Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK SAKIT KRONIS &

TERMINAL
“PERIOPERATIF CARE”

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Keperawatan anak II
Dosen Pengampu: Rini Wahyuni Mohamad,S.Kep.Ns

Oleh :
NIWAYAN WIDIANI
841421129

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah (perioperatif care pada anak).Tugas dari mata kuliah
keperawatan anak sakit kronis dan terminal telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan dari beberapa sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada beberapa sumber yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini dan tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada
dosen pengampu mata kuliah ini Ns.Rini Wahyuni Mohammad,M.kep Terlepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
dan cara pengeditan kerapiaan dalam tugas ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari dosen pengampu dan pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk banyak orang dan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap para pembaca.

Gorontalo, 30 januari 2023

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................2
A. Latar Belakang........................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................3
B.Tahap-tahap Perioperatif care....................................................................................................3
C.Indikasi Pembedahan..................................................................................................................8
D.Klasifikasi Pembedahan..............................................................................................................8
1) Kelompok operasi berdasarkan tujuan..............................................................................8
2) Kelompok operasi berdasarkan tingkat risiko......................................................................9
3) Kelompok operasi berdasarkan teknik..................................................................................9
Waktu yang tepat untuk melepas jahitan luka............................................................................10
BAB III..................................................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................................................11
A. Kesimpulan............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan
pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase
pengalaman pembedahan yaitu preoperative phase (fase praoperasi), intraoperative
phase (fase intraoperasi) dan post operativephase (fase pasca operasi). Masing-masing
fase ini dimulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan
urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup
rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat
menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi perioperatif care?
2. Apa saja tahap-tahap perioperative care?
3. Apa saja indikasi pembedahan?
4. Apa saja klasifikasi pembedahan?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui definisi perioperative care
2. Untuk Mengetahui tahap-tahap perioperatif care
3. Untuk Mengetahui indikasi pembedahan
4. Untuk Mengetahui klasifikasi pembedahan

iv
BAB II

PEMBAHASAN
A. A.Definisi Perioperatif Care

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan


keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan yaitu preoperative phase (fase praoperasi), intraoperative phase (fase
intraoperasi) dan post operativephase (fase pasca operasi). Masing-masing fase ini dimulai
pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang
membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas
keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat menggunakan proses keperawatan dan
standar praktik keperawatan

Hal ini didasarkan pada pemahaman perawat tentang prinsip-prinsip penting,


termasuk hal-hal berikut:

 Pelayanan yang berkualitas tinggi dan perawatan yang berfokus pada keselamatan
klien
 Kerja tim multidisiplin
 Komunikasi terapeutik yang efektif dan kolaborasi dengan klien, keluarga klien,dan
tim bedah.
 Pengkajian dan intervensi dalamsemua tahap operasi dengan efektif dan efisien.
 Advokasi untuk klien dan keluarga klien
 Memahami pengendalian biaya.

B.Tahap-tahap Perioperatif care


Tahap-tahap di dalam perioperatif care terbagi atas tiga fase :

1. Fase pra operasi

Fase pra operasi dimulai ketika dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien
berada di meja operasi sebelum pembedahan dilakukan. Lingkup aktivitas keperawatan
selama waktu tersebut dapat mencangkup pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun

v
rumah, wawancara praoperasi dan menyiapakan pasien untuk anestesi yang diberikan dan
pembedahan.

Tujuan perawatan pra operasi :

1) Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien, memberikan penyuluhan tentang


tindakan anestesia.
2) Mengkaji, merencanakan dan memenuhi kebutuhan pasien.
3) Mengetahui akibat tindakan anestesia.
4) Mengantisipasi dan menanggulangi kesulitan yang mungkin timbul.

Dalam menerima pasien yang akan menjalani tindakan anestesia, perawat anestesi wajib
memeriksa kembali data dan persiapan anestesia, diantaranya :

1) Memeriksa :

a) Identitas pasien dan keadaan umum pasien.


b) Kelengkapan status /rekam medik.
c) Surat persetujuan operasi dari pasien / keluarga.
d) Data laboreatorium, rontgent, EKG dan lain-lain.
e) Gigi palsu, lensa kontak, perhiasan, cat kuku, lipstick dan lain –lain.

