Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

DALAM KONTEKS KELUARGA “PADA KELUARGA TN. E DENGAN


SALAH SATU ANGGOTA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI
LINGKUNGAN KRAJAN KELURAHAN BARATAN
KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Praktek Kebidanan Stase VII


Asuhan Kebidanan Komunitas dan Pemberdayaan Perempuan dalam Konteks Kebidanan

Disusun Oleh:

Salsabila Sirin
P17312225130

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2023

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
DALAM KONTEKS KELUARGA “PADA KELUARGA TN. E DENGAN
SALAH SATU BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI LINGKUNGAN
KRAJAN KELURAHAN BINTORO
KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

Oleh:

Salsabila Sirin
NIM: P17312225130

Laporan ini telah diperiksa dan disahkan pada tanggal:

Pembimbing Praktik Perseptor Akademik

Evi Karmila, Amd.Keb Sugijati, SST., M.Kes.


NIP. 198204092017052001 NIP. 195906141982032001

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas Berkat Rahmat-Nya Kami Dapat
Menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas “Pada Keluarga Tn. E Dengan
Salah Satu Balita dengan Status Gizi Kurang Di Lingkungan Krajan Kelurahan Baratan,
Kecamatan Patrang, Kota Jember.” Laporan Asuhan Kebidanan ini diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas Praktek Kebidanan Stase VIII Asuhan Kebidanan komunitas
dan Pemberdayaan Perempuan dalam Konteks Kebidanan.
Dalam hal ini, kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu
pada kesempatan kali ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Budi Susatia, S.Kp.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Malang.
2. Herawati Mansur, SST.,M.Pd.,M.Psi, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
3. Ika Yudianti, SST.,M.Keb, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
4. Sugijati, S.ST, M.Keb selaku pembimbing akademik.
5. Evi Karmila, Amd.Keb selaku pembimbing klinik
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan asuhan kebidanan komprehensif
dalam konteks keluarga ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga laporan asuhan
kebidanan komunitas ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkan.

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Status gizi kurang merupakan salah satu masalah malnutrisi yang membutuhkan
perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini karena kondisi kurang
gizi dalam jangka lama dapat mempengaruhi pertumbuhan balita, gangguan sistem
imun, dan risiko terkena penyakit infeksi meningkat serta risiko terjadinya kematian
pada balita (Hong dkk., 2006).
Penelitian Devi (2010), mengemukakan beberapa faktor yang menjadi penyebab
terjadinya gizi kurang adalah berat bayi lahir rendah (BBLR), penyakit penyerta
balita, pengetahuan orang tua tentang gizi rendah, keadaan ekonomi keluarga,
keadaan lingkungan, pola asuh orang tua, dan lama pemberian ASI Eksklusif. Jenis
kelamin, status pendidikan ayah, jumlah kelahiran juga mempengaruhi status gizi
balita (Asfaw dkk., 2015). Upaya penanggulangan gizi kurang memerlukan
pendekatan dari berbagai segi kehidupan. Pencegahan dan penanggulangan gizi
kurang tidak cukup dengan memperbaiki aspek makanan saja, tetapi juga
lingkungan kehidupan balita seperti, pola asuh, tersedianya air bersih dan kesehatan
lingkungan (Soekirman, 2002).
Di Indonesia, sekitar 19,3 % anak usia dibawah 5 tahun mengalami kekurangan
gizi (underweight) menurut berat badan berdasarkan usia pada Badan Pusan Statistik
(BPS) tahun 2018. Prevelensi tersebut lebih besar dibandingkan pada tahun 2016
yaitu sebesar 18,97%. Sedangkan menurut hasil Riskesdas, secara nasional pada
pada tahun 2018, menunjukan angka prevalensi berat kurang menurun dibandingkan
tahun 2013 yaitu sebesar 17,7% akan tetapi angka ini masih tinggi dibandingkan
dengan Target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun
2019 sebesar 17%. Jawa Timur masuk kategori krisi untuk berat badan di bawah
garis merah (BGM) dalam kartu menuju sehat (KMS). Tercatat 1750 balita masuk
kategori BGM yang menjadi fokus perhatian pemerintah dari 8000 balita (Soliehah,
2017). Berdasarkan Survey Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, di

1
Jawa Timur prevalensi stunting anak balita lebih tinggi daripada rata-rata prevalensi
ditingkat nasional yaitu sebesar 32,8% (Yulia Dkk, 2021). Berdasarkan survey yang
telah dilakukan mulai tanggal 27 Februari sampai 20 Maret 2023 di Kelurahan
Baratan Lingkungan Krajan dari 156 Balitan ditemukan hasil pengkajian menurut
status gizi balita BB/U dengan gizi normal sebanyak 148 (94,9%), gizi kurang
sebanyak 4 (2,6%), gizi sangat kurang 3 (1,9%), dan resiko berat badan lebih 1
(0,6%). Status gizi balita menurut TB/U dengan tinggi normal 144 (92,3%), kategori
tinggi 3 (1,9%), kategori pendek (stunting) 1 (0,6%), kategori sangat pendek (severe
stunting) 8 (5,1%).
Laju pertumbuhan dan perkembangan pada setiap tahapan usia tidak selalu
sama, tergantung dari faktor keturunan, konsumsi gizi, perlakuan orang tua dan
dewasa, dan lingkungan (Soetjiningsih, 2014). Tahap awal dari kehidupan
seseorang, masa usia bawah tiga tahun (toddler) dipandang penting karena di masa
inilah diletakkan dasar-dasar kepribadian yang akan memberi warna ketika kelak
bayi tersebut tumbuh dewasa. Kesiapan ibu dalam mengasuh bayi untuk mencapai
tumbuh kembang yang optimal menjadi sangat penting, terutama dalam pengasuhan
bayi diusia awal kehidupannya. Disinilah peran orang tua terutama ibu sangat
diperlukan dalam membina dan memantau tumbuh kembang bayi terutama sebagai
pemberi stimulasi dini. Apabila pada masa tersebut bayi tidak memperoleh
penanganan dan pembinaan secara baik, bayi tersebut dapat mengalami gangguan
perkembangan emosi, sosial, mental, intelektual dan moral yang akan sangat
menentukan sikap serta nilai pola perilaku seseorang dikemudian hari. Penyebab
dari keterlambatan tumbuh kembang seorang bayi dipengaruhi oleh beberapa sebab
seperti genetik (sindrom down,sindrom turner & lain-lain), dan faktor lingkungan
seperti gizi, biologis, fisik, psikososial dan keluarga (Nurjaya, 2016).

2
1.2 Ruang Lingkup Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan keluarga diberikan pada keluarga Tn. E dengan salah satu
balita dengan status gizi kurang yaitu An.K di RT 02 RW 07 Lingkungan Krajan
Kelurahan Baratan Kecamatan Patrang Kabupaten Jember, asuhan diberikan pada
periode praktik klinik komunitas pada tanggal 27 Februari 2023 sampai dengan 25
Maret 2023
.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu balita mengenai
tumbuh kembang dan gizi balita
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Ibu dapat mengetahui masalah gizi pada balita
b. Ibu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang dan
gizi balitanya
c. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala balita kekurangan gizi
d. Ibu dapat mengetahui dampak balita kekurangan gizi

1.4 Metode Pengumpulan Data


1.4.1 Wawancara
Yaitu metode pengumpulan data wawancara langsung responden yang diteliti,
metode ini diberikan hasil secara langsung dalam metode ini dapat digunakan
instrumen berupa kuisioner pengkajian.
1.4.2 Observasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal
yang telah di teliti.
1.4.3 Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan jalan mengambil literatur dengan buku-buku,
makalah dan dari internet.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kebidanan Komunitas


Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan pada
aspek-aspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyarakat sekitar). Maka
seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat individual
maupun kelompok. Untuk itu bidan perlu dibekali dengan strategi-strategi untuk
mengatasi tantangan/kendala seperti berikut ini:
1. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang
merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.
2. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
3. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan
4. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah yang
terisolir), kumuh, padat, dll.
Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di atas adalah
bangkitnya/lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan memenuhi
kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup perempuan di lokasi tersebut. (Wahyuni,
2018)

