Anda di halaman 1dari 22

/

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MILITUS

Disusun Oleh :

ARISA VIRA OKTAFIANI

1803016

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2021
A. Pengertian
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena
adanya hiperglikemia yang dikarenakan organ pankreas tidak mampu
memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target
tersebut. Abnormalitas yang di temukan pada metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang ada pada penderita penyakit diabetes melitus
dikarenakan aktivitas insulin pada target sel kurang (Kerner and Bruckel,
2014).
Diabetes melitus merupakan kelainan yang terjadi karena
meningkatnya kadar gula darah atau hiperglikemia. Diabetes melitus adalah
penyakit metabolik yang terjadi karena peningkatan kadar gula dalam darah
yang terjadi karena adanya kelainan sekresi insulin sehingga memperlambat
kerja insulin (Hasdinah dan Suprapto, 2014). Diabetes melitus juga
merupakan penyakit metabolisme timbul dengan gejala yang khas, yaitu
polidipsia, polifagia, dan poliuria terkadang mengakibatkan penurunan berat
badan (Perkeni, 2011). Diabetes melitus bisa mengakibatkan gangguan
integritas Kulit disebabkan karena tingginya kandungan glukosa sehingga
darah menjadi pekat dan menyebabkan aliran darah tidak lancar sehingga
dapat memunculkan luka (Hermand, 2013).
B. Etiologi
Penyebab Diabetes Melitus pada umumnya disebebkan oleh rusaknya
sebagian
besar atau kecil sel betha pankreas yang berfungsi sebagai penghasil insulin
didalam tubuh, karena ada kerusakan sel betha maka berakibat tubuh akan
kekurangan insulin (Riyadi, 2012). Selain itu terdapat juga faktor-faktor
resiko yang mempengaruhi terjadinya Diabetes Melitus faktor tersebut ada
yang bisa diubah dan tidak dapat diubah, Faktor resiko yang tidak dapat
diubah yaitu:
1. Faktor Genetik
Penyakit Diabetes Melitus dapat diturunkan oleh orangtua kepada anak.
Penyebabnya yaitu Gen orangtua akan dibawa oleh anak pada saat anak
masih didalam kandungan, pewarisan ini dapat berlanjut sampai sampai
kecucunya bahkan bisa sampai cicit walaupun resikonya sangat kecil
(Kekenusa, 2013).
2. Usia
Menurut Hardianah (2012), Diabetes Melitus mengalami peningkatan
pada usia muda dikarenakan meningkatnya kejadian obesitas pada usia
muda.
3. Gender
Meskipun sampai saat ini belum ditemukan prevalensi Diabetes Melitus
pada wanita dan pria, namun berbagai study menyatakan bahwa ada
perbedaan prevelensi antara jenis kelamin tersebut, study yang dilakukan
pencegahan dan pengendalian penyakit 2012, menunjukan peningkatan
kejadian Diabetes Melitus pada wanita sebasar 4,8%, dan 3,2% pada pria
(Hotma,2014).
4. Diabetes Melitus Gestasiaonal
Adalah suatu kondisi intoleransi terhadap glukosa yang ditemukan pada
ibu hamil dengan gangguan toleransi glukosa. Berkembangnya GDM pada
masa kehamilan menjadi faktor resiko penyebab Diabetes Melitus
(Damayanti, 2015).
Faktor resiko yang dapat diubah antara lain:
a. Obesitas
Pola makan yang tidak sehat yang banyak mengandung gula dan
lemak akan menumpuk didalam tubuh sehingga menyebabkan kelenjar
pankreas bekerja lebih keras untuk menghasilkan insulin untuk
mengelola gula yang masuk kedalam tubuh (American Diabetes
Association, 2017).
b. Pola hidup
Penyebab Diabetes melitus juga disebabkan oleh pola hidup,
kurangnya olahraga dan aktifitas fisik dapat beresiko tinggi terkena
Diabetes Melitus karena fungsi olahraga yaitu untuk membakar kalori
yang berlebihan didalam tubuh, kalori yang terlalu banyak didalam
tubuh merupakan faktor utama penyebab Diabetes Melitus (Tarwoto,
2012).
C. Klasifikasi
Diabetes Melitus dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
1. Diabetes Melitus tipe 1 (Diabetes tergantung pada insulin)
a. Diabetes Melitus tipe 1 terjadi akibat kerusakan dari sel beta pankreas
b. sehingga tubuh mengalami kekurangan insulin, sehingga penderita
Diabetes
c. tipe 1 akan ketergantungan insuli seumur hidup, Diabetes Melitus tipe
1
d. disebabkan oleh faktor genetik (keturunan) faktor imunologik dan
faktor
e. lingkungan (Hardianah, 2013).
2. Diabetes Melitus tipe tipe 2 (Diabetes Melitus tidak tergantung pada
insulin)
a. Diabetes Melitus tipe 2 ini disebabkan insulin yang berada didalam
tubuh
b. tidak bekerja dengan baik, bisa meningkat bahkan menurun , Diabetes
tipe ini
c. umum terjadi dikarenakan oleh faktor resikonya yaitu malas olahraga
dan
d. obesitas, faktor yang mempengaruhi Diabetes yaitu riwayat keluarga
obesitas,
e. gaya hidup dan usia yang lebih 65 tahun memiliki resiko tinggi
(Muhlisin, 2015)
D. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM
diantaranya:
