Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KONSEP KAMAR BEDAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Peminatan 1

Disusun oleh :

1. Iis Purnamasari (A11801767)


2. Ilham Bachtiar (A11801768)
3. Ilham Sudrajat (A11801769)
4. Iman Arif Aji W. (A11801770)
5. Indah Isnandari (A11801771)
6. Inka Putri Badriani (A11801772)
7. Intan Putri P.N.I (A11801773)
8. Iqbal Naila (A11801774)
9. Isnaeni Ayuningsih (A11801775)
10. Isnaeni Nur Afifah (A11801776)
11. Khoirul Anam (A11801778)
12. Kholifatun Nurrohwinahyu (A11801779)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG


2020/2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “MAKALAH KONSEP KAMAR BEDAH”.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat kekurangan
dan jauh dari yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami memohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Kebumen, 10 Maret 2021

Penulis,

ii
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL---------------------------------------------------------------------------- i

KATA PENGANTAR--------------------------------------------------------------------------- ii

DAFTAR ISI------------------------------------------------------------------------------------- iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang---------------------------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah----------------------------------------------------------------- 2
C. Tujuan-------------------------------------------------------------------------------- 3

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Kamar Bedah--------------------------------------------------------- 4


B. Pembagian Daerah Kamar Bedah---------------------------------------------- 5
C. Bagian dari Kamar Bedah-------------------------------------------------------- 10
D. Persyaratan Kamar Bedah------------------------------------------------------- 13
E. Peran Perawat Kamar Bedah---------------------------------------------------- 16

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan-------------------------------------------------------------------------- 21
B. Saran---------------------------------------------------------------------------------- 21

DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------------------------- 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan suatu sarana pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan upaya kesehatan kepada masyarakat, baik gawat darurat
atau IGD, rawat jalan, rawat inap maupun poli. Pelayanan kesehatan di
rumah sakit terdiri dari beberapa pelayanan. Salah satu pelayanan kesehatan
tersebut adalah pelayanan operasi atau yang biasa disebut kamar bedah
(Rustiyanto, 2016).

Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam


pelayanan kesehatan. Tindakan pembedahan bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi. Namun
demikian, pembedahan yang dilakukan juga dapat menimbulkan komplikasi
yang dapat membahayakan nyawa (Haynes, et al. 2011). Oleh sebab itu
diperlukan pelayanan pembedahan yang aman untuk mengatasi komplikasi
pembedahan.
Sistem pelayanan kamar bedah merupakan salah satu unit pelayanan khusus
di Rumah sakit. Pelayanan ini terdiri dari 3 fase pelayanan yaitu pelayanan
sebelum operasi (pre operasi), selama operasi (intra operasi), serta setelah
operasi (post operasi). Jenis pelayanan ini melibatkan tenaga profesional
operasi yang bekerja secara terpadu dengan berfokus pada pasien (Hipkabi,
2016).
Sedangkan Pelayanan Kamar Bedah di RS adalah tindakan medis yang
dilakukan di ruang operasi yang operasionalnya selama 24 jam dan 7 hari
dalam satu minggu yang terbagi dalam 3 shift kerja karyawan yaitu pagi,
siang dan malam. ( Tim Akreditasi Rumah Sakit PKPO,2018).
Kemudian pengertian dari kamar operasi atau bedah adalah salah satu
fasilitas yang ada di rumah sakit dan termasuk sebagai fasilitas yang

1
mempunyai banyak persyaratan. fasilitas ini dipergunakan untuk pasien
pasien yang membutuhkan tindakan operasi, terutama untuk tindakan
operasi besar. Proses operasi meskipun sebuah operasi yang komplek akan
terbagi menjadi 3 periode yaitu prior surgery, during surgery, dan after
surgery. Kegiatan pada periode prior surgery dapat dilakukan diruang
perawatan atau di ruang persiapan operasi untuk kasus kasus one day care
surgery. Kegiatan pada periode during surgery tentu saja berada di kamar
operasi. sedangkan kegiatan pada periode after surgery, pasien yang telah
selesai dilakukan tindakan operasi akan dipindahkan ke ruang pemulihan
tahap 1 selama 1 atau 2 jam. Setelah pasien siuman dapat dipindahkan ke
ruang perawatan yang tentunya tergantung dari kondisi pasien itu sendiri,
jika pasien dalam keadaan baik maka akan dipindahkan ke bangsal perawatan
biasa, apabila pasien perlu mendapatkan perawatan intensive maka akan di
relokasi ke ICU. Sedangkan pasien yang dilakukan tindakan operasi dengan
system one day care maka akan dipindahkan ke ruang pemulihan sebelum
pasien ini pulang ke rumah. Penentuan jumlah ruang operasi sangat
tergantung dari historis jumlah pasien dan prediksi pasien yang akan datang
ke rumah sakit untuk melakukan tindakan operasi.( Dewi Feri, ST., Mkes,
2017).
Berdasarkan pemaparan yang telah dijabarkan diatas dan merujuk pada
tugas Peminatan 1 yang diberikan oleh dosen maka kelompok kami
menyusun makalah dengan topik “Konsep Kamar Bedah”

