Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH TENTANG

“TINDAKAN KEPERAWATAN PRE-OPERATIF DAN POST-


OPERATIF”

Disusun sebagai Salah Satu Syarat dalam Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB I
Semester III Tahun Akademik 2021 – 2022

DISUSUN OLEH :

YUNIAR NURASIAH (KHGA20115)


RAJIP MUCHAMAD SIDIK (KHGA20119)
SARAH AGUSTINA RIFKA (KHGA20126)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami penulis dapat menyusun
makalah tentang Tindakan keperawatan pre-operatif.Adapun maksud dari
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas KMB 1 di Stikes Karsa
Husada Garut.
Disusunnya makalah ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak
dan sumber. Karena itu, pemakalah mengucapkan terimakasih dan apresiasi yang
sangat tinggi,mungkin kepada dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu
kepada kami dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini.Sekiranya
amal baik serta budi luhur secara ikhlas yang telah diberikan kepada kami dari
beliau di atas yang dapat maupun belum dapat kami sebutkan, mendapatkan
imbalan yang semestinya dari Allah SWT.
Kami sebagai Pemakalah menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi,diperbaiki dan masih jauh dari kata
kesempurnaa karena kesempurnaan hanyalah milik allah SWT,untuk itu kami
sebagai pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna mencapainya suatu kesempurnaan yang ada dimakalah
ini.harapan kami untuk makalah ini semoga tugasnya dapat bermanfaat bagi kita
semuanya dan semoga allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayat-nya
amin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar belakang .....................................................................................1
B. Rumusan masalah ................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................2
2.1 Tindakan Keperawatan Preoperatif............................................................2
A. Pencukuran daerah oprasi.....................................................................2
B. Menyiapkan infomed consent...............................................................3
2.2. Tindakan Keperawatan Post-operatif...................................................6
A. Menyiapkan Tempat Tidur Paca Operasi (Aether Bed).......................6
B. Observasi Sirkulasi...............................................................................8
C. Observasi perdarahan ...........................................................................14
BAB III PENUTUP.........................................................................................18
A. Kesimpulan ..........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien
adalah sesuatu yangmenakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini
dimungkinkan karena belum adanya pengalamandan dikarenakan juga adanya
tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klienmerasa
terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan
operasimembutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti karena hal
ini menyangkut berbagaiorgan, terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu
diperlukan perawatan yang komprehensif danmenyeluruh guna mempersiapkan
tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman dan tidakmerugikan klien
maupun petugas.

2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud tindakan keperawatan preoperatip ?
b. Apa tujuan daerah pencukuran operasi ?
c. Apa itu yang dimaksud informed konsent ?
d. Apa yang dimaksud post-operasi ?
e. Bagaimana cara menyiapkan tempat tidur pasca operasi (aether bed) ?
f. Bagaimana cara mengobservasi sirkulasi ?
g. Bagaimana cara mengobservasi perdarahan ?

3. Tujuan
a) Mengetahui apa yang dimaksud tindakan keperawatan preoperatip ?
b) Mengetahui apa tujuan daerah pencukuran operasi ?
c) Mengetahui apa itu yang dimaksud informed konsent ?
d) Menegetahui apa yang dimaksud post-operasi ?

1
e) Mengetahui bagaimana cara menyiapkan tempat tidur pasca operasi (aether
bed) ?
f) Mengetahui bagaimana cara mengobservasi sirkulasi ?
g) Mengetahui bApa yang dimaksud tindakan keperawatan preoperatip ?
h) Apa tujuan daerah pencukuran operasi ?
i) Apa itu yang dimaksud informed konsent ?
j) Apa yang dimaksud post-operasi ?
k) Bagaimana cara menyiapkan tempat tidur pasca operasi (aether bed) ?
l) Bagaimana cara mengobservasi sirkulasi ?
m) Bagaimana cara mengobservasi perdarahan ?
n) agaimana cara mengobservasi perdarahan ?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tindakan Keperawatan Preoperatif


Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai
saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Tahap pascaoperatif dimulai sejak pasien
selesai menjalani pembedahan dan dipindahkan ke ruang recovery room atau post
anesthesia care unit. Perawat bedah memiliki peranan dalam hal mengevaluasi
efek dari anestesi yang diberikan terhadap pasien, memonitor fungsi organ vital
pasien, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit serta mencegah
komfikasi yang terjadi pasca pembedahan. Tahap pascaoperatif akan berakhir
ketika pasien dipindahkan ke ruang perawatan atau pasien dinyatakan pulang.
A. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran daerah operasi pencukuran pada daerah operasi ditujukan
untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan
pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
tersembunyi kuman dan juga mengganggu atau menghambat proses
penyembuhan dan perawatan luka (Iis Sopiah Suryani,noviantika rizki
amalia).
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak
memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi
pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-
hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur.
Sering kali pasien diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar
pasien merasa lebih nyaman.Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung
pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar
alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada
daerah sekitar perut dan paha.

2
3

Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis,operasi pemasangan


plate pada fraktur femur, dan hemmoroidektomi.Selain terkait daerah
pembedahan,pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus
sebelum pembedahan.

Pencukuran daerah telinga sebelum dilakukan operasi


Sumber : ejao.org (dari buku preoperatif)
B. Menyiapkan informed consent
Informed consent salah satu istilah dalam dunia kesehatan yang
mengarah kepada persetujuan tindakan medis. Informed consent ini
biasanya berisi peraturan yang mengatur tentang perilaku dokter dalam
berinteraksi dengan pasien.
Persetujuan tindakan medis yang dimaksud tentu saja berisi hal-
hal penting yang mencakup jenis perawatan dokter terhadap pasiennya.
Selain disetujui oleh pasien sendiri, informed consent juga biasanya
melibatkan keluarga pasien.
Informed consent atau persetujuan medik adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien sesuai dengan pasal 1 (a) Permenkes RI Nomor
585/MEN.KES/PER/X/1989.Dimana pasal 1 (a) menyatakan bahwa
persetujuan tindakan medik adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik
yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
4

Menurut PerMenKes no 290/MenKes/Per/III/2008 dan UU no 29 th


2004 Pasal 45 serta Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI
tahun 2008,maka informed consent ini adalah persetujuan tindakan
kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya
setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Meski persetujuan tindakan medis tersebut telah ditandatangani
oleh pasien atau keluarga terdekatnya, tidak membebaskan dokter dari
tuntutan jika dokter melakukan kelalaian.
Tindakan medis yang dilakukan tanpa persetujuan pasien atau
keluarga terdekatnya,tetap dapat digolongkan sebagai tindakan
melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351.
Infoment consent adalah salah satu istilah dalam
dunia kesehatan  yang mengarah kepada persetujuan tindakan medis.
Informed consent dibuat berdasarkan prinsip autonomy (menghargai
otonomi pasien), beneficentia (berbuat baik), non maleficentia (tidak
merugikan), dan justice (adil) yang berakar pada martabat manusia di
mana otonomi dan integritas pribadi pasien dilindungi dan dihormati.
Jika pasien tidak kompeten, maka persetujuan diberikan
oleh keluarga  atau wali sah.Apabila keluarga/wali hadir tetapi tidak
kompeten juga,maka tenaga medis harus memutuskan sendiri untuk
melakukan tindakan medis tertentu sesuai keadaan pasien.
Informed consent biasanya dibutuhkan dalam kasus-kasus luar
biasa (exraordinary means).namun,untuk pasien kritis atau darurat yang
harus segera diambil tindakan medis untuk menyelamatkannya,  proxy
consent tidak dibutuhkan.formasii atau keterangan yang wajib diberikan
sebelum suatu tindakan kedokteran dilaksanakan adalah:
1. Diagnosis yang telah ditegakkan.
a) Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.
b) Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.
5

