Anda di halaman 1dari 18

“KONSEP DASAR ICU DAN DASAR HUKUMNYA”

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Elisa Muasarah P07120217055
2. Erek Kuswanto P07120217057
3. Muhammad Andrianoor P07120217068
4. Norma Laili P07120217073
5. Rachmawati Eka Putri K P07120217076
6. Lisindra P07120214062

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN D IV KEPERAWATAN
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikam tugas makalah ini
dengan baik . Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah
Keperawatan Kritis Intensif yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran
kepada kami. Kami menyusun makalah yang berjudul “Konsep Dasar ICU dan
Dasar Hukumnya” untuk memenuhi tugas mata kuliah Keerawatan Kritis Intensif
yang diberikan oleh Bapak Agus Rachmadi, S.Pd, A.Kep. M.Si.Med
.Kemampuan maksimal dan usaha yang keras telah kami curahkan dalam
penyusunan makalah ini. Semoga usaha kami tidak sia-sia dan mendapatkan hasil
yang baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena
kami menyusun makalah ini dalam rangka mengembangkan kemampuan diri.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun baik lisan maupun
tulisan sangat kami harapkan.

Banjarbaru, 17 Juli 2020

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini


sangat perlu untuk dikembangkan di lndonasia. Berbagai pemberian
pelayanan keperawatan intensif bertujuan untuk memberikan asuhan bagi
pasien dengan penyakit berat yang potensial reversible, memberikan asuhan
bagi pasien yang perlu observasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang
tidak dapat diberikan di ruang perawatan umum memberikan pelayanan
kesehatan bagi pasien dengan potensial atau adanya kerusakan organ,
mengurangi kesakitan dan kematian yang dapat dihindari pada pasien-
pasien dengan penyakit kritis.

Uraian diatas menunjukkan bahwa pelayanan keperawatan intensif


berbeda dengan pelayanan keperawatan di ruang rawat biasa, karena tingkat
ketergantungan pasien terhadap perawat di ruang Intensif sangat tinggi.
Untuk untuk itu perawat intensif ditintut memiliki pengetahuan,
keterampilan, daya analisa dan tanggung jawab yang tinggi, mampu bekerja
mandiri, membuat keputusan yang cepat dan tepat, serta berkolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya.

B. Permasalahan

Sebagian besar rumah sakit di Indonesia (kelas A C) sudah


mempunyai pelayanan intensif Namun pelayanan yang diberikan dari sisi
sumber daya manusua. sarana, prasarana, dan asuhan keperawatan masih
sangat bervariasi. Pengalaman di lapangan menunjukan antara lain.
kualifikasi tenaga perawat di ruang lCU masih sama dengan di ruang
perawatan umum ruangan yang tidak memenuhi syarat pelayanan
keperawalan di ruang perawatan intensif belum maksimal yang ditunjukan
dengan banyaknva keluhan masyarakat tentang kinerja perawat. Adanya

3
asumsi tentang persepsi masyarakat bahwa ketika keluarganya dirawat di
ruang ICU tidak ada harapan untuk hidup.

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan intensif


(ICU), sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Keperawatan dan
Keteknisan Medik Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI menyusun
standar pelavanan keperawatan di ruangan intensif (ICU) sebagai pedoman
kerja perawat di ruang perawatan intensif.

C. Tujuan

Tujuan umum:

Meningkatkan pengatahuan pelayanan keperawatan di ruang perawatan


intensif (ICU)

Tujuan khusus :

1. Tersusunnya standar pelayanan keperawatan di ruang ICU


2. Tersusunnya standar asuhan keperawatan di ruang ICU
3. Tersusunnya prosedur/protap kerja di ruang ICU

4
D. Dasar Hukum

Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah


sebagai berikut :

1. Kepmenkes RI No. 1333/Menkes/SK/Xll/ 1999 tentang Standar


Pelayanan Rumah Sakit
2. Kepmenkes RI No 1277/Menkas/SK/X1/2001 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Depertemen Kesehatan
3. Kepmenkes RI No 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan
4. Kepmenkes RI No. 14S7/Menkes/SK/X12003 tentang Standar
Pelayanan Mmimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/Menkrs/SK/X/2003
tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan
Indikator Provensi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi ICU

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang
terpisah, dengan staf khusus dan perlengkapan yang khusus, yang ditujukan
untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam jiwa atau potensial
mengancam jiwa dengan prognosis dubia. ICU menyediakan kemampuan
dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsifungsi
vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain
yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.

ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi dengan staf
dan peralatankhusus untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam
jiwa oleh kegagalan / disfungsi satuorgan atau ganda akibat penyakit,
bencana atau komplikasi yang masih ada harapan
hidupnya(reversible).Dalam mengelola pasien ICU, diperlukan dokter ICU
yang memahami teknologi kedokteran, fisiologi, farmakologi dan
kedokteran konvensional dengan kolaborasi erat bersama perawatterdidik
dan terlatih untuk critical care.Pasien yang semula dirawat karena masalah
bedah/trauma dapat berubah menjadi problem medikdan sebaliknya.Adalah
unit perawatan yang dikelola bertujuan untuk merawat pasien sakit berat
dan kritis yang mengancam nyawa dengan melibatkan tenaga terlatih serta
didukung oleh kelengkapan peralatan khusus.

Jadi ICU atau Intenssive Care Unit adalah ruang rawatinap di Rumah
Sakit yang dilengkapai dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat
pasien yang yang mengancam nyawa seperti pasien dengan sakit berat dan
kritis oleh karena kegagalan fungsi organ, bencana atau komplikasi yang
memiliki harapan hidup.

6
Gambar 1 : Ruang ICU

B. Sejarah ICU

ICU mulai muncul dari ruang pulih sadar paska bedah pada tahun
1950. ICU modernberkembang dengan mencakup penanganan respirasi dan
jantung menunjang ffal organ danpenanganan jantung koroner mulai tahun
1960. Pada tahun 1970, perhatian terhadap ICU di Indonesia semakin besar
(ICU pertama kali adalahRSCM Jakarta), terutama dengan adanya
penelitian tentang proses patofisiologi, hasilpengobatan pasien kritis dan
program pelatihan ICU.Dalam beberapa tahun terakhir, ICU mulai menjadi
spesialis tersendiri, baik untuk dokter maupun perawatnya.

C. Level ICU
1. Level I / Primer

Pada Rumah Sakit di daerah yang kecil(di Rumah Sakit Daerah dengan
tipe C dan D), ICU lebih tepat disebut sebagai unitketergantungan
tinggi (High Dependency). Pelayanan ICU primer mampu memberikan
pengelolaan resusitatif segerauntuk pasien sakit gawat, tunjangan
kardio-respirasi jangka pendek, danmempunyai peran penting dalam
pemantauan dan pencegahan penyulitpada pasien medik dan bedah
yang berisiko. Dalam ICU dilakukan ventilasimekanik dan pemantauan
kardiovaskuler sederhana selama beberapa jam. Di ICU level I ini
dilakukan observasi perawatanketat dengan monitor EKG

7
Ciri – ciri ICU level I :

a) Ruang tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang


gawat darurat dan ruang perawatan lainnya.
b) Memiliki kebijaksanaan / kriteriapenderita yang masuk, keluar
serta rujukan..
c) Memiliki seorang dokter spesialis anestesiologi sebagai kepala.
d) Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan
resusitasi jantung paru( A,B,C,D,E,F ).
e) Konsulen yang membantu harus selalu dapat dihubungi dan
dipanggil setiap saat.
f) Memiliki jumlah perawat yang cukup dengan sebagian besar
terlatih.
g) Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan lab. tertentu ( Hb,
Ht, Elektrolit, Gula darah dan Trombosit ) , Rontgen, kemudahan
diagnostic dan fisioterapi.
2. Level II / Sekunder

ICU level II mampu melakukan ventilasi jangka lama, punya dokter


residen yang selalu siap di tempat dan mempunyai hubungan dengan
fasilitas fisioterapi, patologi dan radiologi.Bentuk fasilitas lengkap
untuk menunjang kehidupan (misalnya dialisis), monitor
invasif(monitor tekanan intrakranial) dan pemeriksaan canggih (CT
Scan) tidak perlu harus selalu ada.Pelayanan ICU sekunder memberikan
standar ICU umum yang tinggi, yangmendukung peran rumah sakit
yang lain yang telah digariskan, misalnyakedokteran umum, bedah,
pengelolaan trauma, bedah saraf, bedahvaskular dan lain-lainnya. ICU
hendaknya mampu memberikan tunjanganventilasi mekanis lebih lama
dan melakukan dukungan/bantuan hidup laintetapi tidak terlalu
kompleks.

