Anda di halaman 1dari 15

TT PT 3&4 KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF!

MAKALAH TENTANG PERAN PERAWAT DALAM TELE-ICU DALAM


PENINGKATAN PELAYANAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK : 2

Marsinta Manurung

Nim: 1914201056

PRODI S I KEPERAWATAN

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

2021
KATA PENGATAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis Dapat menyusun dan Menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Medan, September 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGATAR...................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................... ..........................

B. Rumusan Masalah..................................................................................,........

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ICU...................................................................................................
B. Ciri dan sifat pelayanan di ICU .........................................................................
C. Syarat-syarat ruang ICU .....................................................................................
D. sarana dan prasarana yang harus ada di ICU ......................................................
E. indikasi pasien masuk ICU .................................................................................
F. indikasi pasien keluar ICU..................................................................................

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN ........................................................................................................ ....

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang perawatan dengan tingkat resiko
kematian pasien yang tinggi. Tindakan keperawatan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan
untuk menyelamatkan pasien. Pengambilan keputusan yang cepat ditunjang data yang
merupakan hasil observasi dan monitoring yang kontinu oleh perawat. Tingkat kesibukan dan
standar perawatan yang tinggi membutuhkan peralatan tehnologi tinggi yang menunjang.
Peralatan yang ditemukan di ICU antara lain bed side monitor, oksimetri, ventilator, dll yang
jarang ditemukan di ruangan lain dan peralatan tersebut ditunjang oleh tehnologi tinggi.
Inovasi tehnologi tetap dibutuhkan dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan di ICU seiring dengan bertambahnya kompleksitas masalah di ICU. Tele-ICU
sudah digunakan 25 tahun yang lalu dengan metode remote telemedicine pada 395 pasien di
ICU yang terdapat pada 100 bed di RS. Proyek tersebut menunjukan bahwa konsultasi
televisi memberikan pengaruh lebih besar pada tataran klinik dan pendidikan daripada
konsultasi via telepon. Secara historis demonstrasi tersebut menunjukan bahwa tele-ICU
consultation memiliki keuntungan klinis yang lebih besar seperti mengurangi lama hari rawat
(lenght of stay), meningkatkan pengelolaan dan tranfer pasien trauma, dan meningkatkan
konsultasi untuk pasien kritis. Pada tahun 2000, Sentara Health-care mengimplementasikan
multiside telemedia program. Saat 1 tahun setelah implementasi dilaporkan bahwa terjadi
penurunan mortalitas sebanyak 27 %. Saat ini diestimasikan bahwa 45 sampai 50 program
tele-ICU telah mendukung beberapa ICU. Tema Tele-ICU, virtual ICU, remote ICU, dan
eICU semuanya mengacu pada konsep yang sama, yaitu merupakan sentralisasi atau
pengendalian berdasarkan tim perawatan kritis dengan menggunakan networking pada
bedside ICU tim dan pasien baik melalui audiovisual maupun sistem komputer. Tim Tele-
ICU dapat mendukung kelangsungan hidup dan mendukung sebagain besar pasien di ICU
walaupun dipisahkan secara geografis dari berbagai Rumah Sakit. Penggunaan tele-ICU
merupakan aplikasi dari solusi 4 topik ICU, yang menurut Needham (2010) terdiri dari : isu
alamiah mengenai medis dan lebih spesifik berkaitan dengan perawatan kritis, menggunakan
pengetahuan sebagai usaha meningkatkan patient safety, berfokus pada proyek perpindahan
pengetahuan, dan model perpindahan pengetahuan praktik klinik.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ICU?

2. Bagaimana ciri dan sifat pelayanan di ICU?

3. Apa saja syarat-syarat ruang ICU?

4. Apa saja sarana dan prasarana yang harus ada di ICU?

5. Bagaimana indikasi pasien masuk ICU?

6. Bagaimana indikasi pasien keluar ICU?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu ICU

2. Untuk mengetahui bagaimana ciri dan sifat pelayanan di ICU

3. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat ruang ICU

4. Untuk mengetahui apa saja sarana dan prasarana yang harus ada di ruang ICU

5. Untuk mengetahui bagaimana indikasi pasien yang masuk ICU

6. Untuk menegetahi bagaimana indikasi pasien yang bisa keluar ICU


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ICU

ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan
staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan perubahan fisiologi
yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas defek fisiologi satu organ ataupun
mempengaruhi organ lainnya sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat menyebabkan
kematian. Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena
memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring serta dengan cepat
dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi organ-
organ tubuh lainnya (Rab,2007). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di
Rumah sakit, ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi di bawah
direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang di tujukan
untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,cedera atau
penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan
prognosis dubia.