2) Mengganti baju pasien dengan baju operasi.

3) Membantu pasien untuk mengosongkan kandung kemih.

4) Mencatat timbang terima pasien serta catatan medis lainnya yang menjadi pendukung data
saat pasien akan dioperasi.

Perawat anestesia juga bertugas memberikan pre-medikasi berdasarkan instruksi tertulis dari
Dokter Spesialis Anestesiologi atau dokter lain yang berwenang Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah :

1) Memeriksa kembali nama pasien sebelum memberikan obat.


2) Mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita.
3) Mengetahui riwayat alergi terhadap obat-obatan.

4) Memeriksa fungsi vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan) sebelum memberikan
premedikasi dan sesudahnya

vi
2. Fase intra operasi

Fase intra operasi dimulai ketika asien masuk atau dipindahkan ke instalasi bedah
(meja operasi) dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruangan pemulihan (recovery room)
atau istilah lainnya adalah post anestesi care unit (PACU). Pada fase ini ruangna lingkup
aktivitas keperawatan mencangkup pemasangan intravena kateter, pemberian medifikasi
intravena, melakukan pemantaun kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedah dan menjaga keselametan pasien.Perawatan anestesi dimulai sejak pasien berada
di meja operasi sampai dengan pasien dipindahkan ke ruangan pulih sadar.

Tujuan:Mengupayaan fungsi vital pasien selama anestesi berada dalam kondisi optimal agar
pembedah dapat berjalan lancar dengan baik.

Pada fase ini terdapat juga pengisian checklist. Yang bertanggung jawab untuk
memeriksa checklist, yaitu perawat sirkuler tetapi dapat juga setiap dokter yang berpartisipasi
dalam operasi. Checklist dalam operasi dibagi menjadi tiga fase, masing-masing sesuai
dengan periode waktu tertentu dalam prosedur normal : periode sebelum induksi anestesi
(sign in), periode setelah induksi dan sebelum insisi (time out) dan periode selama atau
segera setelah penutupan luka (sign out)

Sign in yaitu sebelum induksi anestesia, koordinator pengisian checklist akan secara
verbal mengkonfirmasi dengan pasien (jika mungkin) identitasnya, lokasi operasi, prosedur
dan persetujuan operasi telah diperoleh. Koordinator akan selalu mengkonfirmasi bahwa
lokasi operasi sudah ditandai (jika perlu) dan akan meninjau secara lisan dengan anestesi
profesional mengenai resiko pasien kehilangan darah, penyulit pernapasan, alergi, dan juga
apakah persiapan mesin anestesi serta obat-obatan telah lengkap. Idealnya, ahli bedah akan
hadir untuk 'Sign in', karena ahli bedah mungkin memiliki gagasan yang lebih jelas tentang
kehilangan darah yang diantisipasi, alergi atau faktor-faktor penyulit potensial lainnya.
Namun kehadiran dokter bedah dalam melengkapi checklist tidak diwajibkan

Pada fase Time Out, tim akan berhenti sesaat sebelum sayatan kulit untuk
mengkonfirmasi dengan keras bahwa operasi yang sedang dilakukan pada pasien yang benar
dan lokasi yang benar. Semua anggota tim kemudian akan meninjau secara verbal satu sama
lain, pada gilirannya, unsur-unsur penting dari rencana mereka untuk operasi, menggunakan
pertanyaan checklist pada panduan. Mereka juga akan mengkonfirmasi bahwa antibiotik

vii
profilaksis telah diberikan dalam 60 menit sebelumnya dan bahwa pencitraan penting
ditampilkan sebagaimana mestinya

Pada fase Sign Out tim akan meninjau bersama operasi yang dilakukan,kelengkapan
jumlah spons dan instrumen serta label dari setiap spesimen bedah yang diperoleh.Mereka
juga akan meninjau setiap malfungsi peralatan atau masalah yang perlu ditangani. Pada
akhirnya tim akan meninjau rencana utama dan kekhawatiran untuk manajemen pasca operasi
serta pemulihan sebelum memindahkan pasien dari ruang operasi