a. Pengeluaran urin (Poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM
dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak
sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya
melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada
malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa
(PERKENI, 2011).
b. Timbul rasa haus (Polidipsia)
Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar
glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk
meningkatkan asupan cairan (Subekti, 2009).
c. Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut
disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan
kadar glukosa dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2011).
d. Peyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh
terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi
(Subekti, 2009).
E. Patofisiologi
Kombinasi antara faktor genetic faktor lingkungan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin merupakan penyebab DM. faktor lingkungan yang
mempengaruhi seperti obesitas, kurangnya aktifitas fisik, stress dan
pertambahan umur (Kaku, 2013). Gejala awalnya berhubungan dengan efek
langsung dari gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah melebihi 160-180
mg/dl maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih dengan jumlah yang
banyak (poliuri). Sehingga penderita akan sering haus dan akan banyak
minum (polidipsi). Sejumlah kalori akan hilang ikut terbuang didalam air
kemih sehingga penderita akan mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini seringkali penderita akan merasakan lapar yang luar
biasa sehingga penderita akan banyak makan dalam jumlah yang banyak
(polifagi).
Gejala lainya adalah pandangan kabur, pusing, mual, dan
berkurangnya ketahanan tubuh selama beraktifitas atau olahraga. Penderita
Diabetes Melitus dengan kadar gula kurang terkontrol lebih peka terhadap
infeksi (Muttaqin, 2010). Pada penderita Diabetes Melitus tipe 1 akan
menimbulkan keadaan yang disebut ketoasidosis diabetikum, Meskipun kadar
glukosa tinggi tetapi sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa
insulin, sehingga kebutuhan energi sel diambil dari sumber lain, sumber lain
biasanya diambi dari lemak tubuh. Sel lemak dipecah dan akan menghasilkan
keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang mengakibatkan darah
menjadi asam (ketoasidosis).
Gejala awal dari ketoadosis diabetikum adalah rasa haus dan
berkemih dengan jumlah yang banyak, mual, muntah, lelah dan nyeri perut.
nafas menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha memperbaiki
keasaman darah, bau nafas penderita akan berbau seperti aseton, jika tanpa
pengobatan ketoadosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, biasanya
hanya dalam waktu beberapa jam. Bahkan setelah rutin terapi insulin,
penderita Diabetes Melitus tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika penderita
lupa atau melewatkan penyuntikan insulin atau penderita mengalami stres
akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius (Soegondo, 2010).
Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan
dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada
normalnya insulin akan terikat reseptor kusus pada permukaan sel. Akibat
terikatnya reseptor dengan insulin maka terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada Diabetes Melitus
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin
tidak efektif untuk menstimulus dalam pengambilan glukosa oleh jaringan.
Akibat intoleransi glukosa yang lambat maka Diabetes Melitus tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi. Jika pasien mengalami gejala tersebut bersifat
ringan dan mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsia, luka yang lama
proses penyembuhanya, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar
glukosa sangat tinggi) (Andra Saferi, 2013)
Diabetes Melitus dapat membuat gangguan/komplikasi melalui
kerusakan pada pembuluh darah diseluruh tubuh yang disebut juga dengan
angiopati diabetik. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan dibagi menjadi
gangguan pembuluh darah besar (makrovaskuler) disebut dengan
makroangiopati. dan pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) disebut
dengan mikroangiopati. yang berefek terhadap saraf perifer dan suplay
faskuler gangguan pada pembuluh darah kecil dapat mengakibatkan
neuropati, dan terhambatnya suplai oksigen dan sari-sari makanan kejaringan,
sehingga bisa mengakibatkan timbulnya ulkus diabetikum, neuropati sensori
perifer memungkinkan terjadinya trauma sehingga mengakibatkan terjadinya
Gangguan integritas jaringan dibawah area kalus. (Subekti,2012)
F. Pathway
DM Tipe I DM Tipe II