2.2 Konsep Dasar Keluarga


2.2.1 Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kelapa keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Selain itu
menurut Salvicion G. Bailon dan Arcelis Maglaya, keluarga adalah dua atau
lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan
atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan. (Wahyuni, 2018)

4
2.2.2 Struktur Keluarga
Struktur keluarga didasarkan pada organisasi keluarga, yaitu perilaku
anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada
dapat bersifat kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai
ibu, sebagai menantu, dan lain-lain, yang semua itu mempunyai kebutuhan,
peran dan harapan yang berbeda. Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan
dan struktur peran dalam keluarga. Struktur keluarga dapat diperluas dan
dipersempit tergantung dari kemampuan dari keluarga tersebut untuk
merespon stressor yang ada dalam keluarga. Struktur keluarga terdiri dari
sebagai berikut :
1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami dan istri.
(Wahyuni, 2018)
2.2.3 Bentuk Keluarga
Keluarga terdiri dari berbagai macam tipe/bentuk. Tipe/bentuk keluarga
antara lain adalah :
1. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anakanak.
2. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah
sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.

5
3. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari
perempuan dan lakilaki yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan satu keluarga inti.
4. Keluarga Duda/Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
6. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.(Wahyuni, 2018)
2.2.4 Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang
umumnya terdapat di dalam kebanyakan keluarga, terutama di Indonesia
adalah sebagai berikut :
1. Peranan ayah Peranan ayah adalah sebagai suami dari ibu dan ayah
untuk anak-anak. Di samping itu, ayah juga berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga,
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dalam lingkungannya.
2. Peranan ibu Peranan ibu adalah sebagai istri dan ibu dari anak-
anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,
sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dalam lingkungannya.
3. Peranan anak Anak dalam keluarga melaksanakan peranan psiko-
sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental,
sosial, maupun spiritual. Pembagian peranan ini tidak memang
mutlak.
Dalam komunitas, bisa saja ayah yang mengurus rumah tangga dan ibu
pencari nafkah. Namun kondisi seperti ini masih dipandang oleh kebanyakan

6
orang sebagai hal yang tidak seharusnya. Kondisi ini menunjukkan masih
adanya gender stereotype, ibu hanya dipandang sebagai orang kedua setelah
ayah sehingga ketika keduanya sama-sama bekerja, sekalipun penghasilan ibu
lebih besar, masih tetap dianggap sebagai pencari nafkah tambahan (Wahyuni,
2018).

2.3 Konsep Dasar Gizi Kurang


2.3.1 Pengertian Gizi Kurang
Gizi kurang merupakan suatu keadaan dimana kebutuhan nutrisi pada
tubuh tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu sehingga tubuh akan
memecah cadangan makanan yang berada di bawah lapisan lemak dan
lapisan organ tubuh (Adiningsih, 2010).
Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-
hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama (Sodikin, 2013).
Balita dikategorikan mengalami gizi kurang apabila berat badannya
berada pada rentang Zscore ≥-2.0 s/d Zscore ≤-3.0 (Nasution, 2012). Anak
dengan status gizi kurang ditandai dengan tidak adanya kenaikan berat
badan setiap bulannya atau mengalami penurunan berat badan sebanyak dua
kali selama enam bulan (Depkes, 2005). Penurunan berat badan yang terjadi
berkisar antara 20-30% dibawah berat badan ideal. Gizi kurang dapat
berkembang menjadi gizi buruk, yaitu keadaan kurang gizi yang
berlangsung lama sehingga pemecahan cadangan lemak berlangsung terus-
menerus dan dampaknya terhadap kesehatan anak akan menjadi semakin
kompleks, terlebih lagi status gizi yang buruk dapat menyebabkan kematian
(Adiningsih, 2010).

2.3.2 Etiologi
Secara umum, status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
langsung dan tidak langsung.
a. Faktor langsung Terdapat dua faktor yang memengaruhi status gizi
secara langsung yaitu asupan nutrisi dan infeksi suatu penyakit.
Asupan nutrisi sangat memengaruhi status gizi, apabila tubuh

7
memperoleh asupan nutrisi yang dibutuhkan secara optimal maka
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan akan berlangsung maksimal sehingga status gizi pun akan
optimal (Almatsier, 2002). Infeksi penyakit berkaitan erat dengan
perawatan dan pelayanan kesehatan. Infeksi penyakit seperti diare
dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) akan mengakibatkan
proses penyerapan nutrisi terganggu dan tidak optimal sehingga akan
berpengaruh terhadap status gizi (Supariasa, 2016).
1) Asupan nutrisi
Asupan nutrisi harus memenuhi jumlah dan komposisi zat
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, konsumsi makanan harus
beragam, bergizi dan berimbang. Makanan yang bergizi adalah
makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan
tubuh diantaranya, karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
Namun, seringkali anak cenderung kurang berminat terhadap
makanan bergizi dan bermasalah dalam pemberian makanan
karena faktor kesulitan makan, anak memilih-milih makanan
dan lain sebagainya (Judarwanto, 2004). Gangguan kesulitan
makan pada anak perlu mendapat perhatian yang serius agar
tidak menimbulkan dampak negatif nantinya. Dampak negatif
yang ditimbulkan diantaranya adalah kekurangan gizi,
menurunnya daya intelegensi dan menurunnya daya tahan tubuh
anak yang akan berdampak pula terhadap kesehatan anak, anak
lebih mudah terserang penyakit dan tumbuh kembang anak tidak
berlangsung dengan optimal (Santoso, 2004.
2) Infeksi
Infeksi suatu penyakit berkaitan erat dengan buruknya
sanitasi lingkungan dan tingginya kejadian penyakit menular.
Infeksi penyakit terutama infeksi berat dapat memperburuk
status gizi karena memengaruhi asupan gizi sehingga
kemungkinan besar akan menyebabkan kehilangan zat gizi yang
dibutuhkan tubuh. Keadaan patologis seperti diare, mual

8
muntah, batuk pilek atau keadaan lainnya mengakibatkan
penurunan nafsu makan dan asupan makanan serta peningkatan
kehilangan cairan tubuh dan zat gizi. Berkurang atau hilangnya
nafsu makan mengakibatkan penurunan asupan nutrisi sehingga
absorpsi zat gizi pun menurun (Santoso, 2004).
b. Faktor tidak langsung
1) Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku tentang gizi dan
kesehatan
Walaupun bahan makanan dapat disediakan oleh keluarga
dan daya beli memadai, tetapi karena kekurangan pengetahuan
ini dapat menyebabkan keluarga tidak menyediakan makanan
beraneka ragam setiap harinya, terjadi ketidakseimbangan antara
asupan nutrisi dengan kebutuhan tubuh (Marimbi, 2010).
2) Pendapatan keluarga
Sebagian besar jumlah pendapatan penduduk Indonesia
adalah golongan rendah dan menengah, hal ini akan berdampak
pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan bergizi.
Oleh sebab keterbatasan ekonomi yang dialami, maka
masyarakat cenderung tidak mampu untuk membeli bahan
pangan/ makanan yang baik sehingga berdampak terhadap
tingkat pemenuhan kebutuhan nutrisi yang cenderung menurun
(Marimbi, 2010).
3) Sanitasi lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik
memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain
diare, kecacingan dan infeksi saluran cerna. Apabila anak
menderita infeksi saluran cerna maka penyerapan zat-zat gizi
akan terganggu, hal ini akan menyebabkan terjadinya
kekurangan zat gizi. Kekurangan zat gizi dalam tubuh akan
menyebabkan mudah terserang penyakit sehingga pertumbuhan
akan terganggu (Supariasa, 2016).