Tujuan perawatan intra operasi yaitu untuk mengupayakan fungsi vital pasien selama
anestesi berada dalam kondisi optimal agar pembedahan dapat berjalan dengan lancar dan
baik. Sebelum tindakan anestesia, perawat anestesi wajib :

1) Melakukan pemeriksaan kembali nama pasien, data diagnosa dan rencana


operasi.
2) Mengenalkan pasien kepada dokter spesialis anestesiologi, dokter ahli bedah,
dokter asisten dan perawat instrumen.
3) Memberikan dukungan moril, menjelaskan tindakan induksi yang akan
dilakukan dan menjelaskan fasilitas yang ada di sekitar meja operasi.
4) Memasang alat-alat pemantau (antara lain tensimeter, ECG dan alat lainnya
sesuai dengan kebutuhan).
5) Mengatur posisi pasien bersama-sama perawat bedah sesuai dengan posisi
yang dibutuhkan untuk tindakan pembedahan.
6) Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan.

Selama tindakan anestesi perawat anestesi wajib:

1) Mencatat semua tindakan anestesia.


2) Berespon dan mendokumentasikan semua perubahan fungsi vital tubuh pasien
selama anestesia/pembedahan. Pemantauan meliputi sistem pernapasan,
sirkulasi, suhu, keseimbangan cairan, perdarahan, produksi urine dan lain-lain.
3) Berespon dan melaporkan pada dokter spesialis anestesiologi bila terdapat
tanda-tanda kegawatan fungsi vital tubuh pasien agar dapat dilakukan tindakan
segera.
4) Melaporkan pada dokter yang melakukan pembedahan tentang perubahan
fungsi vital tubuh pasien dan tindakan yang diberikan selama anestesia.
5) Mengatur dosis obat anestesi atas pelimpahan wewenang dokter.

viii
6) Menanggulangi keadaan perawat darurat.

Pengakhiran anestesi meliputi :

1) Memantau tanda vital secara lebijh intensif.


2) Menjaga jan nafas supaya tetap bebas.
3) Menyiapkan alat-alat dan obat-obat untuk pengakhiran anestesia dan atau
ekstubasi.
4) Melakukan pengakhiran anestesia dan atau sekstubai sesuai kewenangan yang
diberikan.

3. Fase pasca operasi

Fase pasca operasi dimulai dengan masuknya pasien ke ruangan pemulihan dan
berakhir dengan evaluasi tindakan lanjut pada tatanan klinik atau ruang perawatan bedah atau
dirumah. Ringkup ativitas keperawatan melipti rentang aktivitas yang luas selama periode ini.
Pada fase ini focus pengkajian efek agen atau obat anestesi dan memantau fungsi vital serta
mencegah komplikasi. Aktivitas perawat berfokus pada peningkatan penyembuhan dan
rehabilitasi dan pemulangna pasien. Perawatan pasca anestesi atau pembedahan di mulai
sejak pasien dipindahkan ke ruangan pulih sadar sampai diserah terimakan kembali pada
perawat di rungan rawat inap. Jika kondisi klien tetap kritis pasien dipindahkan ke ICU.

Tujuan perawatan pasca operasi:

1) Mengawasi kemajuan pasien sewaktu masa pulih.


2) Mencegah dan segera mengatasi komplikasi yang terjadi.
3) Menilai kesadaran dan fungsi vital tubuh pasien untuk menentukan saat
pemindahan/pemulangan pasien (sesuai dengan “penilaian aldrette”)

Aktivitas perawat anestesi :

1) Setelah pengakhiran anestesia, pasien dikirim ke kamar pulih sadar untuk


pemantauan fungsi vital tubuh oleh perawat terlatih.
2) Bila dianggap perlu pasien dapat langsung dikirim ke ruang rawat khusus
(misalnya ICU).
3) Bantuan oksigenasi, ventilasi dan sirkulasi tetap diberikan.
4) Pemberian analgesia dan sedatif disesuaikan dengan kondisi pasien.

ix
5) Keputusan untuk memindahkan pasien dari kamar pulih sadar dibuat oleh
dokter yang bertugas.