gangguan sirkulasi
Genetik, raksi autoimun Ideopatik, usia, gaya
hidup

Kerusakan sel beta Retensi insulin,


pankreas gangguan sekresi
insulin

Ketidakstabilan gula darah


Defisiensi insulin

Penurunan pemakaian
glukosa oleh sel
Nyeri Aku

GANGGUAN hiperglikemia
Terjadi ulkus
INTEGRITAS
KULIT

Luka sukar sembuh glycosuria

mikrovaskuler
Trauma infeksi

Penyempitan pembutuh
Jaringan terjauh tubuh
darah

Suplai darah dan oksigen Gangguan sirkulasi


ke jaringan perifer
menurun
G. Komplikasi DM
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat
menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain :
1. Komplikasi metabolik akut
Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat
tiga macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar
glukosa darah jangka pendek, diantaranya:
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai
komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang kurang
tepat (Smeltzer & Bare, 2008).
b. Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar glukosa
dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun
sehingga mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias
hiperglikemia, asidosis dan ketosis (Soewondo, 2012).
c. Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik)
Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai
dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600
mg/dl (Price & Wilson, 2012).
2. Komplikasi metabolik kronik
Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price & Wilson
(2012) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil
(mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah besar
(makrovaskuler) diantaranya:
a. Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) Komplikasi pada
pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) yaitu :
1) Kerusakan retina mata (Retinopati)
Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu mikroangiopati
ditandai dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil
(Pandelaki, 2009).
2) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)
Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan albuminuria
menetap (>300 mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali
pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan. Nefropati diabetik
merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal terminal.
3) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)
Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling sering
ditemukan pada pasien DM. Neuropati pada DM mengacau pada
sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf (Subekti,
2009).
b. Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)
Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien diabetes yaitu
stroke dan risiko jantung koroner.
1) Penyakit jantung koroner
Komplikasi penyakit jantung koroner pada pasien DM disebabkan
karena adanya iskemia atau infark miokard yang terkadang tidak
disertai dengan nyeri dada atau disebut dengan SMI (Silent
Myocardial Infarction) (Widiastuti, 2012).
2) Penyakit serebrovaskuler
Pasien DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan dengan pasien non-
DM untuk terkena penyakit serebrovaskuler. Gejala yang
ditimbulkan menyerupai gejala pada komplikasi akut DM, seperti
adanya keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan,
kelemahan dan bicara pelo (Smeltzer & Bare, 2008).
3) Penyakit Ateroskerosis
Pembuluh darah normal memiliki lapisan dalam yang disebut
endotelium. Lapisan dalam pembuluh darah ini membuat sirkulasi
darah mengalir lancar. Untuk mencapai kelancaran ini, endotelium
memproduksi Nitrous Oksida lokal (NO). NO berfungsi untuk
melemaskan otot polos di dinding pembuluh dan mencegah sel-sel
darah menempel ke dinding. Mekanisme gangguan ini diduga berpusat
di jantung, dan gangguan meningkat dengan pembentukan plak. Gula
darah tinggi, asam lemak tinggi dan trigliserida tinggi pada diabetes
menyebabkan lengket di dinding endotelium, mendorong proses
keterikatan sel yang menghasilkan reaksi jaringan lokal. Reaksi
jaringan lokal menghasilkan partikel dan sel-sel darah yang berbeda,
menyebabkan penumpukan dan pengerasan di dinding pembuluh
(arteri). Reaksi jaringan lokal ini menghasilkan sebuah plak, disebut
plak aterosklerosis. Pada penderita diabetes, mereka resisten terhadap
tindakan insulin, dengan kata lain tubuh penderita diabetes kurang
sensitif dgn insulin. Akibatnya, efek stimulasi ini hilang dan
mengakibatkan peningkatan kecenderungan terhadap pembentukan
plak aterosklerosis. Plak pada pembuluh darah ini lah yang nantinya
akan menyumbat pembuluh darah di otak dan mengakibatkan stroke.
H. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Ada empat komponen dalam penatalaksanaan diabetes mellitus :
1. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan
diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk
mencapai tujuan berikut :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan
mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-
cara yang aman dan praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki
pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan
berolahraga. Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training)
dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju
metabolisme istirahat (resting metabolic rate). Semua efek ini sangat
bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan,
mengurangi rasa stress dan mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan
juga akan mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL
kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida. Semua
manfaat ini sangat penting bagi penyandang diabetes mengingat adanya
peningkatan risiko untuk terkena penyakit kardiovaskuler pada diabetes.
3. Terapi
Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka
panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat
hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu, sebagian
pasien diabetes tipe II yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah
dengan diet atau dengan obat oral kadang membutuhkan insulin secara
temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan atau
beberapa kejadian stress lainnya. Penyuntikan insulin sering dilakukan dua
kali per hari (atau bahkan lebih sering lagi) untuk mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
Karena dosis insulin yang diperlukan masing-masing pasien ditentukan
oleh kadar glukosa darah yang akurat sangat penting.
4. Pendidikan Kesehatan
Diabetes mellitus merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku
penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien bukan hanya
belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari
penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga
harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari
komplikasi jangka panjang yang dapat ditimbulkan dari penyakit diabetes
mellitus
I. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan didapatkan adanya glukosa urine/pemeriksaan
dilakukan dengan cara benedict(reduksi).
b. Kadar glukosa darah
Pemeriksaan darah meliputi : pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS)
nilai normal 100-126 mg/dl, gula darah puasa 70-<100 mg/dl. Dan gula
darah 2
jam post pradial <180 mg/dl (Subekti, 2012).
c. Pemeriksaan fungsi tiroid
Pemeriksaan aktifitas hormon tiroid meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan insulin (Srihartini, 2014)
J. Pengkajian
Pengumpulan data antara lain meliputi :
1. Biodata
Informasi yang harus ditanyakan meliputi (nama, tempat tanggal lahir,
umur, jenis kelamin, alamat, agama suku, pendidikan, pekerjaan, status,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis (Purwaningsih, 2012).
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian pertama kalinya klien
mengalami nyeri, perdarahan, kemerahan, dan hematoma dengan di
Diaknosa Diabetes Melitus serta adanya luka yang lama sembuh
sampai membusuk dan berbau (Susilowati, 2014).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data yang berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya
dan apa saja upaya yang dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya
(Purwaningsih, 2012).
c. Riwayat penyakit dahulu
Berisi tentang riwayat penyakit Diabetes Melitus atau penyakit-
penyakit lainya seperti penyakit pankreas (Kasron, 2012).
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit Diabetes
Melitus karena Diabetes melitus merupakan penyakit yang dapat
diturunkan (Kasron, 2012).
4. Riwayat psikososial
Berisi tentang riwayat adanya pasien stres fisik maupun emosional karena
dengan adanya stres dapat mempengaruhi peningkatan hormon stres
seperti kortisol, epinefrin, glukagon yang menyebabkan kadar gula darah
meningkat (Purwaningsih, 2012).
5. Pola aktifitas dan latihan
Berisi tentang gambaran aktifitas sehari-hari seperti fungsi pernafasan dan
sirkulasi, pada pasien Diabetes Melitus yang mengalami luka pada kaki
atau tungkai bawah penderita akan tidak mampu melakukan aktifitas
sehari-hari secara normal dan penderita akan merasakan mudah lelah
(Purwaningsih, 2012).
6. Status kesehatan umum
Berisi tentang keadaan penderita, kesadaran, tanda-tanda vital, gula darah
jika didapatkan hipoglikemia gejala yang muncul pasien akan mengalami
takikardi, palpitasi, namun jika sebaliknya pasien mengalami
hiperglikemia pasien akan mengalami neuropati diabetikum, dan harus
dilihat dari bentuk badan karena penderita Diabetes Melitus cenderung