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kamar Bedah
2. Pembagian Daerah Kamar Bedah
3. Bagian dari Kamar Bedah
4. Persyaratan Kamar Bedah
5. Peran Perawat Kamar bedah

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kamar bedah
2. Untuk mengetahui pembagian daerah kamar bedah
3. Untuk mengetahui bagian dari kamar bedah
4. Untuk mengetahui persyaratan kamar bedah
5. Untuk mengetahui peran perawat kamar bedah

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kamar Bedah
Kamar Bedah ialah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk
melakukan tindakan pembedahan, baik elektif ataupun emergency, yang
membutuhkan kondisi bersih hama (steril). Ruang bedah adalah ruang tempat
dimana dilakukan tindakan yang berhubungan dengan pembedahan. Ruangan
ini merupakan ruangan terbatas/ ketat (HIPKABI,2010).
Kamar operasi adalah ruangan di dalam rumah sakit yang dipakai untuk
melaksanakan operasi mayor dan secara khusus hanya dipakai untuk prosedur
bedah bukan untuk invetervensi pengobatan. Wiliamson (2011)
Kamar bedah adalah unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai
tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif ataupun akut,
yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya. (Kemenkes,
2012)
Kamar bedah adalah lingkungan khusus yang dibuat dengan satu tujuan
utama yaitu keselamatan pasien. Perawat yang bekerja di kamar operasi
bertindak sebagai advokator dari pasien yang tidak dapat mengadvokasi diri
mereka sendiri sebagai akibat dari pemberian anastesi. Pasien selama proses
pembedahan adalah menjadi tanggung jawab tim bedah, yang minimal terdiri
dari dokter (operator), tim anastesi, perawat scrub, dan perawat sirkulasi
(Litwack, 2014).
Kamar bedah merupakan ruangan khusus yang dipergunakan untuk
melakukan tindakan pembedahan yang didisain dalam keadaan aseptik. Untuk
mempertahankan keadaan ruangan aseptik diperlukan bekal yang cukup dari
perawat kamar bedah khususnya tentang pengelolaan lingkungan,
pengelolaan alat, pengelolaan personil dan pengelolaan pasien yang baik dan
benar sesuai dengan prosedur ruang aseptik. (Buku Program Pendidikan &
Pelatihan RSWS, 2017).

4
B. Pembagian Daerah Kamar Bedah
Pembagian daerah kemar bedah secara umum lingkungan kamar operasi
terdiri dari 3 area :
1. Area bebas terbatas (area tidak terbatas), Pada area ini petugas dan
pasien tidak perlu menggunakan pakaian khusus kamar operasi.
2. Area semi ketat (area semi terbatas), Pada area ini berlaku wajib untuk
kamar khusus yang terdiri atas topi, masker, baju dan celana operasi.
3. Area sempit / terbatas (area terbatas), Pada area ini, para petugas
akan menggunakan ruangan khusus operasi dan perawatan prosedur
septik. Pakaian khusus kamar operasi lengkap yaitu: topi, masker, baju
dan celana operasi serta prosedur aseptik. (Pedoman Pelayanan Bedah
RSUP Persahabatan,2021).