C. Indikasi Pembedahan
Tindakan pembedahan (operasi) dilakukan berdasarkan indikasi. Beberapa indikasi
yang dapat dilakukan pembedahan diantaranya adalah indikasi :

1. Diagnostik, misalnya eksisi tumor atau laparotomi eksplorasi

2. Kuratif, misalnya infeksi tumor atau mengangkat afendiks yang mengalami


inflamasi

3. Reparatif, misalnya memperbaiki luka multiple

4. Rekontruksi atau kosmetik, misalnya mammoplasty atau bedah plastic

5. Paliatif, misalnya menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, seperti


pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk mengkonpensasi terhadap
ketidakmampuan menelan makanan.

D. Klasifikasi Pembedahan
Prosedur bedah pada dasarnya terbagi dalam tiga kelompok besar, yang di dalamnya
masih akan terbagi lagi sesuai kategorinya. Berikut rinciannya.

1) Kelompok operasi berdasarkan tujuan


Kelompok pertama ini menggolongkan prosedur bedah berdasarkan tujuan dari tindakan
medis ini dilakukan. Pada dasarnya operasi dianggap sebagai metode pengobatan, namun
tindakan medis ini juga dapat digunakan untuk:
 Mendiagnosis. Operasi yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit tertentu, seperti
operasi biopsi yang sering dilakukan untuk memastikan dugaan adanya kanker padat
atau tumor pada bagian tubuh tertentu.
 Mencegah. Tak hanya mengobati, bedah dilakukan juga untuk mencegah suatu
kondisi yang lebih buruk lagi. Misalnya, operasi pengangkatan polip usus yang bila
tak ditangani akan dapat tumbuh menjadi kanker.
 Menghilangkan. Operasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengangkat sejumlah
jaringan dalam tubuh. Biasanya, operasi jenis ini memiliki akhiran –ektomi. Misalnya
saja mastektomi (pengangkatan payudara) atau histerektomi (pengangkatan rahim).

x
 Mengembalikan. Operasi juga dilakukan untuk dapat mengembalikan suatu fungsi
tubuh menjadi normal kembali. Contohnya, pada rekonstruksi payudara yang
dilakukan oleh orang yang telah melakukan mastektomi.
 Paliatif. Jenis operasi ini ditujukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh
pasien yang biasanya mengalami penyakit kronis stadium akhir.

2) Kelompok operasi berdasarkan tingkat risiko

Setiap operasi bedah pasti memiliki risiko, tetapi tingkat risikonya tentu berbeda-beda.
Berikut adalah pengelompokkan operasi berdasarkan tingkat risikonya:
 Bedah mayor, merupakan operasi yang dilakukan di bagian tubuh seperti kepala,
dada, dan perut. Salah satu contoh operasi ini adalah operasi cangkok organ,
operasi tumor otak, atau operasi jantung. Pasien yang menjalani operasi ini biasanya
membutuhkan waktu yang lama untuk kembali pulih.
 Bedah minor, kebalikan dari tindakan bedah mayor, operasi ini tidak membuat
pasiennya harus menunggu lama untuk pulih kembali. Bahkan dalam beberapa jenis
operasi, pasien diperbolehkan pulang pada hari yang sama. Contoh operasinya seperti
biopsi pada jaringan payudara.

3) Kelompok operasi berdasarkan teknik

Pembedahan itu sendiri dapat dilakukan dengan beragam teknik berbeda, tergantung dari
bagian tubuh mana yang harus dioperasi dan penyakit apa yang diderita oleh pasien. Lalu apa
saja teknik operasi yang ada?
 Operasi bedah terbuka. Metode ini biasanya disebut dengan operasi konvensional,
yaitu tindakan medis yang membuat sayatan pada bagian tubuh dengan menggunakan
pisau khusus. Contohnya adalah operasi jantung, dokter menyayat bagian dada pasien
dan membukanya agar organ jantung terlihat jelas.
 Laparaskopi. Jika sebelumnya operasi dilakukan dengan menyayat bagian tubuh,
pada laparaskopi, ahli bedah hanya akan menyayat sedikit dan membiarkan alat
seperti selang masuk ke dalam lubang yang telah dibuat, untuk mengetahui masalah
yang terjadi di dalam tubuh.