c) Risiko-risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada


tindakan kedokteran tersebut.
d) Konsekuensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan
adakah alternatif cara pengobatan yang lain.
e) Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran
tersebut.
2. Suatu persetujuan dianggap sah apabila:
a) Pasien telah diberi penjelasan/ informasi.
b) Pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap
(kompeten) untuk memberikan keputusan/persetujuan.
c) Persetujuan harus diberikan secara sukarela, tanpa paksaan.
3. Fungsi dari informed consent ,yaitu:
a) Promosi dari hak otonomi perorangan
b) Proteksi dari pasien dan subyek
c) Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan
d) Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk
mengadakan introspeksi terhadap diri sendiri
e) Promosi dari keputusan-keputusan rasional
f) Keterlibatan masyarakat (dalam memajukan prinsip otonomi
sebagai suatu nilai sosial dan mengadakan pengawasan
dalam penyelidikan biomedik.
Informed consent itu sendiri menurut jenis tindakan atau
tujuannya dibagi tiga, meliputi:
a) Yang bertujuan untuk penelitian (pasien diminta untuk
menjadi subyek penelitian).
b) Yang bertujuan untuk mencari diagnosis.
c) Yang bertujuan untuk terapi.
Jenis-Jenis Informed Consent
Ada dua bentuk persetujuan tindakan medis sehingga dapat
disebut sebagai informed consent, meliputi:
6

1. Implied Consent (persetujuan tersirat)


Umumnya, implied consent diberikan dalam keadaan normal,
artinya dokter dapat menangkap persetujuan tindakan medis
tersebut dari isyarat yang diberikan/dilakukan pasien.
Demikian pula pada kasus darurat sedangkan dokter
memerlukan tindakan segera, sementara pasien dalam keadaan tidak
bisa memberikan persetujuan dan keluarganya tidak ada di tempat,
maka dokter dapat melakukan tindakan medis terbaik menurut
dokter.
2. Expressed Consent (menyatakan persetujuan)
Bentuk informed consent ini dapat dinyatakan secara lisan
maupun tertulis.Dalam tindakan medis yang bersifat invasif dan
mengandung risiko, dokter sebaiknya mendapatkan persetujuan
secara tertulis, atau yang secara umum dikenal di rumah sakit
sebagai surat izin operasi .

Waktu Berlakunya Persetujuan


Disebutkan bahwa persetujuan tindakan medis tersebut akan tetap
sah sampai dicabut kembali oleh pemberi persetujuan atau pasien.
Namun demikian, bila informasi baru muncul, misalnya tentang
adanya efek samping atau alternatif tindakan yang baru, maka pasien
harus diberitahu dan persetujuannya dikonfirmasikan kembali oleh
dokter.
Apabila terdapat jeda waktu antara pemberian persetujuan hingga
dilakukannya tindakan, maka alangkah lebih baik apabila dokter
menanyakan kembali apakah persetujuan tersebut masih berlaku.
Hal-hal tersebut biasanya juga akan membantu pasien, terutama bagi
mereka yang sejak awal memang masih ragu-ragu atau masih memiliki
pertanyaan saat menandatangani persetujuan tindakan medis yang
dimaksud.
7

2.2. Tindakan Keperawatan Post-operatif


A. Menyiapkan Tempat Tidur Paca Operasi (Aether Bed)
a. Definisi
Tempat tidur pascaoperasi (aether bed) merupakan tempat tidur yang
disiapkan untuk klien pascaoperasi yang mendapat norkase (obat bius).
b. Tujuan
Di bawah ini adalah tujuan dari menyiapkan tempat tidur pasien pasca
operasi (Aether Bed) :
1. Mengangkat klien.
2. Mencegah penyulit/komplikasi pascaoperasi.
c. Persiapan alat
1. Tambahan satu selimut tebal pada alat tenun untuk tempat tidur
terbuka.
2. Dua buah buli-buli panas atau warm water zack (WWZ) dengan suhu
air 40-43°C.
3. Perlak dan handuk dalam satu gulungan, dengan handuk di bagian
dalam.
4. Termometer air (jika ada).
d. Prosedur pelaksanaan
1. Cuci tangan.
2. Pada tempat tidur terbuka, angkat bantal dan bentangkan  gulungan
perlak seta handuk pada bagian kepala.
3. Pasang selimut tambahan hingga menutup seluruh permukaan tempat
tidur.
4. Letakkan buli-buli panas di atas seprei dan selimut bagian kaki,
arahkan mulut buli-buli ke pinggir tempat tidur.
5. Angkat buli-buli panas sebelum klien dibaringkan setelah kembali dari
kamar bedah.
6. Lipat pinggir selimut tambahan bersama-sama selimut dari atas tempat
tidur pada salah satu sisi tempat masuknya klien sampai batas pinggir
kasur, lalu lipat sampai sisi yang lain.
8