Menurut Kemenkes, 2012 kamar operasi terdapat tiga pembagian area :

1. Area non steril yang terdiri dari ruangan administrasi, ruangan


penerimaan pasien, ruang konfrensi, area persiapan pasien, ruang
istirahat dokter, ruang ganti pakaian.
2. Area semi yang terdiri dari ruang pemulihan atau recovery room,
ruang penyimpanan alat dan material operasi steril, ruang
penyimpanan obat-obatan, ruang penampungan alat dan instrumen
kotor, ruang penampungan linen kotor, ruang penampungan limbah
atau sampah operasi, ruang resusitasi bayi dan ruang untuk tindakan
radiologi sederhana.
3. Area steril yang terdiri dari ruang tindakan operasi, ruang cuci tangan
atau scrub area dan ruang induksi. Pada area steril harus selalu terjaga
kebersihan dan kondisi steril harus benar-benar dijaga.
Pembagian Zona Pada Ruang Operasi Berdasarkan Tingkat Resiko
Infeksi

5
Pembagian zona ruang operasi perlu dilakukan guna mengurangi
kemungkinan terjadinya infeksi pada pasien post operasi, pembagian
zona ruang operasi (Kemenkes, 2012).
Berikut gambar pembagian zona pada bangunan (sarana) Ruang
Operasi Rumah Sakit :

Keterangan :
a. Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal)
Zona ini terdiri dari area resepsionis (ruang administrasi dan
pendaftaran), ruang tunggu keluarga pasien, janitor dan ruang
utilitas kotor. Menurut ISO 8 - ISO 14644-1 clean room standards
(dalam Kemenkes, 2012) Zona ini mempunyai jumlah partikel debu
per m3 > 3.520.000 partikel dengan diameter 0,5 μm.
b. Zona 2, Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)
Zona ini terdiri dari ruang istirahat dokter dan perawat, ruang
plester, pantri petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang
transfer dan ruang loker (ruang ganti pakaian dokter dan perawat)
merupakan area transisi antara zona 1 dengan zona 2. Menurut ISO
8 - ISO 14644-1 clean room standards (dalam Kemenkes, 2012)
zona ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3
3.520.000 partikel dengan diameter 0,5 μm.

6
c. Zona 3, Tingkat Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)
Zona ini meliputi kompleks ruang operasi, yang terdiri dari ruang
persiapan (preparation), peralatan/instrument steril, ruang induksi,
area scrub up, ruang pemulihan (recovery), ruang linen, ruang
pelaporan bedah, ruang penyimpanan perlengkapan bedah, ruang
penyimpanan peralatan anastesi, implant orthopedi dan emergensi
serta koridor-koridor di dalam kompleks ruang operasi. Menurut
ISO 8 - ISO 14644-1 clean room standards (dalam Kemenkes, 2012).
Zona ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah
352.000 partikel dengan diameter 0,5 μm.
d. Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter,
Medium Filter, Hepa Filter)
Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif.
Menurut ISO 7 - ISO 14644-1 clean room standard (dalam
Kemenkes, 2012). Zona ini mempunyai jumlah maksimal partikel
debu per m3 adalah 35.200 partikel dengan diameter 0,5 μm .
e. Area Nuklei Steril
Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah (laminair air
flow) dimana bedah dilakukan. Menurut ISO 5 s/d ISO 6 - ISO
14644-1 clean room (dalam Kemenkes, 2012) Area ini mempunyai
jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 3.520 partikel
dengan diameter 0,5 μm).

Tata ruang kamar operasi pada unit kamar operasi terdapat persyaratan
khusus terkait tata ruang dan juga kebutuhan ruang. Berikut adalah
kebutuhan ruang pada kamar operasi secara umum pada Pedoman Teknis
Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi Kemenkes 2012 :

1. Ruang Pendaftaran
2. Ruang Tunggu Pengantar

7
3. Ruang Transfer
4. Ruang Tunggu Pasien
5. Ruang Persiapan Pasien
6. Ruang Induksi
7. Ruang Penyiapan Peralatan
8. Kamar Bedah
9. Ruang Pemulihan
10. Ruang Dokter
11. Scrub Station
12. Ruang Utilitas Kotor
13. Ruang Linen