9
2.3.3 Patofisiologi

Gizi kurang pada balita terjadi sebagai dampak kumulatif dari


berbagai faktor baik yang berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung. Faktor yang berpengaruh langsung terhadap status gizi balita
diantaranya asupan nutrisi yang tidak tercukupi dan adanya infeksi.
Asupan nutrisi sangat memengaruhi status gizi, apabila tubuh
memperoleh asupan nutrisi yang dibutuhkan secara optimal maka
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan akan berlangsung maksimal sehingga status gizi pun akan
optimal (Almatsier, 2002). Infeksi penyakit berkaitan erat dengan
perawatan dan pelayanan kesehatan. Infeksi penyakit seperti diare dan
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) akan mengakibatkan proses
penyerapan nutrisi terganggu dan tidak optimal sehingga akan
berpengaruh terhadap status gizi (Supariasa, 2016).

Faktor yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap status


gizi balita diantaranya faktor tingkat pengetahuan orang tua mengenai
pemenuhan kebutuhan nutrisi, faktor ekonomi dan sanitasi lingkungan
yang kurang baik. Tingkat pengetahuan yang kurang serta tingkat
ekonomi yang rendah akan mengakibatkan keluarga tidak
menyediakan makanan yang beragam setiap harinya sehingga
terjadilah ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dengan kebutuhan
metabolik tubuh. Sanitasi lingkungan yang kurang baik menjadi faktor
pencetus terjadinya berbagai masalah kesehatan misalnya diare,
kecacingan dan infeksi saluran cerna (Marimbi, 2010).

Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi


kebutuhan metabolik tubuh serta adanya penyakit infeksi akan
mengakibatkan absorpsi nutrien tidak berlangsung seperti seharusnya
sehingga akan berdampak terhadap keberlangsungan sistem tubuh.
Apabila hal ini dibiarkan berlangsung dalam jangka waktu tertentu
maka terjadilah penurunan berat badan, pucat pada kulit, membran
mukosa dan konjungtiva, kehilangan rambut berlebihan, hingga

10
kelemahan otot yang merupakan tanda dan gejala defisit nutrisi.

2.4 Konsep Dasar Defisit Nutrisi Pada Balita Gizi Kurang


2.4.1. Definisi Defisit Nutrisi
Defisit nutrisi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana asupan
nutrisi tidak dapat memenuhi atau mencukupi kebutuhan metabolik
tubuh. Balita dikatakan mengalami defisit nutrisi apabila mengalami
penurunan berat badan minimal 10% atau lebih dari berat badan ideal (A.
H. dan H. K. Nurarif, 2015).
2.4.2. Tanda dan Gejala Defisit Nutrisi
Terdapat beberapa indikasi sehingga balita dikatakan mengalami
defisit nutrisi (Nurachmah, 2001) :

a. Berat badan 10% atau lebih dibawah berat badan ideal


b. Berat badan rendah dengan asupan nutrisi yang adekuat
c. Kesukaran makan (menghindari makanan, ketidakmampuan
makan atau kurang minat pada makanan)
d. Terdapat tanda dan gejala masalah pencernaan, seperti nyeri
abdomen, kram abdomen, diare dan bising usus hiperaktif
e. Kelemahan otot dan penurunan tingkat energi
f. Kehilangan rambut berlebihan
g. Pucat pada kulit, membran mukosa dan konjungtiva

2.4.3. Dampak Defisit Nutrisi


Dampak dari defisit nutrisi yang paling buruk adalah kemungkinan
pengaruh pada pertumbuhan otak dan dilaporkan bahwa pertumbuhan
otak dan perkembangan intelektual paling terganggu apabila defisit
nutrisi terjadi pada masa pertumbuhan maksimum. Status gizi yang
buruk akan berpengaruh terhadap pencapaian potensi fisik yang
maksimal sehingga akan berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan hingga anak dewasa. Penyesuaian metabolik mendasari
keadaan apati dan lesu dari anak yang mengalami penurunan masa
otot. Perkembangan anak tidak akan optimal karena penurunan masa
otot akan menyebabkan kelemahan sehingga anak lebih banyak

11
menghabiskan waktunya dalam keadaan statis. Defisiensi elektrolit
intraseluler pada stadium lanjut dapat mengakibatkan anak tidak dapat
duduk atau berjalan (Sacharin, 1996).
2.4.4. Kebutuhan Nutrisi Balita
Gizi (nutrients) merupakan ikatan kimia yang dibutuhkan tubuh
untuk menjalankan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun
dan memelihara jaringan, serta mengatur berbagai proses kehidupan.
Selain kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi seseorang sebab gizi
berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan
produktivitas kerja (Almatsier, 2002).
Gizi dibagi menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro.
Karbohidrat, lemak dan protein termasuk kelompok zat gizi makro.
Mineral dan vitamin termasuk kelompok zat gizi mikro.
Karbohidrat, protein dan lemak merupakan penghasil energi.
Energi dibutuhkan untuk kelangsungan berbagai proses dalam tubuh
seperti sirkulasi darah, pernapasan, pencernaan dan melakukan aktivitas
fisik (Almatsier, 2002).
a. Energi
Energi berasal dari pembakaran karbohidrat, protein dan
lemak. Setiap gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori, protein 4
kalori dan lemak 9 kalori. Distribusi kalori dalam makanan anak
ialah 15% berasal dari protein, 35% dari lemak dan 50% dari
karbohidrat. Kelebihan energi sebesar 500 kalori setiap hari dapat
mengakibatkan kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu
(Sediaoetama, 2009).
Tabel 1.Angka Kecukupan Energi Untuk Anak Balita

Golongan umur Kecukupan energi Kal/kgBB/hari


1 990 110
1-3 1200 100
4-5 1620 90
(Sumber: Sediaoetama, 2009))

12
b. Protein
Protein diperoleh dari dua sumber yaitu protein nabati dan
protein hewani. Protein hewani pada umumnya bernilai lebih
tinggi dibandingkan dengan protein nabati.

Tabel 2. Angka Kecukupan Protein Anak Balita


Umur (tahun) Gram/hari
1 1,27
2 1,19
3 1,12
4 1,06
5 1,01
(Sumber: Sediaoetama, 2009)

c. Lemak
Lemak merupakan komponen struktural dari semua sel
tubuh yang dibutuhkan oleh hampir ribuan fungsi fisiologis tubuh
(Pudjiadi, 2000). Lemak terdiri dari fosfolipid, sterol dan
trigliserida. Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida
yang terdiri dari gliserol dan asam lemak. Selain menyuplai energi,
lemak terutama trigliserida berfungsi menyediakan energi cadangan
bagi tubuh, isolator, pelindung organ dan menyediakan asam lemak
esensial. (Sediaoetama, 2009).
Tabel 3. Tingkat Kecukupan Lemak Anak Balita

Umur Gram
0-5 bulan 31
6-11 bulan 36
1-3 tahun 44
4-6 tahun 62
(Sumber: Sediaoetama, 2009)

13
d. Vitamin dan Mineral

Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan


oleh tubuh, namun dalam jumlah yang kecil. Vitamin dibagi menjadi
dua kelompok yaitu vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C)
dan vitamin yang tidak larut dalam air (vitamin A, D, E dan K).
Mineral merupakan bagian dari tubuh yang berperan penting
dalam pemeliharaan fungsi tubuh dan berbagai tahap metabolisme,
terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim (Almatsier,
2002).
Tabel 4.Tingkat Kecukupan Vitamin dan Mineral Anak Balita

Kalsium Fosfor Zat besi Vitamin A Vitamin C


Umur
(mg) (mg) (mg) (RE) (mg)
0-5 bulan 200 100 0,5 375 40
6-11 bulan 400 225 7 400 40
1-3 tahun 500 400 8 400 40
4-6 tahun 500 400 9 450 45
(Sumber: Almatsier, 2002)