mengalami penurunan berat badan (Kasron, 2012).
7. Pola metabolic nutrisi
Pada penderita Diabetes Melitus cenderung mengalami peningkatan nafsu
makan tetapi berat badan akan semakin turun, karena glukosa didalam
darah tidak bisa dihantar oleh insulin ke sel-sel tubuh sehingga sel
mengalami penurunan massa. Pada pengkajian intake cairan terkaji
sebanyak 2500-4000 cc/hari (Kasron, 2012).
8. Pola eliminasi
Berisi data tentang eliminasi dan BAB, jumlah urin yang banyak dijumpai
baik volume maupun frekuensi pada frekuensi biasa lebih dari 10 x /hari
dengan volume mencapai 2500-3000cc /hari. Untuk warna tidak berubah
dan untuk bau terdapat unsure aroma gula (Purwaningsih, 2012).
9. Pola tidur dan istirahat
Penderita Diabetes Melitus akan mengalami perubahan pola tidur karena
terjadi (poliuria) penderita akan sering kencing pada malam hari yang
mengakibatkan terganggunya pola tidur dan istirahat pasien
(Purwaningsih, 2012).
10. Pola konsep diri
Penurunan harga diri yang dialami penderita Diabetes Melitus
dikarenakan mengalami perubahan fungsi dan struktur tubuh, lamanya
perawatan, banyaknya biaya yang dikeluarkan, serta pengobatan
mengakibatkan klien mengalami gangguan peran pada keluarga dan
menimbulkan kecemasan (Kasron, 2012).
11. Pola nilai keyakinan
Untuk menemukan bagaimana tenaga kesehatan yang menangani kasus
Diabetes Melitus dalam memberikan motivasi dan dukungan pada
penderita (Susilowati, 2014).
12. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : Penderita Diabetes akan mengalami peningkatan
tekanan darah karena adanya gangguan penanganan insulin
 Nadi : Kaji adanya sirkulasi yang adekuat pada klien Diabetes
Melitus akan terjadi bradikardia atau takikardi.
 Pernafasan : adanya frekuensi pernafasan yang meningkat nafas
dalam atau hiperventilasi (bila terjadi gangguan asam basa/asidosis
metabolic akibat penumpukan benda keton dalam tubuh ). Suhu :
pada penderita Diabetes Melitus suhu normal berkisaran 36,5-
37,50C (Kasron, 2012).
 Kepala dan rambut
Inspeksi: kaji bentuk kepala warna rambut, kebersihan, persebaran
warna rambut dan adanya lesi atau tidak.
Palpasi: raba adanya massa dan nyeri tekan
 Mata
Inspeksi: kaji reflek cahaya konjungtiva anemis atau tidak,
penglihatan kabur atau tidak, dan kesimetrisan bola mata.
Palpasi: kaji ada tidaknya nyeri tekan (Rohman& Walid, 2011 ).
 Hidung
inspeksi: kaji bentuk hidung, lubang hidung, persebaran warna
kulit, kesimetrisan dan adanya pernafasan cuping hidung.
Palpasi: kaji ada tidaknya nyeri tekan pada sinus (Susilowati,
2014).
 Mulut
Inspeksi: kaji mukosa bibir, lidah terasa tebal, gigi mudah goyah,
terdapat caries dentis, ada tidaknya perdarahan pada gusi, dan
apakah adanya peradangan pada tonsil.
 Palpasi: kaji reflek menghisap dan menelan (Purwaningsih, 2012).
Telinga
Inspeksi: kaji ada tidaknya serumen, kesimetrisan dan kebersihan
telinga.
Palpasi: ada tidaknya nyeri tekan pada tragus (Rohman& Walid,
2011).
 Leher
Inspeksi: kaji persebaran kulit dan adanya benjolan.
Palpasi: kaji adanya pembesaran kelenjar tiroid, ada tidaknya
pembesaran kelenjar linfe, dan ada tidaknya bendungan fena
jugularis (Kasron, 2012).
 Paru-paru
Inspeksi: persebaran warna kulit, kesimetrisan dada, warna kulit,
bentuk, nyeri dada, dan pergerakan dinding dada.
Palpasi: kaji getaran taktil fremitus
Perkusi: suara pekak pada paru jika paru terisi cairan.
Auskultasi: adanya suara nafas tambahan (Sudart, 2012).
 Jantung
Inspeksi: kaji adanya ictus kordis, detak pulmonal merupakan
detak jantung yang apabila teraba pada BJ 2 maka dikataka
normal. Perkusi: suara jantung terdengar pekak.
Auskultasi: nada S1 S2 dan lub dup (Kasron, 2012).
 Abdomen
Inspeksi: kaji persebaran warna kulit, ada tidaknya bekas luka dan
bentuk abdomen.
Auskultasi: peristaltik usus, bising usus terdengar 5-30x menit.
Perkusi: terdengar suara timpani kaji adanya asites.
Palpasi: kaji ada tidaknya pembesaran hepar kaji ada tidaknya
nyeri tekan (Rohman& Walid, 2011).
 Extremitas
Inspeksi: kaji persebaran warna kulit, turgor kulit kembali <2
detik, akral hangat, sianosis, produksi keringat (menurun atau
tidak) pada penderita Diabetes dilihat adanya luka pada extremitas,
kedalaman luka, luas luka, adanya nekrosis (jaringan mati atau
tidak ) adanya edema, adanya pus dan bau luka.
Palpasi: kaji kekuatan otot ada tidaknya piting edema
(Purwaningsih, 2012).
 Kulit dan kuku
Inspeksi: lihat adanya luka, warna luka, dan edema, kedalaman
luka, ada tidaknya nekrosis, adanya pus atau tidak.
Palpasi: akral teraba dingin, kulit pecah-pecah, pucat, kulit kering,
pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau juga bisa teraba lembek
(Kasron, 2012).
K. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik dibuktikan dengan