Pembagian daerah kamar bedah menurut program Keselamatan Rumah Sakit


dan Keselamatan Pasien (KRS-KP) Tahun 2021 :
1. Daerah Publik
Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus.
Misalnya : kamar tunggu, gang, emperan depan komplek kamar operasi.
2. Daerah Semi Publik
Daerah yang bisa dimasuki oleh orang – orang tertentu saja, yaitu petugas.
Dan biasanya diberi tulisan DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS. Dan sudah
ada pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh petugas
( pakaian khusu kamar operasi ) serta penggunaan alas kaki khusus di
dalam.
3. Daerah Aseptik
Daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang
langsung ada hubungan dengan kegiatan pembedahan. Umumnya daerah
yang harus dijaga kesucihamaannya. Daerah asepetik dibagi menjadi 3
bagian, yaitu :
a. Daerah Aseptik 0

8
Yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya pembedahan.
b. Daerah Aseptik 1
Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk / kain steril, tempat
instrument dan tempat perawat instrument mengatur dan
mempersiapkan alat.
c. Daerah aseptik 2
Yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk, daerah sekitar
ahli anesthesia.
Secara singkat dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Area Bebas (Unrestricted Area)
a. Ruang tunggu pasien
b. Ruang tata usaha
c. Ruang Kepala kamar bedah
d. Ruang rapat
e. Ruang ganti baju
f. Ruang istirahat
g. Gudang
h. Kamar mandi dan WC
i. Dapur
2. Area Semi Ketat (Semi Resterected Area)
a. Ruang persiapan / PremedikasiRuang koridor
b. Ruang pemulihan (RR)
c. Ruang penyimpanan alat steril
d. Ruang penyimpanan alat On steril
e. Ruang pencucian alat bekas pakai
f. Ruang sterilisasi
g. Ruang depo farmasi
h. Ruang pembuangan limbah operasi
3. Area Ketat / Terbatas ( Restrected Area)

9
a. Ruang cuci tangan
b. Ruang induksi
c. Ruang tindakan pembedahan (Pedoman Pelayanan Bedah RSUP
Persahabatan, 2012).

C. Bagian dari Kamar Bedah


Menurut segi tata ruang yang tercantum pada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor : 1204/MENKES/SK/X/2004, yang
menjelaskan persyaratan medis sarana dan prasarana pelayanan pada
instalasi bedah sentral, secara umum konsep dasar pembuatan kamar operasi
terdiri atas :
1. Ruang pendaftaran terletak dibagian depan atau bagian yang paling
mudah dijangkau oleh keluarga pasien,ruangan ini dilengkapi dengan
loket, meja kerja, lemari berkas/arsip, telepon/interkom. Fungsi ruang
pendaftaran ini antara lain, adalah : untuk menyelenggarakan kegiatan
administrasi, khususnya pelayanan bedah, pasien bedah dan
pengantar (keluarga dan perawat) datang keruang pendaftaran,
pengantar (keluarga atau perawat), melakukan pendaftaran di loket
pendaftaran, petugas pendaftaran ruang operasi rumah sakit
melakukan pendataan pasien bedah dan penandatanganan surat
pernyataan dari keluarga pasien bedah, selanjutnya pengantar
menunggu di ruang tunggu.
2. Ruang tunggu pengantar merupakan ruangan yang dilengkapi dengan
tempat duduk yang nyaman bagi penunggu pasien bedah. Sebaiknya
tempat duduk yang disediakan sesuai dengan aktivitas pelayanan
bedah.
3. Ruang transfer merupakan ruangan dimana pasien bedah dibaringkan
di strecher khusus ruang operasi, untuk pasien bedah yang datang
menggunakan strecher dari ruang lain, pasien tersebut dipindahkan ke