2.3 Telaah Jurnal


Prevalensi anak gizi kurang di seluruh dunia adalah 28,5% dan di seluruh
negara berkembang sebesar 31,2%. Prevalensianak gizi kurang dibenua Asia
sebesar 30,6% dan di Asia Tenggara sebesar 29,4%. Permasalahan gizi kurang di
Indonesia menurut laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF yaitu diperkirakan
sebanyak 7,8 juta anak mengalami gizi kurang, sehingga UNICEF memposisikan
Indonesia masuk kedalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang mengalami gizi
kurang tinggi (WHO, 2017).
Anak yang tidak mendapatkan gizi cukup dan seimbang pada masa
pertumbuhannya akan mudah jatuh pada keadaan kurang energi protein (KEP),
disebabkan oleh kurangnya konsumsi pangan sumber enrgi yang mengandung zat
gizi mikro (zat tenaga, zat pembangun, lemak) atau ketidakseimbangan antara
konsumsi karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energy. Kurang energi protein

14
(KEP) menurut berat ringannya dapat dibagi atas Kurang Energi Protein (KEP)
ringan dan Kurang Energi Protein (KEP) berat. Kurang energy protein ringan
disebut pula gizi ringan, biasanya hanya ditemukan gangguan pertumbuhan berat
atau gizi buruk selain terdapat gangguan pertumbuhan juga terdapat gejala klinis
yang khas dan perubahan biokimiawi (Arif, N. 2015)
Kementrian kesehatan RI merilis laporan target paling menentukan adalah
prevalensi gizi kurang dan gizi buruk. Prevalensi gizi kurang telah menurun secara
signifikan, dari 17,9% pada tahun 2017 menjadi 17,9% pada tahun 2018.
Hasil analisis dengan Dengan menggunakan uji Chi-Square. Ada hubungan
pengetahuan dengan status gizi balita diperoleh nilai p=0,002 < dari α=0,05. Ada
hubungan dengan persepsi dengan status gizi kurang pada balita uji Chi-Square
diperoleh nilai p=0,006 < dari α=0,05. Ada hubungan dengan pola asuh dengan
status gizi kurang pada balita uji Chi-Square diperoleh nilai p=0,002 < dari α=0,05,
Ada hubungan dengan pendapatan dengan status gizi kurang pada balita uji Chi-
Square diperoleh nilai p=0,004 < dari α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan secara signifikan terhadap variabel yang di gunakan. peneliti agar lebih
mengembangkan penelitian yang lebh konprenship.

2.4 Manajemen Asuhan Kebidanan

15
2.5.1 PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN PROFESI BIDAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA

Pengkajian : Masalah Pada Keluarga Resiko Tinggi


Hari : diisi hari saat dilakukan pengkajian
Tanggal : diisi tanggal saat dilakukan pengkajian

I. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Data wilayah dan Kepala Keluarga
Kecamatan : Diisi kecamatan Nama Kepala : Diisi nama kepala keluarga
tempat pengkajian Keluarga
Kelurahan/ : Diisi kelurahan/desa Jenis Kelamin : Diisi jenis kelamin
Desa tempat pengkajian responden
RT : Diisi RT tempat Umur : Diisi usia responden
pengkajian
RW/ Dusun : Diisi RW atau dusun Pendidikan : Diisi pendidikan
tempat pengkajian responden
Alamat : Diisi alamat lengkap Agama : Diisi agama yang diyakini
responden
Pengkajian Pekerjaan : Diisi pekerjaan sehari-hari
responden
Penghasilan : Diisi penghasilan per
bulan responden
Keadaan : Diisi keadaan kesehatan
Kesehatan saat ini (sehat/kurang
sehat)

2. Data Anggota Keluarga : Diisi anggota keluarga inti ( ayah, ibu, anak )

16
No Nama Hub. L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Suku/
dg KK bangsa

3. Tipe keluarga: Keluarga besar (Extended Family) / Keluarga Inti ( Intended Family)
4. Sifat Keluarga:
a. Pengambil keputusan : Dijabarkan pengamblan keputusan diambil oleh kepala keluarga, musyawarah,
atau mungkin istri saat kepala keluarga tidak berada di rumah
b. Kebiasaan hidup sehari-hari:
- Kebiasaan istirahat/tidur keluarga : Dijabarkan pola istirahat siang dan malam yang biasa dilakukan
oleh keluarga
- Kebiasaan makan keluarga dan contoh menu sehari-hari (cara makan, alat yang dipakai dsb): Pola
makan dan minum yang dilakukan anggota keluarga, cara makan, alat yang dipakai, jenis
makanan yang dikonsumsi
- Kebiasaan dalam personal higiene : Kebiasaan hidup bersih, misalnya kebiasaan mandi
berapa kali sehari, ganti pakaian dalam berapa kali sehari, perilaku mencuci tangan
kapan dilakukan
- Sarana hiburan keluarga : Sarana hiburan keluarga misalnya televisi, CD, tape
- Pengunaan waktu luang keluarga : jenis kegatan yang dilaukan dalam penggunaan
waktu luang keluarga seperti menonton TV, mengobrol, dll
5. Faktor Lingkungan
a. Rumah (permanen/semi permanen, ukuran,ventilasi,jendela, lantai, atap, air minum/air
bersih jml penghuni) : Dijabarkan jenis rumah permanen/semi permanen, dinding
terbuat dari kayu/ tembok, ventilasi cukup atau tidak, lantai porselen atau mester, atap
dari genteng atau asbes, air minum beli atau memasak sendiri, kebersihan rumah.
b. Pembuangan sampah : Cara membuang sampah dengan dibakar/ditimbun/dibuang ke
TPA
c. Jamban dan kamar mandi : Diisi jenis jamban dan jumlah kamar mandi di rumah
d. Pekarangan dan selokan : diisi ada/tidak, jika punya ditulis kondisi pekarangan dan
selokan

17
e. Kandang ternak : diisi ada/tidak, jika punya ditulis kondisi kandang ternak
f. Denah rumah dan lingkungan : digambarkan dengan singkat denah rumah
g. Sarana komunikasi dan transportasi : diisi sarana komunikasi keluarga misalnya
handphone, telepon rumah dan sarana transportasi keluarga seperti sepeda, motor,
mobil
h. Fasilitas pelayanan kesehatan : fasilitas kesehatan yang dituju apabila punya masalah
kesehatan
B. DATA KESEHATAN
1. Keluarga memiliki jaminan kesehatan: diisi ada atau tidak, jika ada, tulis jenis jaminan
kesehatan yang dimiliki
2. Riwayat Kesehatan Keluarga: riwayat keluarga yang pernah dirawat di fasilitas kesehatan
NO Anggota Keluarga Usia Jenis Penyakit Lama Sakit Tempat
Pengobatan

3. Riwayat Kematian dalam Keluarga : riwayat kematian dalam keluarga


NO Anggota Keluarga Usia Sebab Kematian Keterangan

4. Riwayat Keluarga Berencana (KB)


a. Jumlah pasangan usia subur dalam keluarga : jumlah pasangan usia subur (15-49 th)
atau yang masih mengalami menstruasi
b. Jumlah wanita usia subur dalam keluarga : jumlah wanita usia subur (15-49 th) atau
yang masih mengalami menstruasi