pasien tampak mengeluh nyeri.
2. Ketidak stabilan glukosa darah berhubungan dengan gagguan toleransi
glukosa darah di buktikan dengan hiperglikemia
3. Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan perubahan
sirkulasi di buktikan dengan kerusakan jaringan/ lapisan kulit
L. Intervensi Keperawatan

NO
TUJUAN INTERVENSI
DP
I Setelah dilakukan Tindakan SIKI Managemen nyeri
3x4 jam diharapkan nyeri akut (I.08238)
menurun dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi
SLKI Control nyeri frekuensi, kualitas intensitas nyeri dan
(L.08063) skala nyeri
1. Nyeri terkontrol 2. Identifikasi respon verbal dan non
2. Mampu mengenali verbal terhadap nyeri
penyebab nyeri 3. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
3. Mampu menggunakan menentukan intervensi
Teknik non 4. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi farmakologi: napas dalam, relaksasi,
SLKI Tingkat nyeri distraksi, kompres hangat/ dingin
(L08066) SIKI pemberian anlgesik
1. Keluhan nyeri menurun (I.08243)
2. pasien tampak rileks 1. identifikasi Riwayat alergi obat
3. Kualitas tidur 2. monitor tanda-tanda vital sebelum dan
meningkat sesudah pemberian analgesic
3. monitor efektifitas analgesik
4. dokumentasi respon terhadap analgesic
II Tujuan : setelah dilakukan SIKI managemen Hiperglikemi I.03115
tindakan keperawatan selama 3 1. Monitor kadar glukosa darah
x 4 jam maka masalah ketidak 2. Monitor tanda gejala hiperglikemia
stabilan glukosa darah teratasi 3. Konsultasi dengan medis jika tanda
dengan Kriteria Hasil : gejala hiperglikemi tetap ada atau
SLKI Kestabilan glukosa memburuk
darah L.05022 4. Anjurkan kepatuhan terhadap diet
1. Kesadaran meningkat dan olahraga
2. Kadar glukosa darah 5. Kolaborasi pemberian insulin
membaik
3. Pusing menurun
III Setelah dilakukan tindakan SIKI Perawatan luka I. 14564
keperawatan selama 3x4 jam 1. Monitor karakteristik luka
maka masalah gangguan 2. Monitor tanda infeksi
integritas kulit dan jaringan 3. Lepaskan balutan dan plaster secara
teratasi dengan Kriteria Hasil: berlahan
SLKI Integritas kulit dan 4. Bersihkan dengan cairan NaCl
jaringan L.14125 5. Pasang balutan sesuai jenis luka
Elastisitas meningkat 6. Pertahankan teknik steril saat
Kerusakan jaringan menurun melakukan perawatan luka
Kerusakan lapisan kulit 7. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2
menurun jam sesuai kondisi pasien
SLKI. Pemulihan pasca 8. Anjurkan mengonsumsi makanan
bedah L.14129 tinggi kalori dan protein
Kenyamanan meningkat 9. Ajarkan prosedure perawatan luka
Mobilitas meningkaT secara mandiri
Kemampuan perawatan diri 10. Kolaborasi pemberian antibiotic
meningkat
M. EVALUASI

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana


evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang (US. Midar H, dkk, 1989).
Evaluasi pada klien dengan DM yaitu :
1. Keluhan nyeri tidak ada
2. Kadar glukosa darah normal
3. Gangguan integritas kulit dapat berkurang atau
menunjukkan    penyembuhan.
4. Pasien tidak kelelahan.
5. Pasien tidak mengalami injury
DAFTAR PUSTAKA

Ali Maghfuri. 2016. Buku pintar perawatan luka Diabetes Melitus. Jakarta selatan :
Salemba Medika

Dyah restuning P. (2015). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. In : FKUI


(Vol. 15).

PPNI (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018).Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta DPP PPNI.

PPNI (2018).Standart Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan.Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai