien Oleh Paramedis

Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X Jakarta. Jurnal Bidang Ilmu

Kesehatan, 8(2), 17.

22. Setyani, M. D., Zuhrotunida, Z., & Syahridal, S. (2017). Implementasi

Sasaran Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten

Tangerang. Jurnal JKFT, 1(2), 59-69.


77

23. Sundoro, T., Rahaded, A. B., Zitri, I., Agustina, M., Fatihah, Z., & Karimah,

N. M. (2019). Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien Berdasarkan Standar

Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 di RSUD Kota Yogyakarta.

24. Surahmat, R., Fitriah, N., & Sari, S. M. (2019). Hubungan Status

Kepegawaian Dengan Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien Oleh

Perawat Pelaksana. Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan, 10(1).

25. Surahmat, R., Neherta, M., & Nurariati, N. (2019). Hubungan Karakteristik

Perawat terhadap Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien Pasca Akreditasi

Rumah Sakit “X” di Kota Palembang Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Universitas

Batanghari Jambi, 19(1), 1-10.

26. Syam, N. S., Hastuti, W., & Kurnia, S. (2018). Relationship between

knowledge and attitude with implementation of patient safety targets in

RSUD Yogyakarta. JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah

Sakit), 7(3), 205-211.

27. Widayati, C. N., Yustina, E. W., & Sulistyanto, H. (2020). The Role of

Nurses in the Implementation of Patient Safety and Protection of Patient

Rights at the Rahayu Yakkum Purwodadi Hospital. SOEPRA, 5(2), 254-268.

Anda mungkin juga menyukai