8
Ciri – ciri ICU level II :

a) Ruangtersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang


darurat dan ruang keperawatan lain
b) Memiliki kebijaksanaan, kriteria yang masuk,
keluarsertarujukan.
c) Memiliki konsultan yang dapat dihubungi dan datang setiap saat
bila diperlukan
d) Memiliki seorang kepala ICU, seorang dokter konsultan
Intensive Care atau bila tidak tersedia, dokter spesialis
anestesiologi yang bertanggungjawab secara keseluruhan dan
dokter jaga yang minimal mampumelakukan RJP (A, B, C, D,
E, F).
e) Mampumenyediakantenagaperawatdenganperbandinganpasien :
perawat = 1 : 1 untukpasienventilator, renal replacement
therapy dan 2 : 1 untukkasus-kasuslainnya.
f) Memiliki perawat bersertifikat terlatih perawatan / terapi
intensifatau minimal berpengalaman kerja 3 tahun di ICU.
g) Mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanik beberapa lama
dan dalam batas tertentu melakukan pemantauan intensif dan
usaha-usaha penunjang hidup.
h) Mampumelayani pemeriksaan laboratorium, rontgen,
kemudahan diagnostik, dan fisioterapi selama 24 jam.
i) Memiliki ruang anisolasi dan mampu melakukan prosedur
isolasi.
3. Level III / Tertier

ICU Level III biasanya pada Ruamh Sakit tipe A yang memiliki semua
aspek yangdibutuhkan ICU agar dapat memenuhi peran sebagai Rumah
Sakit rujukan.Personil di ICU level III meliputi intensivist dengan
trainee, perawat spesialis, profesionalkesehatan lain, staf ilmiah dan
sekretariat yang baik. Pemeriksaan canggih tersedia dengandukungan
spesialis dari semua disiplin ilmu.Pelayanan ICU tersier merupakan
rujukan tertinggi untuk ICU, memberikanpelayanan yang tertinggi

9
termasuk dukungan/bantuan hidup multi-sistemyang kompleks dalam
jangka waktu yang tak terbatas. ICU ini melakukanventilasi mekanis,
pelayanan dukungan/bantuan renal ekstrakorporal danpemantauan
kardiovaskular invasif dalam jangka waktu yang terbatas
danmempunyai dukungan pelayanan penunjang medik. Semua pasien
yangmasuk ke dalam unit harus dirujuk untuk dikelola oleh spesialis
intensivecare.

Ciri – ciri ICU level III :

a) Memiliki ruang khusus, tersendiri di dalam rumah sakit


b) Memiliki kriteria penderita masuk, keluar serta rujukan.
c) Memiliki dokter spesialis yang dapat dihubungi dan datang
setiap saat bila diperlukan.
d) Dikelola oleh seorang ahli anestesiologi/konsultan Intensive
Care atau dokter ahli konsultan intensive care yang lain yang
bertanggungjawab secara keseluruhan dan dokter jaga yang
minimal mampumelakukan RJP ( A, B, C, D, E, F ).
e) Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan
pasien :perawat = 1 : 1 untuk pasien dengan ventilator, renal
replacement therapy dan 2 : 1 untuk kasus-kasus lainnya.
f) Memiliki perawat bersertifikat terlatih perawatan/terapi intensif
atau minimal berpengalaman kerja 3 tahun di ICU
g) Mampu melakukan semua bentuk pemantauan dan perawatan /
therapi intensif baik invasif maupun non invasif.
h) Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, rontgen,
kemudahan diagnostik, danfisi oterapi selama 24 jam.
i) Memiliki paling sedikit seorang yang mampu dalam mendidik
tenaga medik dan paramedik agar dapat memberikan pelayanan
yang optimal pada pasien.
j) Memiliki prosedur untuk pelaporan resmi dan pengkajian.
k) Memiliki staf tambahan yang lain :misalnya tenaga administrasi,
tenaga rekammedis , tenaga untuk kepentingan ilmiah dan
penelitian.

10
D. Fungsi ICU

Dari segi fungsinya, ICU dapat dibagi menjadi :

1. ICU Medik
2. ICU trauma/bedah
3. ICU umum
4. ICU pediatrik
5. ICU neonatus
6. ICU respiratorik

Semua jenis ICU tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu


mengelola pasien yang sakit kritissampai yang terancam jiwanya.ICU di
Indonesia umumnya berbentuk ICU umum, dengan pemisahan untuk CCU
(Jantung),Unit dialisis dan neonatal ICU. Alasan utama untuk hal ini adalah
segi ekonomis dan operasionaldengan menghindari duplikasi peralatan dan
pelayanan dibandingkan pemisahan antara ICUMedik dan Bedah.