10
strecher khusus ruang operasi rumah sakit, selain itu pasien juga dapat
melepasakan semua perhiasan dan diserahkan kepada keluarga
pasien, tahap selanjutnya pasien dibawa ke ruang persiapan
(preparation room).
4. Ruang tunggu pasien (holding room) adalah ruangan yang digunakan
untuk tempat menunggu pasien sebelum dilakukan pekerjaan
persiapan (preparation) oleh petugas ruang operasi rumah sakit dan
menunggu sebelum masuk ke kompleks ruang operasi. Apabila luasan
area ruang operasi rumah sakit tidak memungkinkan, kegiatan pada
ruangan ini dapat dilaksanakan di ruang transfer.
5. Ruang persiapan pasien adalah ruangan yang digunakan untuk
mempersiapkan pasien bedah sebelum memasuki ruang operasi, di
ruang ini petugas rumah sakit dapat membersihkan tubuh maupun
mencukur rambut bagian tubuh yang perlu dicukur, petugas juga
diwajibkan mengganti pakaian pasien dengan pakaian khusus ruang
operasi.
6. Ruang induksi, merupakan ruangan yang dipergunakan untuk
melakukan tindakan anestesi, apabila luasan area ruang operasi yang
tidak memungkinkan maka tindakan anestesi dapat dilakukan di dalam
ruang operasi.
7. Ruang operasi digunakan sebagai ruang untuk melakukan tindakan
operasi dan atau pembedahan. Luas ruangan harus cukup untuk
memungkinkan petugas bergerak sekeliling peralatan operasi/bedah.
Ruang operasi harus dirancang dengan faktor keelamatan yang
tinggi.Ruang pemulihan ditempatkan berdekatan dengan ruang
operasi dan diawasi oleh perawat. Pasien operasi yang ditempatkan di
ruang pemulihan secar terus menerus dipantau karena efek
pembiusan normal atau ringan. Daerah ini memerlukan perawatan
berkualitas tinggi yang dapat secara cepat menilai pasien tentang

11
status jantung dan pernafasan, selanjutnya melakukan tindakan
dengan memberikan pertolongan yang tepat (Kemenkes,2012). Ukuran
ruang pemulihan adalah dapat menampung satu sampai satu setengah
tempat tidur setiap ruang operasi yang terdapat di kamar operasi
(Kunders,2000). Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi pasien yang
telah menjalani prosedur rumit dan kompleks yang membutuhkan
waktu pemulihan lebih lama (Gabel, 1999).
8. Ruang ganti petugas operasi sebaiknya dirancang untuk alur satu arah.
Petugas yang masuk kamar ganti tidak akan keluar ke pintu yang
sama, melainkan melaui pintu yang langsung berhubungan dengan
ruang operasi (Kunders, 2000).
9. CSSD ( central strerilization and supply departement) atau ruang
sterilisasi berlokasi terpisah dengan kamar operasi. Fungsi ruang ini
adalah untukk mensterilkan alat dan instrumen operasi, linen operasi,
maupun sarung tangan. Ruang CSSD sebaiknya berada dekat dengan
kamar operasi atau jika memungkinkan terdapat di kamar operasi
tepatnya di area non steril, karena berfungsi sangat vital dalam
terlaksananya tindakan operasi (Kunders,2000).
Perencanaan dan pengaturan letak maupun fungsi dari area terdalam
kamar operasi atau area steril meliputi ruang operasi dan ruang cuci tangan.
Ruang cuci tangan terletak sangat dekat dengan ruang operasi yang
memungkinkan perjalanan minimal petugas ke kamar operasi. Hal ini
dilakukan untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi setelah prosedur cuci
tangan. Hal lain yang harus diperhatikan antara lain tipe dari wastafel cuci
tangan, jumlah kran, serta model dari kran cuci tangan (Kunders,2000).
Beberapa persyaratan dari scrub station yang harus dipenuhi antar lain ;
terdapat kran siku atau kran dengkul minimal untuk dua orang, aliaran air dari
setiap kran cukup, dilengkapi dengan ultraviolet (UV) water strerilizer,

12
dilengkapi dengan empat cairan disinfektan, dilengkapi sikat siku (Kemenkes,
2012).
D. Persyaratan Kamar Bedah
Persyaratan Kamar Operasi Menurut Shodiq, Abror dalamOperating
Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito Yogyakarta, 2011. Kamar operasi
yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Letak
Letak kamar operasi berada di tengah-tengah rumah sakit,
berdekatan dengan Instalasi Rawat Darurat, ICU, dan unit radiologi.
2. Bentuk dan Ukuran
a. Bentuk kamar operasi tidak bersudut tajam. Lantai, dinding, dan
langit-langit berbentuk lengkung dan warna mencolok.
b. Lantai dan 2/3 dinding bagian bawah harus terbuat dari bahan
yang keras, rata, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak
menampung debu.
3. Ukuran
a. Kamar operasi kecil berukuran 5,2 m x 5,6 m (29,1 m2).
b. Kamar operasi yang nyaman diperlukan kira-kira luas 40 m2.
c. Kamar operasi untuk operasi besar diperlukan luas minimal 56 m2
(7,2 m x 7,8).
4. Sistem Penerangan
Sistem penerangan di kamar operasi harus memakai lampu pijar putih
dan mudah dibersihkan. Sedangkan lampu operasi memiliki
persyaratan khusus, yaitu arah dan fokusnya dapat diatur, tidak
menimbulkan panas, cahayanya terang, dan tidak menyilaukan serta
menimbulkan bayangan. Pencahayaan antara 300-500 lux, meja
operasi 10.000 – 20.000.

