Disusun oleh:
Nananananannanananann
a
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang
akan datang.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya, Amin.
Penyusun
(......................................)
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan Penlisan.....................................................................................................1
C. Rumusan Masalah.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.............................................................................................................. 3
B. Tahap Perawatan..............................................................................................4
C. Komplikasi........................................................................................................5
D. Asuhan Keperawatan......................................................................................8
A. Kesimpulan....................................................................................................... 15
B. Saran.................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan pada pasien perioperatif merupakan suatu tantangan dan bidang khusus
yang memberikan kebahagiaan pada pasien. Sejak pertengahan tahun 1970-an para
peneliti menyumbangkan penelitiannya dan
telah membuat kemajuan besar dalam intervensi bedah dan perawatan post
operatif. Prosedur bedah dan prosedur invasif lainnya merupakan salah satu
hal yang harus dipertimbangkan dalam kondisi sekarang ini. Dulu pasien
Perubahanbesarpadadekadeyanglalutelahtimbulpusat
pembedahan rawt jalan dan pembedahan ambulatory. Perkembangan yang
merubahfokus perawatan bedah bervariasi, tetapi sesuai sama dalam
pembedahan dan kembali kerumah untuk menjalani hidup yang produktif.
beberapa hal analisis yaitu, lebih dari 60% semua peraawatan bedah
sekarangtersediapadapusatambulatori.Pengetahuanakanproses
perawatan,kemampuantehikdantanggungjawabuntuksemuafase
perioperatif klien merupakan komponen yang esensial dalam pelayanan
dibuat dan berakhir pada pemindahan klien ketempat operasi. Aktifitas keperawatan mulai dari peng
diklinik, antar dokter atau melalui telepon dan berlanjut sampai dengan
pengkajian di unit sebelum masuk ruang bedah, ruang klien, atau di ruang
pembedahan.
Tujuan Penulisan
B. Mengetahui definisi dari ortopedi.
Mengetahui tahap keperawatan dari bedah post operasi ortopedi.
Mengetahui komplikasi dari post operasi ortopedi.
Mengetahui asuhan keperawatan pada post operasi ortopedi.
1
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ortopediC
2. Apa saja tahap keperawatan dari post operasi ortopediC
3. Apa komplikasi dari post operasi ortopediC
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada post operasi ortopediC
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. De(inisi
3
B. Tahapan Keperawatan Pascaoperasi
Perawatan pasca-operasi meliputi beberapa tahapan, diantaranya
Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada saat transportasi klien:
1) Perencanaan
Pemindahan klien merupakan prosedur yang dipersiapkan
semuanya dari sumber daya manusia sampai dengan peralatannya.
2) Sumber daya manusia (ketenagaan)
Bukan sembarang orang yang bisa melakukan prosedur ini. Orang
yang boleh melakukan proses transfer pasien adalah orang yang bisa
menangani keadaan kegawat-daruratan yang mungkin terjadi selama
transportasi.
3) Equipment (peralatan)
Peralatan yang dipersipkan untuk keadaan darurat, misal: tabung
4
mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan
lendir.
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi
pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan
spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti
sedia kala.
5. Discharge planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi
kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan
dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya pasca-operasi.
a. Pernapasan
Komplikasi pernapasan yang mungkin timbul termasuk
hipoksemia yang tidak terdeteksi, atelektasis, bronkhitis,
bronkhopneumonia, pneumonia lobaris, kongesti pulmonal
hipostatik, plurisi, dan superinfeksi. Gagal pernapasan merupakan
fenomena pasca-operasi, biasanya karena kombinasi kejadian.
Kelemahan otot setelah pemulihan dari relaksan yang tidak
adekuat, depresi sentral dengan opioid dan zat anestesi, hambatan
batuk dan ventilasi alveolus yang tak adekuat sekunder terhadap
nyeri luka bergabung untuk menimbulkan gagal pernapasan
restriktif dengan retensi CO2sertakemudian narkosis CO2, terutama
jika PO2 dipertahankan dengan pemberian oksigen.
b. Kardiovaskuler
Komplikasi kardiovaskuler yang dapat terjadi antara lain
hipotensi, hipertensi, aritmia jantung, dan payah jantung.
Hipotensi didefinisikan sebagai tekanan darah systole kurang dari
70 mmHg atau turun lebih dari 25% dari nilai sebelumnya.
Hipotensi dapat disebabkan oleh hipovolemia yang diakibatkan
5
oleh perdarahan, overdosis obat anestetika, penyakit
kardiovaskuler seperti infark miokard, aritmia, hipertensi, dan
reaksi hipersensivitas obat induksi, obat pelumpuh otot, dan
c. Perdarahan
Penatalaksanaan perdarahan seperti halnya pada pasien
syok. Pasien diberikan posisi terlentang dengan posisi tungkai kaki
membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur sementara lutut
harus di jaga tetap lurus. Penyebab perdarahan harus dikaji
d. Hipertermia maligna
Hipertermi malignan sering kali terjadi pada pasien yang
dioperasi. Angka mortalitasnya sangat tinggi lebih dari 50%,
sehingga diperlukan penatalaksanaan yang adekuat. Hipertermi
malignan terjadi akibat gangguan otot yang disebabkan oleh
agen anastetik. Selama anastesi, agen anastesi inhalasi (halotan,
6
enfluran) dan relaksan otot (suksinilkolin) dapat memicu
terjadinya hipertermi malignan.