7. Cuci tangan.
e. Hal-hal yang harus diperhatikan
Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan tempat
tidur Pasca Operasi (Aether Bed) ? berikut ini adalah hal-halnya :
1. Alat tenun harus selalu bersih.
2. Buli-buli panas jangan sampai bocor (periksa dulu sebelum dipakai)
dan tutupnya jangan sampai lepas/kurang kencang.
3. Buli-buli panas jangan dapat dipakai kembali jika diperlukan kembali
jika diperlukan, anti airnya juga dapat dipakai kembali jika sudah
dingin.

B. Observasi Sirkulasi
a) Pengertian
Observasi sirkulasi adalah pengamatan pada sistem sirkulasi tubuh
yang terdiri daritiga komponen yaitu jalan nafas, ventilasi dan sirkulasi
cairan.
b) Tujuan
1. Menilai kesehatan fisik pasien
2. Mencegah komplikasi
3. Mengetahui tanda- tanda vital klien
4. Mengetahui kelainan yang ada pada tubuh klien
c) Indikasi
Observasi sirkulasi dilakukan pada pasien pasca keracunan, syok,
kelainan, penyakit kardiovaskuler, penurunan kesadaran, perdarahan.
Dilakukan
No Elemen Kriteria pencapaian kompetensi
ya / tidak
1. Persiapan pasien a. Beri penjelasan tentang tindakan yang
akan dilakukan
b. Posisi pasien diatur sesui kebutuhan
pasien
2. Persiapn alat a. Pelindung diri (masker, sarung
tangan,)
b. Termometer air raksa/ digital
c. Gelas berisi larutan sabun dan larutan
desinfektan
d. Tissue
9

e. Vaseline/gel
f. Tensimeter air raksa, tensimeter
aneroid atautensimeter digital.
g. Stetoscope
h. Perlak dan pengalas
i. Reflek hammer
3. Persiapan lingkungan a. Lingkungan aman, bersi, dan tenang
b. Petugas 1- 2 orang
4. Prosedur tindakan a. menghitung denyut nadi
1. dilakukan bersamaan saat pengukuran
suhu
2. pastikan pada pasien pada posisi
berbaring/ duduk
3. tempelkan jari tengah, jari telunjuk
dan jari manis diatas arteri selama 1
menit.
4. Tangan lain yang memegang arloji
5. Catat hasil dalam buku catatan/
catatan perawatan

b. Mengukur suhu tubuh


1) Melalui ketiak :
a) Lengan baju paien dinaikan bila
perlu
b) Siapkan termometer. Pada
termometer air raksa pastikan air
raksa sudah berada pada angka 0,
pada termometer digital pastikan
termometer menyala dan siap
digunakan .
c) Jepit termometer padasalah satu
ketiak pasien selama 5 – 1- menit.
d) Setelah 5- 10 menit atau pada
termometer digital sudah
menyala,termometer diangkat dan
dilihat dengan teliti hasilnya .
e) Catat hasil pengukuran suhu
tubuh pada buku/ ream medik
f) Masukan termometer ke dalam
larutan sabun, lap dengan
potongan tissue, kemudian
celupkan kedalam larutan
desinfektan.
g) Pada termometer air raksa , air
raksa diturunkan kembali pada
angka 0, dan pada termometer
digital,termometer dimatikan
kembali.
h) Letakan kembali termometer
pada tempatnya
2) Melalui mulut :
a) Gunakan satu termometer pada
setiap pasien
b) Siapkan termometer, pada
termometer air raksa sudah
10