5. Sistem Ventilasi

13
Sistem ventilasi di kamar bedah sebaiknya memakai sistem pengatur
suhu sentral (AC sentral) dan dapat diatur dengan alat kontrol yang
memakai filter (Ultra Clean Laminar Airflow), dimana udara
dipompakan ke dalam kamar operasi dan udara di kamar operasi
dihisap keluar.
6. Suhu dan Kelembapan
Suhu di kamar operasi di daerah tropis sekitar 19ᵒ-22ᵒC. Sedangkan di
daerah sekitar 20ᵒ-24ºC dengan kelembapan 55% (50-60%).
7. Sistem Gas Medis
Pemasangan sebaiknya secara sentral memakai sistem pipa, yang
bertujuan untuk mencegah bahaya penimbunan gas yang berlebuh di
kamar operasi bila terjadi kebocoran dan tabung gas. Pipa gas tersebut
harus dibedakan warnanya.
8. Sistem listrik
Di dalam kamar operasi sebaiknya tersedia 2 macam voltage, yaitu 110
volt dan 220 volt. Karena alat-alat kamar operasi memiliki voltage yang
berbeda. Semua tombol listrik dipasang pada ketinggian 1,40 m dari
lantai.
9. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi di kamar operasi adalah sangat vital, terutama bila
ada keadaan darurat maka mudah untuk melakukan komunikasi.
10. Peralatan
a. Semua peralatan yang ada di kamar operasi harus beroda dan
mudah dibersihkan.
b. Semua peralatan harus terbuat dari bahan stainless steel agar
mudah untuk dibersihkan.
c. Untuk alat-alat elektrik harus ada petunjuk penggunaan dan
menempel pada alat agar mudah untuk penggunaan.
11. Pintu

14
a. Pintu masuk dan keluar penderita harus berbeda.
b. Pintu masuk dan keluar petugas harus tersendiri.
c. Semua pintu harus menggunakan door closer (bila
memungkinkan).
d. Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan di kamar
operasi tanpa membuka pintu.
12. Pembagian Arca
a. Ada batas tegas antara area bebas terbatas, semi ketat, dan area
ketat.
b. Ada ruang persiapan untuk serah terima pasien dan perawat
ruangan kepada perawat kamar operasi.
13. Air Bersih
Syarat air bersih :
1. Tidak berwarna, berbau, dan berasa.
2. Tidak mengandung kuman pathogen.
3. Tidak mengandung zat kimia.
4. Tidak mengandung zat beracun.
14. Penentuan Jumlah Kamar Operasi
Setiap rumah sakit merancang kamar operasi disesuaikan dengan
bentuk dan lahan yang tersedia, sehingga dikatakan bahwa rancang
bangun kamar operasi setiap rumah sakit berbeda, tergantung dari
besar atau tipe rumah sakit tersebut. Jumlah kamar operasi tergantung
dari berbagai hal yaitu :
a. Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan.
b. Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta
subspesialisasi bersama fasilitas penunjang.
c. Perimbangan antara operasi berencana dan operasi segera.
d. Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar operasi baik jam
perhari maupun perminggu.

15
e. Sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk arus pasien,
petugas, dan penyedia peralatan.

Dapus
Shodiq, Abror. 2011. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito
Yogyakarta, Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.