E. Tujuan ICU
1. Menyelamatkan kehidupan
2. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui
observasi dan monitaring evaluasi yang ketat disertai kemampuan
menginterpretasikan setiap data yang didapat dan melakukan tindak
lanjut.
3. Meningkatkan kualitas pasien dan mempertahankan kehidupan.
4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.
5. Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses
penyembuhan pasien.

F. Etik Di ICU

Etik dalam penanganan pasien riset, dan hubungan dengan kolega


harus dilaksanakansecara cermat. Etik di ICU perlu pertimbangan berbeda
dengan etik di pelayanan kesehatan ataubangsal lain. Terkadang muncul
kontroversi etik dalam legalitas moral di ICU, misalnya tentangeuthanasia.

11
G. Prosedur Masuk ICU

Pasien yang masuk ICU dikirim oleh dokter di luar ICU setelah
berkonsultasidengan doketr ICU. Konsultasi sifatnya tertulis, tetapi dapat
juga didahului secara lisan(misalnya lewat telepon), terutama dalam
keadaan mendesak, tetapi harus segera diikuti dengankonsultasi tertulis.
Keadaan yang mengancam jiwa akan menjadi tanggungjawab
dokterpengirim.Transportasi ke ICU masih menjadi tanggungjawab dokter
pengirim, kecuali transportasi pasienmasih perlu bantuan khusus dapat
dibantu oleh pihak ICU.Selama pengobatan di ICU, maka dimungkinkan
untuk konsultasi dengan berbagai spesialis diluar dokter pengirim atau
dokter ICU bertindak sebagai koordinatornya.Terhadap pasien atau keluarga
pasien wajib diberikan penjelasan tentang perlunya masuk ICUdengan
segala konsekuensinya dengan menandatangani informed concern.

H. Alur Masuk Pasien Di ICU

Poliklinik / Rawat Inap


RS lain

IBS

UGD ICU

I. Perlakuan Terhadap Pasien ICU

Pasien di ruang ICU berbeda dengan pasien di ruang rawat inap biasa,
karena pasien ICUmempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap
perawat dan dokter. Di ICU, pasienkritis atau kehilangan kesadaran atau
mengalami kelumpuhan sehingga segala sesuatu yangterjadi dalam diri
pasien hanya dapat diketahui melalui monitoring yang baik dan
teratur.Perubahan yang terjadi harus dianalisa secara cermat untuk mendapat
tindakan yang cepat dantepat.

12
J. Tujuan Akhir Pengobatan ICU

Hasil yang paling baik dari pengobatan di ICU adalah keberhasilan


dalammengembalikan pasien pada aktifitas kehidupan sehari-hari seperti
keadaan sebelum pasien sakit,tanpa defek atau cacat.

K. Reaksi Pasien Dan Keluarga Pasien ICU

Reaksi pasien di ICU antara lain kecemasan, ketidakberdayaan,


disorientasi dan kesulitankomunikasi. Untuk meminimalkan reaksi negatif
dari pasien ICU dapat dilakukan beberapa hal,antara lain :

1. Memberikan penjelasan setiap akan melakukan tindakan


2. Memberikan sedasi atau analgesi bila perlu
3. Keluarga dapat diijinkan bertemu pasien untuk memberikan dukungan
moral
4. Diberikan alat bantu semaksimal mungkin.

Keluarga pasien juga dapat mengalami hal serupa dengan pasien,


antara lain cemas sampaidengan insomnia. Untuk meminimalkan reaksi
negatif keluarga pasien dapat dilakukan beberapahal, antara lain :

1. Dapat dibuatkan selebaran / pamflet tentang ICU


2. Penjelasan tentang kondisi terkini pasien
3. Keluarga pasien dapat diikutkan pada konferensi klinik bersama semua
staf dan perawat
L. Pengelolaan Pasien ICU

Pendekatan Pasien ICU :

1. Anamnesis
Seringkali pasien sebelum masuk ICU sudah mendapat tindakan
pengobatan sebelum diagnosisdefinitif ditegakkan.
2. Serah Terima Pasien
Untuk mengetahui riwayat tindakan pengobatan sebelumnya dan
sebagai bentuk aspek legal.
3. Pemeriksaan Fisik