18
c. PUS/WUS menggunakan alat kontrasepsi: Adakah PUS/WUS yang seddang
menggunakan alat kontrasepsi □ Ya □ Tidak
d. Mulai menjadi peserta KB : Diisi tanggal pemasangan alat kontrasepsi
e. Pelayanan KB didapatkan dari : Diisi petugas atau fasilitas kesehatan yang memberikan
alat kontrasepsi
f. Akseptor yang dibina : diisi ya/tidak jika responden sedang dibina oleh petugas
kesehatan untuk menjadi akseptor KB □ Ya □ Tidak
g. Jenis alat kontrasepsi yang digunakan: Diisi jenis alat kontrasepsi yang digunakan
seperti KB pil, suntik, IUD, kondom, Implan, MOW, MOP
h. Lama pemakaian alat kontrasepsi: Diisi lama pemakaian alat kontrasepsi
i. Komplikasi alat kontrasepsi: Komplikasi yang terjadi akibat pemasangan Alat
Kontrasepsi
j. Pernah ganti cara: pernah ganti jenis alatb kontrasepsi
Jenis: jenis alat kontrasepsi pengganti yang digunakan
k. Jika tidak menggunakan alat kontrasepsi, alasan alasan tidak menggunakan alat
kontrasepsi
5. Pengetahuan Orang Tua tentang Tumbuh Kembang Anak
Pengetahuan orang tua tentang pemeriksaan tumbuh kembang anak dan pemantauan
tumbuh kembang anak di posyandu
6. Harapan Keluarga terhadap Petugas Kesehatan
Harapan keluarga terhadap peran petugas kesehatan
7. Data Ibu Hamil
a. Saat ini ada ibu hamil dalam keluarga: Dicentang apakah ada anggota keluarga yang
sedang hamil □ Ya □ Tidak
b. Usia ibu saat ini : usia ibu saat hamil berapa tahun
c. Kehamilan ini adalah yang ke : kehamilan ini hamil ke berapa
d. HPHT : dipaparkan tanggal haid pertama haid terakhir
e. Siklus menstruasi : diisi jumlah hari siklus menstruasi, teratur atau tidak
f. Lama menstruasi : lama menstruasi yang dialami
g. Jumlah darah haid : ditulis berapa kali ganti pembalut per hari
h. Keluhan saat menstruasi : ditulis keluahan yang dirasakan saat menstruasi, missal
nyeri perut saat hari pertama menstruasi

19
i. BB/TB : ditulis BB dan TB ibu hamil
j. Tekanan Darah : ditulis TD ibu hamil
k. Usia kehamilan ibu saat ini: dicentang usia kehamilan ibu saat ini
□ TM 1 (0-3 bulan) □ TM2 (4-6 bulan) □ TM3(7-9 bulan)

l. Ibu hamil TM III dengan berat badan kurang dari 45 kg: diisi ya / tidak sesuai kondisi
ibu saat ini □ Ya □ Tidak
m. Apakah ibu memeriksakan kehamilannya: dicentang pernahn periksa kehamilan atau
tidak, berapa kali, dimana □ Ya □ Tidak, Alasan : □Tidak ada biaya
□ Tidak sempat □Tidak tahu
n. Pemeriksaan kehamilan pertama kali dilakukan pada usia kehamilan : ditulis usia
kehamilan saat periksa kehamilan
o. Ibu hamil mengkonsumsi Fe: ditulis apakah ibu mengonsumsi Fe, pada usia
kehamilan berapa □ TM 1 (0-3 bulan) □ TM2 (4-6 bulan) □ TM3(7-9 bulan)
p. Ibu hamil mengkonsumsi iodium ; dicentang apakah ibu mengonsumsi iodium atau
tidak □ Ya □ Tidak
q. Apakah ibu mendapatkan imunisasi TT: dicentang apakah ibu pernah suntik TT,
berapa kali □ Ya □ Tidak
r. Adakah keluhan yang dirasakan ibu hamil saat ini : dipilih adakah keluhan yang
dirasakan ibu hamil saat ini, jika tidak ada yang dikeluhkan, tulis tidak ada keluhan
□ lemah, letih, lesu □ Pusing □ Mual dan muntah kadang □ Bengkak

8. Data Ibu Nifas dan Menyusui


a. Apakah ada buteki dalam keluarga: dicentang apakah ada ibu yang sedang meneteki
bayinya atau tidak □ Ya □ Tidak
b. Apakah ibu meneteki anaknya: dicentang apakah ada ibu meneteki bayinya atau tidak □
Ya □ Tidak
c. Lama menyusui: dicentang berapa lama menyusui anaknya
□ < 1 bulan □ 1-6 bulan □ 6-12 bulan □ > 12 bulan

d. Apakah ASI diberikan secara eksklusif : dicentang apakah ibu memberikan ASI
eksklusif atau tidak □ Ya □ Tidak
e. Bila tidak menyusui alasan : alasan ibu tidak menyusui bayinya
f. Kunjungan ibu nifas: dicentang sudah kunjungan nifas berapa kali, kapan

20
□ 6 jam □ 1-3 hari □ 6 hari □ 6 minggu

g. Ibu nifas mengkonsumsi vitamin A: dicentang apakah ibu sedang mengkonsumsi


vitamin A atau tidak, berapa kali, sejak kapan, diberi oleh siapa □ Ya □ Tidak
9. Data Bayi
a. Jumlah kelahiran hidup dalam keluarga : diisi jumlah kelahiran anggota keluarga yang
masih hidup
b. Jumlah bayi dalam keluarga :diisi jumlah bayi dalam keluarga
c. Adakah kelahiran BBLR: dicentang apakah ada BBLR dalam keluarga atau tidak, jika
ada, ditulis BB berapa saat lahir □ Ya □ Tidak
d. Tempat persalinan: Diisi faskes tempat persalinan
□ RS □ Puskesmas □ Polindes □ BPM/RB □ Rumah
e. Persalinan ditolong oleh : Diisi penolong persalinan
f. Saat melahirkan apakah dilakukan IMD? Diisi ya/tidak, jika dilakukan ditulis IMD
berapa lama □ Ya □ Tidak
g. Pemberian vitamin K pada BBL: dicentang aokah diberikan vitamin K pada bayi saat
lahir □ Ya □ Tidak
h. DDTK pada bayi dilakukan pada usia: Diisi usia bayi saat dilakukan deteksi dini
tumbuh kembang □ 3 bulan □ 6 bulan □ 9 bulan □ 12 bulan
i. Adakah bayi yang menderita diare : Dipilih apakah bayimenderita diare
□ Ya □ Tidak
j. Bayi penderita diare : Jika ada bayi yang menderita diare, ditulis apakah bayi sudah
sembuh atau meninggal □ sembuh □ mati
10. Data Anak Balita
a. Jumlah anggota keluarga yang berusia balita: diisi jumlah anggota keluarga balita
b. DDTK pada balita apras dilakukan 2 kali/tahun: diisi ya/ tidak, apakah ada gangguan
pada tumbuh kembang balita □ Ya □ Tidak
c. Apakah setiap bulan balita dibawa ke posyandu dan ditimbang : diisi ya / tidak
□ Ya □ Tidak
d. Aktifitas saat waktu luang : aktifitas yang dilakukan anak saat mengisi waktu luang
e. Bila Tidak, alasannya: alasan tidak dating ke posyandu setiap bulan
□ Jauh □ Tidak ada waktu □ Lain-lain:..............................................

21
f. Imunisasi yang sudah diberikan: ditulis jenis imunisasi yang pernah didapat anak,
seperti hepatitis B, BCG Polio, Campak, DPT
g. Bila imunisasi tidak diberikan, alasan : alasan tidak diberikan imunisasi
h. Apakah anak memiliki buku KIA: diisi apakah anak memiliki buku KIA
□ Ya □ Tidak
i. Apakah anak memiliki KMS: diisi apakah anak memiliki KMS □ Ya □ Tidak
j. Pemantauan berat badan anak berdasarkan KMS saat ini: diisi hasil KMS pada buku
KIA
□ Di daerah garis hijau □ Di atas garis hijau sampai kuning
□ Di bawah garis titik □ Di bawah garis merah
j. Penanganan balita gizi kurang: Diisi jika ada anggota keluarga balita yang mengalami
kekurangan gizi

Sasaran Jenis PMT Entrasol MP ASI Kenaikan BB

I II III

11. Data Anak Usia Sekolah dan Remaja


a. Pendidikan : Diisi pendidikan yang sedah ditempuh anak dan kelas berapa
SD : Kelas :
SMP : Kelas :
SMA : Kelas :
PT : Semester :
b. Kegiatan anak di luar sekolah: diisi kegiatan anak di luar sekolah yang dilakukan secara
rutin
□ keagamaan, sebutkan TPA □ karang taruna
□ olah raga, sebutkan lari, badminton □ Lain-lain, sebutkan
c. Bagaimana penggunaan waktu luang anak: Diisi jenis kegiatan yang dilakukan anak
saat waktu luang
□ musik/TV □ olah raga □ rekreasi □ keagamaan, □ lain-lain,sebutkan
d. Kebiasaan anak: Kebiasaan negative anak yang dilakukan secara rutin