E. Peran Perawat Kamar Bedah


Perawat yang bekerja di kamar operasi bertindak sebagai advokator dari
pasien yang tidak dapat mengadvokasi diri mereka sendiri sebagai akibat dari
pemberian anastesi. Pasien selama proses pembedahan adalah menjadi
tanggung jawab tim bedah, yang minimal terdiri dari dokter (operator), tim
anastesi, perawat scrub, dan perawat sirkulasi (Litwack, 2009). Perawat scrub
dan perawat sirkulasi inilah yang disebut sebagai perawat kamar bedah
(operating room nurse).
1. Perawat scrub (scrub nurse)
Perawat scrub atau di Indonesia juga dikenal sebagai perawat
instrumen merupakan perawat kamar bedah yang memiliki tanggung
jawab terhadap manajemen area operasi dan area steril pada setiap jenis
pembedahan (Muttaqin, 2009).
Menurut Association of Perioperative Registered Nurse (AORN),
perawat scrub bekerja langsung dengan ahli bedah di bidang steril,
operasional instrumen, serta bagian lain yang dibutuhkan selama prosedur
operasi (Litwack, 2009).
Menurut Hipkabi (2014) syarat menjadi perawat scrub adalah :
a. Berijazah pendidikan formal keperawatan dari semua jenjang yang
diakui oleh pemerintah yang berwenang
b. Memiliki sertifikat pelatihan dasar kamar bedah
c. Mempunyai pengalaman kerja di kamar bedah minimal 2 tahun

16
d. Mempunyai bakat, minat, dan iman
e. Berdedikasi tinggi
f. Berkepribadian mantap (emosi stabil)
g. Dapat bekerja sama dengan anggota tim
h. Cepat tanggap
Uraian tugas seorang perawat scrub diantaranya :
a. Pada fase pre operasi (AORN, 2013):
1) Melakukan kunjungan pasien yang akan operasi minimal
sehari sebelum pembedahan untuk memberikan penjelasan
atau memperkenalkan tim bedah.
2) Mempersiapkan ruangan operasi dalam keadaan siap pakai
yang meliputi kebersihan ruang operasi, meja instrumen,
meja operasi, lampu operasi, mesin anastesi lengkap, dan
suction pump.
3) Mempersiapkan instrumen sterilsesuai dengan tindakan
operasi.
4) Mempersiapkan cairan antiseptik dan bahan-bahan sesuai
keperluan pembedahan.
b. Pada fase Intra operasi (Lopez, 2011) :
1) Memperingatkan tim bedah jika terjadi penyimpangan
prosedur aseptik.
2) Membantu mengenakan jas steril dan sarung tangan untuk
ahli bedah Menata instrumen steril di meja operasi sesuai
dengan urutan prosedur operasi.
3) Memberikan cairan antiseptik pada kulit yang akan diinsisi.
4) Membantu melakukan prosedur drapping.
5) Memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai urutan
prosedur dan kebutuhan tindakan pembedahan secara
tepat dan benar.

17
6) Mempersiapkan benang benang jahitan sesuai kebutuhan
dalam keadaan siap pakai.
7) Membersihkan instrumen dari darah dari darah pada saat
intra operasi untuk mempertahankan serilitas alat di meja
instrumen. Menghitung kassa, jarum, dan instrumen
sebelum, selama, dan setelah operasi berlangsung.
8) Memberitahukan hasil perhitungan jumlah alat, kassa, dan
jarum pada ahli bedah sebelum operasi dimulai dan
sebelum luka ditutup lapis demi lapis.
9) Mempersiapkan cairan untuk mencuci luka.
10) Membersihkan luka operasi dan kulit sekitar luka.
c. Pada fase post operasi (AORN, 2013)
1) Memfiksasi drain dan kateter (jika terpasang).
2) Membersihkan dan memeriksa adanya kerusakan kulit pada
daerah yang terpasang elektrode.
3) Memeriksa dan menghitung kelengkapan semua instrumen
sebelum dikeluarkan dari kamar operasi.
4) Memeriksa ulang catatan dan dokumentasi dalam keadaan
lengkap. Mengirim instrumen ke bagian sterilisasi (CSSD).
2. Perawat sirkulasi (circulation nurse)
Perawat sirkulasi merupakan perawat berlisensi yang bertanggung
jawab untuk mengelola asuhan keperawatan pasian di dalam kamar
operasi dan mengkoordinasikan kebutuhan tim bedah dengan tim
perawatan lain yang diperlukan untuk menyelesaikan tindakan operasi
(Litwack, 2009).
Perawat sirkulasi juga bertanggung jawab untuk menjamin
terpenuhinya perlengkapan yang dibutuhkan oleh perawat scrub dan
mengobservasi pasien tanpa menimbulkan kontaminasi terhadap area
steril (Muttaqin, 2009). Pendapat perawat sirkulasi sangat dibutuhkan dan