e. Hipotermia o
Hipotermia adalah keadaan suhu tubuh dibawah 36,6 C
(normotermi : 36,6oC-37,5oC). Hipotermi yang tidak diinginkan
mungkin saja dialami pasien sebagai akibat suhu rendah di kamar
operasi (25oC-26,6oC), infus dengan cairan yang dingin, inhalasi
gas-gas dingin, aktivitas otot yang menurun, usia lanjut atau obat-
obatan yang digunakan (vasodilator, anastetik umum, dan lain-
lain).Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari
hipotermi yang tidak diinginkan adalah atur suhu ruangan
kamar operasi pada suhu ideal (25 oC - 26,6 oC), janganlebih
rendah dari suhu tersebut, caiaran intravena dan irigasi dibuat
pada suhu 37 oC, gaun operasi pasien dan selimut yang basah
harus segera diganti dengan gaun dan selimut yang kering.
7
D. Asuhan Keperawatan
8
Pada sistem gastrointestinal diperiksa: adanya dilatasi lambung,
tanda-tanda cairan bebas, distensi abdomen, perdarahan lambung pasca-
operasi, obstruksi atau hipoperistaltik, gangguan organ lain, misalnya:
hepar, lien, pancreas, dilatasi usus halus. Pada pasien operasi mayor
sering mengalami kembung yang mengganggu pernafasan, karena pasien
bernafas dengan diafragma.
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien
pascaoperasi ortopedi adalah sebagai berikut :
a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, pembengkakan
dan imobilisasi.
b. Resiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
pembengkakan, alat yang mengikat dan gangguan peredaran darah.
c. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
kehilangan kemandirian.
d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,
pembengkakan, prosedur pembedahan, adanya alat imobilisasi
(misal bidai, traksi, gips).
9
e. Perubahan konsep diri: citra diri, harga diri dan peran diri
berhubungan dengan dampak masalah muskuloskeletal.
3. Rencana keperawatan
keidaknyamanan.
c) Meninggikan ekstremitas untuk mengontrol pembengkakan
dan ketidaknyamanan.
d) Bergerak dengan lebih nyaman.
Tindakan :
a) Lakukan pengkajian nyeri (meliputi skala, intensitas dan jenis
nyeri).
b) Kaji adanya edema, hematoma, dan spasme otot.
c) Tinggikan ekstremitas yang sakit.
10
a) Warna kulit normal.
b) Kulit hangat.
c) Respon pengisian kapiler normal (< 3 detik).
gangguan.
c) Berhenti merokok.
d) Melakukan latihan pernafasan.
e) Bergabung dalam latihan penguatan otot.
Tindakan :
a) Bantu klien untuk merubah posisi setiap 2 jam.
b) Pantau adanya luka akibat tekanan.
c) Lakukan perawatan kulit, lakukan pemijatan dan minimalkan
tekanan pada penonjolan tulang.
11
d) Kolaborasi kepada tim gizi; pemberian menu seimbang dan
pemberian susu.
Kriteria Evaluasi :
Klien memaksimalkan mobilitas dalam batas terapeutik :
a) Meminta bantuan bila bergerak.
b) Meninggikan ekstremitas yang bengkak setelah bergeser.
12
c) Mempunyai pandangan diri dan mampu menerima tanggung
jawab.
d) Berpartisipasi aktif dalam merencanakan perawatan dan
5. Evaluasi pasca-operasi
Untuk mengevaluasi berhasilnya intervensi keperawatan, perlu
dibandingkan antara perilaku pasien dan hasil yangdiharapkan (Baradero
et al,2008). Intervensi keperawatan dikatakan berhasil apabila pasien
dapat:
a) Mempertahankan jalan nafas yang paten, dan auskultasi paru
yang tidak menunjukkan rales;
b) Bisa batuk secara efektif;
c) Mempertahankan frekuensi nadi dan tekanan darah pada tahap
pra-operasi;
d) Orientasi yang baik terhadap waktu, orang, tempat dan bisa
menggerakkan semua ekstermitas;
e) Memiliki haluaran urin lebih dari 30 ml/jam dan tidak ada
edema;
13
f) Mengungkapkan bahwa nyeri dapat ditoleransi, ekspansi
wajah relaks, dan tidak ada nyeri;
g) Suhu tubuh dalam batas normal;
h) Memiliki kulit utuh, tanpa lecet, kemerahan;
i) Tidak ada mual-muntah, dapat minum sedikit-sedikit tanpa
muntah;
j) Menunjukkan tanda penyembuhan luka tanpa infeksi.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tujuan perawatan pasca operasi adalah pemulihan kesehatan
fisiologi dan psikologi kembali normal
2. Periode postoperatif meliputi waktu dari akhir prosedur pada ruang
operasi sampai pasien melanjutkanrutinitas normaldan daya
hidupnya
3. Pedoman perawat pasca operatif harus sesuai dengan elemen-
elemen seperti tanda-tanda vital perawatan luka, penanganan nyeri,
posisi tempat tidur, pengantian cairan, diet
B. Saran
Pada pasien post operasi sebaiknya pemberian nutrisi segera
setelah operasi lebih diutamakan karena telah dibuktikan memiliki banyak
keuntungan untuk mempercepat proses penyembuhan.
15
DAFTAR PUSTAKA