Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EROS for Orthopedic

Disusun oleh:
Nananananannanananann
a

FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI
TAHUN AJARAN 2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah. SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan perlindungandan


kesehatan sehingga penulis dapat menyusun makalah dengan judul ” Post-Operasi
Bedah Ortopedi”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini
penulis banyak menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan
keterbatasan penulis sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang
dimiliki penulis maka penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun
makalah dengan sebaik-baiknya.
Sebagai manusia penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih

jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang
akan datang.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya, Amin.

Purwodadi, 22 Feb ru ar i 2016

Penyusun

(......................................)

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................... i

Daftar Isi............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Tujuan Penlisan.....................................................................................................1

C. Rumusan Masalah.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi.............................................................................................................. 3

B. Tahap Perawatan..............................................................................................4

C. Komplikasi........................................................................................................5

D. Asuhan Keperawatan......................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................... 15
B. Saran.................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan pada pasien perioperatif merupakan suatu tantangan dan bidang khusus
yang memberikan kebahagiaan pada pasien. Sejak pertengahan tahun 1970-an para
peneliti menyumbangkan penelitiannya dan
telah membuat kemajuan besar dalam intervensi bedah dan perawatan post

operatif. Prosedur bedah dan prosedur invasif lainnya merupakan salah satu
hal yang harus dipertimbangkan dalam kondisi sekarang ini. Dulu pasien

tidak menghabiska waktu yang lama setelah pembedahan. Kemajuan dalam


bidang anastesi teknik bedah membuat klien sembuh secara cepat dari

Perubahanbesarpadadekadeyanglalutelahtimbulpusat
pembedahan rawt jalan dan pembedahan ambulatory. Perkembangan yang
merubahfokus perawatan bedah bervariasi, tetapi sesuai sama dalam
pembedahan dan kembali kerumah untuk menjalani hidup yang produktif.
beberapa hal analisis yaitu, lebih dari 60% semua peraawatan bedah
sekarangtersediapadapusatambulatori.Pengetahuanakanproses

perawatan,kemampuantehikdantanggungjawabuntuksemuafase
perioperatif klien merupakan komponen yang esensial dalam pelayanan

keperawatan pada pasien yang mengalami pembedahan.

Fase perioperatif dimuali ketika keputusan untuk intervensi bedah

dibuat dan berakhir pada pemindahan klien ketempat operasi. Aktifitas keperawatan mulai dari peng
diklinik, antar dokter atau melalui telepon dan berlanjut sampai dengan

pengkajian di unit sebelum masuk ruang bedah, ruang klien, atau di ruang
pembedahan.
Tujuan Penulisan
B. Mengetahui definisi dari ortopedi.
Mengetahui tahap keperawatan dari bedah post operasi ortopedi.
Mengetahui komplikasi dari post operasi ortopedi.
Mengetahui asuhan keperawatan pada post operasi ortopedi.

1
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ortopediC
2. Apa saja tahap keperawatan dari post operasi ortopediC
3. Apa komplikasi dari post operasi ortopediC
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada post operasi ortopediC

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. De(inisi

Orthopedik adalah cabang ilmu bedah yang berhubungan dengan


pemeliharaan dan pemulihan fungsi sistem rangka, persendiannya, dan
stuktur yang berkaitan. Berhubungan dengan koreksi deformitas sistem
muskuloskeletal; berhubungan dengan orthopedik.

Bedah orthopedi adalah suatu tindakan bedah untuk memullihkan


kondisi disfungsi muskuloskeletal seperti, fraktur yang tidak stabil,
deformitas, dislokasi sendi, jaringan nekrosis dan terinfeksi, sindrom
kompartemen, serta sistem muskuloskeletal.

Tahap pasca-operasi dimulai dari memindahkan pasien dari


ruangan bedah ke unit pasca-operasi dan berakhir saat pasien pulang.
Pada tahap ini perawat berusaha untuk memulihkan fungsi pasien
seoptimal dan secepat mungkin. Pasca-operasi adalah masa setelah
dilakukan pembedahan yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.

Pada perawatan pasca-operasi diperlukan dukungan untuk


pasien, menghilangkan rasa sakit, antisipasi dan mengatasi segera
komplikasi, memelihara komunikasi yang baik dengan tim, rencana
perawatan disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Sebelum pasien
dipindahkan ke ruangan(bangsal) setelah dilakukan operasi terutama
yang menggunakan general aenesthesia, maka kita perlu melakukan
penilaian terlebih dahulu untuk menentukan apakah pasien sudah dapat
dipindahkan ke ruangan atau masih perlu di observasi di ruang pemulihan
(recovery room).

3
B. Tahapan Keperawatan Pascaoperasi
Perawatan pasca-operasi meliputi beberapa tahapan, diantaranya
Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada saat transportasi klien:

1) Perencanaan
Pemindahan klien merupakan prosedur yang dipersiapkan
semuanya dari sumber daya manusia sampai dengan peralatannya.
2) Sumber daya manusia (ketenagaan)
Bukan sembarang orang yang bisa melakukan prosedur ini. Orang
yang boleh melakukan proses transfer pasien adalah orang yang bisa
menangani keadaan kegawat-daruratan yang mungkin terjadi selama
transportasi.

3) Equipment (peralatan)
Peralatan yang dipersipkan untuk keadaan darurat, misal: tabung

oksigen, sampai selimut tambahan untuk mencegah hipotermi harus


dipersiapkan dengan lengkap dan dalam kondisi siap pakai.
4) Prosedur
Untuk beberapa pasien setelah operasi harus ke bagian radiologi
dulu dan sebagainya. Prosedur-prosedur pemindahan pasien dan posisi
pasien harus benar-benar diperhatikan demi keamanan dan kenyamanan
pasien.
5) Passage (jalur lintasan)
Hendaknya memilih jalan yang aman, nyaman dan yang paling
singkat. Ekstra waspada terhadap kejadian lift yang macet dan sebagainya.

d. Perawatan di ruang rawat (bangsal)


Ketika pasien sudah mencapai bangsal, maka hal yang harus
perawatlakukan, yaitu :
1. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage,
tube/selang, dan komplikasi.
2. Manajemen luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak
mengalami perdarahan abnormal.
3. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM (range of
motion), nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk

4
mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan
lendir.
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi
pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan
spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti
sedia kala.
5. Discharge planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi
kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan
dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya pasca-operasi.

C. Komplikasi yang muncul pada pasien pasca-operasi


Komplikasi yang akan muncul saat pascaoperasi diantaranya:

a. Pernapasan
Komplikasi pernapasan yang mungkin timbul termasuk
hipoksemia yang tidak terdeteksi, atelektasis, bronkhitis,
bronkhopneumonia, pneumonia lobaris, kongesti pulmonal
hipostatik, plurisi, dan superinfeksi. Gagal pernapasan merupakan
fenomena pasca-operasi, biasanya karena kombinasi kejadian.
Kelemahan otot setelah pemulihan dari relaksan yang tidak
adekuat, depresi sentral dengan opioid dan zat anestesi, hambatan
batuk dan ventilasi alveolus yang tak adekuat sekunder terhadap
nyeri luka bergabung untuk menimbulkan gagal pernapasan
restriktif dengan retensi CO2sertakemudian narkosis CO2, terutama
jika PO2 dipertahankan dengan pemberian oksigen.

b. Kardiovaskuler
Komplikasi kardiovaskuler yang dapat terjadi antara lain
hipotensi, hipertensi, aritmia jantung, dan payah jantung.
Hipotensi didefinisikan sebagai tekanan darah systole kurang dari
70 mmHg atau turun lebih dari 25% dari nilai sebelumnya.
Hipotensi dapat disebabkan oleh hipovolemia yang diakibatkan

5
oleh perdarahan, overdosis obat anestetika, penyakit
kardiovaskuler seperti infark miokard, aritmia, hipertensi, dan
reaksi hipersensivitas obat induksi, obat pelumpuh otot, dan

reaksi transfusi.Hipertensi dapat meningkat pada periode induksi


dan pemulihan anestesia. Komplikasi hipertensi disebabkan oleh
analgesik dan hipnosis yang tidak adekuat, batuk, penyakit
hipertensi yang tidak diterapi, dan ventilasi yang tidak adekuat.

c. Perdarahan
Penatalaksanaan perdarahan seperti halnya pada pasien
syok. Pasien diberikan posisi terlentang dengan posisi tungkai kaki
membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur sementara lutut
harus di jaga tetap lurus. Penyebab perdarahan harus dikaji

dan diatasi. Luka bedah harus selalu diinspeksi terhadap


perdarahan.Jika perdarahan terjadi, kassa st eril dan balutan
yang kuat dipasangkan dan tempat perdarahan ditinggikan pada
posisi ketinggian jantung. Pergantian cairan koloid disesuaikan
dengan kondisi pasien. Manifestasi klinis meliputi gelisah,
gundah, terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat, nadi
meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan
konjungtiva pucat dan pasien melemah. Penatalaksanaan pasien
dibaringkan seperti pada posisi pasien syok, sedatif atau

analgetik diberikan sesuai indikasi, inspeksi luka bedah, balut


kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi dan transfusi
darah atau produk darah lainnya.

d. Hipertermia maligna
Hipertermi malignan sering kali terjadi pada pasien yang
dioperasi. Angka mortalitasnya sangat tinggi lebih dari 50%,
sehingga diperlukan penatalaksanaan yang adekuat. Hipertermi
malignan terjadi akibat gangguan otot yang disebabkan oleh
agen anastetik. Selama anastesi, agen anastesi inhalasi (halotan,

6
enfluran) dan relaksan otot (suksinilkolin) dapat memicu
terjadinya hipertermi malignan.

e. Hipotermia o
Hipotermia adalah keadaan suhu tubuh dibawah 36,6 C
(normotermi : 36,6oC-37,5oC). Hipotermi yang tidak diinginkan
mungkin saja dialami pasien sebagai akibat suhu rendah di kamar
operasi (25oC-26,6oC), infus dengan cairan yang dingin, inhalasi
gas-gas dingin, aktivitas otot yang menurun, usia lanjut atau obat-
obatan yang digunakan (vasodilator, anastetik umum, dan lain-
lain).Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari
hipotermi yang tidak diinginkan adalah atur suhu ruangan
kamar operasi pada suhu ideal (25 oC - 26,6 oC), janganlebih
rendah dari suhu tersebut, caiaran intravena dan irigasi dibuat
pada suhu 37 oC, gaun operasi pasien dan selimut yang basah
harus segera diganti dengan gaun dan selimut yang kering.

7
D. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan pasca-operasi


Pengkajian adalah usaha untukmengumpulkan data-data sesuai
dengan respon klien baik dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang,wawacara, observasi dan dokumentasi secara bio-psiko-sosio-
spiritual (Doenges, 2000). Pada saat melakukan pengkajian di ruang
pulih, agar lebih sistematis dan lebih mudah dapat dilakukan monitoring
B6 yaitu :
a. Breath (nafas): sistem respirasi
Pasien yang belum sadar dilakukan evaluasi seperti pola nafas,
tanda-tanda obstruksi, pernafasan cuping hidung, frekuensi nafas,

pergerakan rongga dada:apakah simetris atau tidak, suara nafas


tambahan: apakah tidak ada obstruksi total, udara nafas yang keluar dari
hidung, sianosis pada ekstremitas, auskultasi: adanya wheezing atau
ronki, saat pasien sadar: tanyakan adakah keluhan pernafasan, jika tidak
ada keluhan: cukup diberikan O2, jika terdapat tanda-tandaobstruksi:
diberikan terapi sesuai kondisi (aminofilin,kortikosteroid, tindakan triple
manuver airway).

b. Blood (darah): sistem kardiovaskuler


Pada sistem kardiovaskuler dinilai tekanan darah, nadi, perfusi

perifer, status hidrasi (hipotermi ± syok) dan kadar Hb.


c. Brain (otak): sistem SSP
Pada sistem saraf pusat dinilai kesadaran pasien dengan GCS
(Glasgow Coma Scale) dan perhatikan gejala kenaikan TIK 4.

d. Bladder (kandung kemih): sistem urogenitalis


Pada sistem urogenitalis diperiksa kualitas, kuantitas, warna,
kepekatan urine, untuk menilai: apakah pasien masih dehidrasi, apakah ada
kerusakan ginjal saat operasi, gagal ginjal akut (GGA).

e. Bowel (usus): sistem gastrointestinalis

8
Pada sistem gastrointestinal diperiksa: adanya dilatasi lambung,
tanda-tanda cairan bebas, distensi abdomen, perdarahan lambung pasca-
operasi, obstruksi atau hipoperistaltik, gangguan organ lain, misalnya:

hepar, lien, pancreas, dilatasi usus halus. Pada pasien operasi mayor
sering mengalami kembung yang mengganggu pernafasan, karena pasien
bernafas dengan diafragma.

f. Bone (tulang): sistem musculo skeletal


Pada sistemmusculoskletal dinilai adanya tanda-tanda sianosis,
warna kuku, perdarahan post-operasi, gangguan neurologis: gerakan
ekstremitas. Data pengkajian pasien pasca-operasi menurut American
Society of Post Anesthesia Nurses (ASPAN) dalam Baradero et al,
(2008): jalan nafas, pernafasan, sirkulasi, kardiovaskular (kecepatan dan
irama EKG, tekanan darah, suhu, dan keadaan kulit) pernafasan
(kecepatan, irama, bunyi nafas (auskultasi paru), oksimetri nadi, jalan
nafas, dan sistem pemberian oksigen), neurologis (respon terhadap
stimulus, bisa mengikuti perintah dan gerakan ekstermitas), ginjal
(asupan dan haluaran, jalur intravena dan infuse, irigasi dan drain dan
kateter).

2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien
pascaoperasi ortopedi adalah sebagai berikut :
a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, pembengkakan
dan imobilisasi.
b. Resiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
pembengkakan, alat yang mengikat dan gangguan peredaran darah.
c. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
kehilangan kemandirian.
d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,
pembengkakan, prosedur pembedahan, adanya alat imobilisasi
(misal bidai, traksi, gips).

9
e. Perubahan konsep diri: citra diri, harga diri dan peran diri
berhubungan dengan dampak masalah muskuloskeletal.
3. Rencana keperawatan

Rencana asuhan keperawatan pada klien postoperatif ortopedi


disusun seperti berikut ini meliputi diagnosis keperawatan, tindakan dan
kriteria evaluasi
a. Diagnosis Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan prosedur
pembedahan, pembengkakan dan imobilisasi.
Kriteria Evaluasi :
Klien melaporkan nyeri berkurang/hilang :
a) Menggunakan berbagai pendekatan untuk mengurangi nyeri.
b) Kadang menggunakan obat per oral untuk mengontrol

keidaknyamanan.
c) Meninggikan ekstremitas untuk mengontrol pembengkakan
dan ketidaknyamanan.
d) Bergerak dengan lebih nyaman.
Tindakan :
a) Lakukan pengkajian nyeri (meliputi skala, intensitas dan jenis
nyeri).
b) Kaji adanya edema, hematoma, dan spasme otot.
c) Tinggikan ekstremitas yang sakit.

d) Berikan kompres dingin (es).


e) Ajarkan klien teknik relaksasi (seperti distraksi).
f) Laporkan kepada tim medis, bila nyeri tidak terkontrol.
g) Berikan obat-obatan analgetik sesuai order.

b. Diagnosis Keperawatan : Resiko perubahan perfusi jaringan perifer


berhubungan dengan pembengkakan, alat yang mengikat dan
gangguan peredaran darah.
Kriteria Evaluasi :

Klien memperlihatkan perfusi jaringan yang adekuat :

10
a) Warna kulit normal.
b) Kulit hangat.
c) Respon pengisian kapiler normal (< 3 detik).

d) Memperlihatkan pengurangan pembengkakan.


Tindakan :
a) Kaji status neurovaskuler (misal warna kulit, suhu, denyut
nadi).
b) Tinggikan ekstremitas yang sakit.
c) Balutan yang ketat harus dilonggarkan.
d) Anjurkan klien untuk melakukan pengesetan otot dan latihan
pergelangan kaki untuk memperbaiki peredaran darah.
e) Laporkan kepada tim medis jika peredaran darah mengalami

gangguan.

c. Diagnosis Keperawatan : Perubahan pemeliharaan kesehatan


berhubungan dengan kehilangan kemandirian.
Kriteria Evaluasi :
Klien memperlihatkan upaya memperbaiki kesehatan :
a) Mengubah posisi sendiri untuk menghilangkan tekanan pada
kulit.
b) Menjaga hidrasi yang adekuat.

c) Berhenti merokok.
d) Melakukan latihan pernafasan.
e) Bergabung dalam latihan penguatan otot.

Tindakan :
a) Bantu klien untuk merubah posisi setiap 2 jam.
b) Pantau adanya luka akibat tekanan.
c) Lakukan perawatan kulit, lakukan pemijatan dan minimalkan
tekanan pada penonjolan tulang.

11
d) Kolaborasi kepada tim gizi; pemberian menu seimbang dan
pemberian susu.

d. Diagnosis Keperawatan : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan


dengan nyeri, pembengkakan, prosedur pembedahan, adanya alat
imobilisasi (misal bidai, traksi, gips)

Kriteria Evaluasi :
Klien memaksimalkan mobilitas dalam batas terapeutik :
a) Meminta bantuan bila bergerak.
b) Meninggikan ekstremitas yang bengkak setelah bergeser.

c) Menggunakan alat imobilisai sesuai petunjuk.


d) Mematuhi pembatasan pembebanan sesuai anjuran.
Tindakan :
a) Bantu klien menggerakkan bagian cedera dengan tetap
memberikan sokongan yang adekuat.
b) Ekstremitas ditinggikan dan disokong dengan bantal.
c) Nyeri dikontrol dengan bidai dan memberikan obat anti nyeri
sebelum digerakkan.
d) Ajarkan klien menggunakan alat bantu gerak (misal tongkat,

dan kursi roda), dan anjurkan klien untuk latihan.

e. Diagnosis Keperawatan : Perubahan konsep diri: citra diri, harga diri


dan peran diri berhubungan dengan dampak masalah muskuloskeletal.
Kriteria Evaluasi :
Klien memperlihatkan konsep diri yang positif :
a) Mendiskusikan perubahan sementara atau menetap terhadap
perubahan citra tubuh.
b) Mendiskusikan kinerja peran.

12
c) Mempunyai pandangan diri dan mampu menerima tanggung
jawab.
d) Berpartisipasi aktif dalam merencanakan perawatan dan

dalam program terapeutik.


Tindakan :
a) Dorong klien mengungkapkan perasaan dan rasa ketakutan,
mengenai perubahan konsep diri.
b) Bantu klien dalam penerimaan perubahan citra diri sesuai
kebutuhan klien.
c) Jelaskan setiap kesalahpahaman yang dialami klien, untuk
membantu penyesuaian terhadap perubahan kapasitas fisik dan
konsep diri.

d) Susun sasaran dan tujuan yang akan dicapai bersama klien.


e) Anjurkan dan motivasi klien untuk melakukan perawatan diri
sendiri mandiri sesuai kemampuan.
f) Berikakn dukungan dan pujian terhadap upaya klien.
g) Anjurkan keluarga/orang terdekat untuk mendukung
penyembuhan klien dangan dampak masalah muskuloskeletal.

5. Evaluasi pasca-operasi
Untuk mengevaluasi berhasilnya intervensi keperawatan, perlu
dibandingkan antara perilaku pasien dan hasil yangdiharapkan (Baradero
et al,2008). Intervensi keperawatan dikatakan berhasil apabila pasien
dapat:
a) Mempertahankan jalan nafas yang paten, dan auskultasi paru
yang tidak menunjukkan rales;
b) Bisa batuk secara efektif;
c) Mempertahankan frekuensi nadi dan tekanan darah pada tahap
pra-operasi;
d) Orientasi yang baik terhadap waktu, orang, tempat dan bisa
menggerakkan semua ekstermitas;
e) Memiliki haluaran urin lebih dari 30 ml/jam dan tidak ada

edema;

13
f) Mengungkapkan bahwa nyeri dapat ditoleransi, ekspansi
wajah relaks, dan tidak ada nyeri;
g) Suhu tubuh dalam batas normal;
h) Memiliki kulit utuh, tanpa lecet, kemerahan;
i) Tidak ada mual-muntah, dapat minum sedikit-sedikit tanpa
muntah;
j) Menunjukkan tanda penyembuhan luka tanpa infeksi.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tujuan perawatan pasca operasi adalah pemulihan kesehatan
fisiologi dan psikologi kembali normal
2. Periode postoperatif meliputi waktu dari akhir prosedur pada ruang
operasi sampai pasien melanjutkanrutinitas normaldan daya
hidupnya
3. Pedoman perawat pasca operatif harus sesuai dengan elemen-
elemen seperti tanda-tanda vital perawatan luka, penanganan nyeri,
posisi tempat tidur, pengantian cairan, diet

B. Saran
Pada pasien post operasi sebaiknya pemberian nutrisi segera
setelah operasi lebih diutamakan karena telah dibuktikan memiliki banyak
keuntungan untuk mempercepat proses penyembuhan.

15
DAFTAR PUSTAKA

NANDA. (2010). Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasi

fikasi. Jakarta: Prima Medika

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan).


PT EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah. Volume I (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I.

(terjemahan).Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan


Pajajaran. Bandung.

Guyton, Arthur C, Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, EGC


Penerbit buku kedokteran, Jakarta, 1987.

McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Glor ia M. 1996.Nursing Interνention


Classsification (NIC). Mosby, St. Louise.

Anda mungkin juga menyukai