B. Ciri dan Sifat Pelayanan di ICU

Penyelenggaraan pelayanan ICU di rumah sakit harus berpedoman pada Keputusan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di rumah sakit. Pelayanan ICU di rumah sakit
meliputi beberapa hal.

1. Yang pertama, etika kedokteran dimana etika pelayanan di ruang ICU harus
berdasarkan falsafah dasar "saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dan
berorientasi untuk dapat secara optimal, memperbaiki kondisi kesehatan pasien.

2. Kedua, indikasi yang benar dimana pasien yang di rawat di ICU harus pasien yang
memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care, pasien yang memerlukan
pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat
dilakukan pengawasan yang konstan dan metode terapi titrasi, dan pasien sakit kritis yang
memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan segera untuk mencegah timbulnya
dekompensasi fisiologis.

3. Ketiga, kerjasama multidisipliner dalam masalah medis kompleks dimana dasar


pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multidisiplin tenaga kesehatan dari beberapa
disiplin ilmu terkait yang memberikan kontribusinya sesuai dengan bidang keahliannya dan
bekerja sama di dalam tim yang di pimpin oleh seorang dokter intensivis sebagai ketua tim.

4. Keempat, kebutuhan pelayanan kesehatan pasien dimana kebutuhan pasien ICU


adalah tindakan resusitasi yang meliputi dukungan hidup untuk fungsifungsi vital seperti
Airway (fungsi jalan napas), Breathing (fungsi pernapasan), Circulation (fungsi sirkulasi),
Brain (fungsi otak) dan fungsi organ lain, dilanjutkan dengan diagnosis dan terapi definitif.

5. Kelima, peran koordinasi dan integrasi dalam kerja sama tim dimana setiap tim
multidisiplin harus bekerja dengan melihat kondisi pasien misalnya sebelum masuk ICU,
dokter yang merawat pasien melakukan evaluasi pasien sesuai bidangnya dan memberi
pandangan atau usulan terapi kemudian kepala ICU melakukan evaluasi menyeluruh,
mengambil kesimpulan, memberi instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan
mempertimbangkan usulan anggota tim lainnya serta berkonsultasi dengan konsultan lain dan
mempertimbangkan usulan-usulan anggota tim.

6. Keenam, asas prioritas yang mengharuskan setiap pasien yang dimasukkan ke


ruang ICU harus dengan indikasi masuk ke ruang ICU yang benar. Karena keterbatasan
jumlah tempat tidur ICU, maka berlaku asas prioritas dan indikasi masuk.

7. Ketujuh, sistem manajemen peningkatan mutu terpadu demi tercapainya


koordinasi dan peningkatan mutu pelayanan di ruang ICU yang memerlukan tim kendali
mutu yang anggotanya terdiri dari beberapa disiplin ilmu, dengan tugas utamanya memberi
masukan dan bekerja sama dengan staf struktural ICU untuk selalu meningkatkan mutu
pelayanan ICU.

8. Kedelapan, kemitraan profesi dimana kegiatan pelayanan pasien di ruang ICU di


samping multi disiplin juga antar profesi seperti profesi medik, profesi perawat dan profesi
lain. Agar dicapai hasil optimal maka perlu peningkatan mutu SDM (Sumber Daya Manusia)
secara berkelanjutan, menyeluruh dan mencakup semua profesi.

9. Kesembilan, efektifitas, keselamatan dan ekonomis dimana unit pelayanan di


ruang ICU mempunyai biaya dan teknologi yang tinggi, multi disiplin dan multi profesi, jadi
harus berdasarkan asas efektifitas, keselamatan dan ekonomis.

10. Kesepuluh, kontuinitas pelayanan yang ditujukan untuk efektifitas, keselamatan


dan ekonomisnya pelayanan ICU. Untuk itu perlu di kembangkan unit pelayanan tingkat
tinggi (High Care Unit=HCU). Fungsi utama. HCU adalah menjadi unit perawatan antara dari
bangsal rawat dan ruang ICU. Di HCU, tidak diperlukan peralatan canggih seperti ICU tetapi
yang diperlukan adalah kewaspadaan dan pemantauan yang lebih tinggi.

C. Syarat-syarat Ruang ICU

Jumlah Bed ICU di Rumah Sakit idealnya adalah 1-4 % dari kapasitas bed Rumah
Sakit. Jumlah ini tergantung pada peran dan tipe ICU. Lokasi ICU sebaiknya di wilayah
penanggulangan gawat darurat (Critical Care Area), jadi 6 ICU harus berdekatan dengan Unit
Gawat Darurat, kamar bedah, dan akses ke laboratorium dan radiologi. Transportasi dari
semua aspek tersebut harus lancar, baik untuk alat maupun untuk tempat tidur. Syarat
Ruangan ICU yaitu diantaranya:

1. Ruangan Setiap pasien membutuhkan wilayah tempat tidur seluas 18,5 m2. untuk
kamar isolasi perlu ruangan yang lebih luas. Perbandingan ruang terbuka dengan kamar
isolasi tergantung pada jenis rumah sakit.