22
□ merokok □ alkohol □ narkoba □ lain-lain, sebutkan
12. Data Anggota Keluarga Usia Lanjut
a. Adakah anggota keluarga yang berusia lebih dari 60 tahun (lansia): dicentang apakah
ada anggota keluarga yang berusia lanjut (>65 tahun) □Ya □ Tidak
b. Apakah lansia memiliki keluhan kesehatan : diisi apakah lansia memiliki gangguan
kesehatan, jika ada sebutkan keluhan dan mulai kapan □Ya □ Tidak
c. Penggunaan waktu senggang lansia: diisi jenis kegiatan yang dilakuakn lansia saat
senggang □ Berkebun/pekerjaan rumah □ jalan-jalan □ Senam □ lain-lain,
sebutkan……………
d. Adakah posyandu lansia di tempat tinggal saudara: dipilih apakah ada posyandu lansia
yang diadakan di wilayah setempat □ Ya □ Tidak
e. Apakah lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia: diisi apakah lansia mengikuti
posyandu lansia, bisa ditambahkan berapa kali, adakah keluhan yang harus diperiksakan
saat posyandu □ Ya, 1 kali/bulan, □ Tidak
f. Jika tidak, alasan : Alasan tidak mengikuti posyandu lansia
□ Tidak mau □ Tidak tahu

II. ANALISA DATA :


Dituliskan data subjektif, objektif dan diagnosa masalah sesuai prioritas
III. RENCANA MASALAH KESEHATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS :
Rencana Masalah Kesehatan sesuai dengan prioritas dan rencana intervensi yang akan
dilakukan
IV. PENATALAKSANAAN MASALAH KESEHATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS
:
Penatalaksanaan dari rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai prioritas masalah
kesehatan

23
BAB 3
TINJAUAN KASUS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA

Pengkajian : Masalah Balita dengan Status Gizi Kurang


Hari : Selasa
Tanggal : 28 Februari 2023
Pengkaji : Salsabila

I. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Data wilayah dan Kepala Keluarga
Kecamatan : Patrang Nama Kepala Keluarga : Tn. E
Kelurahan/ : Baratan Jenis Kelamin : Laki-laki
Desa
RT : 002 Umur : 44 th
RW/ Dusun : 007 Pendidikan : SD
Alamat : Dsn. Krajan Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : Rp. 500.000 – 1.000. 000
Keadaan Kesehatan : Sehat

2. Data Anggota Keluarga : Diisi anggota keluarga inti ( ayah, ibu, anak )
No Nama Hub. dg L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Suku/
KK bangsa
1 Edi Susilo Kepala L 44 th SD Wiraswasta Islam Jawa
Keluarga
2 Fataros Istri P 38 th SMP IRT Islam Jawa
3 Niken Anak P 14 th Belum Pelajar Islam Jawa
Tamat SD
4 Kiki Anak L 10 th Belum Pelajar Islam Jawa
Tamat SD
5 Mirza Anak L 6 th Tidak lulus - Islam Jawa
sekolah
6 Rangga Anak L 4,5 th Tidak lulus - Islam Jawa
sekolah
7 Khalisa Anak P 10 bln Tidak lulus - Islam Jawa
sekolah

24
3. Tipe keluarga: Keluarga Inti (Intended Family). Anggota keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Jumlah anak hidup 5
4. Sifat Keluarga:
a. Pengambil keputusan : Pengambil keputusan pada keluarga Tn. E yaitu Tn. E sebagai kepala
keluarga, dengan musyawarah antara Ny. F dan Tn. E untuk memecahkan masalah dan mencari
solusi.
b. Kebiasaan hidup sehari-hari:
- Kebiasaan istirahat/tidur keluarga :
Pada keluarga Tn. E, Tn. E bekerja pukul 06.00 – 15.00 WIB, Ny. F mengurus rumah dan
anaknya dan memulai kegiatan istirahat yaitu tidur malam pukul 21.00.
- Kebiasaan makan keluarga dan contoh menu sehari-hari (cara makan, alat yang dipakai dsb)
Makan 3 x sehari (contoh menu nasi, sayur sop, tempe, ikan, daging) menggunakan piring dan
sendok, kadang-kadang pakai tangan. Balita MP-ASI 2x sehari ( sun ), ASI Esklusif
- Kebiasaan dalam personal higiene :
Keluarga Tn. E mandi minimal 2x/hari dan mengganti pakaian dalam setelah mandi,
sikat gigi minimal 2x sehari saat mandi. Ny. F rajin membersihkan rumah.
- Sarana hiburan keluarga : Sarana hiburan keluarga adalah televisi
- Pengunaan waktu luang keluarga : Penggunaan waktu luang keluarga adalah menonton
TV, mengobrol dengan anggota keluarga.
- Kegiatan keluarga sehari harinya :
Ibu : memasak, membersihkan rumah, dan mengurus anak
Bapak : bekerja
Anak : sekolah
5. Faktor Lingkungan
a. Rumah (permanen/semi permanen, ukuran,ventilasi,jendela, lantai, atap, air
minum/air bersih jml penghuni)
Rumah permanen, milik sendiri, tembok terbuat dari bata, lantai semen, sanitasi
baik, ventilasi cukup, keadaaan rumah bersih, air minum selalu tersedia
menggunakan rebusan air sendiri oleh Ny. F.
b. Pembuangan sampah
Pembuangan sampah dibakar dihalaman rumah

25
c. Jamban dan kamar mandi
Jamban dan kamar mandi WC jongkok, terdapat 1 kamar mandi
d. Pekarangan dan selokan : tidak punya pekarangan, selokan di belakang tertutup
tanah
e. Kandang ternak : ada dengan ternak sapi, letak kandang diluar rumah
f. Sarana komunikasi dan transportasi : sarana komunikasi keluarga handphone dan
sarana transportasi keluarga sepeda motor
g. Fasilitas pelayanan kesehatan : ke bidan, Puskesmas Banjar Sengon
h. Data An.K :
Nama Anak : An. K
Tanggal Lahir : 12 April 2022
Jenis Kelamin : Perempuan
Urutan Anak : Anak Ke-5
Yang mengasuh anak : Ny. F (ibu)
Riwayat kesehatan sekarang : anak sehat dan tidak sedang menderita penyakit
apapun
Riwayat kesehatan lalu : ibu mengatakan anak tidak ada riwayat penyakit
dalam 1 bulan terakhir.
Riwayat nutrisi yang diberikan : An.K diberikan full ASI Esklusif, ibu
memberikan MP-ASI sejak An.K usia 8 bulan
dengan makanan pendamping asi seperti bubur
kemasan (sun) saja. Frekuensi pemberian MP-ASI
ibu 2x sehari pada jam 07.30 pagi dan 15.30 WIB
sore, dan terkadang diberikan makanan selingan
seperti biskuit.
Riwayat KMS 1 bulan terakhir : pada data berat badan dan tinggi badan yang
dilakukan di posyandu bulan januari 2023 An.K
BB 6 kg PB 68 cm.
Pola Aktivitas Sehari-hari :
a. Pola Nutrisi : An.K diberi MP-ASI sehari 2x, dengan jam pemberian
terkadang tidak konsisten seperti bubur kemasan (Sun) tanpa memberi
makanan lain. An.K tidak minum susu formula.

26
b. Pola Eliminasi : An.K BAB 2x sehari, warna kuning kecoklatan dengan
konsistensi lembek. BAK +- 5x sehari dengan warna kuning jernih
c. Pola Istirahat : An.K terkadang bangun pukul 06.00 WIB pagi
kemudian pukul 08.00 – 11.00 WIB tidur kembali atau setelah diberikan
MP-ASI, sore pukul 16.00-19.00 WIB atau setelah diberikan MP-ASI, dan
malam 20.00-06.00 WIB. Terkadang jam tidur An.k tidak tentu
d. Pola Kebersihan: Ibu memandikan An.K mandi 2x sehari, mengganti
pakaian 2-3x atau jika kotor ibu langsung mengganti.

Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
BB : 6 Kg ( Januari 2023)
PB : 68 cm ( Januari 2023)
LK : 44 cm
b. Pemeriksaan Tumbuh Kembang
- Menurut Grafik BB/U (Z-Score) An.K berada pada garis -3 SD yang
termasuk dalam kategori Kurus
- Menurut Grafik BB/TB An.K berada pada garis -3 SD yang termasuk dalam
kategori kategori Kurus
- Menurut Grafik TB/U An.K berada pada garis -2 s/d 2 SD yang termasuk
dalam kategori Normal
- Perkembangan KPSP sesuai umur dengan skor 10
- Perkembangan TDD sesuai umur dengan semua total jawaban YA

DATA KESEHATAN
1. Keluarga memiliki jaminan kesehatan: BPJS
2. Riwayat Kesehatan Keluarga:
NO Anggota Keluarga Usia Masalah Lama Alasan

Tidak Ada

27
3. Riwayat Kematian dalam Keluarga
NO Anggota Keluarga Usia Sebab Kematian Keterangan

Tidak Ada

4. Riwayat Keluarga Berencana (KB)


a. Jumlah pasangan usia subur dalam keluarga : 1
b. Jumlah wanita usia subur dalam keluarga : 1
c. PUS/WUS menggunakan alat kontrasepsi: □ Ya □ Tidak
d. Alasan tidak menggunakan alat kontrasepsia : Ibu sudah tidak menstruasi
5. Data Ibu Hamil
a. Saat ini ada ibu hamil dalam keluarga: □ Ya □ Tidak
6. Data Ibu Nifas dan Menyusui
a. Apakah ada buteki dalam keluarga: □ Ya □ Tidak
7. Data Bayi
a. Jumlah kelahiran hidup dalam keluarga (tidak ada )
8. Data Anak Balita
a. Jumlah anggota keluarga yang berusia balita: 2
9. Data Anak Usia Sekolah dan Remaja : 1 anak perempuan
10. Data Anggota Keluarga Usia Lanjut (Tidak ada)
a. ANALISA DATA
1. IDENTIFIKASI DATA

DS :
Ibu mengatakan saat ini anak terakhirnya berusia 10 bulan. Ibu memberi MP-ASI
anaknya pada saat anak usia 8 bulan hanya diberikan makanan tambahan seperti bubur
kemasan (Sun) saja, dengan alasan anak tidak mau bila diberi nasi. Dalam sehari ibu
memberikan MP-ASI 2x pada pagi jam 07.30 WIB dan sore 15.00 WIB, namun
terkadang jam pemberian MP-ASI tidak tentu. Ibu tidak memberikan sufor hanya
memberikan anaknya full ASI Esklusif.
DO : BB/TB (Januari 2023) : 6 kg / 68 cm
- Menurut Grafik BB/U (Z-Score) An.K berada pada garis -3 SD yang termasuk
dalam kategori Kurus
- Menurut Grafik BB/TB An.K berada pada garis -3 SD yang termasuk dalam
kategori kategori Kurus
- Menurut Grafik TB/U An.K berada pada garis -2 s/d 2 SD yang termasuk
dalam kategori Normal
- Perkembangan KPSP sesuai umur dengan skor 10
- Perkembangan TDD sesuai umur dengan semua total jawaban YA

28
2. MASALAH KESEHATAN/KEBIDANAN
An.K Usia 10 Bulan dengan Status Gizi Kurang
3. DIAGNOSA
Dx : An.K Usia 10 Bulan dengan Status Gizi Kurang

b. RENCANA MASALAH KESEHATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS :


DIAGNOSA INTERVENSI / RENCANA RASIONAL
TINDAKAN
An.K Usia 10 Bulan Tujuan :
dengan Status Gizi Meningkatkan pengetahuan ibu
Kurang balita mengenai tumbuh kembang
dan gizi balita
Tujuan Khusus :
1. Ibu mengetahui masalah 1. Agar terjalin hubungan yang
gizi pada balita kooperatif pada keluarga
2. Ibu mengetahui faktor- 2. Dengan diberikannya
faktor yang mempengaruhi pengetahuan tentang faktor
tumbuh kembang dan gizi tumbuh kembang dan gizi ibu
balitanya dapat mengetahui gizi
3. Ibu mengetahui dampak anaknya
balita yang memiliki 3. Dengan memberi
masalah gizi pengetahuan tentang dampak
4. Ibu mengetahui tanda dan masalah gizi ibu lebih
gejala balita kekurangan antusias agar anaknya
gizi menjadi balita yang sehat
5. Ibu mengerti cara 4. Dengan diberikannya
memenuhi gizi balitanya pengetahuan tandan gejala
dan mengambil keputusan balita kekurangan gizi ibu
untuk mengatasi masalah dapat lebih memperhatikan
pada balitanya nutrisi anaknya
5. Dengan membaca buku KIA
pengetahuan ibu bertambah
dan diharapkan dapat
mengubah dengan cara yang
tepat untuk pola asah asih
asuh pada balitanya
Jangka Pendek :
Ny. F dan keluarga mengerti
masalah gizi balitanya dan dapat
mengatsi masalah gizi anaknya

29
Jangka Panjang :
Ny.F dan keluarga dapat
meningkatkan gisi An.K sehingga
pertumbuhan dan perkembangan
sesuai dan menjadi balita sehat
Intervensi :
1. Mengucapkan salam dan 1. Dengan mengikut sertakan
membina hubungan baik agar ibu dalam kegiatan
terciptanya hubungan yang pemberdayaan perempuan
kooperatif antara pengkaji diharapkan ibu mampu
dan keluarga mengolah kudapan sehat
2. Memberikan pengetahuan ibu sehari-hari dirumah untuk
dan keluarga tentang gizi balitanya
pada balita 2. Dengan mengikutsertakan ibu
3. Memberikan pengetahuan dalam kelas ibu balita dapat
faktor-faktor yang menambah pengetahuan ibu
mempengaruhi tumbuh dalam mengetahu tumbuh
kembang dan gizi balitanya kembang anak dan dapat
4. Memberikan pengetahuan bertukar pikiran antar ibu
dampak balita yang memiliki balita
masalah gizi
5. Memberikan pengetahuan
tanda dan gejala balita yang
memiliki masalah gizi
6. Mengedukasi ibu dengan
membaca buku KIA bersama
mengenai : stimulasi tumbuh
kembang, pentingnya ikut
posyandu rutin, dan
mengetahui cara pemberian
MP-ASI pada anak usia
dibawah 12 bulan seperti :
makanan (nasi, telur,sayur)
yang dihaluskan (diblender) /
cair
7. Mengikut sertakan ibu dalam
kelas balita pada tanggal 14
Maret 2023

30
c. PENATALAKSANAAN MASALAH KESEHATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS :
Implementasi
TANGGAL DIAGNOSIS IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN TTD
KUNJUNGAN TINDAKAN
28 Februari - 1. Memperkenalkan diri pada keluarga
2023 2. Menjelaskan tujuan kunjungan
3. Melakukan pengkajian data
4. Melakukan kontrak waktu untuk melakukan
kunjungan untuk pengamatan
2 Maret 2023 An.K Usia 10 1. Mengucapkan salam dan membina
Bulan dengan hubungan baik agar tercipta hubungan yang
Status Gizi kooperatif antara pengkaji dan keluarga
Kurang 2. Melakukan pemeriksaan keadaan umum
pada seluruh keluarga
3. Menjelaskan pengertian gizi pada balita
4. Menyebutkan pembagian bahan makanan
sehat
5. Menyebutkan kandungan zat gizi yang
diperlukan bagi balita
6. Menyebutkan sumber-sumber zat gizi yang
diperlukan bagi balita
7. Mengetahui cara pemberian MP-ASI bagi
balita seperti : makanan (nasi, telur,sayur)
yang dihaluskan (diblender) / cair
8. Melakukan pemeriksaan perkembangan
pada An.K dengan pemeriksaan KPSP dan
TDD dan pemeriksaan antropometri
Hasilnya :
BB 6 kg
PB 68 kg
- Menurut Grafik BB/U (Z-Score) An.K
berada pada garis -3 SD yang termasuk
dalam kategori Kurus
- Menurut Grafik BB/TB An.K berada
pada garis -3 SD yang termasuk dalam
kategori kategori Kurus
- Menurut Grafik TB/U An.K berada
pada garis -2 s/d 2 SD yang termasuk
dalam kategori Normal
- Perkembangan KPSP sesuai umur
dengan skor 10

31
- Perkembangan TDD sesuai umur
dengan semua total jawaban YA
16 Maret 2023 An.K Usia 10 1. Mengedukasi ibu untuk membaca buku KIA
Bulan dengan bersama mengenai :
Status Gizi - Memantau pertumbuhan dan
Kurang perkembangan anaknya mengikuti
posyandu untuk timbang berat badan,
pengukuran tinggi badan dan
pemeriksaan perkembangan
- Tanda tumbuh kembang anak tidak
sesuai
- Perawatan balita sehari-hari
21 Maret 2023 An.K Usia 10 1. Mengikut sertakan ibu dalam acara kelas ibu
Bulan dengan balita untuk mendapatkan pengetahuan
Status Gizi tentang stimulasi tumbuh kembang balita
Kurang dan mengetahui cara pembuatan kudapan
dan pemberian MP-ASI bagi balitanya.
Dalam acara tersebut ibu mengetahui
bagaimana cara memberikan stimulasi pada
balitanya seperti pada buku KIA dan
mengetahui cara pemberian MP-ASI

EVALUASI
Tanggal Diagnosis Implementasi
23 Maret 2023 An.K Usia 10 Bulan S : Ibu mengatakan dapat mengetahui dan
dengan Status Gizi mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
Kurang Ibu mengerti manfaat buku KIA yang sudah
ibu baca, Ny.F bisa membuat olahan kudapan
sehat dirumah, dan menyadari bahwa status
gizi An.K termasuk dalam status gizi kurang
O : Ibu menerapkan pemberian MP-ASI sesuai
dengan penjelasan yang diberikan
Hasil :
BB : 6,6 kg
PB : 68 cm
A : Masalah masih memerlukan pemantauan
yang berkelanjutan
P:
- Menganjurkan ibu untuk tetap
memperhatikan asupan nutrisi yang
diberikan pada An.K
- Menganjurkan ibu dan keluarga untuk
menerapkan ilmu yang sudah didapat

32
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengkajian asuhan kebidanan dalam konteks keluarga pada


keluarga Tn. E didapatkan bahwa permasalahan yang ada dalam keluarga ini adalah
salah satu balita dengan status gizi kurang. Ibu balita memberikan MP-ASI pada saat
anak usia 8 bulan, hanya memberikan makanan tambahan Sun saja, dengan alasan anak
tidak mau bila diberi nasi. Dalam sehari ibu memberikan MP-ASI 2x pada pagi jam
07.30 WIB dan sore 15.00 WIB, ibu memberikan anaknya full ASI Esklusif.
Pola asuh makan yang kurang baik dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu
tentang gizi, sehingga ibu tidak mengetahui makanan apa yang baik dikonsumsi anak
balitanya. Pola asuh makan balita dipengaruhi oleh bagaimana ibu mengenalkan
makanan dan bagaimana ibu menyajikan makanan untuk balita. Penyajian makanan
yang tidak bervariasi dan tidak mengganti menu pada balita bisa menyebabkan balita
malas makan serta pengenalan makanan yang salah setelah balita juga berpengaruh
terhadap kebiasaan makan pada balita, misalnya balita hanya dikenalkan pada satu
makanan tertentu sehingga ia hanya menyukai makanan tersebut, sehingga kebutuhan
tubuhnya akan gizi tidak terpenuhi dan menyebabkan gizi kurang pada balita (Wira, M.
2018)
Pada kasus An.K dilakukan kunjungan sebanyak 4 kali. Kunjungan pertama
yaitu pengkajian data dimana pada kunjungan pertama ditemukan masalah pada
keluarga Tn. E yaitu ada salah satu balita dengan gizi kurang. Setelah itu dilakukan
kunjungan yang kedua untuk implementasi yang pertama yaitu berupa pemberian KIE
mengenai masalah balita. Kemudian pada kunjungan ketiga yaitu memberikan KIE
kembali serta mengevaluasi pemberian KIE dikunjungan sebelumnya. Pada kunjungan
terakhir adalah evaluasi dari semua proses binaan pada keluarga Tn.E dan didapatkan
hasil bahwa An. K mengalami kenaikan berat badan.
Peran petugas berguna untuk memberikan informasi terkait Gizi Balita pada
kelompok masyarakat khususnya ibu balita. Dengan mengetahui informasi mengenai
Gizi pada Balita diharapkan mengetahui diisit nutrisi dan dampak bila balita mengalami
kekurangan gizi. Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
ketidak seimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktifitas berfikir
dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi bersifat

33
ringan sampai dengan berat. Gizi kurang menggambarkan kurangnya makanan
yang dibutuhkan untuk memenuhi standar gizi menurut (UNICEF 2013 ).

Dalam upaya pemberdayaan perempuan dalam lingkup keluarga di bidang KIA


juga dilakukan upaya pendidikan kesehatan mengenai pemberdayaan perempuan dalam
bidang KIA dimana balita menjadi salah satu sasaran pada kegiatan komunitas yang
diselenggarakan tersebut, setelah kegiatan implementasi yang dihadiri oleh ibu balita,
ibu balita diharapkan memiliki kesadaran kemauan dan kemampuan untuk menerapkan
dan meningkatkan kesehatan dalam lingkup keluarga secara mandiri.
1.
2.

34
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Permasalahan permasalahan yang ada dalam keluarga ini adalah salah
satu balita dengan gizi kurang. Pada kasus An. K dilakukan kunjungan sebanyak 4
kali. Kunjungan pertama yaitu pengkajian data dimana pada kunjungan pertama
ditemukan masalah pada keluarga Tn.E yaitu ada salah satu balita dengan gizi
kurang. Setelah itu dilakukan kunjungan yang kedua untuk implementasi yang
pertama yaitu berupa pemberian KIE mengenai masalah balita. Kemudian pada
kunjungan ketiga yaitu memberikan KIE kembali serta mengevaluasi pemberian
KIE dikunjungan sebelumnya. Pada kunjungan terakhir adalah evaluasi dari
semua proses binaan pada keluarga Tn.E dan didapatkan hasil bahwa An.K telah
mengalami kenaikan berat badan. Ibu telah menghadiri kegiatan implmentasi
komunitas dalam upaya peningkatan pengetahuan mengenai pemberdayaan
perempuan dalam bidang KIA, diharapkan berat badan anak dapat bertambah
hingga berada pada garis hijau dan normal sesuai usianya dan ibu memiliki
kesadaran kemauan dan kemampuan untuk menerapkan dan meningkatkan
kesehatan dalam lingkup keluarga secara mandiri.
5.2. Saran
5.1.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu di perkuliahan dan
meningkatkan keterampilan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan dalam
konteks keluarga.
5.1.2 Bagi Lahan Praktik
Hendaknya mempertahankan kualitas pelayanan pada masyarakat
khususnya dalam memberikan asuhan keluarga sehat sehingga diharapkan
tidak ada lagi permasalahan kesehatan dalam keluarga.
5.1.3 Bagi Institusi
Hendaknya selalu memberikan arahan dan bimbingan pada peserta didik
dalam melaksanakan praktik di lapangan terutama dalam hal kesehatan ibu
dan anak.

35
36

Anda mungkin juga menyukai