18
sangat membantu, terutama dalam mengobservasi penyimpangan teknik
aseptik selama prosedur operasi. Syarat menjadi perawat sirkulasi
menurut Hipkabi, 2014 adalah :
a. Memiliki ijazah formal keperawatan minimal D III keperawatan
yang diakui oleh pemerintah atau yang berwenang.
b. Mempunyai pengalaman kerja di kamar operasi lebih dari 5 tahun.
c. Mampu melakukan supervisi terhadap anggota tim operasi.
d. Mampu berkolaborasi dengan dokter bedahdan dokter anastesi.
e. Mampu memimpin rencana asuhan keperawatan perioperatif di
kamar bedah.
f. Mempunyai bakat dan minat
g. Berdedikasi tinggi
h. Berkepribadian mantap (emosi stabil).
i. Dapat bekerja sama dengan anggota tim
j. Cepat tanggap.
Tugas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh perawat sirkulasi diantaranya
adalah :
a. Pada fase pre operasi (Lopez, 2011)
1) Melakukan timbang terima pasien
2) Memeriksa perlengkapan isian checklist dengan perawat rawat
inap.
3) Memeriksa dokumen medis
4) Melakukan pengkajian keperawatan
5) Memeriksa persiapan fisik
6) Menyusun asuhan keperawatan pre operasi
7) Memberikan penjelasan ulang kepada pasien sebatas
kewenangan mengenai gambaran rencana tindakan operasi,
tim bedah yang akan menolong, fasilitas yang ada di kamar
bedah, serta tahap-tahap anastesi.

19
b. Pada fase intra operasi (Muttaqin, 2009)
1) Mengatur posisi pasien sesuai jenis operasi.
2) Membuka set steril dengan memperhatikan teknik aseptik.
3) Mengobservasi intake dan output selama tindakan operasi.
4) Melaporkan hasil pemantauan hermodinamik kepada ahli
anastesi.
5) Menghubungi petugas penunjang medis (petugas radiologi,
laboratorium, farmasi, dan lain sebagainya) apabila diperlukan
selama tindakan operasi.
6) Menghitung dan mencatat pemakaian kassa bekerjasama
dengan perawat scrub.
7) Mengukur dan mencatat tanda-tanda vital
8) Memeriksa kelengkapan instrumen dan kain kassa bersama
perawat scrub agar tidak ada yang tertinggal dalam tubuh
pasien sebelum luka operasi ditutup.
c. Pada fase post operasi (Litwack, 2009)
1) Membersihkan badan pasien dan merapikan linen pasien yang
telah selesai tindakan operasi.
2) Memindahkan pasien ke ruang pemulihan.
3) Mencatat tanda-tanda vital
4) Mengukur tingkat kesadaran post operasi
5) Meneliti, menghitung, dan mencatat obat-obatan serta cairan
yang telah diberikan pada pasien.
6) Memeriksa kelengkapan dokumen medik
7) Mendokumentasikan tindakan keperawatan selama tindakan
operasi.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

Saya sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali


kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya penulis akan terus
memperbaikki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Agung Prabowo. 2018. Tingkat kelelahan Kerja Perawat Kamar Bedah RSUP
Dr Kariadi Semarang. Di publikasikan
http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/1904 di akses pada 8 Maret 2021.
2. Prabowo, Agung, G2A216051 (2018) GAMBARAN TINGKAT KELELAHAN KERJA
PERAWAT KAMAR BEDAH DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT Dr. KARIADI SEMARANG. Undergraduate thesis, Universitas
Muhammadiyah Semarang.
3. Retnaning Tyas, (2019) Hubungan Pengetahuan Tenaga Kesehatan tentang
Kewaspadaan Standar: Pengelolaan Limbah dengan Kepatuhan Pengelolaan
Limbah di Instalasi Bedah Sentral RSUD Wates Tahun 2018. skripsi thesis,
Poltekkes kemenkes Yogyakarta.
4. Shodiq, Abror. 2011. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito
Yogyakarta, Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.
5. Tim Program Keselamatan Rumah Sakit dan Keselamatan Pasien. (2012).
Pedoman Pelayanan Bedah. Jakarta: RSUP Persahabatan.

22

Anda mungkin juga menyukai