berada di ankga 0, pada


termometer digital pastikan
termometer menyala dansiap
digunakan.
c) Instruksikan pasien untuk
membuka mulut dan
mengangkat lidahnya.
d) Simpan termometer dibawah
lidah pasien selama -5 menit tau
sampai termometr berbunyi
e) Setelah 3- 5 menit angkat
termometer atau pada
termometer digital sudah
menyala, termometer diangkat
dan dilihat dengan teliti
hasilnya
f) Catat hasil pengukuran suhu
tubuh padabuku / rekam medik
g) Masukan termometer ke dalam
larutan sabun , lap dengan
potongan tissue , kemudia
celupkan kedalam larutan
desinfektan air bersih
kemudian di keringkan
h) Pada termometer air raksa, air
raksa diturunkan kembali pada
angka 0, dan pada termometer
digital. Termometer dimatikn
kembali
i) Letakkan kembali
3) Melalui anus
a) Instruksikan pasien untuk
berada pada posisi miring
kanan/ kiri
b) Turunkan pakaian bawah pasien
sampai bokokng
c) Oleskan valesine/ gel pada
termometer
d) Masukan termometer kedalam
anus pasien selama 3- 5 menit
e) Posisi termometer jangan
sampai berubah dengan
melakukan telapak tangan pada
posisi bokong bagian atas
f) Setelah 3- 5 menit
angkattermometer atau pada
termometer digital sudah
menyala, termometer diagkat
dan dilihat denganteliti hasilnya
g) Catat hasil pengukuran suhu
tubuh pada buku/rekam medik
h) Naikkan kembali pakaian
bawah pasien seperti semula
i) Masukan termometer ke dalam
larutan sabun, lap dengan
11

potongan tissue, kemudian


celupkan kedalam larutan
disinfektan air bersih kemudian
di keringkan
j) Pada termometer air raksa, air
raksa diturunkan kembali pada
angka 0, dan pada termometer
digital, termometer dimtikan
kembali
k) Letakan kembali termometer
pada tempat
c. Mengukur tekanan darah
1) Bebaskan legan dari tahanan
(gulung lengan baju, lepas jam
tangan )
2) Pasang manset dengan pipa karet
berada pada posisi lengan, 2 cm di
atas denyu arteri brachialis.
3) Raba denyut arteri brachialis
kemudian stetoskop diletakan pada
daerah tersebut.
4) Kencangkan sekrup balon
5) Pompa balon sampai denyut arteri
brachialis tidak teraba, naikan
tekanan 10- 20 mmHg
6) Buka sekrup balon perlahan sambil
melihat turunnya air raksa pada
tensimeter aneroid (detak yang
terdengar pertama merupakan
bunyi sistolr, detakan yang
terdengar kedua merupaka bunyi
diastole)
7) Catat hasil pengukuran tekanan
darah sistole dan diastole
8) Buka manset, rapikan alat dan
rapikan pasien ( turunkan lengan
baju )
d. Pemeriksaan CRT
1) Memegang tangan pasien lebih
tinggi dari jantung ( mencegah
refluks vena )
2) Lalu menekan kuku ari tangan atau
jari kaki dengan sampai terlihat
pucat atau putih , kemudian
lepaskan
3) Mencatat waktu yang di butuhkan
untuk warna kuku kembali normal
(memerah) setelah tekanan di
lepaskan
4) Pada bayi baru lahir,pengisian
kapiler dapat di ukur dengan
menekan pada tulang dada selama
5 detik dengan jari telunjuk atau
ibu jari, dan mencatat waktu yang
dibutuhkan untuk warna kulit
12

kembali normal setelah tekanan di


lepaskan.
 Normal pada dewasa: <
2 detik
 Normal pada bayi : 3
detik
e. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Pastikan privasi pasien
dengan menutup
gorden/sampiran
b) Atur pencahayaan yang
cukup
c) Buka bagian yang akan di
lakukan pemeriksaan
d) Lakukan pemeriksaan secara
sistematis,bandingkan satu
bagian sisi tubuh dengan satu
bagian lain nya
e) Simpul kan dan catat hasil
pemeriksaan
2) Palpasi
a) Gunakan jari 2,3,dan 4
secara bersamaan untuk
mendeterminasi bentuk dan
struktur organ
b) Guanakan telapak tangan dan
beri tekanan dengan jari-jari
secara ringan pada abdomen
c) Perhatikan raut wajah selama
palpasi untuk mengetahui
adanya nyeri tekan
d) Lakukan palpasi secara
sisitem matis dan usaikan
ciri-ciri tentang
bentuk,ukuran,konsitensi,dan
permukaannya
e) Simpulkan dan catat hasil
pemeriksaan
3) Perkusi
a) Luruskan jari tengah tangan
kiri,tekan bagian ujung jari
dan letakan dengan kuat
pada permukaan yang di
lakukan perkusi
b) Lenturkan jari tengah tangan
kanan ke atas dengan lengan
bawah relaks
c) Gerakan pergelangan tangan
dengan cepat ,jelas dan
relaks ketukan ujung jri
tengah tangan kanan pada
jari tengah tangan kiri
d) Segera angkat jari tengah
tangan kanan untuk
13