13
Meliputi pemeriksaan fisik secara umum, penilaian neurologis,
sistem pernafasan,kardiovaskuler, gastro intestinal, ginjal dan cairan,
anggota gerak, haematologi dan posisipasien.Walaupun keadaan stabil,
pasien tetap harus dilakukan pemeriksaan fisik :
a) ABC
b) Jalan nafas dan kepala
c) Sistem pernafasan
d) Sistem sirkulasi
e) Sistem gastrointestinal
f) Anggota gerak
g) Monitoring rutin
h) Intubasi dan Pengelolaan Trakhea
i) Cairan : Dehidrasi
j) Perdarahan Gastrointestinal
Stress ulcer dapat merupakan kompensasi dari penyakit akut.
k) Nutrisi
Utamakan pemberian nutrisi enteral :
l) Usia Lanjut
m) Cadangan fisiologis terbatas
n) Peningkatan penyakit penyerta
o) Riwayat pemakaian obat
p) Riwayat perokok, alkoholisme, obat-obatan.
q) Interaksi obat pada usia lanjut
4. Kajian hasil pemeriksaanMeliputi biokimia, hematologi, gas darah,
monitoring TTV, foto thorax, CT scan, efekpengobatan.
5. Identifikasi masalah dan strategi penanggulangannya
6. Informasi kepada keluarga

14
M. Pengkajian Ulang Kinerja

Setiap ICU hendaknya membuat peraturan dan prosedur masuk dan


keluar,standar perawatan pasien, dan kriteria outcome yang spesifik.
Kelengkapanini hendaknya dibuat oleh tim multidisipliner yang diwakili
oleh dokter,perawat dan administrator rumah sakit, dan hendaknya dikaji
ulang dandiperbaiki seperlunya berdasarkan keluaran pasien (outcome)
danpengukuran kinerja yang lain. Kepatuhan terhadap ketentuan masuk dan

keluar harus dipantau oleh tim multidisipliner, dan bila ada


penyimpangan penyim pangan maka dilaporkan pada badan perbaikan
kualitas rumah sakit untuk ditindak lanjuti.

N. LANDASAN HUKUM

Dalam pelayanan ICU memiliki landasan hukum sebagai berikut :

1. UU no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan


2. UU no. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
3. UU no. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah
4. UU no. 25 tahun 2000 tentangKewenanganPemerintahPusat dan
Propinsi
5. UU no. 8 tahun 1999 tentangPerlindunganKonsumen
6. UU no. 29 tahun 2004 tentangPraktekKedokteran
7. PP no. 32 tahun 1996 tentangTenagaKesehatan
8. Keputusan Menteri Kesehatan no.1778 tahun 2010 tentang Pedoman
Penyelenggaran Pelayanan ICU di Rumah Sakit
9. Peraturan Menteri Kesehatan no.269 tahun 2010 tentang Rekam Medis
10. Peraturan Menteri Kesehatan no.290 tahun 2010 tentang Persetujuan
Tindakan Kedoktera
11. KMK No. 129//MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal RS
12. PMK No. 1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan
Kedokteran

15
13. Kepmenkes RI No 004/Menkes/SK/I/2003 Tentang Kebijakan Dan
Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan
14. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
15. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
ICU adalah ruang rawat di Rumah Sakit yang dilengkapi dengan staf dan
peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwa
oleh kegagalan / disfungsisatu organ ataugandaakibatpenyakit, bencana atau
komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible). Dalam
mengelola pasien ICU, diperlukan dokter ICU yang memahami teknologi
kedokteran, fisiologi, farmakologi dan kedokteran konvensional dengan
kolaborasi erat bersama perawat terdidik dan terlatih untuk critical care.
Pasien yang semula dirawat karena masalah bedah/trauma dapat berubah
menjadi problem medik dan sebaliknya.
B. Penutup
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagikita semua. Apabila ada kritik dan saran yang sifatnya
membangun, maka sampaikanlah kepada kami.
Apabiladalampenyusunanmakalahiniterdapatkesalahan kami
selakupenyusunmohonmaaf dan semogapembacadapatmemakluminya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ernesater, A. et all (2009). Telenurses Experience of Working with Computerized


Decision Support : Supporting, Inhibiting, and Quality Improving. Journal
of Advance Nursing, 65, 1074-1083.

Feied, C.F. et all (2004). Impact of Informatic and New Technologies on


emergency

Care Environment. Topics in Emergency Medicine, 26, 119-127.


Goran, S.F. (2010). A Second Set Of Eyes : An Introduction to Tele-ICU.
Critical Care Nurse, 30, 46-55.

Jones, C.R. et all (2008). Networking Learning a Relational Approach Weak and
Strong Ties. Journal of Computer Assisted Learning, 24, 90-102.

18

Anda mungkin juga menyukai