xi
Waktu yang tepat untuk melepas jahitan luka

Kapan suatu jahitan bekas operasi dilepas tergantung dari kondisi luka jahitan itu
sendiri. Apabila kedua sisi jaringan yang ditautkan sudah melekat cukup kuat dan pulih
dengan baik tanpa ada tanda-tanda infeksi, maka jahitan dapat dilepas. Jika jahitan dibuka
terlalu dini, luka bisa terbuka kembali dan berpotensi infeksi, atau jaringan parut bisa timbul
lebih buruk.
Berapa lama suatu jahitan dapat dilepas juga akan tergantung dari lokasi jahitannya. Sebagai
contoh, luka jahitan di persendian lutut atau lengan akan perlu “menginap” lebih lama
daripada jahitan di wajah atau paha. Hal itu disebabkan kulit di persendian hampir selalu
mengalami tekanan setiap kali menekuk dan memanjang untuk beraktivitas seperti duduk,
berdiri, berjalan, mengetik, menggenggam, dan seterusnya.

Berikut adalah panduan umum untuk mengetahui kapan jahitan luka bisa dilepas:

 Wajah dan kepala: 4-5 hari


 Leher: 7 hari
 Lengan dan punggung tangan: 7 hari
 Kulit kepala, dada, punggung, perut, kaki (paha, betis): 7-10 hari
 Telapak tangan, telapak kaki, jari-jari tangan atau kaki: 12-14 hari
 Persendian (lutut atau siku): 10-14 hari
 Operasi caesar: 4-7 hari (jahitan episiotomi vagina biasanya akan lebur sendiri dalam
beberapa minggu, jadi tidak perlu dilepas)

Konsultasikan dengan dokter tepatnya berapa lama Anda harus menunggu sebelum
melepaskan jahitan luka Anda. Selama menunggu, jaga agar area jahitan tetap bersih dan
kering. Bersihkan area luka secara berkala, dan ganti perban luka dengan yang baru jika
sudah terlihat kotor. Jika akan mengganti balutan luka, pastikan Anda cuci tangan terlebih
dahulu.
Amati juga tanda-tanda infeksi di sekitar jahitan, seperti pembengkakan, merah, bernanah,
atau area kulit yang terasa panas. Jika timbul gejala-gejala ini, tandanya jahitan Anda belum
boleh dibuka. Temui dokter Anda sesegera mungkin untuk penanganan infeksi.

xii
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan perioperative adalah perawatan yang diberikan sebelum
(praoperasi), selama (intraoperasi), dan setelah operasi (pascaoperasi). Selain itu tahapan
bedah / perioperati itu sendiri di bagi menjadi 3 tahapan (praoperasi), selama
(intraoperasi), dan setelah operasi (pascaoperasi), Perawatan perioperative ini sendiri
merupakan perawatan yang diberikan kepada pasien sebelum, selama, dan setelah
prosedur medis. Perawatan ini bertujuan untuk membantu pasien menghadapi berbagai
kondisi fisik dan emosional yang dapat terjadi selama prosedur. Perawat harus
memastikan bahwa pasien mendapatkan evaluasi preoperatif yang tepat, pengobatan yang
sesuai, pemantauan yang tepat selama prosedur, pengaturan rasa sakit yang tepat, dan
perawatan postoperatif yang sesuai. Dengan menerapkan perawatan perioperatif yang
tepat, pasien akan mendapatkan manfaat yang lebih besar dari prosedur yang dilakukan.

xiii
DAFTAR PUSTAKA
https://hellosehat.com/sehat/operasi/jenis-operasi-bedah/

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.stik-
sintcarolus.ac.id/1007/3/BAB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwjV7IT-
sez8AhUNcWwGHQSNAPYQFnoECCwQAQ&usg=AOvVaw2ZyD2oACDzbQ9U1i9k
Eukp

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
eprints.poltekkesjogja.ac.id/
3591/4/04%2520Chapter2.pdf&ved=2ahUKEwjyjO7nsOz8AhVASmwGHbU0BGgQFn
oECAkQAQ&usg=AOvVaw1LFAGtT-J4FCqrGSMKMlp3

http://repository.stik-sintcarolus.ac.id/1007/3/BAB%20II.pdf

xiv

Anda mungkin juga menyukai