menghindari fiksasi
terendam
e) Pertahan kan pergerakan
pada pergelangan
tangan,tidak pada jari, siku/
pundak
f) Untuk pemeriksaan patella
sefleks lakukan ketukan
gentle dengan refleks hemer
pada tendon achilles
g) Simpulkan dan catat hasil
pemeriksan
4) Auskultasi
a) Duduk menghadap pasien
b) Instruksikan pasien untuk
bernafas secara normal dan
mulai auskultasi dengan
meletakan setetoskop pada
trakea,dengan bunyi napas
secara teliti
c) Lanjutkan auskultasi dengan
arah seperti perkusi , dengan
suara yang normal dan
perhatikan bila ada suara
tambahan
d) Ulangi auskultasi pada dada
lateral dan posterior,
bandingkan sisi kanan dan
sisi kiri serta simpulkan
e) Lanjutkan auskultasi
mendengarkan bunyi
jantung,ritme dan kecepatan
jantung,katub aorta,
pulmonalis, trikuspid, apikel
dan epigastrik
f) Simpulkan hasil dan lanjut
kan auskultasi pada abdomen
g) Tentukan bagian stetokop,
bagian dipafragma
mendengarkan bising usus,
bagian bell
untukmendengarkan suara
pembuluh darah
h) Lakukan pemeriksaan secara
sistematis,bandingkan
peristaltik usus dan suara
pembuluh darah serta kaji
kemungkinan terdengar
suara-suara gesekan
i) Simpulkan hasil pemeriksaan
dan dokumentasikan
j) Rapikan paisen , alat , cuci
tangan
14

5. Sikap Sikap Selama pelaksanaan:


Cepat,tepat,hati-hati dan sesuai standar
oprasional prosedur
6. Evaluasi Evaluasi :
Pastikan sirkulasi . pergerakan area cedera
terimobilisasi dengan posisi lurus sejajar .

C. Observasi perdarahan
a. Pengertian
suatu tindakan untuk menghentikan pendarahan baik pada kasus bedah
maupun non bedah
b. Tujuan
Mencegah syok
c. Indikasi
1. Perdarahan pada kasus bedah
2. Perdarahan kasus non bedah
d. Persiapan
1. Alat
Alat yang di persiapkan sesuai dengan teknik yang akan di laksanakan
untuk kasus bedah:
a) alat pelindung diri(masker , handscoen, scort)
b) balut tekan
c) kain kasa steril
d) sarung tangan
e) tourniquet
f) plester
g) set untuk menjahit luka
h) obat desinfektan
i) sanksteken blakemore tube ( SB tuble) bila memungkinkan
j) spuit 20- 50cc
k) waskom berisi air/ nacl 0,9 % dingin
l) jelly / pelicilin
15