2. Fasilitas Bed Untuk ICU level III, setiap bed dilengkapi dengan 3 colokan oksigen,
2 udara tekan, 4 penghisap dan 16 sumber listrik dengan lampu penerangan. Peralatan
tersebut dapat menempel di dinding atau menggantung di plafon.

3. Monitor dan Emergency Troli Monitor dan emergency troli harus mendapat tempat
yang cukup. Di pusat siaga, sebaiknya ditempatkan sentral monitor, obat-obatan yang
diperlukan, catatan medik, telepon dan komputer.
4. Tempat Cuci Tangan Tempat cuci tangan harus cukup memudahkan dokter dan
perawat untuk mencapainya setiap sebelum dan sesudah bersentuhan dengan pasien (bila
memungkinkan 1 tempat tidur mempunyai 1 wastafel).

5. Gudang dan Tempat Penunjang Gudang meliputi 25 – 30 % dari luas ruangan


pasien dan pusat siaga petugas. Barang bersih dan kotor harus terpisah.

D. Sarana dan Prasarana yang Harus ada di ICU

1. Lokasi : satu komplek dengan kamar bedah & Recovery Room

2. RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk Ruang ICU antara 1-2
% dari jumlah pasien secara keseluruhan.

3. Bangunan : terisolasi dilengkapi dengan: pasien monitor, alat komunikasi,


ventilator, AC, pipa air, exhousefan untuk mengeluarkan udara, lantai mudah dibersihkan,
keras dan rata, tempat cuci tangan yang dapat dibuka dengan siku & tangan, serta pengering
setelah cuci tangan

4. Ruang dokter dan ruang perawat

5. Ruang tempat buang kotoran

6. Ruang tempat penyimpanan barang dan obat

7. Ruang tunggu keluarga pasien

8. Ruang pencucian alat dapur

9. Pengering setelah cuci tangan ruang dokter dan ruang perawat

10. Tempat buang kotoran

11. Ruang tempat penyimpanan barang & obat

12. Sumber air Sumber listrik cadangan atau generator, emergency lamp Sumber O2
sentral Suction sentral Almari alat tenun dam obat, instrument dan alat kesehatan Almari
pendingin (kulkas) Laborat kecil.
13. Alat–alat penunjang antara lain: Ventilator, Nabulaizer, Jacksion Reese, Monitor
ECG, tensimeter mobile, Resusitato, Defibrilator, Termometer electric dan manual,Infus
pump, Syring pump, O2 transport, CVP, Standart infuse, Trolly Emergency,Papan resusitasi,
Matras anti decubitus, ICU kid, Alat SPO2, Suction continous pump, dan lain-lain.

E. Indikasi Pasien Masuk ICU

1. Prioritas 1 Penyakit atau gangguan akut pada organ vital yang memerlukan terapi
intensif dan agresif.

a. Gangguan atau gagal nafas akut

b. Gangguan atau gagal sirkulasi

c. Gangguan atau gagal susunan syaraf

d. Gangguan atau gagal ginjal.

2. Prioritas 2 Pementauan atau observasi intensif secara ekslusif atas keadaan-


keadaan yang dapat menimbulkan ancaman gangguan pada sistem organ vital, seperti:

a. Observasi intensif pasca bedah operasi: post trepanasi, post open heart, post
laparatomy dengan komplikasi,dll.

b. Observasi intensif pasca henti jantung dalam keadaan stabil

c. Observasi pada pasca bedah dengan penyakit jantung.

3. Prioritas 3 Pasien dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil yang mempunyai
harapan kecil untuk penyembuhan (prognosa jelek). Pasien kelompok ini mugkin
memerlukan terapi intensif untuk mengatasi penyakit akutnya, tetapi tidak dilakukan tindakan
invasife Intubasi atau Resusitasi Kardio Pulmoner.

F. Indikasi Pasien Keluar ICU

1. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil.

2. Terapi dan perawatan intensif tidak memberi hasil pada pasien.


3. Dan pada saat itu pasien tidak menggunakan ventilator.Pasien mengalami mati batang
otak.

4. Pasien mengalami stadium akhir (ARDS stadium akhir)

5. Pasien/keluarga menolak dirawat lebih lanjut di ICU (pl.paksa)

6. Pasien/keluarga memerlukan terapi yang lebih gawat mau masuk ICU dan tempat penuh.
Pioritas pasien yang keluar ICU:

1. Prioritas I dipindah apabila pasien tidak membutuhkan perawatan intensif lagi, terapi
mengalami kegagalan, prognosa jangka pendek buruk sedikit kemungkinan bila perawatan
intensif dilanjutkan misalnya : pasien yang mengalami tiga atau lebih gagal sistem organ
yang tidak berespon terhadap pengelolaan agresif.

2. Prioritas II pasien dipindah apabila hasil pemantuan intensif menunjukkan bahwa


perawatanintensif tidak dibuthkan dan pemantauan intensif selanjutnya tidak diperlukan lagi

3. Prioritas III tidak ada lagi kebutuhan untuk terapi intensive jika diketahui kemungkinan
untuk pulih kembali sangat kecil dan keuntungan terapi hanya sedikit manfaatnya misal :
pasien dengan penyakit lanjut penyakit paru kronis, liver terminal, metastase carsinoma

G. Transportasi pada Pasien Kritis

Transportasi pasien kritikal adalah pemindahan pasien dalam keadaan kritis dari unit bagian
lain ke ICU maupun sebaliknya ataupun ke rumah sakit lain untuk tindakan diagnostik
ataupun keperluan lainnya. Tujuannya agar pasien terjamin (aman) selama transportasi.
Kebijakan:

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011


Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit .

2. Dilakukan oleh DPJP ICU atau yang mewakili dengan fasilitas alat dan obatobat
emergency yang cukup dan memadai.

3. Petugas yang ikut dalam transportasi pasien adalah orang yang sudah terlatih dan
tersertifikasi ICU yakni dokter dan perawat ICU.
4. Transportasi dilakukan jika pasien memerlukan tindakan pemeriksaan penunjang (CT
Scan, MRI dll) atau pasien untuk dilakukan dialisa di ruang HD Prosedur:

1. DPJP ICU melakukan assessment pasien sebelum dilakukan transportasi pasien dan
mengkoordinasikan dengan petugas tempat tujuan pasien tentang identitas, diagnosis
dan kondisi pasien.
2. Pasien yang ditransportasikan : potensial mengalami perburukan, kebutuhan
monitoring fisiologik dan intervensi akut , kelanjutan terapi yang telah dilakukan
selama transportasi
3. DPJP ICU / yang mewakili dan perawat PJ pasen menjelaskan kepada keluarga pasien
terkait.
4. prosedur transportasi yang dilakukan dan alasan pasien untuk ditransportasi ke unit
lain Perawat PJ pasien menyiapkan pasien dan alat – alat yang dibutuhkan selama
transportasi.
5. Petugas yang mengantar pasien minimal 2 orang dan harus terlatih: dokter, perawat
dan atau petugas ambulans, dan mengerti dan mengenal dengan kondisi alat
transportasi.
6. Ada alat dan prosedur komunikasi yang aman dalam keadaan emergency dan tersedia
alat pelindung personil, pemadam api / kebakaran.
7. Sedapat mungkin kondisi pasien stabil, kecuali pasien memerlukan intervensi segera
di rumah sakit tujuan.
8. Jalan nafas pasien harus aman, sendiri atau dengan intubasi dan bantuan ventilasi
manual/ mekanik dan pasien sudah harus ada akses vena.
9. Pasien harus dalam keadaan keamanan terjamin di stretcher dan terpasang monitor.
Selama transportasi terapi, monitoring dan dokumentasi harus terus dilakukan.
10. Serah terima tentang kondisi pasien, terapi yang telah dan sedang dilakukan, dokumen
(RS lain : resume medik, hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang;
Ruang lain dalam RSCM : formulir transfer pasien antar ruang dan rekam petugas di
tempat tujuan. medis pasien) diserah terimakan pada.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. ICU adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus
untuk merawat dan mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang
mempunyai intensitas defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya
sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian.

2. Sifat pelayanan di ICU harus memperhatikan etika, indikasi yang benar dimana harus
pasien yang memerlukan intervensi medis segera, peran koordinasi dan integrasi dalam kerja
sama tim dimana setiap tim multidisiplin harus bekerja dengan melihat kondisi pasien, sistem
manajemen peningkatan mutu terpadu demi tercapainya koordinasi dan peningkatan mutu
pelayanan, serta berdasarkan asas efektifitas, keselamatan dan ekonomis dimana unit
pelayanan di ruang ICU mempunyai biaya dan teknologi yang tinggi, multi disiplin dan multi
profesi.
DAFTAR PUSTAKA

Morton, Patricia Gonce dkk. 2011. “Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan holistic”.
Jakarta: EGC Weinstock, Doris. 2013. “Rujukan Cepat di Ruang ICU/CCU”. Jakarta: EGC
Zen, Raden. 2011. ”Konsep Dasar ICU”. Diambil dari http://akatsuki
ners.blogspot.co.id/2011/10/konsep-dasar-icu-intensive-care-.

Anda mungkin juga menyukai