2. Pasien
pasien atau keluarga di beri penjelasan tentang tujuan dan tindakan
yang akan di lakukan
3. lingkungan
lingkungan pasien diharuskan tenang,supaya pasien tetap nyaman.
e. Pelaksaan Tindakan
a) Petugas menggunakann masker,handsceon, scort.
b) Perawaat 1
1) Menekan pembuluh darah proximal dari luka, dengan permukaan
kulit dengan menggunakan jari tangan
2) Mengatur posisi dengan cara meninggikan daerah yang luka
c) Perawat ll
a) Mengatur posisi pasien
b) Memakai sarung tangan kecil
c) Meletakan kain kasa steril di atas luka,kemudian di tekan deng
ujung-ujung jari
d) Meletakan lagi kain kasa steril diatas kain kasa pertama kemudia
tekan denga ujung jari bila perdarah masih berlangsung, tindakan
ini dapat dilakukan secara kebutuhan tanpa mengangkat kain kasa
yang ada.
e) Balut tekan
1) Meletakan kain kasa steril di atas luka
2) Memasang verband balut tekan, kemudian letkkan benda keras
(verband atau kayu balut) diatas luka
3) Membalut luka dengan menggukan verband baluttekan
f. Memasang tourniquet untuk luka dengan perdarahan hebat
dengantraumatik amputasi
1) Menutupluka ujung tungkai yang putus ( amputasi) dengan
menggunakan kain kasa steril
2) Memasang tourniuett lebih kurang 10cm sebelah proximal luka,
kemudian ikatlah degan kuat
16

3) Tourniquet harusdilonggarkan setiap 15 menit sekalisecara periodik


g. Memasang SB tube
1) Menyiapkan alat untuk memasang SB tube
2) Mengatur posisi pasien
3) Mendampingi dokter selama pemasangan SB tube
4) Mengobservasi tanda vital pasien
h. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemasangan tourniquet dan SB tube:
1) Pemasangan tourniquet merupakan tindakan terakhir jika tindakan
lainnya tida berhasil. Hanya dilakukan pada keadaan amputasi atau
sebagai “live saving’
2) Selama melakukan tindakan perhatikan:
a) Kondisi pasien dan tanda- tanda vital
b) Ekpresi wajah
c) Perkembangan pasien
3) Pemasangan SB tube dianjurkan dengan pengompresan dan irigasi
melalui selang
17

Contoh Format Informed Consent


SURAT PERSETUJUAN/PENOLAKAN MEDIS KHUSUS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin(L/P) :
Umur/Tgl Lahir :
Alamat :
Telpon :
Menyatakan dengan sesungguhnya dari saya sendiri/*sebagai
orangtua/*suami/*istri/*anak/*wali dari:
Nama :
Jenis Kelamin(L/P) :
Umur/Tgl Lahir :
Alamat :
Telpon :
Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan Tindakan
Medis berupa………………………………………………………………….

Dari penjelasan yang diberikan,telah saya mengerti segala hal yang


berhubungan dengan penyakit tersebut, serta tindakan medis yang akan
dilakukan dan kemungkinana pascatindakan yang dapat terjadi sesuai
penjelasan yang diberikan.

Garut............ 2021
Dokter/Pelaksana. Yang membuat pernyataan

Ttd Ttd

(……………………). (......................................)
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Perawatan pre-operatif merupkan tahap pertama dari perawatan
periperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk diruang terima pasien
dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan
tindakan pembedahan .
Diman di pre-operatip ada dua pembahasan yaitu pecukuran daerah
operasi dan menyiapkan inpormed consent. Dimana pencukuran daerah
operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang
dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi
tempat tersembunyi kuman dan juga mengganggu atau menghambat proses
penyembuhan dan perawatan luka. Dan informed consent adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut.
Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre
dan intra operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan/
pasca anestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Diman disini terdap
tiga pembahasan yaitu menyiapkan tempat tidur pasca operasi,
mengobservasi atau mengamati sirkulasi, dan mengobservasi perdarahan atau
menimalisir supaya tidak terjadi perdarahan setelah klien dilakukan operasi.

18
19
DAFTAR PUSTAKA

Bradero, Mary. Dkk. 2009. Prinsip dan Praktik Keperawatan Perioperatif.


Jakarta: EGC

Gruendeman, Barbara J. & fernsebner, Billie, (2005). Buku ajar keperawatan


perioperatif volume 1. Jakarta : EGC

Susanti, Sutyane Suliastina. Dkk. 2021. Pencegahan dan Penatalaksanaan


Keperawatan COVID-19. Aceh : Syiah Kuala University Press

Wilkinson, judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 7. EGC :


Jakarta

Zahara farhan & Devi Ratnasari, 2019. Penerbit manggu makmur tanjung lestari.
Buku peroperatif.EGC Bandung

19

Anda mungkin juga menyukai